Vous êtes sur la page 1sur 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia ini sering kita jumpai berbagai bentuk cacing. Cacing ini berasal dari
filum annelida yang merupakan cacing dengan tubuh bersegmen di bagian luar dan
dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang
disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu
segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh
Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus
melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot
memanjang (longitudinal). Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari
mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.
Cacing dari filum ini bersegmen, artinya tubuhnya terdiri atas satuan yang
berulang-ulang. Meskipun beberapa struktur, sepeti saluran pencernaan, terdapat di
sepanjang tubuh cacing tersebut, tetapi yang lain seperti organ ekskresi terulang pada
segmen demi segmen. Dari luar segmenentasi ini tampak seperti rangakaian cincin.
Ciri-ciri khas lain annelida adalah simetri bilateral, suatu sistem peredaran yang
efisien dengan darah yang dipompa melalui sistem pembuluh dara tertutup, dan
sistem saraf yang cukup rumit. Pembuluh saraf utama terdapat di bagian ventral.
Pada cacing tanah, sejenis annelida terestrial yang khas, keseluruhan tubuh
terbagi-bagi menjadi segmen-segmen yang secara umum mirip satu sama lain. Setiap
segmen memiliki empat pasang bulu kejur (bristle) eksternal, yang digunakan untuk
menambatkan dan menggerakkan cacing tersebut. Segmentasi terekspresi secara
internal dengan adanya tabung-tabung nefridia (ekskretoris) dan pori-pori ekskretoris
pada nyaris semua segmen. Akan tetapi, saluran pencernaannya tidak tersegmentasi.
Tingginya rasa ingin tahu terhadap cacing tanah, maka dari itu dilakukan
praktikum ini agar mahasiswa dapat memahami bagaimana struktur morfologinya
dan bagaimana anatomi dari hewan ini yang hanya dapat dilihat dengan cara
melakukan pembedahan.
B. Tujuan
Untuk mengamati struktur morfologi dan anatomi dari hewan yang termasuk
Phylum Annelida yang diwakili oleh cacing tanah (Lumbricus terrestris).
C. Manfaat
Mengetahui struktur morfologi dan anatomi dari hewan yang termasuk
Phylum Annelida yang diwakili oleh cacing tanah (Lumbricus terrestris).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Annelida merupakan kelompok cacing dengan tubuh bersegmen yang berasal


dari bahasa latin annulus berarti cincin. Berbeda dengan platyhelminthes dan
nematelminthes, annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah memilki rongga
tubuh sejati ( hewan selomata), nama annelida merupakan heawan yang struktur
tubuhnya paling sederhana, (Susanti, baiq hana 2010).
Tubuh bersegmen yang mirip dengan serangkaian cincin yang menyatu
merupakan ciri khas cacing filum Annelida. Terdapat sekitar 15.000 spesies filum
Annelida, yang panjangnya berkisar antara kurang dari 1 mm sampai 3 m pada cacing
tanah Australia. Anggota filum Annelida hidup di laut, sebagian besar habitat air
tawar, dan tanah lembab. Kita dapat menjelaskan anatomi filum Annelida
menggunakan anggota filum yang terkenal, yaitu cacing tanah. Selom cacing tanah
terpartisi oleh septa, tetapi saluran pencernaan, pembuluh darah longitudinal, dan tali
saraf menembus septa itu dan memanjang di sekujur tubuh hewan itu (pembuluh
utama memiliki cabang bersegmen), (Campbell, 2003).
Tubuh Annelida bilateral simetris, panjang dan jelas bersegmen-segmen.
Disamping bersegmen, tubuhnya juga tertutup oleh kutikula yang merupakan hasl
sekresi dari epidermis. Tubuh annelida sudah memiliki sistem saraf, sistem
kardiovaskuler tertutup dan sudah ada rongga tubuh atau selom, (Kastawi, 2005).
Berikut beberapa sistem pada cacing tanah:
1. Sistem gerak
Dinding tubuh cacing tanah mempunyai dua lapis otot, yaitu stratum
cilculare (lapisan otot sebelah luar) dan stratum longitudinal (lapisan otot
sebelah dalam). Jika otot ini berkontraksi maka akan menimbulkan gerakan
menggelombang dari cacing tanah itu sehingga ia bergerak. Dinding intestin
juga mempunyai lapisan otot, yaitu stratum longitudinale. Jika otot ini
berkontraksi maka akan timbul gerakan peristaltik yang mendorong makanan
dalam saluran pencernaan dan mendorong keluar sisa-sisa pencernaan. Ada
juga otot di dalam dinding-dinding pembuluh darah, di dalam pipa-pipa
muscular pada nephridia dan di bagian luar berkas saraf. Pada faring juga ada
otot yaitu otot yang melekatkan faring pada dinding tubuh. Sementara itu,
setae (bulu-bulu halus) digerakkan oleh dua berkas otot, yaitu musculus
protactor yang mendorong setae keluar dan musculus recractor yang menarik
kembali setae masuk ke dalam rongganya. Kedua berkas musculi ini melekat
pada ujung-ujung dalam dari setae. Jadi cacing tanah bergerak dengan setae
dan kontraksi otot-otot dinding tubuh.
2. Sistem respirasi
Cacing tanah bernapas dengan kulitnya, sebab kulitnya bersifat
lembab, tipis dan banyak mengandung kapiler-kapiler darah.
3. Sistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan makanan pada cacing tanah (Lumbricus terrestris)
terdiri dari mulut, faring, esophagus, crop (tembolok), gizzard (lambung yang
menebal untuk menggiling makanan), intestin dan anus.
4. Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi (peredaran darah/kardiovaskular) cacing tanah adalah
sistem peredaran darah tertutup. Sistem kardiovaskular meliputi darah,
pembuluh-pembuluh darah dan limfa. Darah teardiri atas bagian cair yang
disebut plasma dan sel-sel darah atau korpuskula. Korpuskula terdapat di
dalam plasma darah. Pembuluh darah terdiri atas aorta dorsalis dan aorta
ventralis. Aorta dorsalis terletak di sebelah dorsal saluran pencernaan dan
mudah terlihat dari luar. Di daerah esophagus terdapat lima pasang cabang-
cabang aorta dorsalis yang membesar dan berfungsi sama dengan cor
(jantung) pada hewan tingkat tinggi. Jantung ini mengelilingi esophagus dan
berhubungan dengan aorta ventralis yang terletak di sebelah ventral saluran
pencernaan dan di sebelah dorsal truncus nervosus. Plasma darah dan
beberapa corpuscula membentuk limfa yang keluar dari aliran darah melalui
kapiler-kepiler menuju ke jaringan-jaringan. Limfa mengangkut oksigen darah
ke jaringan-jaringan dan mengangkut karbondioksida dan sisa-sisa
metabolisme masuk ke dalam peredaran darah melalui kapiler-kapiler darah.
5. Sistem eksresi
Sistem eksresi cacing tanah berupa nephridia (nephridios=ginjal).
Pada setiap segmen tubuh terdapat sepasang nephridia, kecuali tiga segmen
yang pertama dan segmen yang terakhir. Tiap nephridium terdiri atas suatu
bangunan berbentuk corong dan bersilia (nephrostoma) dan saluran atau pipa
yang berkelok-kelok. Jika silia itu bergetar akan timbul aliran cairan tubuh
yang mengandung sisa-sisa metabolisme dari selom masuk ke dalam saluran
eksresi. Kemudian cairan ini keluar dari tubuh cacing melalui nephridioporus,
yaitu sebuah lubang kecil yang merupakan muara keluar dari saluran eksresi
dan terletak pada permukaan ventral tubuh cacing. Diantara nephrostoma dan
saluran eksresi terdapat sekat yang disebut septum intersegmentale.
6. Sistem saraf
Sistem saraf cacing tanah terletak di sebelah dorsal faring di dalam
segmen ketiga dan terdiri atas ganglion cerebrale dan berkas saraf ventralis
dengan cabang-cabangnya.
7. Sistem reproduksi
Cacing tanah bersifat hermaphrodit. Sepasang ovarium menghasilkan
ova dan terletak dalam segmen ke-13. Kedua oviductnya juga terletak di
dalam segmen ke-13 dan infundibulumnya bersilia. Oviduct melalui septum
yang terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14 dan di segmen ke-14
membesar membentuk kantong telur. Testes: ductus spermaticus atau vas
deferentia masing-masing ada dua pasang, sedang vesicula seminalisnya ada
tiga pasang. Testes terletak di dalam suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-
dinding vesicula seminalis.
Filum annelida dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu:
1. Polychaeta
Polychaeta (banyak sekali rambut) adalah cacing rambut yang
biasanya ditemukan di pesisir pantai. Biasanya jenis kelamin terpisah.
Sepasang dayung berdaging (parapodium) menjulur keluar dari masing-
masing segmen. Parapodium berperan dalam lokomosi dan menyediakan
permukaan respiratoris. Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas
(Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Sedangkan yang bergerak bebas
adalah Eunice viridis (cacing palolo), dan Lysidice oele (cacing wawo),
(George Hademenos 2009).
Masing-masing segmen hewan Polychaeta banyak setae, dinamakan
demikian karena adanya bulu pada masing-masing segmen) memiliki
sepasang struktur yang mirip dayung atau mirip bukit yang disebut parapodia
(hampir seperti kaki) yang berfungsi lokomosi. Masing-masing parapodia
memiliki beberapa setae yg terbuat dari poliskarida kitin. Pada banyak hewan
polychaeta, parapodia sangat kaya dengan pembuluh darah dan berfungsi
sebaga insang, (Kimball,1999).
2. Oligochaeta
Kelas Oligochaeta atau kelas cacing bersegmen ini meliputi cacing
tanah dan berbagai spesies akuatik. Selom cacing tanah terpartisi oleh septa,
tetapi saluran pencernaan, pembuluh darah longitudinal, dan tali saraf
menembus septa itu dan memanjang di sekujur tubuh hewan itu (pembuluh
utama memiliki cabang bersegmen). Sistem sirkulasi tertutup terdiri atas suatu
jaringan pembuluh yang mengandung darah dengan hemoglobin pembawa
oksgen. Pembuluh arah kecil sangat banyak terdapat pada kulit cacing tanah,
yang berfungsi sebagai organ pernapasnnya. Pada masing-masing segmen
cacing tersebut terdapat sepasang tabung ekskretoris yang disebut
metanefridia dengan corong bersilia, yang disebut nefrostom yang
megeluarkan buangan dari darah dan cairan selomik, (George Hademenos
2009).
3. Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini
tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang
Hirudinea bervariasi dari 1-30 cm. Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan
posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap
yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Sebagian besar Hirudinea
adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya adalah
vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup dengan mengisap
darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa
invertebrate kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa
(pacet) dan Hirudo (lintah). Lintah adalah cacing dengan tubuh kecil, rata,
dan menyempit dengan penghisap di masing-masing ujungnya. Hirudinea
bersifat hermaprodit. Saat merobek atau membuat lubang, lintah
mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan
menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat
anti pembekuan darah yaitu hirudin, (George Hademenos 2009).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini yaitu :
Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017
Pukul : 13.00-15.00 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi, Universitas Muhammadiyah Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Baki bedah
b. Kaca pembesar
c. Pinset
2. Bahan
a. Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
C. Prosedur Kerja
1. Meletakkan cacing di dalam baki bedah
2. Mengamati dengan seksama bagian-bagian tubuh cacing baik secara
morfologi maupun anatominya
3. Menggambar hasil pengamatan dan diberi keterangan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Dari prakitkum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. cacing tanah (Lumbricus terrestris).
Gambar morfologi Keterangan
1. Anus
2. Clitellum
3. Segment
4. Mouth

Gambar anatomi Keterangan


1. Usus halus
2. Faring
3. Otak
4. Ganglion subfaring
5. Pembuluh pemompa
6. Pembuluh darah ventral
7. Pembuluh darah dorsal

B. Pembahasan
1. Morfologi
Dari hasil pengamatan morfologi cacing tanah, terlihat tubuh yang
bulat memanjang, simetri tubuhnya bilateral, kepalanya tidak begitu jelas,
mulut terletak pada bagian anterior dan anus terletak pada bagian posterior.
Pada bagian ujung depan (anterior) ada suatu bagian/tonjolan daging yang
disebut prostomium, sementara yang membatasi bagian ventral mulut disebut
peristomium dan merupakan segmen pertama. Klitelum terlihat jelas pada
bagian dorsal dan ventralnya. Pada setiap segmen terdapat empat pasang setae
kecuali segmen pertama dan terakhir. Dan terdapat genital pore di dekat
klitelum dan anus pada bagian posterior.
2. Anatomi
Pada pengamatan antomi Lumbricus terrestris ini terdiri dari kutikula,
epidermis, otot melingkar, dan otot memanjang, rongga tubuh (selom) sudah
berkembang dari pada filum nematelminthes. Untuk saluran pencernaan yaitu
intestine merupakan lanjutan ke ujung dari ventrikulus. Sistem saraf pada
cacing tanah terletak disebelah dorsal faring didalam segmen yang ketiga dan
terdiri atas ganglion cerebrale, yang terdiri atas dua kelompok sel saraf
dengam comissura. Berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya,
ganglion celebrale terletak disebelah dorsal faring, didalam segmen ketiga.
3. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus terrestris (Anonim,2012)
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, kami telah mengamati morfologi dan anatomi dari
cacing tanah (lumbricus terrestris). Pada morfologi memiliki tubuh bulat memanjang,
simetri tubuhnya bilateral, kepalanya tidak begitu jelas, mulut terletak pada bagian
anterior dan anus terletak pada bagian posterior, warna pada bagian dorsal lebih gelap
dibandingkan dengan bagian ventral, segmen tubuhnya lebih dari 100 buah yang
masing-masing dengan 4 pasang rambut.
Pada pengamatan antominya dapat dilihat melalui proses pembedahan,
diantaranya terdapat farink, kerongkongan, proventriulus, dan organ reproduksi yang
terdiri dari spermateka, vesica seminalis, testis, vas deferens, ovarium dan kelenjar
prostat. Sedangkan untuk sistem saraf cacing tanah, terdapat di sepanjang tubuh,
tepatnya di sebelah dorsal pharynx (miring vertical dan melingkari pharing) di salam
segmen yang ke-3 dan terdiri ganglion ceberal, yang tersusun atas sebuah ganglion
dan sepasang saraf lateral pada tiap ruas.
B. Saran
Saran saya pada praktikum ini adalah sebaiknya dilakukan pembedahan pada
cacing tanah agar dapat diketahui anatominya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Cacing Tanah. http://www.sentra edukasi.com/2011/06/Cacing_Tanah


html. Diakses pada tanggal 4 Mei 2017

Campbell, N.A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta. Erlangga

George, Fried, E. H & Hademos, G. J. 2009. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta

John, W Kimball. 1999. Biologi edisi ke lima. Jakarta. Erlangga

Kastawi, Y. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Rusmana, Ai Nurlaelasari. 2014. Laporan Praktikum Filum Annelida. Bandung :


Universitas Pendidikan Indonesia

Susanti, Baiq Hana dan Noor, Meiry Fadhilah. 2010. Pengantar Zoologi Vertebrata.
Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta
Wicaktini, Anggun. 2014. https://wicaktini.wordpress.com/2014/06/07/217/. Diakses
pada tanggal 4 Mei 2017

Vous aimerez peut-être aussi