Vous êtes sur la page 1sur 15

APENDIKSITIS AKUT

A. Medik

1. Pengertian
Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum
tepat di bawah katup ileosekal, (Brunner & Suddarth, 2002)
Apendiksitis adalah peradangan apendiks yang relatif sering dijumpai yang timbul
setelah obstruksi apendiks oleh tinja, atas akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh
darahnya, (Elizabeth J. Corwin, 2001)
Apendiksitis adalah inflamasi apendiks vermovormis yang disebabkan oleh obstruksi
akibat infeksi, striktur, masa fekal, benda asing atau tumor, (Sandra M. Nettina, 2002)

2. Klasifikasi
Klasifikasi apendiksitis menurut M. Acusculapius, (2002) dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:
a. peradangan apendiksitis akut
b. peradangan apendiksitis kronis
Adapun penjelasan keduanya menurut Robbins dan Kumar (1995) yaitu:
a. apendiksitis akut merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang paling
umum ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen yang
akut.
b. Apendiksitis kronis merupakan subjek yang banyak diperdebatkan. Termasuk
disini adalah isu mengenai apakah serangan akut yang berulang dan spontan
hendaknya dimasukan kedalam istilah apendiksitis kronik. Dapat terjadi inflamasi
kronik yang sungguh-sungguh persisten dan kecil pada apendiks meskipun hal itu
jarang terjadi.
Klasifikasi apendiksitis menurut Karis (2008 http://karisyogya.blog.m3-acces.com)
a. apendiksitis gangrenosa : bila aliran arteri terganggu sehingga timbul alergen
b. apendiksitis perforasi : bila apendiks yang telah rapuh itu pecah
c. apendiksitis infiltrat : bila amentum dan usus yang berdekatan dapat mengelilingi
apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul masa lokal.
d. Apendiksitis abses : bila masa tersebut di atas berisi pus

3. Etiologi
Penyebab dari apendiksitis menurut M. Acusculapus (2002) yaitu:
a. kuman masuk dari kolon kedalam apendiks dan menginfeksi lapisan apendiks
b. kuman dari organ lain masuk kedalam pembuluh darah, kemudian dibawa ke
apendiks dan menginfeksi lapisan apendiks
c. biji-bijian yang masuk kedalam lumen apendiks dan tidak dapat keluar
d. adanya karsinoma pada apendiks
Insiden terjadinya apendiksitis menurut Celily L. Betz dan Linda A. Sowden (2002)
yaitu:
a. insiden sedikit lebih besar pada pria
b. insiden paling tinggi pada akhgir masa kanak-kanak
c. jarang terjadi pada anak dibawah 2 tahun dan sangat jarang pada anak dibawah 1
tahun
d. perforasi berhubungan dengan usia (lebih sering terjadi pada anak yang lebih
muda)

4. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi apendiks
Apendiks merupakan tonjolan seperti cacing dengan panjang sampai 18 cm dan
membuka pada caecum pada sekitar 2,5 cm dibawah katub ileosekal. Apendiks
memiliki lumen yang sempit. Lapisan submukosanya mengandung banyak jaringan
limfe. Apendiks berhubungan dengan mesenterium ileum oleh mesenterium pendek
berbentuk seperti segi tiga yang didalamnya berjalan pembuluh darah dan pembuluh
limfe appendiculer. Posisi bervariasi, berdasarkan frekwensi letaknya bisa terletak di
belakang caecum, di bawah caecum atau menggantung kedalam pelvis, didepan atau
belakang ujung ileum, didepan caecum.
b.Fisiologi apendiks
Fungsi apendiks tidak diketahui. Kadang-kadang apendiks disebut tonsil abdomen
karena ditemukan banyak jaringan limfoid sejak intra uteria akhir kahamilan dan
mencapai puncaknya pada kira-kira 15 tahun, yang kemudian mengalami atropi serta
praktis menghilang pada usia 60 tahun. Diperkirakan apendiks mempunyai peranan
dalam mekanisme imunologik. Dengan berkurangnya jaringan limfoid, terjadi fibrosis
dan pada kebanyakan kasus timbul kontriksi lumen atau abliterasi. Agaknya insiden
apendiksitis akut sebanding dengan periode puncak agregasi limfoid. Apendiks
mengeluarkan cairan yang bersifat basa mengandung amilase, crepsin dan musin.
5. Patofisiologis

Patofisiologi apendiksitis menurut Naziruddin Udin (1998) yaitu :

Faeces dan bakteri

Masuk lumen apendiks

Pembengkakan/ edema dan kerusakan pada selaput ledir

Lapisan apendiks

Kerusakan dinding apendiks

Pecah radang tidak hebat

Peritonitis nyeri apendiks abses apendiks infiltrat

Bila tidak
dioperasi atau
diobati

Apendiksitis kronik
6. Tanda dan Gejala
Menurut M. Acusculapus (2000), tanda dan gejala apendiksitis adalah:
a. apendiksitis akut
1) kejang perut nyeri mulai di epigastrum, periumbilikus, seluruh abdomen
kemudian menetap di kuadran kanan bawah, sifat-sifat nyeri berdenyut
2) mulai muntah yang timbul 3x24 jam dari serangan nyeri
3) peningkatan suhu dan denyut nadi
4) nyeri tekan perut kanan bawah (pada titik McBurney)
5) pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan peningkatan leukosit
6) keadaan umum tampak kesakitan, jalan membungkuk, miring ke kanan
b. apendiksitis kronik
gejala dan tanda lebih tersamar dibanding dengan apendiksitis akut. Nyeri hilang
timbul pada perut kanan bawah. Pada pembuluh darah lekosit dalam batas normal
(5000-10.000mm3) dan suhu tubuh normal (35,5-37,5 derajat C)

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut internet (www.Albadroe.wordpress.Com):
a. Pemeriksaan Fisik
1) keadaan umum klien terlihat benar-benar sakit
2) suhu tubuh naik ringan pada apendiksitis ringan. Suhu tubuh meninggi dan
menetap sekitar 38 derajat C atau lebih bila telah terjadi perforasi
3) dehidrasi ringan sampai berat tergantung pada derajat sakitnya. Dehidrasi berat
pada penderita apendiksitis perforasi dengan peritonitis umum. Hal ini disebabkan
kekurangan masukan, muntah, kenaikan suhu tubuh dan pengumpulan cairan
dalam jaringan viskus (oedema) dan rongga peritoneal
4) abdomen: tanda-tanda rangsangan peritoneal pada kuadran kanan bawah. Pada
apendiksitis perforasi lebih jelas, seperti defans muskuler, nyeri ketok dan nyeri
tekan
5) tidak jarang dijumpai tanda-tanda obstruksi usus paralitik akibat proses peritonitil
lokal maupun umum
b. Pemeriksaan Radiologi
1) foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil pemeriksaan riwayat sakit dan
pemeriksaan fisik meragukan
2) tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin
terlihat ileal atau caecal ileus
3) patognomonik bila terlihat gambaran fekolit
c. Foto polos pada apendiksitis perforasi
1) gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas di kudran kanan
bawah
2) penebalan dinding usus sekitar letak apendiks, seperti sekum dan ileum
3) garis lemak praperitonial menghilang
4) scoliosis ke kanan
5) tanda-tanda obstruksi usus seperti garis permukaan cairan akibat paralysis usus-
usus lokal di daerah proses interaksi
d. Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendiksitis sederhana lebih dari
13.000/mm3 umumnya pada apendiksitis perforasi. Tidak adanya lekosit tidak
menyingkirkan apendiksitis. Hitung jenis : terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan
urine : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila
apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika

8. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan apendiksitis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu konservatif dan
prosedur medik.
a. Tindakan Konservatif
Tindakan konservatif yang dapat dilakukan untuk pasien apendiksitis menurut Celily
L. Betz dan Linda A. Sowden (2002) yaitu:
1) anak dengan dugaan apendiksitis dimasukan ke Rumah Sakit, diberi infuse (IV),
dan observasi : perkembangan gejala yang akan membuat diagnosa menjadi
tampak nyata
2) selang nasogastrik (NGT) bila anak mengalami muntah
b. Penatalaksaaan Prosedur Medik
1) pertimbangan pengkajian keperawatan menurut Jane C.R (1999) terhadap pasien
yang akan dilakukan tindakan operasi yaitu:
a) menegaskan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik
b) pengkajian psikososial
c) pengkajian kulit
d) pengkajian pernafasan
e) pengkajian gastrointestinal
2) menurut Nettina (2002), http://urangcijati.blogspot.com dan Himawan (2008),
prosedur medik yang dapat dilakukan untuk pasien apendiksitis adalah:
a) tindakan preoperatif
dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan tanda dan gelaja apendiks sering kali
masih belum jelas. Dalam keadaan ini, observasi ketat perlu dilakukan tirah baring
dan dipuasakan laktosa tidak boleh dilakukan bila dicurigai adanya apendiksitis
ataupun bentuk peritonitis, pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah
(lekosit). Foto abdomen dan thorax dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit lain, kebanyakan kasus ditegakkan dengan inhalasi nyeri, di daerah perut
kanan bawah dalam 12 jam setelah timbul keluhan. Persiapan lain yang dapat
dilakukan saat pasien akan dilakukan tindakan operasi adalah:
(1) penderita harus dipuasakan sedikitnya 4-6 jam sebelum operasi
(2) pemberian antibiotik
(3) pemberian pre medikasi anestesi
(4) mempersiapkan lapangan pembedahan dengan memberikan (mencuci) dan bila
perlu dicukur
b) tindakan operatif apendiktomi (pengangkatan apendiks)
langkah-langkah penting dalam operasi apendiksitis menurut Barbara dan Billie
(2006) adalah:
(1) dibuat sebuah insisi tranversus, garis tengah atau McBurney dan peritonium
dibalaik.
(2) Setelah apendiks terpajan, transeksi mesenterium dimulai pada batas bebasnya
dengan mengambil jaringan sedikit-sedikit diantara pasangan hemostat
(3) Apabila apendiks telah dibebaskan, maka dipasang klem penghancur di pangkal
apendiks yang kemudian digerakan ke arah distal sehingga pada alur yang
terbentuk dapat terpasang jahitan
(4) Apendiks ditranseksi dan puntung apendiks dapat diikat atau dibalik dengan
memasang jahitan tali kantong melalui lapisan seromukulus sekum
c) Laparatomi
Pengertian : pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Ada 4 cara, yaitu:
(1) Midline incision
(2) Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5 cm) panjang (12,5)
(3) Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy
(4) Transverse lower abdomen incision, yaitu insisi melintang di bagian bawah, 4 cm
diatas anterior spinal iliaka, misalnya pada operasi appendiktomy
Indikasi:
(1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
(2) Peritonitis
(3) Perdarahan saluran pencernaan
(4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar
(5) Masa pada abdomen
d) Terapi apendiksitis perforasi
Persiapan prabedah: pemasangan sonde lambung dan tinddakan dekompresi,
rehidrasi, penurunan suhu tubuh, antibiotik dengan spektrum luas, dosis cukup
diberikan secara intravena
e) Tindakan postoperatif
Pada hari operasi, pasien diberi infus sesuai kebutuhan sehari, kurang lebih 2-3 liter
cauran RL dan Dextrosa. Observasi vital sign, mengetahui terjadinya perdarahan
syok, hipertrmi, ganguan pernafasdan, angkat sonde lambung (bila terpasang sonde),
bila pasien sadar mobilitas secapatnya dengan menggerakan kaki (fleksi dan
ekstensi), miring ke kiri dan kanan bergantian dan duduk, baringkan pasien dalam
posisi semifowler. Pemberian makan peroral dimulai dengan memberikan minum
sedikit-sedikit (50cc) tiap jam, apabila sudah ada aktifitas ususu yaitu dengan adanya
flatus dan bising ususu. Bila dengan pemberian minum bebas penderita tidak
kembung, maka pemberian makan peroral dapat dimulai. Jahitan diangkat pada hari
ke 5 samapai hari ke 7 pasca bedah.

9. Komplikasi
Menurut M. Acusculapus (2002), komplikasi dari apendiksitis adalah:
a. Abses
b. Perforasi
c. Peritonitis

10. Pencegahan
Pencegahan dari peradangan usus buntu menurut sumber dari internet
(cyberwoman.cbn.net.id) yaitu agar terhindar dari kasus ususu buntu yang fatal,
orang tua sebaiknya lebih memperhatikan sdan mengenali perubahan yang terjadi
pada anaknya. Terutama pada saat anak mul;ai mengkonsimsi makanan padat.

B. Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut Doengoes, M. E (2000) pada pra operasi:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : malaise
b. Sirkulasi
Tanda: takikardia
c. Eliminasi
Gejala: konstipasi pada awitan awal, diare
Tanda : distensi abdomen, nyeri tekan atau nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak
ada bising usus
d. Makan/cairan
Gejala: anoreksia, mual/muntah
e. Nyeri/keamanan
Gejala : nyeri abdomen sekitar umbilicus dan epigastrum, yang meningkatkan
berat dan terlokalisasi pada titik McBurney, meningkat karena adanya berjalan,
bersin, batuk atau nafas dalam, keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tidak jelas.
Tanda : perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau terlentang dengan lutut
ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak.
f. Keamanan
Tanda : demam
g. Pernafasan
Tanda : takipnea, pernafasan dangkal
h. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala: riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa praoperatif apendiks menurut Doengoes, M.E (2000), adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi
b. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama : perforasi/rupture pada apendiks
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi,
pembatasan praoperasi
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi
Diagnosa postoperasi apendiks menurut Doengoes (2000) adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah
b. Resik terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive bedah
c. Resiko kekurangan voume cairan berhubungan dengan muntah postoperasi,
pembatasan pasca operasi
d. Resiko cedera berhubungan dengan tidak adanya motilitas usus
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
terputusnya tindakan keperawatan 1.kaji nyeri, catat lokasi, 1.berguna dalam pengawasan
kontinuitas jaringan selama x 24 jam, karakteristik beratnya keefektifan obat
(insisi bedah) diharapkan nyeri (skala 0-10)
hilang/berkurang dengan 2.observasi vital sign 2.perubahan tanda-tanda vital
kriteria: dapat menunjukan terjadinya
-pasien melaporkan peningkatan nyeri
nyeri hilang/terkontrol 3.pertahankan istirahat 3.menghilangkan ketegangan
-tampak rileks, mampu dengan posisi semifowler abdomen yang bertambah
istirahat/tidur dengan dengan posisi terlentang
tepat 4.dorong ambulasi dini 4.meningkatkan normalisasi
-skala nyeri 0-3 fungsi organ
5.berikan aktivitas hiburan 5.fokus perhatian kembali,
meningkatkan relaksasi dan
kemampuan koping
Kolaborasi Kolaborasi
Berikan analgetik Menghilangkan nyeri,
mempermudah kerja sama
dengan intervensi terapi lain
2. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
b/d tidak adekuatnya tindakan keperawatan 1.awasi tanda vital, 1.dugaan adanya infeksi,
pertahanan tubuh selama x 24 jam, perhatikan demam, terjadinya sepsis, abses,
diharapkan tidak terjadi menggigil, berkeringat, peritonitis
infeksi dengan kriteria: perubahan mental,
-meningkatkan meningkatkan nyeri
penyembuhan luka abdomen
dengan benar 2.lakukan pencucian 2.menurunkan resiko
-bebas tanda infeksi tangan dengan baik dan penyebaran bakteri
-tidak ada drainase perawatan luka aseptic
purulen, eritema dan 3.lihat insisi dan saluran, 3.memberikan deteksi dini
demam catat katakteristik drainase terjadinya proses infeksi dan
luka, adanya eritema atau pengawasan
penyembuhan peritonitis yang
telah ada sebelumnya
4.berikan informasi yang 4.pengetahuan tentang
tepat, jujur pada kemajuan situasi memberikan
pasien/orang terdekat dukungan emosi, membantu
menurunkan ansietas
Kolaborasi Kolaborasi
Berikan obat antibiotic Menurunkan jumlah
sesuai indikasi mikrorganisme, menurunkan
penyebaran dan
pertumbuhannya
3. Resiko kekurangan Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
volume cairan b/d tindakan keperawatan 1.awasi tekanan darah dan 1.mengidentifikasi fluktuasi
mual, muntah selama x 24 jam, nadi volume intravaskuler
diharapkan tidak terjadi 2.lihat membrane 2.indikator keadekuatan
kekurangan volume mukosa,kaji turgor kulit sirkulasi perifer dan hidrasi
cairan dengan kriteria: dan pengisian kapiler seluler
-kelembaban membran 3.auskultasi bising usus, 3.indikator kembalinya
mukosa catat kelancaran flatus, peristaltik, kesiapan untuk
-turgor kulit baik gerakan usus pemasukan peroral
-tanda vital baik 4.berikan sejumlah kecil 4.menurunkan iritasi gaster,
minuman jernih bila muntah untuk meminimalkan
pemasukan peroral kehilangan cairan
dimulai
5.berikan perawatan mulut 5.dehidrasi mengakibatkan
sering dengan perhatian mulut kering dan bibir pecah-
khusus pada perlindungan pecah
bibir
Kolaborasi Kolaborasi
Berikan cairan IV dan
elektrolit

DAFTAR PUSTAKA

1.Brunner & Suddarth (tahun 2002).Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC


2.Dengoes (tahun 2000).Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
3.Barbara & Billie (tahun 2006).Keperawatan Medikal Bedah.Bandung
4.M.Acusculapus (tahun 2002).Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta
5.Internet

LAPORAN PENDAHULUAN
APENDIKSITIS AKUT

Nama Mahasiswa : Yohanes Nyomanto Umbu


N.I.M : 07-1463
Tingkat/semester : 2a/3
Tempat Praktek : Ruang J RS Bethesda
Tanggal Praktek : 19- Januari 2009

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Sugiharti Kumala DP,S.Kep.Ns Sri Setyowatiningsih,Amk

Saran Pembimbing

Baik ( )
Cukup ( )
Dilengkapi ( )

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA


YOGYAKARTA
2008/2009
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN APENDIKSITIS AKUT
RUANG J, RS.BETHESDA

Disusun oleh :
Yohanes Nyomanto Umbu
07-1463
II a

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA


YOGYAKARTA
2008/2009

Vous aimerez peut-être aussi