Vous êtes sur la page 1sur 28

I.

STANDAR PENDIRIAN PUSKESMAS

Persyaratan pembangunan puskesmas adalah :

1. Persyaratan Umum
a. Kebutuhan akan adanya puskesmas , antara lain pada:
- Wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan.
- Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai

puskesmas.
- Kepadatan penduduk tinggi , jumlah penduduk lebih

dari 30.000 penduduk.


- Wilayah kerja sangat luas
- Relokasi puskesmas yang disebabkan adanya bencana

alam, jalur hijau, perubahan rencana tata ruang/wilayah

atau terjadinya masalah hokum pada lokasi fisik

bangunan.
b. Lokasi puskesmas
- Di area yang mudah terjangkau baik dari segi jarak

maupun sarana transportasi dari seluruh wilayah

kerjanya
- Pertimbangan lainnya yang ditetapkan oleh daerah.
c. Persyaratan puskesmas
- Adanya telaahan kebutuhan puskesmas
- Ketersediaan tenaga kesehatan oleh Pemda/Pemko.

Pemilik sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan dasar bertanggung jawab terhadap tersedianya sarana,

prasarana , sumber daya manusia dan obat , alat kesehatan

termasuk pelayanan kefarmasian sedemikian rupa sehingga visi dan

misi puskesmas dapat tercapai.

Puskesmas memiliki sumber daya yang diperlukan untuk

penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan , meliputi :

1. Bangunan dan Ruang


2. Sumber daya manusia
3. Peralatan
4. Pelayanan Kefarmasian dan obat

II. BANGUNAN DAN RUANG


Kondisi bangunan ditentukan dari pemenuhan persyaratan

persyaratan dibawah ini :


1. Persyaratan lingkungan
2. Persyaratan Bangunan
3. Persyaratan ruang.
4. Persyaratan kualitas suhu, kelembaban,pencahayaan , debu

dan kebisingan .
5. Persyaratan sarana dan fasilitas sanitasi
6. Penanganan sampah dan limbah

II.1 Persyaratan Lingkungan


A. Lokasi
- Aman dari ancaman bahaya aliran lahar, gelombang

tsunami, longsor,pencemar lingkungan. Bekas tempat

akhir pembuangan sampah , bekas pertambangan, dan

dibawah SUTT dan SUTET.


- Mudah dijangkau transportasi umum
B. Halaman
- Batas yang jelas, dengan diberi pagar yang kuat dan
bersih untuk menjaga agar orang atau binatang

peliharaan tidak keluar masuk dengann bebas.


- Tersedianya penerangan pada malam hari
- Bersih, tidak ada genangan air.
- Tempat parker memadai.
- Tersedia taman yang terpelihara dan rapi.
- Tersedianya tempat penampungan sementara sampah.
- Lingkungan Puskesmas harus merupakan kawasan

bebas asap rokok.

C. Lahan
- Luas lahan untuk Puskesmas rawat jalan sebesar 500m 2

, puskesmas rawat inap/ rawat inap PONED sebesar

1000 m2
- Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal

1,5 kali luas bangunan.Luas lahan untuk bangunan

bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar.


- Kontur lahan dalam kondisi datar , tidak ada

kemiringan yang ekstrim.


D. Area Pelayanan
Pelayanan gawat darurat letaknya harus menjamin

kecepatan akses dan mempunyai pintu masuk yang

terpisah.
- Pelayanan persalinan terletak dan dirancang untuk

mencegah lalu lintas aktivitas yang tidak berhubungan.

Ruang persalinan hendaknya tidak bisingdan bersih.

Ruang persalinan hendaknya terpisah, tetapi

mempunyai akses yang cepat dari ruang persalinan ke

perawatan.
- Pelayanan adminstrasi, kantor administrasi hendaknya
berdekatan dengan pintu utama puskesmas.
- Ruang perawat di rawat inap hendaknya terletak pada

lokasi yang dapat mengamati pasien.


II.2 Persyaratan Bangunan
Seluruh bangunan harus memenuhi aspek keselamatan dan

keamanan pasien dan orang yang berada dipuskesmas ,

dimana :
- Minimum tersedianya 2 buah pintu keluar
- Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat

terbuka diluar bangunan .


- Puskesmas mempunyai APAR.
- Puskesmas mempunyai sarana atau fasilitas bagi pasien

cacat tubuh .

- Aspek keamanan pasien , antara lain :


a. Pegangan sepanjang tangga
b. Toilet dilengkapi dengan pegangan
c. Pintu dapat dibuka dari luar
Ketentuan Umum Bangunan :

- Kontruksi bangunan
a. Kuat , utuh, terpelihara , bersih dan dapat mencegah

penularan penyakit serta kecelakaan.


b. Menggunakan kayu harus dilapisi dengan bahan anti

rayap
- Lantai
a. Bahan kedap air,permukaan rata, bersih, kuat , tidak

licin,dan mudah dibersihkan.


b. Lantai yang selalu terkena air misalnya kamar mandi

, tempat cuci dan sejenisnya mempunyai kemiringan

2-3 % kearah saluran dan pembuangan air.


- Dinding
a. Permukaan rata, bersih, di cat warna terang dan

mudah dibersihkan
b. Permukaan dinding yang selalu kena percikan air
harus kedap air dan mudah dibersihkan .
c. Dinding ruang radiologi, dibuat sesuai ketentuan

yang berlaku , agar tidak terjadi kebocoran radiasi.


d. Dinding di cat dengan bahan yang bisa di cuci atau

dilapis keramik.
- Ventilasi
Ventilasi harus memadai untuk menjamin udara di

dalam ruangan puskesmas dengan baik .


a. Luas ventilasi alamiah minimal 15 % dari luas lantai

dengan menerapkan system ventilasi silang.

b. Semua jendela ruang tindakan diberi kawat kasa

tidak permanen untuk mencegah masuknya serangga

dan mudah untuk dibersihkan .


c. Bila ventilasi tidak menjamin adanya pergantian

udara alamiah dengan baik maka ruangan

dilengkapi dengan penghawaan mekanis missal

kipas angina tau AC.


d. Ventilasi dapur menggunakan cerobong asap.
e. Ventilasi pada laboratorium menggunakan AC dan

dialirkan pada udara luar.


f. System ventilasi udara lab/pemeriksaan harus diatur

sedemikian rupa sehingga udara mengalir masuk

sesuai area bersih kearea tercemar dan keluar ke

udara bebas yang tidak dilalui lalu lintas manuasi. Di

ruang pemeriksaan aliran udara seharusnya dari

belakang petugas kesehatan atau diantara petugas

dan pasien.
g. Ruang pemrosesan di anjurkan selalu terpasang

lampu ultraviolet bila dalam keadaan tidak

digunakan . Lampu harus selalu dalam keadaan

bersih dan efek germisidal lampu diperiksa secara

rutin setiap bulan menggunakan alat pengukur.


- Atap
a. Tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan

serangga dan tikus


b. Tinggi atap lebih dari 10 meter harus dilengkapi

dengan penangkal petir .


- Langit langit
a. Mudah dibersihkan
b. Dicat dengan warna terang
c. Tinggi langit natara 2,7 meter sampai 3,3 meter dari

lantai.

- Pintu
a. Kuat, tinggi minimal 2,10 meter lebar minimal 1,20

meter dan dapat mencegah masuknya serangga ,tikus

dan binatang pengganggu lainnya.


b. Pintu ruang perawatan, ruang poli,dan lain lain

dapat menutup secara otomatis


c. Pintu yang selalu terkena air dilapisi dengan bahan

kedap air
d. Pintu ruang radiologi, dilapisi dengan plat timbale

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


- Jendela
a. Dapat mencegah masuknya serangga , tikus , dan

bintang pengganggu lainya.


b. Luas jendela,kisi kisi atau dinding gelas kaca untuk

masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai.


c. Ambang bawah jendela minimal 1 meter dari lantai.

Kondisi bangunan utama puskesmas :

1. Baik ,bila :
a. Tidak ada kerusakan pada struktur dan arsitektur

bangunan .
b. Alur pelayanan ruang yang ada sudah sesuai standar.
c. Sirkulasi udara dan cahaya pada ruang sudah tercukupi.
d. Seluruh instalasi listrik dan sanitasi berfungsi

sebagaimana mestinya.
2. Rusak ringan, bila :
a. Saluran air kotor / tersumbat
b. Cat dinding dan plafon kusam
c. Plesteran pada dinding rusak
d. Kran air dan saklar listrik tidak berfungsi
3. Rusak sedang, bila :
a. Plafond rusak (ambrul terkena air/ rangka lapuk )
b. Keramik lantai /dinding pecah

c. Instalasi listrik dan sanitasi bermasalah.


d. Kusen pintu dan jendela rusak
4. Rusak berat, bila :
a. Atap ambrul
b. Struktur bangunan utama patah.
c. Terjadi kebocoran , tidak berfungsi instalasi listrik, dan

sanitasi.

Puskesmas dalam kondisi rusak sedang dan berat perlu

dilakukan rehabilitasi.
II.3Persyaratan Ruang
a. Setiap puskesmas memiliki fasiltas ruangan yang lengkap

dan digunakan seluruhnya, ditata menurut alur kegiatan

dengan memperhatikan ruang gerak petugas dan di evaluasi

pemanfaatannya.
b. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan yang

cukup. Ruangan diterangi cahaya alami/lampu sehingga

pasien dan tulisan dapat terbaca tanpa sumber cahaya

tambahan.
c. Ruangan puskesmas harus bersih,bebas debu,

kotoran,tersedia tempat sampah , atap bersih dan terawat,

tidak ada sarang laba laba


d. Denah tata ruang puseksmas mengacu pada buku pedoman

tata ruang puskesmas Dirjen Bina kesehatan masyarakat

tahun 2007.

Tabel ruangan dipuskesmas :

Luas Ruangan (m2)


N Rawat
Jenis Ruang Rawat Rawat
o Inap
Jalan Inap
PONED
1 Pendaftaran dan rekam 9 9 9
medic
2 Aula 30 30 30
3 UGD 25 25 25
4 Poli umum 9 9 9
5 Poli gigi dan mulut 12 12 12
6 Poli KIA / KB 12 12 12
7 Bersalin 12 12 12
8 Imunisasi 12 12 12
9 Klinik Gizi 9 9 9
10 Ruang laktasi 6 6 6
11 Klinik sanitasi 9 9 9
12 Promkes/konsultasi 9 9 9
13 Kamar obat 9 9 9
14 Laboratorium 12 16 16
15 Kepala puskesmas 9 9 9
16 Ruang tunggu 24 36 36
17 Gudang obat 9 12 12
18 Gudang umum 6 6 6
19 Administrasi 16 20 20
20 Dapur 9 9 9
21 Genset 4 6 6
22 Perlengkapan kebersihan 2 2 2
23 Linen 2 3 3
24 Garasi 12 24 24
25 Parkir 80 80 80
26 KM/WC karyawan 8 8 8
27 KM/WC pasien 8 8 8
28 Laundry 6 6 6
29 Rawat gabung ibu dan bayi 0 12 12
30 KM/WC pasien rawat inap 0 8 8
31 Ruang rawat inap 0 6 6
anak/bayi
32 Laki laki dewasa 0 6 6
33 Perempuan dewasa 0 6 6
34 Penyakit menular/ruang 0 6 6
isolasi
35 Dokter jaga 0 9 9
36 Ruang jaga petugas 0 10 10
Jumlah 370 498 498

Jenis ruang puskesmas , Fungsi dan Persyaratannya.

N Jenis Ruang Fungsi dan Persyaratan Ruang


o
1 Pendaftaran dan Penyimpanan dan pengolahan data pasien

rekam medik
2 Aula / pertemuan Serbaguna untuk penyuluhan dan koordinasi

staf serta ruang data dengan kapsitas minimal

20 orang.
4 Poli Umum Pemeriksaan pasien umum da tidak gawat( 1

tempat tidur)
a. Arah angin harus dari belakang petugas
b. Mempunyai ventilasi
c. Mempunyai fasilitas dengan air mengalir

untuk cuci tangan.


5 Poli Gigi dan a. Ruangan harus cukup untuk minimal 1
Mulut kursi gigi, lemari alat dan sterilisator.
b. Mempunyai fasilitas dengan air mengalir

untuk cuci tangan.


6 Poli KIA - KB Mempunyai fasilitas dengan air mengalir untuk

cuci tangan.
7 Bersalin Pertolongan persalinan normal dan tindakan

kebidanan lainnya bila ada komplikasi

(kuret,IUD,penjahitan, dll) dengan criteria :


a. Tidak boleh merupakan tempat lalu lalang

orang
b. Harus ada kamar mandi/toilet yang

berhubungan dengan kamar bersalin


c. Tinggi pintu min 2,10 m, lebar min 1,20 m.
d. Plafon harus rata , dipasang tanpa nat dan

terbuat dari bahan keras.


e. Pintu dibuat dengan 2 daun pintu dan

membuka kedalam
f. Mempunyai jendela, udara dan cahaya yang

cukup
g. Tidak berjendela terbuka tetapi mempunyai

jendela atas

h. Mempunyai fasilitas untuk cuci tangan


i. Tempat tidur dengan tirai pemisah
j. Pertemuan antara dinding vertical dan lantai

tidak boleh patah tegas.


k. Dilengkapi minimal 3 steker
l. Ibu bersalin terjaga privasinya, dimana
keluarga dapat menemani.
m. Untuk rawat inap PONED maka :
- Lokasi ruang persalinan harus berada

dibagian depan puskesmas, mudah

dijangkau oleh masyarakat.


- Ruangan harus cukup untuk min 2 bed.
8 Imunisasi Distribusi dan imunisasi
9 Klinik Gizi Konsultasi
10 Ruang laktasi Pemberian ASI ekslusif
11 Klinik sanitasi Pelayanan kesehatan lingkungan
12 Konsultasi/Promk Konsultasi dan penyuluhan
es
13 Kamar obat Pemberian obat, pembuatan obat racik dan

penyimpanan obat.
14 Ruang konsultasi Pemberian konsultasi dan pemantauan
obat pengobatan pasien.
15 Laboratorium Pemeriksaan specimen
Kriteri :
a. Untuk ruangan ber AC harus mempunyai
exhauster fan, bila tidaqk ber AC maka
ventilasi ruang harus cukup dan terbuka.
b. Mempunyai tempat terbuka atau tempat
khusus untuk mengeluarkan dahak
( sputum)
16 Kepala Administrasi
puskesmas
17 Ruang tunggu Penyuluhan /promotif
18 Gudang obat Penyimpanan obat dengan persyaratan :
a. Luas gudang dan volume obat yang

disimpan sudah sesuai


b. Tersendiri tidak boleh dcampur barang lain
c. Sirkulasi udara baik
d. Dapat menjamin keamanan obat baik

secara fisik maupun kimiawi

e. lindungi obat dari cahaya matahari langsung


f. Tidak lembab
g. Bersih
h. Penerangan cukup
i. Bebas hewan pengerat
j. Teralis
k. Adanya cahaya yang masuk
l. Kunci rangkap 2 untuk dokter dan petugas
gudang

19 Gudang umum Penyimpanan alat kesehatan


20 Administrasi Adminitratif oleh staff puskesmas
21 dapur a. Ventilasi dan penerangan cukup
b. Sumber air bersih sesuai dengan

persyaratan dan ada bak cuci


c. Ada saluran pembuangan air limbah yang

tertutup
d. Warna tembok dapur cerah
e. Ada APAR
f. Perabot dan alat dapur sesuai kebutuhan
g. Lantai bersih dan rapi
22 Perlengkapan Penyimpanan perlengkapan kebersihan
kebersihan
23 Linen Menyimpan kebutuhan linen untuk kebutuhan

pasien
24 Garasi Penyimpanan ambulance
25 Parkir Parker kendaraan pengunjung dan karyawan
26 KM/WC karyawan Bagi karyawan disediakan sekurang

kurangnya 1 kamar mandi dan WC untuk 15

orang . dibedakan untuk pria dan wanita , min

1 buah @ 4 m2
27 KM/WC pasien Rasio jumlah kamar mandi/wc disbanding

jumlah pengunjung adalah 1 : 40 . dibedakan

untuk pria dan wanita , min 1 buah @ 4 m2


28 Laundry a. Lantai dari beton yang kuat dan rata

serta tidak licin.

b. Tersedia saluran pembuangan limbah


tertutup.
c. Tersedia kran air bersih dengan kualitas

air dan tekanan yang baik.


d. Peralatan cuci dipasang permanen dan

diletakkan dekat dengan saluran

pembuangan air limbah


e. Ruangan ditempatkan pada lokasi yang

mudah dijangkau.
f. Tersedia tempat cuci tangan untuk

petugas guna mencegah rekontaminasi

linen bersih.
29 Ruang gabung Ruang rawat gabung ibu dan bayi lahir normal,
ibu dan bayi @ 2m2/TT, minimal 1 TT ibu dan 1 TT bayi.
untuk rawat inap
Ruangan cukup untuk bed ibu, bayi,bed site

cabinet,lemari
30 KM/WC pasien Rasio KM/WC pasien dibanding jumlah tempat
rawat inap tidur 1: 5 TT, dibedakan untuk pria dan

wanita , min 2 buah @ 4 m2.


31 Laki laki dewasa Rawat inap laki laki dewasa 6 m2/TT ( 1 TT)
32 Perempuan Rawat inap perempuan dewasa 6 m2/TT ( 1 TT)
dewasa
33 Penyakit a. Kamar terpisah bila mungkin terjadi
menular/ ruang kontaminasi luas terhadap lingkungan ,
isolasi
missal : luka lebar dengan cairan keluar,

diare,perdarahan tidak terkontrol.


b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup
c. Kamar terpisah atau terkelompok dengan

ventilasi dibuang keluar dengan kipas

angin ke area tidak ada orang lalu lalang ,

missal : TBC
d. Kamar terpisah dengan udara terkunci

bila resiko terjadi transmisi airborne

luas, missal : varicella


e. Kamar terpisah bila pasien kurang

mampu menjaga kebersihan ( anak,

gangguan mental)

35 Dokter jaga 1 kamar untuk istirahat


36 Ruang jaga Ruang untuk petugas yang jaga malam pada
petugas puskesmas rawat inap/PONED, cukup untuk 1

bed dan 1 rak serta 1 kamar mandi.

II.4 Persyaratan kualitas suhu, kelembaban, pencahayaan,

debu, dan kebisingan.


a. Suhu dan kelembaban di setiap ruang sesuai dengan

kondisi daerah setempat, kecuali ruang tertentu. Suhu dan

kelembaban ruang obat, gudang obat ,ruang lab,dan ruang

radiologi adalah suhu 22`-27` C dan kelembaban 40`-70`C.


b. Bila suhu udara lebih adri 30`C perlu menggunakan AC

atau kipas angin.


c. Kelembaban udara pada ruang > 95% perlu menggunakan

pengatur kelembaban (dehumidifier), khusus pada ruangan

yang terdapat mikroskop/ peralatan elektronik.


d. Konsentrasi debu tersuspensi di setiap ruang tidak lebih

dari 150 mg/m3.


e. Intensitas cahaya disetiap ruangan adalah 100 200 lux ,

kecuali Lab, persalinan ,UGD adalah 300 lux, sedangkan

dapur 100 lux.


f. Kualitas udara ruang puskesmas tidak berbau, terutama
bebas bau gas dan amoniak.
g. Intensitas kebisingan ekuivalent (leq) pada lokasi

puskesmas tidak lebih dari 55 dB(A).

II.5 Persyaratan Sarana dan fasilitas sanitasi

1. Air bersih
a. Untuk kebutuhan karyawan dan pengunjung harus tersedia

sebagai berikut :
1) Puskesmas non rawat inap 15-20 liter/orang/hari.
2) Puskesmas rawat inap 15-20 liter/orang/hari ditambah

dengan 40-60 liter/orang/hari.

Air bersih untuk keperluan Puskesmas dapat diperoleh

dari PDAM, sumber air tanah atau sumber lain yang telah

diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.


b. Memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis, sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.


c. Distribusi ke ruangan-ruangan menggunakan sarana

perpipaan.
2. Kamar Mandi dan Sarana Pembuangan Tinja (Jamban)
a. Memiliki kamar mandi dan peturasan
b. Kamar mandi dan WC harus berpisah antara laki-laki,

wanita, karyawan, dan pengunjung


c.Tersedia cukup air bersih dan sabun
d. Terpelihara dalam keadaan bersih dan tidak bau
Lubang penghawaan ventilasi harus berhubungan langsung

dengan udara luar


e. Ada himbauan, slogan dan peringatan untuk memelihara

kebersihan
f. Kamar mandi dan jamban tidak menjadi tempat perindukan

vector
g. Sarana pembuangan Tinja baik dan berfungsi bila sarana

tersebut dalam kondisi baik dan dapat difungsikan atau

dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya


3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
a. Tersedia septic tank yang memenuhi syarat kesehatan.
b. Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan

penutup dengan bak control setiap jarak 5 meter.


c. Limbah rumah tangga dibuang melalui saluran air limbah

yang kedap air, bersih, dari sampah dan dilengkapi penutup

dengan bak control setiap jarak 5 meter.


d.Pembuangan air limbah setelah SPAL dengan cara diresapkan

ke dalam tanah.
e. Limbah bekas cucian film harus ditampung dan tidak boleh

dibuang ke lingkungan serta koordinasikan dengan Dinas

Kesehatan.
4. Sampah
a. Sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non

infeksius
b. Setiap ruangan harus disediakan tempat sampah yang

terbuat bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap


air, dan mudah dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong

plastic sebagai berikut:


1) Untuk sampah infeksius menggunakan kantong plastic

warna kuning.
2) Benda-benda tajam dan jarum ditampung pada wadah

khusus seperti botol.


3) Sampah domestic menggunakan kantong plastic berwarna

hitam, terpisah antara sampah Basah dan kering, dapat

diolah sendiri atau pihak ketiga untuk pemusnahannya.


c. Sampah infeksius dimusnahkan di dalam incinerator (TPA).
5. Wastafel
a. Tersedia di ruang pelayanann yaitu ruang UGD, ruang poli

gigi, ruang kesehatan ibu dan anak (KIA), ruang

pengobatan, ruang perksa, ruang suntik, ruang

laboratorium, ruang radiologi dan ruang lain yang

memerlukan air.
b. Berfungsi dengan baik dan dilengkapi cek valve atau kran air

model siku.
c. Dilengkapi sabun dan zat antiseptic
d. Tersedia pengering tangan (hand towel/hand tissue)
e. Terpelihara dan bersih.
6. Fasilitas sanitasi dan keamanan lainnya
a. Ketersediaan dan distribusi air perlu tersedia water tower

yang tertutup.
b. Tersedia tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan

baik.

c. Tersedia ruangan khusus untuk penyimpanan perlengkapan

kebersihan.
d. Tersedia tempat khusus genset yang kedap suara.
7. Instalasi
a. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air limbah, gas,

listrik/genset, system penghawaan dan sarana komunikasi

harus aman dan terlindung sesuai ketentuan teknis yang

berlaku.
b. Jika bangunan Puskesmas lebih tinggi dari 10 meter atau

tebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus


dilengkapi dengan penangkal petir Instalasi untuk masing-

masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna

atau label.
d. Tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara

jaringan distribusi air limbah dengan air bersih.


8. Tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan. Aliran listrik

berfungsi baik, kabel dan steker terpasang


9. Wastafel dengan air mengalir
a. Harus tersedia pada setiap ruangan periksa, ruang UGD,

poli gigi, ruang KIA, ruang pengobatan, ruang laboratorium

dan ruang lainnya yang memerlukan air.


b. Dilengkapi dengan dispenser sabun cair atau zat anti septic,

khusus untuk ruang pengobatan, UGD, tindakan, KIA-KB,

persalinan, gigi dan mulut dianjurkan dalam dispenser

dengan pompa siku dank ran air siku.


c. Terpelihara dan selalu bersih
d. Tersedia pengering tangan (hand towel/hand tissue).

II.6 Penanganan sampah ,limbah dan linen

A. Penganganan sampah.

Ketentuan penanganan sampah:

1. sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non

infeksius

2. setiap ruangan harus disediakan tempat sampah terbuat dari

bahan yang kuat, cukup ringan , tahan karat, kedap air, dan

mudah dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong plastic

dengan warna dan lambang sebagai berikut :


a. sampah infeksius menggunakan kantong plastic berwarna

kuning. Benda tajam, dan jarum ditampung pada wadah

khusus seperti safety box . sampah dimusnahkan didalam

incinerator atau dibawa ke Puskesmas/RS terdekta yang

memiliki incinerator.
b. Sampah domestic/umum menggunakan kantong plastic

berwarna hitam. Terpisah antara sampah basah dan

kering , dapat diolah sendiri, dikubur, dibakar atau

diangkut/dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir

(TPA).
3. Jumlah sampah minimum 1 (satu) buat tiap kamar atau setiap

radius 10 meter dan radius 20 meter untuk ruang tunggu .

wadah sampah tertutup dengan kantong plastic.


4. Tempat pengumpulan dan penampungan sampah sementara

segera didesinfeksi setelah dikosongkan.

b.Penanganan Limbah

1) Jenis dan definisi limbah puskesmas

a) Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari

limbah infeksius, limbah patologi, ;lombah benda tajam,

limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah

radioaktif, limbah container bertekanan dan limbah dengan

kandungan logam berat yang tinggi.

b) Limbah non medis padat adalah limbah padat yang

dihasilkan dari kegiatan diluar medis yang berasal dari

dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat

dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

c) Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang

berasal dari kegiatan Puskesmas yang kemungkinan


mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan

radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

d) Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas yang

berasal dari kegiatan pembakaran di Puskesmas seperti

incinerator, dapur, perlengkapan generator, anestasi dan

pembuatan obat sitotoksik.

2) Pengelolaan Limbah Medis Padat

Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu

wadah tanpa memerhatikan terkontaminasi atrau tidaknya.

Wadah harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk

dibuka.

a) Manajemen limbah dan benda tajam


(1) Segera membuang limbah ke kontainer limbah
(2) Limbah infeksius/ternoda darah dan cairan ke tubuh

kekantong plastic merah


(3) Lombah non infeksius/tidak ternoda darah atau cairan

tubuh kekantomng plastic hitam


(4) Hati-hati menangani benda tajam
(5) Tidak boleh memberikan ke orang lain lombah benda tajam
(6) Tidak menyarungkan kembali jarum bekas

pakai/membuang jarum bekas safety box


b) Penyuntikan yang aman :
(1) Untuk menghindari perlukaan atau kecelaksan kerja, maka

semua benda tajam harus digunakan sekali pakai.

(2) Tidak dianjurkan untuk menutup kembali jarum suntik

tersebut, melainkan langsung saja di buang ke tempat

penampungan sementaranya, tanpa menyentuh atau

memanipulasi bagian tajamnya seperti dibelokkan,

dipatahkan, atau ditutup kembali . jika jarum terpaksa


ditutup kembali (recapping) , gunakanlah cara penutupan

jarum dengan satu tangan (single handed recapping method )

untuk mencegah tertusuk jarum, dengan cara :


(a) Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras.
(b) Pegang semprit dengan satu tangan, masukkan ujung

jaru, kedalam tutup dan ungkit ututp jarum hingga

terangkat, awas jangan sampai jatuh.


(c) Bila tutup sudah menutup ujung jarum, gunakan tangan

yang lain untuk mengencanggkannya .


(3) Jarum suntik bekas pakai sebelum dibawa ketempat

pembuangan akhir atau tempat pemusnahan . maka

diperlukan suatu wadah penampungan sementara yang

bersifat :
(a) Kedap air dan tidak mudah bocor serta kedap tusukan.
(b) Dapat dipergunakan dengan satu tangan, agar pada

waktu memasukkan jarum tidak usah memeganginya

dengan tangan yang lain. Wadah ditutup dan digant

setelah bagian terisi dengan limbah dan setelah

ditutup tidak dapat dibuka kembali, sehingga isi tdak

tumpah.
(c) Limbah tajam ditangani bersama limbah medis. Wadah

benda tajam merupakam limbah medis dan harius

dimasukkan ke dalam kantong medis/kantong plastik

yang kuat dan anti bocor atau kontainer warna sebelum

di insinerasi.

(d) Tempat perwadahan limbah medis padat infeksius dan

sitotoksik yang tidak langsung kontak dengan limbah

harus segera dibersihkan direndam selama 10 menit

dengan larutan desinfektan dan dibilas dengan air


mengalir apabila akan digunakan kembali sedangkan

untuk kantong plastik yang telah dipakai dan kontak


langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
(e) Penanganan limbah infeksius yang berasal dari poli dan

ruang bersalin harus direndam dalam larutan kaporit 3%

selama 10 menit direbus mendidih selama 1 jam 15

menit dan kemudian dibakar atau ditanam dalam tanah.


(f) Pengangkutan limbah
(1) Pegangkutan internal
Berawal dari titik penampungan awal ketempat

pembuangan ataau ke incinerator (pengolahan on-site)

dalam pengangkutan internal biasanya digunakan

kereta dorong dan petugas pelaksana dilengkapi

dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.


(2) Pengangkutan eksternal
Yaitu pengangkutan sampah medis ktempat
pembuangan diluar (off-site) . pengangkutan eksternal

memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan

harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur

tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan

lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer

khusus, harus kuat dan tidak bocor.


c) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah

medis padat disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Bagi

piuskesmas yang tidak mempunyai insinerator , maka limbah

medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan

rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator

selambat-Lambatnya dalam 24 jam

d) apabila disimpan dalam suhu ruang syarat tempat

penyimpanan limbah medis antara lain :


1. lokasi penyimpanan bebas banjir
2. tidak rawan bencana
3. berada diluar kawasan lindung
4. sesuai dengan rencana tata ruang

3. Pengelolaan limbah medis non medis padat.

a. Dilakukan pemilihan limbah non medis non padat antara

limbah basah dan limbah kering.


b. Terdapat minimal dua wadah yang terbuat dari bahan yang

kuat , cukup ringan, tahan karat, kedap air, tertutup dan

mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan misalnya

fiberglas untuk setiap kamar.


c. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x

24 jam supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit.


d. Limbah ditampung dalam kantong plastik warna hitam dan

ada tali pengikat


e. Limbah dikumpulkan di sentral penampungan sementara di

TPS untuk kemudian dibuang ditempat pembuangan akhir.


4. Pengelolaan Limbah Cair
Pengelolaan limbah cair penyediaan instalasi pengolahan

limbah (IPL) dimaksudkan untuk menjamin keamanan kualitas

lingkungan khususnya limbah cair dan padat dari hasil

kegiatan puskesmas terhadap masyrakat sekitarnya agar tidak

terjadi pencemaran lingkungan.


Puskesmas memiliki instalasi pengolahan limbah

cair(SPAL) sendiri atatu bersama sama secara kolektif dengan

bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis :

a. saluran pembuangan air limbah /SPAL dipuskesmas di

buang ke septic tank yang dilengkapi dengan sumur

peresapan limbah cair medis bekas cucian pasien harus di

alirkan ke septic tank, kemudian di olah di IPAL sebelum

dibuang ke saluran umum.


b. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak
c. dan saluran air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan

grill.
d. limbah cair bekas cucian film harus ditampung dan tidak

boleh dibuang kelingkungan serta di koordinasikann dengan

Dinkes.
e. saluran air limbah harus tertutup , kedap air, limbah harus

mengalir dengan lancar, terpisah dengan saluran air hujan,

bersih dari sampah dan dilengkapi penutup dengan bak

control setiap jarak 5 meter.


f. pembuatan saluran air limbah setelah SPAL dengan cara

diresapkan ke dalam bak resapan dalam tanah.


kualitas effluent yang layak dibuang kedalam lingkungan

harus memenuhi persyaratan baku mutu. Semua limbah

cair buangan puskesmas harus masuk kedalam bak

penampungan pengolahan limbah.


Puskesmas rawat inap memiliki IPAL(Instalasi
pengolahan air limbah) atau pengolahan limbah cair .

Semua air limbah puskesmas di alirkan ke IPAL , dan untuk

air limbah dari ruang lab , laundry dan instalasi gizi/dapur

harus dilakukan pengolahan pendahuluan (pre treatment)

sebelum di alihkan ke IPAL.


Teknologi IPAL yang dipilih harus sudah terbukti limbah

hasil pengolahan telah memenuhi keputusan menteri

Negara Lingkungan Hidup HidupNomor 58 Tahun 1995.

C. Pengelolaan Linen
1. Linen kotor tidak ditempatkan dilantai.
2. Linen bersih disimpan dalam lemari tertutup.
3. Penyimpanan linen bersih dipisahkan dengan linen steril.
4. Trolley linen bersih dan linen kotor dipisahkan .
5. Linen kotor ternoda darah atau cairan tubuh dipisahkan

dengan linen kotor tidak ternoda.


III. SUMBER DAYA MANUSIA

Perencanaan SDM kesehatan merupakan salah satu unsur

utama yang menekankan pentingnya upaya penetapan jenis , jumlah

dan kualifikasi SDM sesuai dengan kebutuhan pembangunan

kesehatan . Untuk memantapkan system manajemen SDM

kesehatan perlu dilakukan perencanaan , pengadaan,

pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/MENKES/SK/I/2003

tentang kebijakan dan strategi desentralisasi Bidang kesehatan.


Rasio dokter , perawat, bidan berdasarkan peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2001 tentang

pedoman penyusunan perencanaan SDM kesehatan tingkat

Propinsi ,kabupaten/Kota serta rumah sakit adalah :


1. Rasio dokter dibandingkan jumlah penduduk 1 : 2.500
2. Rasio perawat dibandingkan jumlah penduduk 1 : 100.000
3. Rasio bidan dibandingkan jumlah penduduk 100 : 100.000
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 81 /MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman

Penyusunan Perencanaan SDM kesehatan ditingkat Propinsi ,


Kab/Kota serta rumah sakit , maka pola ketenagaan minimal untuk

penyelenggaraan manajemen puskesmas rawat jalan sesuai standar

minimal ketenagaan di puskesmas :

1. Puskesmas mempunyai kelengkapan file kepegawaian

untuk semua pegawai sesuai dengan kompetensi ,

pendidikan, pelatihan , keterampilan dan pengalaman

termasuk SIP, SIB,SIPP dan SIA , dimana :


- Fungsional tenaga dokter/dokter gigi harus mempunyai

STR dan SIP yang masih berlaku.


- Fungsional bidan ahli maupun terampil mempunyai

surat ijin bidan (SIB), STR, dan SIKB.


- Fungsional perawat ahli maupun terampil harus

mempunyai SIP,STR, dan SIKP yang masih berlaku.


- Fungsional tenaga Apoteker memiliki STRA dan SIPA

dan D3 farmasi , Analis farmasi, S1 Farmasi dan AA

memiliki STR TTK yang masih berlaku.


- Fungsional nutrisionis telah mengikuti uji kompetensi

dan memiliki STR


2. Ada perencanaan dan hasil pengembangan kompetensi

tenaga di puskesmas
3. Petugas teknis puskesmas harus mengikuti pelatihan

dalam bidang teknis yang berkaitan. Pembuktian berupa :

ijazah, SK PNS, sertifikat pelatihan.


4. Dilakukan evaluasi penerapan hasil pelatihan terhadap

pengelola dan pelaksana pelayanan.


5. Standar ketenagaan puskesmas rawat inap/PONED sama

dengan standar minimal ketenagaan dipuskesmas rawat

inap, dengan penambahan fungsional dokter spesialis ,

kebidanan dan kandungan dengan tupoksi melakukan

bimbingan teknis terhadap puskesmas rawat inap PONED.

IV. PERALATAN
Peralatan puskesmas adalah peralatan medis dan non medis

termasukmebelair dan bahan habis pakai yang dimiliki puskesmas

untuk melaksanakan kegiatan program dipuskesmas , yang

mencakup rincian informasi mengenai peralatan. Ketentuan

mengenai peralatan di puskesmas :


1. Setiap peralatan yang digunakan untuk kegiatan harus

mempunyai penanggung jawab dalam hal penggunaan dan

pemeliharaan peralatan yang menjadi tanggung jawabnya .

Kinerja setiap penanggung jawab alat di evaluasi.


2. Setiap ruangan dipuskesmas mempunyai daftar inventaris

barang . Seluruh sarana dan prasarana yang ada perlu di

inventarisasi dan diperiksa ulang apakah dalam kondisi yang

memenuhi syarat dalm jumlah, jenis dan kondisinya.


3. Penilaian peralatan :
- Berfungsi : jika alat yang dimiliki dapat digunakan

untuk kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas.


- Tidak berfungsi adalah jika peralatan laboratorium

peralatan yang dimilkii tidak dapat digunakan untuk

kegiatan pelayanan kesehatan.


4. Setiap puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan

pencegahan dan penggulangan kebakaran dan peralatan K 3


( keamanan dan keselamatan kerja ). Untuk melindungi

petugas dan orang disekitarnya, yaitu :


- Pemadam kebakaran.
- Alat pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
- Set peralatan pencegahan infeksi/ APD set, terdiri dari :

sarung tangan, sepatu karet, alas kaki tertutup,

masker , pengaman mata, apron plastic tebal, celemek.

5. Puskesmas mempunyai prosedur baku untuk mengatasi

terjadinya kecelakaan dalam puskesmas. Prosedur tersebut

harus disertai dengan instruksi kerja yang menjelaskan secara

rinci tata cara mengatasi kecelakaan akibat kebakaran,


sengatan listrik, ledakan,tumpahan bahan kimia, dan bahan

infeksi us.
6. Peralatan yang digunakan harus memenuhi standar mutu,

keamanan dan keselamatan.


7. Peralatan harus terjamin kebersihan dan sterilitasnya terutama

untuk peralatan yang kontak dengan cairan tubuh harus di

evaluasi. Instrumen yang siap digunakan harus dalam keadaan

steril.
8. Peralatan harus terlihat bersih sehabis dipakai, langsung di

cuci atau di setrika , disimpan pada tempatnya dengan rapi

dan tertutup sehingga tidak ada debu yang menempel. Semua

peralatan harus bersih dari debu, kotoran, bercak, dan cairan,

dll.
9. Penyimpanan alat kesehatan :
a. Alat yang dibungkus : bungkusan steril disimpan dalam

lemari tertutup dibagian yang tidak terlalu sering dijamah,


suhu udara sejuk dan kering atau kelembaban rendah .
b. Alat yang tidak dibungkus harus segera digunakan setelah

dikeluarkan
c. Jangan menyimpan alat dalam larutan dan simpan alat

dalam keadaan kering.


10. Permukaan alat .
a. Permukaan instrument metal harus bebas karat/ cacat/

terkelupas
b. Permukaan peralatan yang di cat harus utuh dan bebas dari

goresan/cacat.
c. Peralatan dari plastic atau kain pelapis harus utuh ( tidak

bocor/robek)

11. Roda peralatan jika ada harus lengkap dan berfungsi

baik
12. Pasokan oksigen harus di evaluasi secara berkala ,

dengan ketentuan :
- Harus ada 2 tabung oksigen dengan satu regulator dan

pengukur aliran untuk mengatur kadar oksigen.


- Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh.
13. Pemeliharaan alat kesehatan dipuskesmas .
Pemeliharaan peralatan mempunyai tujuan mencegah resiko

kerusakan peralatan yang digunakan untuk diagnosis,

pengobatan , pemantauan dan perawatan pasien . ketentuan

pemeliharaan :
a. Peralatan harus dirawat/dipelihara dengan baik lengkap

agar fungsinya tetap terjaga serta dapat digunakan sesuai

kebutuhan dan peraturan yang berlaku sesuai dengan

spesifikasi.
b. Setiap puskesmas harus mempunyai prosedur baku

disertai dengan instruksi kerja yang menjelaskan secara


rinci tata cara penggunaan alat.
c. Peralatan berfungsi bila dapat digunakan untuk kegiatan
d. Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan ,

kalibrasi dan perbaikan peralatan harus dilaksanakan

sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang ada dan

di evaluasi secara berkala.


e. Peralatan medis yang digunakan dipuskesmas harus bdi uji

dan dikalibrasi secara berkala oleh pengkalibrasi yang

berwenang.
14. Peralatan non medis dipuskesmas terdiri dari :
- Kendaraan bermotor sesuai dengan kebutuhan

pelayanan puskesmas
- Perahu bermotor untuk Pusling daerah tertinggal

/terpencil
- Alat komunikasi : Hp,telpon , fax
- Mebelair
15. Ambulance
Aturan mengemudi ambulance :
- Sirine hanya boleh digunakan pada waktu bergerak

untuk mengantar pasien dengan mentaati peraturan

lalu lintas
- Kecepatan maksimum dijalan biasa 40 Km/jam dijalan

bebas hambatan 80 km/jam


- Semua peraturan lalu lintas harus di taati.

DOKUMEN
ANALISIS PENDIRIAN PUSKESMAS

Vous aimerez peut-être aussi