Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok 19
Cynthia Yunidya Arivia H0914017
Ergidia Nour Malitikasari H0914031
Euodia Angger S H0914032
Muhammad Jafar K H0915014
Ridha Sangpangesti Murti H0914077
Yuli Rahmawati H0914096
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara I Pengecilan Ukuran adalah :
1. Mengetahui pengaruh kadar air bahan yang digiling terhadap densitas
2. Mengetahui pengaruh kadar air bahan terhadap modulus kehalusan
3. Mengetahui pengaruh kadar air bahan terhadap diameter rerata
4. Mengetahui pengaruh kadar air bahan terhadap indeks keseragaman
5. Mengetahui pengaruh kadar air bahan terhadap luas permukaan butiran hasil
penggilingan.
B. Tinjauan Pustaka
Di Indonesia, alu dan lesung adalah penyosoh padi tradisional pertama
yang digunakan petani, baik secara manual dengan tenaga manusia maupun
yang digerakkan oleh tenaga air. Satu atau beberapa alu dan lesung dapat
dioperasikan melalui tenaga kincir air, yang merupakan bentuk tradisional unit
penggilingan padi. Pada alu dan lesung telah diterapkan prinsip penggerusan
untuk memisahkan butir gabah dan penggesekan untuk mengupas kulit sekam
(Thahir, 2010).
Peralatan pengecilan ukuran terdiri dari sebuah pisau penggiling,
hammer mill, dan disk mill. Monitoring parameter termasuk daya input dan
distribusi ukuran partikel. Pengukuran kinerja reduksi tergantung pada efek
gabungan dari gaya tekan pada materi bahan yang akan dilakukan pengecilan
ukuran, kondisi material seperti kelembaban, dan peralatan parameter operasi
seperti mengklasifikasi ukuran layar, kecepatan putar (rpm), dan massa.
Langkah-langkah ini akan membantu dalam memprediksi parameter pengecilan
ukuran yang paling dasar seperti penggunaan energi dan menghasilkan
distribusi ukuran partikel yang untuk meningkatkan proses desain (Womac,
2007).
Untuk mencari luas permukaan, data yang digunakan yaitu massa
partikel (w) dengan kerapatan (p). Faktor bentuk dinyatakan sebagai q/p = ,
sehingga untuk kubus tau bola =1 dan untuk butiran = 1,7. Diameter partikel
Dp (dari tabel Tyler Standard Screen Scale). Rumus penentuan luas permukaan
6W
total (At) yaitu pDp. Luas total (At) merupakan jumlah luas permukaan partikel.
Luas permukaan bahan halus yang mudah diuraikan sangat penting dan juga
permukaan jenis, yaitu luas permukaan per satuan massa, dapat sangat besar
(Earle, 1969).
Untuk tujuan pengecilan halus digunakan alat penggiling. Dalam hal ini
metode mekanis dasar seperti memukul, menggesek, menumbuk dan
sebagainya digunakan secara bersama atau sendiri-sendiri, tergantung pada
ukuran butir yang ingin dicapai. Ukuran butir terkecil yang terbentuk pada saat
penggilingan dipengaruhi oleh jenis metode pengecilan dan waktu tinggal
bahan dalam sistem penggiling. Pemukulan dan penumbukan menghasilkan
butir-butir sangat halus dan fraksi yang lebih banyak daripada misalnya
penggesekan atau pemotongan (Bernasconi et al., 1995).
Pengecilan ukuran merupakan salah satu langkah dalam proses bahan
baku diubah menjadi produk akhir. Pengecilan ukuran yang dikenal sebagai
kominusi, dilakukan dikedua bahan kering atau bubur (Too et al., 2012).
Berdasarkan teknik penggilingan, penggilingan padi dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu penggilingan kontinu, semi kontinu, dan diskontinu. Sistem
penggilingan kontinu ialah sistem penggilingan di mana seluruh tahapan proses
berjalan langsung/ban berjalan. Mesin ini sangat lengkap, terdiri dari mesin
pembersih gabah, pemecah kulit, pengayak beras pecah kulit (paddy
separation), penyosoh (polisher), dan ayakan beras (grader) (Widowati,
2001).
Istilah pemecahan dan penghalusan (size reduction) zat padat meliputi
semua cara yang digunakan di mana untuk memotong dan memecahkan partikel
zat padat menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil. Produk-produk
komersial biasanya harus memenuhi spesifikasi yang sangat ketat dalam hal
ukuran maupun bentuk partikel-partikelnya menyebabkan reaktivitas zat padat
itu meningkat. Pemecahan itu juga memungkinkan pemisahan komponen yang
tak dikehendaki dengan cara-cara mekanik, dapat digunakan untuk
memperkecil bahan-bahan berserat guna memudahkan penanganannya
(McCabe, 1999).
Penepungan termasuk upaya pengecilan ukuran hingga partikelnya
berbentuk bubuk. Prinsip kerja dari mesin penepung rimpang adalah dengan
prinsip pemukulan, dalam hal ini bahan ditempatkan dalam hopper dan masuk
kedalam ruang penepungan dan dipukul dengan pemukul berputar dengan
berbagai macam putaran antara 1500-4000 rpm. Mesin penepung tipe double
jacket terdiri dari beberapa komponen utama antara lain rangka, ruang
penepungan, gigi penepungan (gigi diam dan gigi bergerak) dan motor
penggerak (Paramawati et all., 2008).
Salah satu sifat fisika dari suatu benda adalah densitas atau rapat massa.
Densitas bahan merupakan suatu parameter yang dapat memberikan informasi
keadaan fisika dan kimia suatu bahan. Di laboratorium analisis industri terutama
industry pangan atau kesehatan, sampel bahan yang sering digunakan adalah
berupa bahan-bahan organic. Berbagai alat digunakan untuk mengukur densitas
bahan yang berukuran kecil antara lain dengan floating bulb hydrometer, kolom
gradien, piknometer, densitimeter tabung osilasi, dan resonator saluran mikro
tersuspensi (Sucipto dkk., 2010).
Fineness Modulus (FM) adalah jumlah persen bahan tertinggal
kumulatif pada tiap ayakan (tidak termasuk pan) dibagi dengan 100. Fineness
modulus merupakan suatu tingkat kehalusan butiran. Semakin kecil nilainya,
maka butiran semakin halus (diameter partikel semakin kecil). Uniformity Index
(indeks keragaman) merupakan perbandingan ukuran diameter butiran yang
lolos dari suatu ukuran saringan tertentu. Diameter partikel disini adalah
diameter bukaan tiap-tiap ayakan yang digunakan sesuai dengan nomor mesh-
nya. Berbeda dengan fineness modulus, semakin besar nilai Uniformity index
maka semakin rapat sebaran butiran tepung (diameter partikel semakin
seragam/sama). Sebaliknya, apabila nilai Uniformity index kecil berarti sebaran
butian tepung lebar (diameter partikel banyak yang berbeda-beda). Tujuan
penentuan indeks keseragaman yaitu untuk mengetahui keseragaman sebaran
butiran tepung (Purwantana, 2008).
Pengecilan ukuran memiliki manfaat dalam bidang pangan yaitu dalam
penentuan desain proses, kemasan dan peralatan penanganan berikutnya, untuk
meningkatkan produktivitas, dan efisiensi. Aplikasinya dalam pengolahan kopi
bubuk, pengecilan ukuran mengubah sifat fisik dari kopi karena mendapatkan
gaya-gaya mekanis seperti gaya tekan, gaya tumbuk, dan gaya geser, sehingga
bentuk serta ukurannya berubah. Pengecilan ukuran untuk skala industri
biasanya menggunakan penggiling mekanis dengan tujuan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi. Beberapa sifat fisik dari kopi banyak diperlukan
untuk desain proses, kemasan maupun peralatan pengolahan selanjutnya. Selain
itu, sifat fisik digunakan untuk mengontrol proses penggilingan agar ukuran
bahan yang digiling sesuai dengan standar yang ditetapkan (Syah dkk., 2013).
Proses blansing dan lamanya perendaman akan berpengaruh
menyebabkan beberapa bahan (Tepung kimpug)yang diaplikasikan pada
produk masih memiliki kekurangan yaitu masih ada rasa gatal yang disebabkan
kristal kalsium oksalat dan warna tepug yang kurang cerah, hal ini kurang
disukai oleh konsumen. Masalah tersebut dapat diperbaiki dengan proses
blansing dan perendaman. Perlakuan blansing pada bahan dengan air panas
secara langsung dalam pembuatan tepung bertujuan untuk menghasilkan bahan
baku dengan karakteristik dan kualitas tertentu, terutama mencegah pencoklatan
saat penepungan. Perlakuan blansing dapat menginaktifkan enzim-enzim
oksidatif yang dapat mengakibatkan perubahan warna, bau, citarasa dan tekstur.
Perendaman dapat meningkatkan daya larut oksalat dengan cara menarik air
dari dalam sel umbi sehingga kalsium oksalat yang tererdapat akan ikut keluar dari
sel sehingga kandungan oksalat dapat turun (Ayu dan Suryosudarninto, 2014).
C. Metodologi
1. Alat
a. Ayakan 20 mesh, 50 mesh, 80 mesh, 120 mesh, dan pan
b. Gelas ukur 50ml
c. Mesin penggayakan
d. Penggilingan
e. Timbangan
f. Wadah
2. Bahan
a. Air
b. Beras kering
c. Beras rendam jam
d. Beras rendam 1 jam
3. Cara Kerja
(Earle, 1969).
Pertama dihitung luas permukaan ayakan tiap ukuran mesh. Lalu
didapat luas permukaan total dari jumlah seluruh luas permukaan ayakan tiap
ukuran mesh. Hasil yang didapatkan luas permukaan total beras rendam 60
yaitu 13,952 dan 27,493, beras rendam 30 yaitu 23,200 dan 32,51, kemudian
beras tanpa rendam yaitu 7,904. Dihasilkan luas permukaan paling besar yaitu
beras rendam 30, lalu beras rendam 60, dan luas permukaan terkecil pada
beras tanpa rendam. Hasil praktikum tidak sesuai dengan teori, seharusnya
semakin banyak kadar air dalam beras maka makin kecil luas permukaannya.
Semakin lama waktu perendaman maka nilai FM semakin besar dan tepung
yang dihasilkan semakin kasar. Sehingga luas permukaannya akan lebih kecil
dari tepung yang dihasilkan dari beras yang telah direndam. Luas permukaan
bahan halus yang mudah diuraikan sangat penting dan juga permukaan jenis,
yaitu luas permukaan per satuan massa, dapat sangat besar (Earle, 1969).
Pengecilan ukuran memiliki manfaat dalam bidang pangan yaitu dalam
penentuan desain proses, kemasan dan peralatan penanganan berikutnya, untuk
meningkatkan produktivitas, dan efisiensi. Aplikasinya dalam pengolahan kopi
bubuk, pengecilan ukuran mengubah sifat fisik dari kopi karena mendapatkan
gaya-gaya mekanis seperti gaya tekan, gaya tumbuk, dan gaya geser, sehingga
bentuk serta ukurannya berubah. Pengecilan ukuran untuk skala industri
biasanya menggunakan penggiling mekanis dengan tujuan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi. Beberapa sifat fisik dari kopi banyak diperlukan
untuk desain proses, kemasan maupun peralatan pengolahan selanjutnya. Selain
itu, sifat fisik digunakan untuk mengontrol proses penggilingan agar ukuran
bahan yang digiling sesuai dengan standar yang ditetapkan (Syah dkk., 2013).
Proses blansing dan lamanya perendaman akan berpengaruh
menyebabkan beberapa bahan (Tepung kimpug)yang diaplikasikan pada
produk masih memiliki kekurangan yaitu masih ada rasa gatal yang disebabkan
kristal kalsium oksalat dan warna tepug yang kurang cerah, hal ini kurang
disukai oleh konsumen. Masalah tersebut dapat diperbaiki dengan proses
blansing dan perendaman. Perlakuan blansing pada bahan dengan air panas
secara langsung dalam pembuatan tepung bertujuan untuk menghasilkan bahan
baku dengan karakteristik dan kualitas tertentu, terutama mencegah pencoklatan
saat penepungan. Perlakuan blansing dapat menginaktifkan enzim-enzim
oksidatif yang dapat mengakibatkan perubahan warna, bau, citarasa dan tekstur.
Perendaman dapat meningkatkan daya larut oksalat dengan cara menarik air
dari dalam sel umbi sehingga kalsium oksalat yang tererdapat akan ikut keluar dari
sel sehingga kandungan oksalat dapat turun (Ayu dan Suryosudarninto, 2014).
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara I Pengecilan Ukuran didapatkan
kesimpulan yaitu:
1. Pengaruh lama perendaman terhadap besarnya densitas adalah semakin
lama perendaman akan membuat densitas semakin kecil. Sehingga beras
rendam 1 jam akan memiliki densitas yang lebih kecil dibandingkan dengan
yang lain.
2. Semakin lama perendaman nilai FM semakin besar, hal ini disebabkan
karena berat yang tertahan pada ayakan teratas yang paling banyak.
Sehingga tepung semakin kasar.
3. Semakin lama perendaman, maka indeks keseragaman semakin rendah atau
tingkat persebaran ukuran butiran semakin lebar (tidak merata).
4. Semakin lama perendaman, maka luas permukaan akan semakin kecil.
Karena semakin lama waktu perendaman maka nilai FM semakin besar dan
tepung yang dihasilkan semakin kasar, sehingga luas permukaannya akan
lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA
93,795
a. % berat tertahan 20 mesh = x100% = 28, 719 %
326,6
35
b. % berat tertahan 50 mesh = x100% = 10, 716 %
326,6
151
c. % berat tertahan 80 mesh = x100% = 46,295 %
326,6
43,5
d. % berat tertahan 120 mesh = x100% = 13,319 %
326,6
0,6
e. % berat tertahan pan = x100% = 0,148 %
326,6
2. Penentuan densitas pada tiap mesh
berat tertahan
=
volume tertahan
93,795
a. 20 mesh = = 0,739 gr/ml = 1,739 x 103 kg/m3
127
35
b. 50 mesh = = 0,686 gr/ml = 0,686 x 103 kg/m3
51
151
c. 80 mesh = = 0,496 gr/ml = 0,496 x 103 kg/m3
305
43,5
d. 120 mesh = = 0,524 gr/ml = 0,524 x 103 kg/m3
83
0, 6
e. pan mesh = = 0 gr/ml = 0 kg/m3
0
3. Penentuan modulus kehalusan (FM)
% tertahan (a)
fp (b)
a. 20 mesh
a = 28,719
b=4
a x b = 144,876
b. 50 mesh
a = 10,716
b=3
a x b = 32,148
c. 80 mesh
a = 46,295
b=2
a x b = 92,59
d. 120 mesh
a = 13,319
b=1
a x b = 13,319
e. Pan
a = 0,184
b=0
axb=0
FM = Total/ 100
= 252,933/ 100
= 2,529
4. Penentuan diameter rerata = 0,0041(2)FM inchi
= 0,0041(2)2,559 inchi
= 0,023 inchi
5. Penentuan indeks keseragaman
a. Kasar (20 mesh)
% tertahan = 28,710 = 28,710:10 = 2,87 3
b. Medium (50 mesh, 80 mesh)
% tertahan = 10,716 + 46,295= 57,011:10 = 5,7 6
c. Halus (120 mesh, pan)
% tertahan = 13,319 + 0,184 = 13,50:109 = 1,35 1
Indeks keseragaman = kasar : medium : halus = 3 : 6 : 1
6. Penentuan luas permukaan total (At)
At = A1 + A2 + A3 + A4 +A5
6 w
A=
p Dp
6 x93,795x10 3 x1,75
A1 = 3 3
= 1,449 m2
0,739 x10 x1,015x10
6 x35x10 3 x1,75
A2 = = 1,021 m2
0,686 x10 3 x5,75x10 4
6 x151x10 3 x1,75
A3 = 3 4
= 16,584 m2
0,496 x10 x2,4 x10
6 x43,5x10 3 x1,75
A4 = 3 4
= 5,772 m2
0,524 x10 x1,54 x10
At = A1 + A2 + A3 + A4 +A5+A6
= 1,449+1,021+16,584+5,772+0
= 24,826 m2
Lampiran Foto