Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep pendekatan dalam upaya penanganan kesehatan penduduk
mengalami banyak perubahan sejalan dengan pemahaman dan pengetahuan
manusia mengenai cara masyarakat untuk menghayati dan menghargai bahwa
kesehatan itu merupakan modal manusia (human capital) yang sangat besar
nilainya. Konsep sehat-sakit senantiasa berubah sejalan dengan pemahaman
manusia mengenai nilai, peran, penghargaan, dan persepsi manusia terhadap
kesehatan.
Di mulai pada zaman keemasan Yunani bahwa sehat merupakan keadaaan
standar yang harus dicapai dan dibanggakan, sedangkan sakit sebagai sesuatu
yang tidak bermanfaat. Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit, batasan
sehat juga ikut berubah. Seseorang dikatakan sehat apabila setelah dilakukan
pemeriksaan secara seksama tidak ditemukan penyebab penyakit.
Pada tahun 50-an, World Health Organization (WHO) mendefinisikan
sehat sebagai keadaan sehat sejahtera fisik, mental, sosial, dan bukan hanya
bebas dari penyakit dan kelemahan. Lalu pada tahun 80-an, definisi sehat
menurut WHO mengalami perubahan seperti yang tertera dalam Undang-
Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992, yaitu
memasukkan unsur hidup produktif baik sosial maupun ekonomi.
Pembahasan mengenai kesehatan tentunya tidak terlepas dari definisi
klasik WHO tentang kesehatan, yaitu keadaan sempurna baik fisik, mental
dan sosial serta tidak sedang menderita sakit atau kelemahan. Mengapa WHO
memasukkan istilah sosial? Karena sosial berarti hidup bersama dalam
kelompok dengan situasi yang saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan
komunitas. Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya-upaya
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktik klinik keperawatan komunitas,
mahasiswa mampu menerapkan asuhan kepeawatan komunitas pada setiap
C. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
a) Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata
kepada masyarakat.
b) Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas
c) Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika masyarakat
D. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan praktik keperawatan komunitas Universitas Muslim Indonesia
dimulai tanggal 26 Januari 2015 26 Februari 2015 yang bertempat di Dusun
Camming, Desa Palakka, Kabupaten Barru, Kecamatan Barru.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGKAJIAN PRIMER
1. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data yang dilakukan meliputi ;
a. Melakukan pengumpulan data
dengan cara mengunjungi masing-masing rumah penduduk,
wawancara langsung kepada pihak keluarga, pemeriksaan fisik bagi
anggota keluarga yang sedang sakit, serta observasi kondisi rumah dan
lingkungan sekitarnya. Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan pada
tanggal, 14-19 April 2017 di wilayah Dusun Taipakodong 1 dan dusun
Raja-raja.
b. Melakukan tabulasi data dari
hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, yaitu tanggal 20-21 di
posko II Dusun Bungaejaya, Desa Bungaejaya Kec. Palangga Kab.
Barru.
2. Hasil Tabulasi Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut akan ditabulasi
dalam bentuk grafik. Adapun hasil tabulasi disajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut ;
0-5 tahun
7% 6-11 tahun
27% 10%
12-25 tahun
26-45 tahun
>45 tahun
29%
27%
Laki-Laki Perempuan
48% 52%
Pendidikan
9%
Tamat SMA Kuliah Tamat Kuliah Lainnya
10%
30%
Pekerjaan
9%
Milik Pribadi
11% Menumpang
Kontrak
Asrama
Lainnya
89%
Permanen
10% Semi Permanen
16% Panggung/Kayu
Lain-lain
(seng/triples)
74%
Dari data diatas, terlihat bahwa dari 317 rumah yang telah dikaji
terdapat 234 jenis rumah Permanen atau 73,81%, 51 jenis rumah
Semi Permanen atau 16,08%, 32 jenis rumah Panggung/kayu atau
10,09%. Hal ini menunjukkan bahwa dari jumlah rumah yang
telah dikaji terdapat lebih banyak penduduk yang memiliki jenis
rumah Permanen.
5%
Ya, Ada
Tidak Ada
95%
Dari data diatas, dapat dijelaskan bahwa dari 317 rumah yang telah
dikaji terdapat 301 atau 94,95% rumah yang memiliki ventilasi dan
16 atau 5,04% rumah yang tidak memiliki ventilasi. Hal ini
menunjukkan bahwa lebih banyak penduduk yang rumahnya
memiliki sistem ventilasi.
Kebersihan Rumah
24% Bersih
Tidak Bersih
76%
Dari data diatas, dapat dijelaskan bahwa dari 317 rumah yang telah
dikaji terdapat 240 atau 75,71% KK yang keadaan dalam
rumahnya tergolong bersih dan 77 atau 24,29% KK yang keadaan
dalam rumahnya tergolong kurang bersih. Keadaan rumah yang
kurang bersih ini dikarenakan antara lain banyaknya debu, pasir,
sampah dan sisa-sisa makanan di lantai dalam rumah-rumah
tersebut.
Pemanfaatan Halaman
26%
Dimanfaatkan Tidak Dimanfaatkan
74%
Dari data diatas, terlihat bahwa dari 317 rumah yang telah dikaji
terdapat banyak penduduk atau KK yang tidak memanfaatkan
halaman rumahnya yaitu sebanyak 236 atau 74,45% KK dibanding
jumlah penduduk atau KK yang memanfaatkan halaman rumahnya,
yaitu sebanyak 81 atau 25,55% KK baik untuk berkebun maupun
berternak.
Vektor Membahayakan
Lalat
Nyamuk
5% Burung
7%
Anjing
Kucing
Ayam
Kecoa
Lain-lain (Tikus)
88%
Dari data diatas, dapat terlihat bahwa dari 317 rumah atau KK yang
telah dikaji terdapat 74,13% (235 KK) yang sumber air minumnya
berasal dari Sumur Bor 25,87% (82 KK) yang sumber air minum dari
sumur gali. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah KK yang sumber air
minumnya berasal dari sumur bor lebih banyak dibanding sumber air
minum lainnya.
2) Distribusi KK berdasarkan Pengolahan Air Minum
Tabel 3.12
Distribusi KK berdasarkan Pengolahan Air Minum Di Wilayah
Dusun Raja-Raja & Taipakodong 1 Desa Bungae Jaya
Kec. Pallangga Kab. Gowa
No
Air Minum Jumlah Persentase
.
1. Dimasak 241 76,03
24%
Dimasak Tidak Dimasak
76%
Dari data diatas, dapat dijelaskan bahwa dari 317 rumah atau KK yang
telah dikaji terdapat 76,03% (241 KK) memasak air yang akan
diminum dan 23,97% (76 KK) tidak memasak air yang akan mereka
minum, mereka hanya menempatkan air di wadah air minum maupun
dikulkas kemudian didiamkan lalu diminum. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah KK yang mengkonsumsi air yang dimasak masih lebih
banyak daripada mereka yang tidak memasak air sebelum diminum.
3%
Berwarna Berasa Berbau Lain-lain
47%
50%
1%
Dari data diatas, terlihat bahwa dari 317 rumah atau KK yang telah
dikaji terdapat 46,56% (177 KK) yang tidak mempunyai masalah
dengan keadaan fisik air minumnya dan 2,67% (7 KK) yang
mempunyai masalah dengan keadaan fisik air minumnya dalam hal
ini air minumnya berwarna, 50% (131 KK) dengan keadaan fisik air
minum Berasa, dan 0,76% (2 KK) dengan keadaan fisik air minum
berbau.
65%
Dari data diatas, terlihat bahwa dari 317 rumah atau KK yang telah
dikaji terdapat 35,34% (112 orang KK) yang keadaan gentong/bak
mandinya terdapat jentik nyamuk dan 64,66% (205 orang KK) yang
tidak terdapat jentik nyamuk pada gentong/bak mandinya. Dari
keadaan diatas terlihat lebih banyak KK atau penduduk yang keadaaan
gentong/bak tidak berjentik dari pada yang berjentik. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat banyak KK atau penduduk yang
beresiko terkena DBD ataupun Diare.
Tempat Sampah
6%
Ya
Tidak
94%
Dari data diatas, dapat dijelaskan bahwa dari 317 rumah atau KK yang
telah dikaji terdapat 94,00% (298 KK) kepala keluarga yang memilki
tempat penampungan sampah. Dari 298 KK yang memiliki tempat
sampah terdapat 247 KK yang tempat penampungan sampah
dikerumuni lalat, 17 KK keadaan tempat penampungan sampah berbau
busuk, dan terdapat 34 KK yang tempat sampahnya terpelihara.
Sedangkan 5,99% (19 KK) tidak memiliki tempat penampungan
sampah. Hal ini menunjukkan masih lebih banyak KK atau penduduk
yang memiliki tempat penampungan sampah daripada yang tidak
memiliki tempat sampah.
93%
Dari data diatas, terlihat bahwa dari 317 rumah atau KK yang telah
dikaji yaitu sebanyak 93,37% (296 KK) yang pengolahan sampah
dengan cara dikumpulkan dan dibakar, 4,43% (14 KK) yang dibuang
sembarangan,1,26% (4 KK) yang ditimbun dalam tanah dan dibuang
di sungai adalah 0,94% (3 KK).
Jamban Keluarga
1%
Ya Tidak
99%
Dari data diatas, dapat dijelaskan bahwa dari 317 rumah atau KK
yang telah dikaji sebagian besar telah memiliki jamban yaitu
sebanyak 99,05% (314 KK) dan 0,95% (3 KK) yang tidak memiliki
jamban.
No
Kepemilikan Jamban Jumlah Persentase
.
1. Milik Sendiri 282 89.81
2. Menumpang 32 10.19
Total 314 100
Sumber Data : Data Primer, 2017
Kepemilikan Jamban
10%
90%
Bentuk Jamban
28% Kloset
Leher Angsa
72%
Dari data diatas, terlihat bahwa dari 314 kepala keluarga yang
memiliki jamban seluruhnya adalah jamban dengan model
kloset yaitu sebanyak 100 % (314 KK).
Keadaan Jamban
9%
Terpelihara
Tidak Terpelihara
91%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
h
an
n
t
pa
ka
wa
ng
m
lo
Sa
pu
Se
te
m
ng
na
ra
pe
ba
m
k
ba
Se
n
ira
Al
Dari data diatas, terlihat bahwa dari 317 rumah atau KK yang telah
dikaji sebagian besar membuang air limbah di selokan dengan
persentase sebanyak 79,97% (244 KK), 12,62% (61 KK) yang
membuang air limbahnya di sembarang tempat, 6,62% (61 KK), 1,26%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
00
tu
00
en
.0
0.
00
en
50
.2
m
p.
Rp
ak
-R
<
Tid
00
.0
00
.3
Rp
Dari data diatas, terlihat bahwa dari 317 kepala keluarga, penghasilan
rata-rata perbulan sebagian besar adalah keluarga dengan pengahasilan
>Rp. 500.000 dengan persentase 62,77% (199 KK).
No
Informasi Kesehatan Jumlah Persentase
.
1. Ya 258 81.38
2. Tidak 59 18.62
Total 317 100
Sumber Data: Data Primer, 2017
Informasi Kesehatan
4%
Ya Tidak
96%
a
o
es
di
al
/d
Ra
aj
RW
M
n/
an
ra
um
Ko
um
ng
Pe
n
pa
Pa
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa dari 258 kepala keluarga
yang mendapat informasi kesehatan sebagian besar melalui media
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
ik
n
as
ta
kt
m
ba
ra
es
rP
go
sk
te
en
Pu
ok
iP
D
la
Ba
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa dari 317 kepala keluarga
sebagian besar berobat ke tempat pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas dengan persentase 92,74% (294 KK) kemudian di rumah
Laporan Praktik Klinik Komunitas Posko IIPage 48
Profesi NERS Angkatan III UMI
sakit dengan persentase 3,79% (12 KK), 1,89% (6 KK) di dokter
praktik, 13,64% (4 KK) di posyandu, dan di balai pengobatan dengan
persentase 0,32% (1 KK).
i) Kesehatan Bayi dan Balita
1) Distribusi Bayi/Balita (0-5 tahun) berdasarkan Kepemilikan KMS
Tabel 3.26
Distribusi Bayi/Balita (0-5 tahun) berdasarkan Kepemilikan KMS
Di Wilayah Dusun Raja-Raja & Taipakodong I
Desa Bungaejaya Kec. Pallangga Kab. Gowa
No
Kepemilikan KMS Jumlah Persentase
.
1. Ada
2. Tidak Ada
Total 100
Sumber Data : Data Primer,2017
No
Status Pemberian ASI Jumlah Persentase
.
1. Diberi ASI 50 76.92
2. Tidak Diberi ASI 15 23.08
Total 65 100
Sumber Data : Data Primer, 2017
Pemberian ASI
23%
Diberi ASI
Tidak diberi ASI
77%
Dari data diatas terlihat bahwa dari 65 bayi dan balita yang ada,
sebanyak 50 bayi/balita (76,92%) diberi ASI oleh ibunya, sedangkan
15 bayi/balita (23,08%) tidak diberi ASI dengan alasan yang beragam.
Makanan Tambahan
14%
Diberi Tidak
86%
Dari data diatas terlihat bahwa dari 65 bayi dan balita yang ada,
sebanyak 35 bayi/balita dengan persentase 53,85% telah mendapat
makanan tambahan sedangkan sebanyak 30 bayi/balita dengan
in
re
lit
tu
-la
ia
Ku
ba
in
it
k-
La
ak
tu
ny
Ba
Pe
Imunisasi Dasar
3%
97%
Dari data diatas terlihat bahwa dari 65 bayi/balita yang ada sebagian
besar telah mendapat imunisasi lengkap yaitu sebanyak 63
Data Lansia
50-59 Tahun
32% 60-69 Tahun
36%
70 tahun
32%
Dari data diatas terlihat bahwa dari 133 orang lansia, kelompok usia
terbanyak adalah usia dengan rentang 50 59 tahun yaitu sebanyak 48
lansia (36,02%).
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 kali/tahun 2 kali/tahun 3 kali/tahun Kalau Sakit saja
Dari data diatas terlihat bahwa dari 133 orang lansia sebagian besar
memeriksakan kesehatannya jika sakit saja yaitu sebanyak 119 lansia
dengan persentase 89,47%. Kemudian sebanyak 5 lansia (3,77%)
memeriksakan kesehatan 1 kali/tahun, 7 orang lansia (5,26%)
memeriksakan kesehatannya 2 kali/tahun dan sebanyak 2 lansia
(1,50%) yang memeriksakan kesehatannya 3 kali/tahun.
Laporan Praktik Klinik Komunitas Posko IIPage 55
Profesi NERS Angkatan III UMI
3) Distribusi Jumlah Lanjut Usia Berdasarkan Tempat Pemeriksaan
Kesehatan
Tabel 3.33
Distribusi Jumlah Lanjut Usia Berdasarkan Tempat Pemeriksaan
Kesehatan Di Wilayah Dusun Raja-Raja
& Taipakodong I Desa Bungaejaya
Kec. Pallangga Kab. Gowa
Pemeriksaan Kesehatan
3%6%
91%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
k
i
at
ns
ra
ur
te
ta
am
er
Ka
ip
As
H
Dari data diatas terlihat bahwa penyakit yang paling sering diderita
lansia adalah penyakit hipertensi yaitu sebanyak 57,15% (76 orang)
dari 133 lansia yang telah di kaji.
Bantuan Kesehatan
Dana Sehat
2% 10% Pelayanan Kesehatan
Kelompok Lansia
Penyuluhan
51% 33% Kesehatan
Panti Jompo
5%
Dari data diatas terlihat bahwa jenis bantuan yang paling dibutuhkan
oleh lansia adalah dalam bentuk penyuluhan kesehatan yaitu sebanyak
68 lansia (51,13%), yang kemudian disusul dalam bentuk pelayanan
kesehatan yaitu sebanyak 44 lansia (33,08%), dana sehat sebanyak 13
DIARE 10
DIABETES MELEITUS 20
REUMATIK 30
FEBRIS 40
BATUK 50
GASTRITIS 60
ILI 70
ISPA 80
DERMATITUS 90
HIPERTENSI 100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1. Penduduk
Berdasarkan data yang kami peroleh dari bapak kepala dusun camming,
jumlah keseluruhan penduduk yang ada di dusun tersebut 750 jiwa, Laki-
laki berjumlah 390 jiwa sedangkan perempuan berjumlah 360 jiwa dengan
jumlah KK 200 KK, yang tersebar di 3 RT yakni RT 01, RT 02 dan RT 03.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
2. Mata Pencarian
Mata pencahrian penduduk yang ada di dusun camming sebagian besar
bekerja sebagai petani dan profesi lainnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
3. Penyakit
Menurut keterangan bapak kepala dusun camming, penyakit tertinggi di
dusun camming adalah Hipertensi, yang kedua adalah Rematik dan yang
ketiga adalah Asam urat.
C. ANALISA DATA
NO MASALAH DIAGNOSA
DATA
. KESEHATAN KEPERAWATAN
1. DP : Lingkungan Resiko terjadinya
a. Sebanyak 40 KK
masyarakat yang pernyakit (diare,
(25,97%) tidak
kurang bersih demam berdarah,
mendapatkan
ISPA) pada warga
informasi tentang
Dusun Camming Desa
kesehatan
Palakka disebabkan
b. Tingkat pendidikan
oleh lingkungan
terbanyak yaitu
masyarakat yang
tamat SD sebanyak
kurang bersih
159 jiwa (26,95%)
c. Terdapat 42 KK berhubungan dengan
(27,27%) yang kurangnya
keadaan dalam pengetahuan tentang
rumahnya tidak kesehatan lingkungan
bersih. dan kesadaran untuk
DS :
-
Rabu, 17 Februari
2015
Tempat : di rumah-
rumah warga
2. Resiko meningkatnya a. Penyuluhan Senin, 16 Februari
angka kesakitan lansia kesehatan pada 2015
Dusun Camming Desa lansia tentang Tempat : Rumah
Palakka disebabkan oleh penyebab penyakit Kepala Dusun
penurunan fungsi hipertensi dan Camming
fisiologi tubuh rematik serta
berhubungan dengan penanganannya.
kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang b. Pemeriksaan Senin, 16 Februari
kesehatan lansia dan kesehatan (tekanan 2015
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
Asuhan keperawatan komunitas yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat yang bersifat komprehensif melalui
kerjasama dan peran serta masyarakat. Sasaran keperawatan komunitas
mencakup individu, keluarga, dan masyarakat, yang menekanan pada upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan tidak mengabaikan
aspek kuratif dan rehabilitatif.
1. Asuhan keperawatan yang diberikan, terdiri dari pengkajian, perencanaan,
dan implementasi.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas di Lingkungan RT 01,
RT 02 dan RT 03 Dusun Camming, Desa Palakka Kec. Barru, Kab. Barru,
mahasiswa melibatkan peran serta masyarakat melalui strategi pembinaan
wilayah dan keluarga binaan yang akan bersama-sama dengan mahasiswa dan
masyarakat lainnya dalam mengatasi masalah kesehatan.
B. SARAN
Setelah seluruh kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas telah dilaksanakan,
maka dengan ini kami mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1 Kerja sama yang baik dari pihak pendidikan, Puskesmas serta aparat
pemerintah setempat mulai bupati sampai lingkungan perlu dipertahankan /
Laporan Praktik Klinik Komunitas Posko IIPage 74
Profesi NERS Angkatan III UMI
ditingkatkan dimasa-masa mendatang, demi terlaksananya praktek komunitas
yang berkualitas.
2 Puskesmas dan pemerintah setempat sebaiknya memberikan pembinaan yang
berkesinambungan kepada masyarakat, terutama keluarga yang beresiko.
3 Kerjasama antara pihak pendidikan, Puskesmas dan pemerintah setempat
agar senantiasa menindaklanjuti kegiatan praktik keperawatan komunitas
yang telah dilakukan oleh mahasiswa, sehingga masalah kesehatan yang
timbul dimasyarakat dapat ditangani
4 Bagi mahasiswa-mahasiwa keperawatan yang akan menjalani praktek
komunitas selanjutnya agar dapat mengaplikasikan konsep kesehatan
komunitas secara nyata kepada masyarakat, menjadi model profesional dalam
menerapkan asuhan keperawatan komunitas, meningkatkan kemampuan
berfikir kritis, analitis dan bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat
serta mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian,
dan hubungan interpersonal.