Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
(Pasal 12/2).
Hak dan Kewajiban Pemerintah dan PemDa
TUGAS
Melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan,
serta pemantauan, analisis, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang standardisasi,
akreditasi, dan sertifikasi keolahragaan.
(Pasal 338)
Fungsi
a. Penyiapan perumusan kebijakan dan pelaksanaan
kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi
dan penyusunan laporan di bidang standardisasi
keolahragaan.
b. Penyiapan perumusan kebijakan dan pelaksanaan
kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi
dan penyusunan laporan di bidang akreditasi
keolahragaan.
c. Penyiapan perumusan kebijakan dan pelaksanaan
kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi
dan penyusunan laporan di bidang sertifikasi
keolahragaan.
(Pasal 339):
Landasan SAS DAL 3/2005
Standardisasi
Ps 81 Ps 84 94
UU PP
No 3 Akreditasi No. 16
SKN Ps 82 Ps101 104
PK
Pengetahuan
(Knowledge)
C
Sikap
(Attitude)
MODEL KOMPETEMSI
Outcomes
Penampilan
Skills Behavior
Kesiapan
Knowledge Attitude
Kapasitas
bawaan Awareness and Learning
Sumber : RMCS
Cakupan PENGETAHUAN (knowledge)
dalam KOMPETENSI
AKREDITASI
KEOLAHRAGAAN
SERTIFIKASI KEOLAHRAGAAN
Dilakukan oleh Pemerintah dan/atau
lembaga mandiri yang berwenang
sebagai bentuk akuntabilitas publik
KERANGKA SAS DALAM TUJUAN SKN
PESERTA DIDIK
OLAHRAGA SEHAT,CERDAS DAN
PENDIDIKAN BERPRESTASI
STANDARDISASI, MASYARAKAT
AKREDITASI, DAN OLAHRAGA SEHAT, BUGAR
SERTIFIKASI REKREASI DAN PRODUKTIF
KEOLAHRAGAAN
BERPRESTASI
OLAHRAGA TINGKAT REGIONAL
PRESTASI & INTERNASIONAL
PERSYARATAN KOMPETENSI
1. Pendidikan : diperoleh melalui program
pendidikan formal.
2. Penataran/pelatihan : diperoleh melalui
program penataran/pelatihan kecabangan
olahraga yang terakreditasi.
3. Pengalaman : diperoleh melalui penilaian
terhadap frekuensi dan bobot penugasan serta
penghargaan yang diterima.
4. Unjuk kinerja : diperoleh melalui uji
kompetensi.
5. Kelayakan fisik dan mental : diperoleh
melalui pengujian medik dan mental.
Apakah yang dimaksud STANDAR
KOMPETENSI ?
ACUAN/UKURAN
YANG DISEPAKATI
STANDAR
KOMPETENSI Kemampuan yang dilandasi oleh
pengetahuan, keterampilan dan
sikap serta penerapannya di
tempat kerja dengan mengacu
pada unjuk kerja yang
dipersyaratkan
Standar kompetensi
harus memenuhi:
a. kompetensi kepribadian;
b. kompetensi akademik;
c. kompetensi profesional; dan
d. kompetensi sosial.
PP-Pasal 87 (2)
MENGAPA PERLU STANDAR ????
Standardisasi sebagai salah satu faktor
penentu/acuan keterterimaan dan pengakuan.
Ketentuan WTO meliputi :
(a) transparansi pengembangan standar
nasional;
(b) transparansi pemberlakuan regulasi teknis;
(c) saling pengakuan berdasarkan
pelaksanaan penilaian kesesuaian
Sebagai acuan dalam Perencanaan,
Pengembangan dan Penataan SDM
Standar Kompetensi
Tenaga Keolahragaan (SKTK)
SKTK : rumusan kemampuan kerja yang
mencakup aspek Pengetahuan, Keterampilan
serta Sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat tenaga
keolahragaan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
TUJUAN SKTK
Memberi kerangka pembangunan
kompetensi kerja tenaga keolahragaan
yang harmonis dan digunakan sebagai
acuan seluruh cabang olahraga, untuk
menghasilkan tenaga keolahragaan
Indonesia yang kompeten, profesional dan
kompetitif.
Pembinaan dan Pengembangan ORPRES
(1) Pembinaan dan pengembangan olahraga
prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk
mencapai prestasi olahraga pada tingkat
daerah, nasional, dan internasional.
(2) Pembinaan dan pengembangan olahraga
prestasi dilakukan oleh induk organisasi cabang
olahraga, baik pada tingkat pusat maupun pada
tingkat daerah.
UU Pasal 27
(3) Pembinaan dan pengembangan olahraga
prestasi dilakukan oleh pelatih yang memiliki
kualifikasi dan sertifikat kompetensi yang
dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan dengan
pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(4) Pembinaan dan pengembangan olahraga
prestasi dilaksanakan dengan memberdayakan
perkumpulan olahraga, menumbuhkembangkan
sentra pembinaan olahraga yang bersifat
nasional dan daerah, dan menyelenggarakan
kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan.
(5) Pembinaan dan pengembangan olahraga
prestasi melibatkan olahragawan muda
potensial dari hasil pemantauan,
pemanduan, dan pengembangan bakat
sebagai proses regenerasi.
Standardisasi dan Sertifikasi Tenaga Keolahragaan
(Pasal 63 UU 3/2005)
KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI
(1) Tenaga keolahragaan yang bertugas dalam setiap
organisasi olahraga dan/atau lembaga olahraga wajib
memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi yang
dikeluarkan oleh induk organisasi cabang olahraga
yang terakreditasi atau BSANK.
(2) Induk organisasi cabang olahraga yang terakreditasi
atau BSANK menerbitkan Sertifikat Kompetensi
Tenaga Keolahragaan dengan memperhatikan
standar kompetensi organisasi profesi yang
bersangkutan dan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 106
KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI
(Pasal 106 /PP)
(1) Tenaga keolahragaan yang bertugas dalam
setiap organisasi olahraga dan/atau lembaga
olahraga wajib memiliki kualifikasi dan
sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh
induk organisasi cabang olahraga yang
terakreditasi atau BSANK.
(Pasal 82)
SERTIFIKASI
(Pasal 83)
Sertifikasi
PP pasal 90
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN OR REKREASI
BSANK/
LSTK
PELATIHAN PENILAIAN
BERBASIS BERBASIS
KOMPETENSI KOMPETENSI
INDUSTRI OLAHRAGA
SERTIFIKASI KOMPETENSI
Sertifikasi kompetensi
kerja adalah proses
pemberian sertifikat
kompetensi yang
dilakukan secara
sistematis dan obyektif
melalui uji kompetensi
yang mengacu kepada
standar kompetensi
tenaga keolahragaan
MEMASTIKAN DAN Indonesia/dan atau
MEMELIHARA KOMPETENSI internasional.
MANFAAT SERTIFIKASI
keabsahan status profesional
kesempatan pembinaan berkelanjutan
tercipta jalur karier profesi
PERORANGAN masuk database on-line
mudah diakses oleh yg akan memberi
tugas
tersedia sumber informasi
tercipta iklim kerja profesional
tersedia instrumen pengaturan
INSTITUSI jenjang/karier
tersedia instrumen penetapan imbalan
terdorongnya kinerja lembaga
pembinaan SDM profesional
perlindungan bagi masyarakat
NASIONAL jalur pertanggung-jawaban perdata
kesetaraan intl >> proteksi profesi
BADAN STANDARDISASI DAN AKREDITASI
NASIONAL KEOLAHRAGAAN
Anggota Sekretaris
(9 orang) (Eselon 2)
Susunan, kedudukan, dan tata kerja : PerPres
Anggota : Kepres dan PerMen
Ketua dan Wakil Ketua : oleh dan dari Anggota
Sekretaris BSANK : KepMen
OPERASONAL
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
(Eselon 2)
PB/PP LSKTK
CABOR CABOR
Ketentuan dalam Pasal 86 PP 16/2007
(1) Menteri menetapkan Standar Nasional Keolah-
ragaan dan Pedoman Standardisasi Nasional
Keolahragaan untuk diberlakukan secara nasional.
(2) Pedoman Standardisasi Nasional Keolahragaan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan Standar Nasional Keolahragaan.
(3) Penerapan Standar Nasional Keolahragaan dilaku-
kan melalui kegiatan akreditasi dan sertifikasi.
(4) Standar Nasional Keolahragaan dan Pedoman
Standardisasi Nasional Keolahragaan dapat
disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global.
KETENTUAN PENUTUP (asal 127)
Paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan
Pemerintah ini diundangkan:
(1) organisasi keolahragaan yang telah ada tetap diakui
dan harus melakukan penyesuaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47.
(2) standardisasi, akreditasi, dan sertifikasi
keolahragaan, dilakukan.
(3) Badan Standardisasi dan Akreditasi Nasional,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1)
dibentuk.
(4) Badan Olahraga Profesional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37, dibentuk.
Pasal 125 PP No 16/2007 :
Lembaga pemerintah yang bertanggung
jawab dan menangani penyelenggaraan
standardisasi, akreditasi, dan sertifikasi
keolahragaan yang ada, tetap menjalan-
kan tugas dan fungsinya sampai Badan
Standardisasi dan Akreditasi Nasional
Keolahragaan dibentuk sesuai dengan
Peraturan Pemerintah ini.
LINGKUP DAN ALUR PROSES PENYUSUNAN
DAN PENETAPAN STANDAR KEOLAHRAGAAN
Pembentukan Tim Teknis
Penyusunan Standar Nasional
Keolahragaan
STANDAR
NASIONAL
KOMPETENSI
WASIT-JURI
KARATE,
GULAT, DAN
PENCAK SILAT
Terima Kasih 61
Urusan Olahraga
Pemerintah Daerah
a. Urusan Dalam Hal Kebijakan
Keolahragaan
1) Pengembangan dan keserasian
kebijakan olahraga.
2) Penyelenggaraan keolahragaan.
3) Pembinaan dan pengembangan
keolahragaan.
4) Pengelolaan keolahragaan.
5) Penyelenggaraan pekan dan
kejuaraan olahraga.
6) Pembangunan dan peningkatan
prasarana dan sarana olahraga.
7) Pendidikan dan pelatihan keolahragaan.
8) Pendanaan keolahragaan.
9) Pengembangan IPTEK keolahragaan.
10) Pengembangan kerjasama dan
informasi keolahragaan.
11) Pengembangan kemitraan pemerintah
dengan masyarakat dalam
pembangunan olahraga.
12) Peningkatan peranserta secara lintas
bidang dan sektoral serta masyarakat.
13) Pengembangan manajemen olahraga.
14) Kemitraan industri dan kewirausahaan
olahraga.
15) Pengembangan IPTEK olahraga.
16) Peningkatan profesionalisme atlit,
pelatih, manager dan pembina
olahraga.
17) Pembangunan dan pengembangan industr OR.
18) Pengaturan sistem penganugerahan,
penghargaan dan kesejahteraan pelaku OR.
19) Pengaturan pelaksanaan standarisasi,
akreditasi dan sertifikat keolahragaan.
20) Peningkatan dan pembangunan prasarana dan
sarana OR.
21) Pengembangan jaringan dan sistem informasi
keolahragaan.
22) Kriteria lembaga keolahragaan.
23) Pemberdayaan dan pemasyarakatan olahraga
serta peningkatan kebugaran jasmani
masyarakat.
b. Pembinaan dan Pengawasan
Keolahragaan
1) Pembinaan terhadap organisasi
keolahragaan.
2) Pembinaan terhadap kegiatan
keolahragaan.
3) Pembinaan pengelolaan olahraga dan
tenaga keolahragaan.
4) Pembinaan dan pengembangan prestasi
olahraga termasuk unggulan.
5) Pembinaan koordinasi pemerintahan antar
susunan pemerintahan di kabupaten/kota.
6) Pembinaan pendidikan dan pelatihan di
bidang keolahragaan.
7) Pembinaan perencanaan, penelitian,
pengembangan, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang
keolahragaan.
8) Pengaturan pengawasan terhadap
pelaksanaan norma dan standar di bidang
keolahragaan.
9) Pembinaan dan pengembangan industri OR.
10) Pengawasan terhadap penyelenggaraan
olahraga.
11) Pengawasan terhadap pelaksanaan
anggaran/dana.
c. Koordinasi Keolahragaan
1) Koordinasi antar dinas instansi terkait.
2) Koordinasi dengan lembaga non
pemerintah.
3) Koordinasi antar kecamatan skala
kabupaten/kota.
4) Koordinasi antar kecamatan skala
Provinsi.
Terima Kasih