Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Beranda
Lencana Facebook
Diah CulesAngel | Buat Lencana Anda
Pengikut
Blogger templates
Mengenai Saya
Dyah Ayu
Lencana Facebook
Diah CulesAngel
Blogger news
Categories
o Barcelona (1)
o Biokimia (1)
o Bracelona (1)
o Hematologi (1)
o Photoshop (1)
o PPT (1)
o youtube (2)
Blogroll
Archives
o 2015 (20)
Juni (6)
Mei (5)
Mekanisme terjadinya Asidosis Metabolik Di dalam ...
Tutorial Photoshop CS2 teknik Masking
Presentation About endocrine system
how to behave to neighbors by islam
Tutorial Membuat batik dengan Cara mudah dan hasil...
April (9)
BAB II PEMBAHASAN
A. Kasus Wanita,
40 tahun datang ke IGD dengan keluhan sakit pinggang bawah, demam, mual, muntah, menggigil,
pusing dan sesak nafas. Pasien menyatakan kalau kencing rasa panas (disuria). Dia juga mempunyai
riwayat diabetes melitus yang tidak tergantung insulin tetapi menyangkal masalah medis lain. Hasil
laboratorium menunjukkan hitung jumlah sel darah putih 20.000/mm2. hemoglobin dan hematokrit
normal. Kadar glukosa darah 200 mg/dL dan kadar bikarbonat serum rendah. Hasil AGD menunjukkan
pH darah arterial 7,28 dan diduga asidosis metabolik. Urinalisanya menunjukkan jumlah abnormal
batang gram negatif.
B. Hubungan Klinis
Pasien ini mengalami syok septik, diawali dengan masuknya bakteri dengan adanya keadaan proses
syok septik major, seperti pneumonitis, endokarditis. Agen pencetus (bakteri batang gram negatif-
positif) diopsonisasi dan difagositosis yang melepaskan fragmen ke aliran darah yang mengandung
eksotoksin (kandungan intrasel bakteri) atau endotoksin suatu makromolekul lipoprotein polisakarida
(LPS) membran sel. Hal itu timbul karena fagolisosom fagositik mendegragasi sitoplasma dan bagian
membran sel bakteri. Bila dikeluarkan pada darah, endotoksin mendorong pembentukan antibodi dan
interaksi komplemen yang mendorong opsonisasi fragmen endotoksin sehingga sel retikuloendotel
(RES) dapat menyerap untuk detoksifikasi infeksi yang terkait hipotensi atau tekanan darah rendah.
(Sabiston, 1995) Penurunan tekanan darah kemudian mengarah ke kekurangan penyaluran sel darah
merah dan oksigen ke berbagai jaringan tubuh. Maka, jaringan harus berubah dari metabolisme aerob
ke metabolisme anaerob. Laktat menumpuk, menyebabkan asidemia. Pengobatan syok septik diawali
dengan cairan intravena, karena tubuh relatif kekurangan volume cairan akibat vasodilatasi sebagai
respon terhadap infeksi. Kadang-kadang, tekanan darah tetap rendah vasoaktif digunakan misalnya
infus dopamin untuk menyebabkan vasokonstriksi dan karena itu meningkatkan tekanan darah.
Antibiotik juga penting untuk mengobati infeksi. Akhirnya, kontrol dari sumber sepsis adalah penting.
Ini dapat termasuk operasi untuk menyingkirkan usus yang abses atau nekrosis, atau menyingkirkan
benda asing, atau sekedar debridement (mengeluarkan sisa jaringan terinfeksi). Jadi, syok septik
diobati dengan mengatur tekanan darah, antibiotik dan pengawasan sumber penyakit. Bertambah
parahnya asidemia dan penumpukan laktat merupakan tanda prognosis jelek dalam syok septik
(Eugene, 2011).
C. Definisi Syok Septik
Definisi sepsis adalah kondisi kolaps vascular hebat dan berat akibat infeksi sistemik yang umumnya
disebabkan oleh organisme gram-negatif. Bukti klinisnya berupa suhu tubuh yang abnormal (>38oC),
takikardi, asidosis metabolik, dan peningkatan atau penurunan jumlah sel darah putih. Sepsis juga
dapat disebabkan oleh infeksi virus atau jamur. Berkembangnya status syok yang berkaitan dengan
infeksi diyakini berhubungan dengan pelepasan endotoksin dari dinding sel bakteri. Untuk alasan ini,
secara umum syok septik mengacu pada syok endotoksin atau sederhananya syok toksik (Jan
Tambayong, 2000). Sepsis tidak hanya terbatas pada darah, tapi dapat mempengaruhi seluruh tubuh,
termasuk organ-organ. Sepsis yang berat disertai dengan satu atau lebih tanda disfungsi organ,
hipotensi, atau hipoperfusi seperti menurunnya fungsi ginjal, hipoksemia, dan perubahan status
mental. Syok septik merupakan sepsis dengan tekanan darah arteri<90 mmHg atau 40 mmHg di
bawah tekanan darah normal pasien tersebut selama sekurang-kurangnya 1 jam meskipun telah
dilakukan resusitasi cairan atau dibutuhkan vasopressor untuk mempertahankan agar tekanan
darah sistolik tetap 90 mmHg atau tekanan arterial rata-rata 70 mmHg. Syok septis berasal
dari berasal dari penyebaran dan perluasan yang mulanya terlokalisasi (misalnya abses,
peritonitis, pneumonia) ke dalam aliran darah.
Sebagian besar kasus syok septik (kira-kira 70%) disebabkan oleh basil gram negatif yang
menghasilkan endotoksin. Endotoksin merupakan lipopolisakarida (LPS) dinding bakteri yang
dilepaskan ketika dinding sel dipecah (misalkan, respon peradangan). LPS terdiri atas inti asam
lemak toksik yang lazim terdapat pada semua bakteri batang gram negatif dan selubung
polisakarida kompleks yang unik tiap spesies. Molekul analog pada dinding bakteri gram positif
dan jamur dapat pula menimbulkan syok septik. Semua efek pada sel dan hemodinamika yang
dihasilkan pada syok septik dapat dihasilkan kembali hanya dengan menyuntikkan LPS. LPS
akan bebas melekat pada protein pengikat LPS yang beredar dalam pembuluh darah, dan
kompleks tersebut kemudian berikatan pada reseptor spesifik (disebut CD14) pada monosit,
makrofag, dan neutrofil. Pengikatan CD14 mengakibatkan pemberian sinyal intraseluler melalui
reseptor menyerupai Toll yang menyertainya, dan kemudian terjadi aktivasi sel mononuklear
yang kuat disertai dengan produksi sitokin efektor tang poten, seperti IL-1 dan TNF. Mungkin,
dengan dosis LPS yang rendah pada manusia, aktivasi yang diperantarai Toll membantu memicu
unsur sistem imun bawaan untuk membasmi mikroba yang menyerang secara efektif. Dalam
dosis rendah, LPS terutama berfungsi untuk mengaktivasi monosit, makrofag, dan neutrofil,
disertai efek yang mungkin dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuannya menyingkirkan
bakteri penyerang. LPS dapat pula mengaktivasi komplemen secara langsung, yang turut
berperan pada pembasmian bakteri local (Robbins, 2007).
Syok septik sudah jarang dijumpai karena pranata laksananya sudah membaik seiring
dengan kemajuan teknologi kesehatan dan penemuan antibiotiknya. Sekalipun angka kejadian
syok septik tidak terlalu banyak, yaitu sekitar 5% tetapi angka kematiannya tinggi sebagian besar
disertai dengan shock pulmonary syndrome:
1. Bendungan paru
2. Pendarahan
3. Edema paru
4. Terdapat thrombus pada kapiler paru
5. Atelektasis paru
Manifestasi klinik dengan gangguan fungsi disebabkan oleh masuknya endotoksin,
lipopolisakarida protein kompleks yang berasal dari dinding bakteri gram-negatif menimbulkan
dua pokok mekanisme klinis :
1. Terjadi spasme selektif pembuluh darah
2. Terjadi koagulasi intravaskuler
Bakteri yang menimbukan manifestasi klinis syok septis adalah :
a. Kelompok gram-negatif :
Escherchia coli
Klebsiella pneumonia
Spesies prorus mirabilis atau vulgaris
b. Kelompok virulen dan resisten terhadap obat:
Pseudomonas aeroginusa
Enterobacter
Serratia
Sumber :Campbell,2002
Kesetimbangan kimiawi antara asam karbonat dan bikarbonat berperan sebagai pengatur
pH, reaksi akan bergeser ke kanan atau ke kiri ketika proses lain dalam larutan menambah atau
mengurangi ion hidrogen. Jika konsentrasi H+ dalam darah mulai menurun (itu berarti pH naik),
akan lebih banyak lagi asam karbonat yang terurai untuk menggantikan ion hidrogen yang
berkurang. Tetapi pada saat konsentrasi H+ dalam darah naik (pH turun), ion bikarbonat berperan
sebagai basa dan menghilangkan kelebihan ion hidrogen dari larutan. Oleh karenanya, sistem
larutan penyangga asam karbonat-bikarbonat sebenarnya terdiri dari asam dan basa dalam
kesetimbangan satu sama lainnya. Sebagian besar larutan penyangga lainnya juga merupakan
pasangan asam-basa (Campbell, 2002).
Sisi kanan dari persamaan reaksi penyangga dari persamaan reaksi ini adalah komponen
ginjal-metabolik :
Asam karbonat yang terbentuk oleh hidrasi gas karbon dioksida, terurai menjadi ion
hidrogen dan ion bikarbonat. Setengah dari persamaan ini terutama diatur oleh ginjal. Ginjal ikut
menjaga kesetimbangan asam-basa. Ginjal bertanggung jawab membuang asam-asam tetap
seperti asam laktat dan asam fosfat yang terbentuk selama metabolisme. Penurunan pH karena
asam-asam ini disebut Asidosis Metabolik.
Salah satu gangguan keseimbangan asam basa adalah asidosis laktat, merupakan salah satu
bentuk asidosis metabolik. Asidosis laktat terjadi sebagai akibat akumulasi laktat yang
disebabkan oleh hipoksia atau iskemia jaringan. Kadar laktat darah telah banyak dipelajari dan
digunakan sebagai pertanda biokimia hipoksia jaringan pada keadaan sakit gawat.
Pada kelompok asidosis metabolik laktat, terdapat gangguan sistem organ yaitu, infeksi
sindrom dengue syok dan syok septik. Pada penyakit ini terjadi akumulasi laktat dalam darah
disebabkan karena dua keadaan, yaitu penyediaan oksigen darah yang kurang dan atau
penggunaan oksigen jaringan yang meningkat. Hipoperfusi/hipoksia jaringan menjadi dasar
patogenesis dari berbagai kasus asidosis laktat pada umumnya berhubungan dengan oksigenasi
jaringan yang tidak adekuat. Kadar laktat darah seringkali digunakan untuk mendeteksi
hipoperfusi dan hipoksia atau sebagai parameter untuk monitor keberhasilan terapi serta
prognostik pada berbagai keadaan sakit gawat. Asidosis sangat dipengaruhi oleh konsentrasi ion
hidrogen (pH), peningkatan risiko mortalitas terjadi jika pH darah <7,1 (asidosis berat) dan pH
<6,8 bersifat letal (Romy, 2012).
1. Mekanisme Terjadinya Asidosis Metabolik
a. Penyakit seperti ketoasidosis diabetik ketoasidosis alkoholik dan uremia sebagai akibat dari ion-
ion asam yang berlebihan yang tidak dapat diekskresi dengan cukup cepat untuk mencegah
terjadinya asidosis
b. Menelan senyawa-senyawa asam seperti metanol, aspirin, etilen glikol, dan paraldehid
menyebabkan asidosis metabolic yang hebat
c. Metabolisme anaerob yang diakibatkan oleh hipoksia seluler menghasilkan asidosis laktat.
Keadaan ini dapat timbul pada pasien dengan sepsis, syok, kejang-kejang, ketoasidosis, dan
uremia (Hunardja, 1998)
Sumber : Diah,2004
Siklus Cori
Gambar: Marks,2000
Pada saat glikogen otot akan dirombak /dipergunakan sebagai energi melalui proses yang bersifat
anaerobik /glikolisis(Suhardjo,1992) Glukosa yang dihasilkan dihati melalui proses
gluconeogenesis diubah melalui glikolisis di dalam sel darah merah(eritrosit) atau sel otot yang
beraktivitas menjadi laktat.(Marks,2000) Akan tetapi bila telah cukup istirahat berarti juga tubuh
mendapat cukup oksigen (O ) maka hati dapat mengubah kembali asam laktat menjadi
2
glikogen(glikogen hati), peristiwa ini disebut glukoneogenesis dan selanjutnya bila diperlukan
dapat terjadi proses glikogenolisis yaitu glikogen dapat berubah menjadi glukosa bebas yang
beredar dalam darah. Keseluruhan proses yang sifatnya reversible disebut Siklus Cori. Jika
perubahan yang sifatnya reversible tersebut terhambat karena tubuh tidak menerima cukup
oksigen, maka akan terjadi penumpukan asam laktat dalam otot. Sebab pada proses saat laktat
akan berubah menjadi glukosa membutuhkan O sehingga jika tubuh masih mengalami hipoksia
2,
maka akan terjadi penumpukan laktat yang dapat mengarah ke asidosis metabolik.
(Suhardjo,1992)
0 KOMEN TAR :