Vous êtes sur la page 1sur 17

1.

Padaumumnyapenyemenanbertujuanuntukmelekatkan casing padadindinglubangbor,


melindungi casing darimasalah-masalahmekanissewaktupemboranberlangsung
(seperti torsi yang tinggidan lain-lain), melindungi casing darifluidaformasi yang
bersifatkorosifdanuntukmemisahkanzona yang lain di belakang casing.
Penyemenanmerupakanfaktor yang paling
pentingdalamoperasipemboransehinggadapatmereduksikemungkinan-
kemungkinanpermasalahansecaramekanissewaktumelakukanpemboranpadatrayeksela
njutnya. Menurutalasandantujuannya,penyemenandapatdibagimenjadiduayaitu:
Primary cementing (penyemenanutama) dan secondary cementing (penyemenan yang
keduaatauperbaikan).

Primary cementing ( penyemanan utama )


Adalah penyemanan pertama kali yang dilakukan setelah casing diturunkan kedalam
sumur.
Secondary atau remedial ( penyemenan kedua atau penyemanan perbaikan )
Adalah penyemanan ulang untuk menyempurnakan primary cementing atau
memperbaiki penyemanan yang rusak.

2.
Secondary Cementing dibagi menjadi tiga bagian :
Squeeze Cementing
Re-Cementing dan
Plug Back Cementing

Tujuan Squeeze Cementing


- Mengurangi water-oil ratio
- Menutup formasi yang sudah tidak produktif
- Menutup zona lost circulation
- Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing
- Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan

Tujuan Re-Cementing :
- Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan untuk
memperluas perlindungan casing di atas top semen.
Tujuan Plug Back Cementing :
- Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well)
- Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock dikarekan adanya
perbedaan compressive strength antara semen dan formasi maka lubang akan berubah
arahnya.
- Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil ratio berkurang pada open
hole completion.

3.
Melekatkan casing dengan formasi.
Melindungi casing dari korosi.
Mencegah hubungan formasi formasi dbelakang casing.
Melindungi casing dari tekanan formasi.
Menutup zona zona atau formasi formasi yang membahayakan operasi pemboran
selanjutnya
To prevent the movement of fluids from one formation to another or from the
formations to surface through the annulus between the casing and borehole.
To support the casing string (specifically surface casing)
To protect the casing from corrosive fluids in the formations.
Melindungi dan melekatkan casing pada dinding formasi.
Menutup daerah hilang sirkulasi dan mengisolasi lapisan dibelakang casing
agar tidak terjadi komunikasi antar lapisan.
Mencegah penyusupan gas atau fluida formasi yang bertekanan tinggi ke
celah antara casing dan formasi, yang dapat menimbulkan masalah yang yang
membahayakan dipermukaan.
Menutup sumur yang akan ditinggalkan.
Memperbaiki casing yang rusak.
Memperbaiki kesalahan pada waktu perforasi.

4.

a. Tri Calcium Silicate


Tricalcium sillicate (3CaO SiO2) dinotasikan sebagai C3S yang dihasilkan dari kombinasi
CaO dan SiO2. Komponen ini merupakan yang terbanyak dalam semen Portland, sekitar 40-
50% untuk semen yang lambat pengerasannya dan sekitar 60-65% untuk semen yang cepat
pengerasannya (high early strength cement). Komponen C 3S pda semen memberikan
strength yang terbesar pada awal pengerasan.
b. Di Calcium Silicate
Di calcium silicate ( 2CaO SiO2) dinotasikan sebagai C2S yang juga dihasilkan dari
kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini sangat penting dalam memberikan final strength
semen. Karena C2S ini tidak menghidarasinya lambat maka tidak berpengaruh dalam setting
time semen, akan tetapi sangat menentukan dalam kekuatan semen lanjut. Kadar C 2S dalam
semen tidak lebih dari 20%.
c. Tri Calcium Aluminate
Tri calcium aluminate ( 3CaO AL2O3) dinotasikan sebagai C3A, yang terbentuk dari
reaksi antara CaO dengan Al2O3. Walaupun kadarnya lebi kecil dari komponen silikat (sekitar
15% untuk high-early strenth cement dan sekitar 3% untuk semen yang tahan terhadap
sulfat), namun berpengaruh pda rheologi suspensi semen dan membantu proses pengerasan
awal pada semen.
d. Tetra Calcium Alumino Ferrite
Tetra calcium alumino ferrite (4CaO AL2O3 FE2O3) dinotasikan sebagai C4AF, yang
terbentuk dari reaksi CaO, Al2O3 dan Fe2O3. Komponen ini hanya sedikit pengaruhnya pada
strength semen. API menjelasakan bahwa kadar C 4AF ditambah dengandua kali kadar C3A
tidak boleh lebih dari 24% untuk semen yang tahan terhadap kandungan sulfat yang tinggi.
Penambahan oksidasi besi yang berlebihan akan menaikkankadar C4AF dan menurunkan
kadar C3A, dan berfungsi menurunkan panas hasil reaksi/hidrasi C3S dan C2S.

5.

2.2.2 Pembuatan Semen


Pembuatan semen portland melalui beberapa tahap sebagai berikut :
Proses Peleburan
- Dry proses, pada awal proses ini mineral clay dan limestone sama-sama
dihancurkan , lalu dikeringkan di rotary dries. Hasilnya dibawa ke tempat
penggilingan untuk dileburkan. Kemudian hasil leburan ini masuk ketempat
penyaringan, dan partikel partikel yang kasar dibuang dengan sistem sentrifugal.
Hasil saringan ditempatkan di beberapa silo (tempat yang berbentuk tabung
tertutup) dan setelah didapat komposisi kimia yang diinginkan, kemudian akan
melalui proses pembakaran di Klin.

Schematic flow diagram of the dry process -


Inexpensive, inconsistent
Figure 1

- Wet Proses, material-material mentah dicampur dengan air, lau dimasukkan


ketempat penggilingan (Grinnding Mil). Campuran ini kemudian dipompa melaui
vibrating screen. Material material yang kasar dikembalikan ke penggilingan,
sementara campuran yang lolos yang berupa suspensi ini ditampung pada suatu
tempat berbentuk kolom. Ditempat ini, suspensi mengalami proses rotasi dan
pemanpatan sehinggga didapat campuran yang homogen. Ditempat ini pula
komposisis kimia suspensi diuba0-ubah untuk didapatkan komposisi yang
diinginkan sebelum dibawa ke Klin.

Schematic flow diagram of the wet process - Expensive, Con


Figure 2

Proses Pembakaran
Setelah mengalami proses peleburan, campuran tersebut dimasukkan kedalam tempat
pembakaran (klin). Di klin campuran tersebut berputar-putar kemudian berubah
menjadi klinker. Ada 6 tahap temperatur yang harus dilalui campuran di klin, yaitu :
- Tahap 1 (sampai 200C)
Ditahap ini mengalami proses penguapan air bebas.
- Tahap 2 (200 sampai 800)
Pada tahap ini mengalami proses pra-pemanasan, dimana partikel- partikel clay
dihidroksidasi (pembebasan unsur-unsur dihidroksida).
- Tahap 3 (800-1100) dan Tahap 4 (1100 - 1300)
Pada tahap ini mengalami proses pembebasan unsur karbon (dekarbonisasi).
Dehidroksidasi mineral mineral clay disempurnakan dan didapatkan hasil yang
berbentuk kristal. Kalsium Karbonat membebaskan sejumlah besar
karbondioksida. Produk bermacam- macam kalsium aluminat dan ferit mulai
terjadi.
- Tahap 5 (1300-1500-1300)
Pada tahap ini sebagian campuran reaksi mencair. Dan suhu 1500 oC (clincering
temperature), C2S dan C3S terbentuk. Sementara itu lime, alumina dan oksida besi
tetap dalam fasa cair.
- Tahap 6 (1300o 10000C)
Pada tahap ini C3A dan C4AF berubah dari fasa liquid menjadi padat dan
berbentuk kristal.
Proses Pendinginan
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai dari sebagian tahap 5, ketika
temperature mulai menurun dari clinkering temperature. Kualitas clinker
danselesainya pembuatan semen sangat tergantung dari laju pendinginan perlahan
lahan sekitar 4-5oC sampai suhu 1250oC, kemudian cepat sekitar 18o 20oC per menit.
Saat laju pendingin lambat, C3A dan C4AF dengan cepat mengkristal, kristal C 3S dan
C2S menjadi lebih teratur dan MgO bebas juga mengkristal (mineral ini disebut
Periclase). Pada kondisi ini, aktivitas hidrolik kecil, compressive strength awal tinggi
namun strength selanjutnya rendah. Saat laju pendinginan cepat, fasa likuid memadat
seperti gelas. C3A dan C2S menurun. MgObebsa tetapdalam fasa gelas, sehingga
menjadi kurang aktif dan dapat menyebabkan semen menjadi kurangkokoh. Pada
kondisi ini, compressive strength awal rendah, namun selanjutnya tinggi.
Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat mengakibatkan sekitar 97-99%
energi yangmasuk diubah menjadi panas. Oleh karena itu diperlukanpendinginan,
karena biola terlalu panas akan banyak gipsum yang menghidrasi menjadi kalsium
sulfat hemihidrat (CSH1/2) atau larutan anhidrit(CS). Akhirnya dai proses
penggilingan di dapat bubuk semen yang diinginkan, yangdihasilkan dari
penggilingan clinker dengan gipsum (CSH2).

6.

2.2.3 Klasifikasi Bubuk Semen


American Petroleum Institute (API) dan American Society for Testing Material
(ASTM), telah menstandarisasibubuk semen yang digunakan untuk sumur minyak dan gas.
Berikut klasifikasi bubuk semen yang diberikan API.
Standarisasi oleh API tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kelas A
Semen ini tidak dapat digunakan sampai kedalaman 6000 ft
Tidak tahan terhadap sulfate
b. Kelas B
Dapat digunakan dari permukaaan sampai kedalaman 6000 ft
Bubuk semen ini tahan terhadap sulfate, tersedia untuk tingkat moderate
sampai tinggi.
c. Kelas C
Dapat dipakai sampai kedalaman 6000 ft.
Mempunyai strength awal yang tinggi.
Tersedia semen yang tahan sulfate dan juga yang tidak tahan sulfate
Semen yang tahan terhadap sulfate adalah dari tingkat moderate sampai tinggi.
d. Kelas D
Digunakan untuk kedalaman 6000 ft sampai dengan 10.000 ft
Digunakan untuk tekanan formasi yang moderate sampai tinggi.
Tersedia untuk semen yang tidak tahan terhadap sulfate, dan yang tahan
terhadap sulfate dari tingkat moderate sampai tinggi.
e. Kelas E
Digunakan untuk kedalaman 6000 ft sampai kedalaman 14.0000 ft
Digunakan untuk temperatur dan tekanan tinggi.
Teersedia untuk tipe yang tidak tahan terhadap sulfate, dan yang tahan
terhadap sulfate untuk tingkat tinggi.

f. Kelas F
Digunakan untuk kedalaman 10.000 ft sampai dengan 16.000 ft.
Untuk menyemen formasi dengan tekanan dan temperatur yang sangat tinggi.
g. Kelas G
Semen kelas G merupakan semen dasar, yang dapat dipakai sampai kedalaman
8000 ft.
Kalau dinginkan untuk kondisi yang lain maka dapat ditambah dengan addtive
yang sesuai.
Tersedia untuk ketahanan terhadap sulfate untuk tingkat moderate sampai
tinggi.

h. Kelas H
Semen kelas H juga merupakan semen kelas dasar, sama dengan semen kelas
G.
Tersedia untuk tingkay\t moderate sulfate resistance.
Semen dari kelas A sampai dengan F adalah jenis semen yang tidak ditambahi addtive
dalam penggunaannya, sedangkan untuk kelas G dan H dapat ditambahkan dengan
additive bila diperlukan.

7.
Waktupengikatan
Waktuikatadalahwaktu yang diperlukan semen untukmengeras,
terhitungdarimulaibereaksidengan air danmenjadi pasta semen hingga pasta
semen cukupkakuuntukmenahantekanan.

Panashidrasi
Panashidrasiadalahpanas yang terjadipadasaat semen bereaksidengan air,
dinyatakandalamkalori/gram.
Soundsness
Soundness didefinisikansebagaikemampuan pasta semen yang
mengerasuntukmempertahankanvolumenyasetelah proses pengikatanberakhir.

Konsistensi
Konsistensi di definisikansebagaikemampuan pasta semen untukmengalir.

Kuattekan (compressive strength)


Kuattekandimaksudsebagaikemampuansuatu material
untukmenahansuatubebantekan.

Lime saturated Factor (LSF)


Batasan agar semen yang dihasilkantidaktercampurdenganbahan-
bahanalamilainnya.

Kehalusanbutir (fineness)
Kehalusanbutir semen akanmempengaruhi proses hidrasi.
Semakinhalusbutiran semen makaluaspermukaanbutiruntuksuatujumlahberat
semen tertentumenjadilebihbesarsehinggajumlah air yang
dibutuhkanjugabanyak.Semakinhalusbutiran semen maka proses
hidrasinyasemakincepatsehingga semen mempunyaikekuatanawaltinggi.
Selainitubutiran semen yang halusakanmengurangi bleeding, tetapi semen
cenderungterjadipenyusutan yang
besardanmempermudahterjadinyaretaksusutpadabeton.

Thickening time

Thickening time ialahwaktu yang diperlukanbubur semen


untukmencapaihargakonsistensi 100 Bc.
Shear Bond Strength

Shear bond strength didefinisikankekuatan semen dalammenahanberat casing.


Harga shear bond strength inidapatdihitungdengancaramengukurgayatekan
(compressive strengt)

8.

Accelerators

Accelerators adalah zat yang dapat mempercepat proses pengerasan pada bubur semen,
sehungga thickening time menjadi lebih singkat. Accelerator yang biasa digunakan adalah
calcium chloride (CaCl2), sodium chloride (Salt-NaCl), gypsum cement, sodium silicate
(Na2SiO2), air laut.
Cara Konvensional untuk mempercepat proses pengerasan bubur semen adalah dengan
memperbesar densitas semen atau mengurangi jumlah air.

Light Weight Additive

Additive ini berfungsi untuk membuat bubur semen lebih ringan. Digunakan untuk
penyemenan pada formasi yang lemah dan tidak kuat menahan berat kolom semen.

Heavy Weight Additive

Additive ini berfungsi untuk pemberat bubur semen. Additive ini digunakan untuk
penyemenan pada formasi yang memiliki tekanan cukup tinggi, sehingga tekanan dalam
kolom semen mampu mengimbangi tekanan formasi.

Retarder
Semen retarder adalah additive yang digunakan untuk memperpanjang waktu
proses pengerasan bubur semen. Biasanya additive ini digunakan untuk
penyemenan sumur-sumur dalam yang bertemperatur tinggi. Sehingga bubur
semen tidak mengeras sebelum target tercapai.

Lost Circulation Control Agents

Additive jenis ini digunakan untuk menanggulangi kehilangan bubur semen pada saat
proses penyemenan. Ada dua cara untuk menanggulangi kehilangan bubur semen,
Yaitu :

1. Dengan mengurangi densitas bubur semen.

2. Dengan menambahkan material penyumbat, seperti serbuk gergaji, bubur kayu,


plastik, dsb

Cara lain adalah dengan menambahkan nitrogen kedalam system Lumpur.

Friction Reducer

Additive ini berfungsi untuk mengurangi kekentalan bubur semen, serta membuat
turbulensi aliran bubur semen pada laju pemompaan yang rendah. Friction reducer
juga sering dikenal dengan nama cement dispersant.

Extender : additive untukmenaikkan volume daribubuk semen.


Contamination additive :Additive
inidicampurkangunamenghindarikontaminasibubur semen denganlumpur.
9.

Macam-Macam Sistem Primary Cementing

Terdapat beberapa sistem dalam penyemenan utama, dan itu semua tegantung dari

kondisi dan jenis casing yang akan disemen.

3.2.1 Penyemenan Poor Boy

Yaitu penyemenan dengan menggunakan Tubing sebagai pengantar Cement Slurry

kedalam lubang sumur, biasanya dipakai untuk penyemenan Stove Pipe dan Conductor

Casing .Pada Stove Pipe dengan memasang Pipa Tubing pada annulus lubang yang pertama

dibor dengan Stove Pipe, sedangkan untuk Conductor Casing dengan memasukkan Pipa

Tubing kedalam Casing dan digantung dengan Cementing Head.

3.2.2. Penyemenan Dengan Stinger

Yaitu penyemenan dengan menggunakan Stinger dan Drill Pipe (DP),

sedangkan Shoe yang dipakai adalah Duplex Shoe. Biasanya dipakai untuk penyemanan

Conductor Casing karena Casing ini memiliki ukuran diameter besar sehingga dengan

system ini diperlukan volume displace sedikit ( sepanjang DP) dan waktunya lebih cepat

3.2.3 Penyemenan Perkins

Yaitu penyemenan dengan menggunakan Bottom dan Top Plug,pada ujung Casing dipasang

Float Shoe dan Float Collar, sedangkan pada puncak Casing dipasang Plug

Container/Cementing Head. Biasanya untuk penyemanan Surface,Intermediate dan

Production Casing.

3.2.4 Penyemenan Multi Stage

Yaitu penyemenan Casing dalam satu trayek dilakukan lebih dari satu kali dengan

cara bertahap/bertingkat, menggunakan peralatan khusus yaitu DSCC, Plugs khusus, dan

Float Collar khusus. Pertimbangan dilakukan penyemenan Multi Stage adalah Casing yang
disemen panjang dan atau adanya zona loss pada lubang sumur tersebut. Biasanya untuk

penyemenan Intermediate dan Production Casing.

10.

Proses penyemenan terdiri dari pencampuran air dengan semen dalam


perbandingan tertentu dan dengan additive tertentu pula. Pendorongan semen dapat
dilakukan dengan sistem sirkulasi ke belakang casing, ditekan masuk ke formasi atau
ditempatkan sebagai suatu plug atau sumbat pada lubang yang tidak merupakan
perforasi completion (misalnya disini open hole completion).
Peralatan penyemenan pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu
peralatan di atas permukaan (surface equipment), dan peralatan bawah permukaan.

1. PERALATAN DI ATAS PERMUKAAN


Peralatan penyemenan terdapat di atas permukaan meliputi Cementing unit, Flow
line, dan Cementing head.

A. Cementing Unit
Cementing unit adalah merupakan suatu unit pompa yang mempunyai fungsi
untuk memompakan bubur semen (slurry) dan lumpur pendorong dalam
proses penyemenan.

Cementing Unit terdiri dari :

Tanki Semen
Untuk menyimpan semen kering.

Hopper
Untuk mengatur aliran dari semen kering agar merata.

Jet Mixer
Mixer yang umum digunakan sekarang ini adalah jet mixer dimana
dipertemukan dua aliran yaitu bubur semen dan air yang ditentukan
melalui venturi agar dapat mengalir dengan deras dan dapat menghasilkan
turbulensi, yang dapat menghasilkan pencampuran yang baik dan benarbenar
homogen. Densitas slurry dapat diukur dengan mud balance

Motor penggerak pompa dan pompa semen


berfungsi untuk memompa bubur semen.

Jenis-jenis Cementing unit :


1. Truck mounted cementing unit
2. Marine cementing unit
3. Skit mounted cementing unit
Mengontrol rate dan tekanan, jenis pompa dapat berupa duplex double acting piston
pump dan single acting triplex plunger pump. Plunger pump lebih umum dipakai
karena slurry dapat dikeluarkan dengan rate yang lebih uniform dan tekanannya lebih
besar.

B. Flow Line
Pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur semen yang dipompakan dari cementing
unit ke cementing head.

C. Cementing Head
Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen yang masuk ke lubang bor. Ada dua tipe
cementing head, yaitu :
1. Mac Clatchie Cementing Head
Merupakan type cementing head yang cara penggunaannya pada waktu pemasukan
bottom plug dan top plug dengan jalan membuka dan memasang kembali.

2. Plug Container
Jenis ini tidak praktis dari pada mac clatchie, karena pada plug contanier ini
memasangnya top plug dan bottom plug tidak perlu membukanya, akan tetapi sudah
terpasang sebelumnya.

2. PERALATAN BAWAH PERMUKAAN

Peralatan penyemenan bawah permukaan meliputi :

a. Casing
Merupakan pipa selubung yang berfungsi untuk :

1. Melindungi lubang bor dari pengaruh fluida formasi dan tekanan-tekanan


disekitarnya.

2. Melindung lubang bor dari guguran

3. Memisahkan formasi produktif satu dengan lainnya.


4. Bersama-sama semen memperkuat dinding lubang serta mempermudah operasi
produktf nantinya.

Jenis-jenis casing :
Conductor casing
Intermediate casing
Production casing

b. Centralizer
Untuk mendapatkan cincin semen yang baik (merata), casing harus terletak ditengah-
tengah lubang, untuk itu casing dilengkapi dengan centralizer.
Fungsi dari centralizer sebagai berikut :
1. Menempatkan casing di tengah-tengah lubang
2. Menyekrap mud cake
3. Mencegah terjadinya differntial sticking
Centralizer dibuat dari bahan baja, sehingga mampu mendorong casing di tengah-
tengah lubang.

c. Scratchers
Adalah suatu alat yang dirangkaikan/dipasang pada casing dan berfungsi untuk
membersihkan dinding lubang bor dari mud cake, sehingga didapat lubang bor yang
bersih.
Ada dua jenis scratchers , yaitu Rotation type wall scratchers dan Reciprecasing type
scratcher.
Pemasangan scratchers pada casing pada umumnya dilas, tetapi dewasa ini dipasang
dengan step collar atau clemps. Receiprecasing scratcher umumnya dipasang pada
interval 15-20 ft sepanjang daerah yang disusun, sedang relating scretcher dipasang
pada zone produktif (porous).

d. Peralatan Floating
Peralatan floating terdiri dari casing shoe, float shoe, guide collar dan float collar.

1. Casing Shoe
Biasanya berbentuk bulat pada bagian bawah dan ditempatkan pada ujung terbawah
dari rangkaian casing dan didalamnya tidak terdapat valve.
Berfungsi sebagai sepatu dan pemandu untuk memudahkan pemasukan rangkaian
casing agar tidak terjadi sangkutan pada didnding lubang bor. Shoe ini bersifat
drillable atau dapat dibor kembali.

2. Float Shoe
Pada prinsipnya adalah sama dengan casing shoe, perbedaannya terletak pada adanya
valve yang berfungsi untuk :
Mencegah aliran balik, mencegah blowout pada saat casing diturunkan.
Mencegah aliran balik semen, setelah proses penyemenan.
Memperkecil beban menara.

3. Guide Collar
Tidak dilengkapi valve, sehingga tidak dapat menahan tekanan balik.
4. Float Collar
Dilengkapi dengan valve, sehingga fapat menahan tekanan balik semen.

e. Shoe Trach
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe dan collar, sepanjang satu batang
atau lebih, tergantung dari ketinggian semen di annulus, karena ketinggian semen di
annulus akan menentukan perbedaan tekanan hidrostatik diluar dan didalam casing
pada waktu memasukkan top plug. Shoe trach berfungsi untuk menampung bubur
semen yang bercampur udara atau lumpur pendorong, agar tidak keluar ke annulus
disekitar shoe. Memasukkan udara pada bubur semen ini terjadi bila penyemenan
menggunakan mac clatchie cementing head, yaitu pada saat cementing head dibuka
sampai memasuki top plug dan pemasangan cementing head kembali. Udara masuk
karena adanya penurunan tekanan semen, akibat perbedaan berat jenis bubur semen
didalam casing dan berat jenis lumpur diluar casing.

f. Bottom Plug
Berfungsi untul mencegah adanya kontaminasi antara lumpur dengan bubur semen.
Jadi untuk mendorong lumpur yang berada didalam casing dan memisahkan casing
dari semen dan juga membersihkan mud film didalam dinding casing, pada bottom
plug terdapat membran yang pada tekanan tertentu dapat pecah, sehingga semen akan
mengalir keluar dan terdorong ke
annulus sampai mencapai tujuan yang diharapkan. Bottom plug dibuat dari bahan
karet dan bahan dalamnya dibuat dari alluminium.

g. Top Plug
Berfungsi untuk mendorong bubur semen, memisahkan semen dari lumpur pendorong
agar tidak terjadi konyaminasi, membersihkan semen dari sisa-sisa semen didalam
casing. Alat ini sebagian besar terbuat dari karet dan pada bagian bawahnya
digunakan plat alluminium dan tidak mempunyai membran. Apabila top plug ini sudah
mencapai bottom plug, maka tekanan pompa akanm naik secara tiba-tiba dan pada
saat itu pemompaan dihentikan.

3. PERALATAN PADA STAGE CEMENTING

Peralatan Di Atas Permukaan


Pada penyemenan bertingkat ini, alat yang digunakan relatif sama dengan penyemenan
konvensional.
Peralatan Di Bawah Permukaan

1. Stage Cemmenting Collar


Berfungsi untuk melewatkan bubur semen setelah penyemenan pertama dilakukan.
penyemenan bertingkat dilakukan apabila sumur terlalu dalam, formasi diatas dan
dibawah zona yang disemen cukup jauh, menghindari bahaya tekan pompa yang
berlebih.

2. Cement Basket
Terletak dibawah stage cementing collar, berfungsi untuk menyekat ruang annulus
antara ruang bawah stage collar dan bagian atas stage collar.

3. Trip Plug
Setelah primary cementing selesai maka dimasukkan trip plug. Plug ini berfungsi
untuk membuka lubnag pada strategi cementing collar. Karena beratnya, trip plug ini
turun kebawah yang akhitnya sampai pada stage cementing collar. Dengan tekanan
tertentu lower inner sleeve akan turun dan membuka lubang pada stage cementing
collar disebut cementing ports.

4. Shut Off plug


Setelah pendorongan bubur semen selesai, kemudian dimasukkan shut off plug yang
berfungsi untuk menutup cementing port, sehingga tidak terjadi aliran balik.

4. PEMBAHASAN

Operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada dinding lubang sumur,
melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi pemboran (seperti
getaran), melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi dan untuk
memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain di belakang casing.
Proses penyemenan diawali dengan pemompaan semen masuk lubang casing kemudian
didorong kedalam sampai batas yang diinginkan, setelah kering maka baru dilakukan
pemboran selanjutnya.

Shoe track :Shoe track adalahsatusampaiduabatang casing yang


dipasangantara casing shoe dengan casing collar.
Fungsinyaadalahuntuikmenampungbubur semen yang terkontaminasi.
Kalaububur semen yang terkontaminasisampaimasikke annulus casing
denganlubang, kualitas semen akantidakbaik.
Casing collar :Casing collar adalahsambuanganpendek yang dipasang di
atasshoetrack. Alatiniberfungsimanahan cementing plug setelahpenyemenan.

13.

CBL, cement bond logging, metode yang dapat digunakan untuk mengetahui
compressive strength dari suatu cement.
VDL, variable density logging.
Proses yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan pada primary
cementing.
14.

Komponen bubuk semen ada 4 :

1. Tri calcium silicate (C3S)

Rumus kimianya : 3CaO SiO2.

Komponen ini memberikan strength yg besar.

Fungsinya untuk mempercepat proses pengerasan cement.

2. Di calcium silicate (C2S)

Rumus kimianya : 2CaO SiO2.

Komponen ini tidak tahan terhadap sulfate (cairan yg bersifat korosif).

Fungsinya sebagai material penguat semen.

3. Tri calcium alluminate (C3A)

Rumus kimianya : 3CaO A1203.

Komponen ini tidak tahan terhadap sulfate karena bisa melunakkan semen.

4. Tetra calcium allumino ferrite (C4AF)

Rumus kimianya : 4CaO A1203 Fe203

Komponen ini memberikan panas hydrasi yg rendah.

15.

Salah satu masalah yang dihadapi pada saat melakukan penyemenan adalah
pada saat menembus formasi yang memiliki banyak rekahan dan formasi yang
memiliki tekanan rekah formasi lebih kecil dari tekanan hidrostatik semen
dengan densitas normal maka formasi tersebut dikatakan lunak atau mudah
pecah sehingga dibutuhkan densitas semen di bawah densitas normal. Aditif
yang dapat digunakan untuk menurunkan densitas semen pemboran adalah Low
density material (Glass bubble dan Cenospheres).
Tujuan utama yaitu pencarian formulasi yang tepat untuk densitas rendah
dengan penambahan Low density material untuk mencari sifat fisik semen yang
baik, kecendrungan pada densitas rendah sulit sekali mencari harga sifat fisik
semen yang ideal untuk itu ditambahkan aditif lain (Gas block, Fluid loss,
Dispersant, Extender, Silica flour dan Defomer) yang optimum, sehingga bubur
semen tersebut mempunyai sifat-sifat fisik yang memenuhi persyaratan sesuai
dengan kondisi temperatur dan tekanan formasi pada sumur yang bersangkutan.
Sifat fisik yang akan diamati yaitu Rheology, kadar air bebas (Free water), laju
hilangnya cairan (Fluid loss), waktu pengejalan (Thickening time), kuat tekan
(Compressive strength), serta Shear bond strength sehingga akan diperoleh
gambaran seberapa besar komposisi Low density material (Glass bubble dan
Cenospheres) yang optimal yang dapat ditambahkan pada semen pemboran.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapat bahwa pada semen kelas G dengan
penambahan Aditif Low Density Material yang paling optimal terhadap sifat
fisik semen yaitu Glass bubble karena memiliki Rheology, Free water, Fluid
loss, dan Thikening time dan Compressive strength yang cukup baik pada
densitas 12.5 ppg namun masih belum memiliki Compressive strength yang
cukup baik untuk densitas dibawahnya. Sedangkan pada percobaan penambahan
Silica flour pada cenospheres didapat hasil yang optimum untuk Compressive
strength pada temperatur tinggi hingga mencapai 1287.5 psi pada 150 oC di
densitas 12.5 ppg.

Vous aimerez peut-être aussi