Vous êtes sur la page 1sur 18

Laporan Kasus

ORCHIECTOMY KUCING

Oleh :

1. ANI WULANDARI

2. IMAM AL-GAZALI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beberapa tahun terakhir pemeliharaan hewan kesayangan terutama anjing dan kucing
meningkat dengan pesat. Hal ini menunjukkan bahwa anjing dan kucing telah memiliki
posisi yang unik dalam kehidupan manusia. Anjing dan kucing tidak hanya dijadikan sebagai
hewan penjaga rumah, tetapi juga sudah dianggap sebagai bagian dari anggota keluarga.
Mereka bisa dilatih, diajak bermain dan merupakan teman yang sangat tepat untuk
menghilangkan stres. Memiliki satu atau dua ekor anjing atau kucing tentu sangat
menyenangkan, tapi yang terjadi apabila populasi mereka meningkat secara tidak terkontrol
akibat perkawinan yang tidak diinginkan tentu akan sangat merepotkan.
Selain itu peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah
tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena
hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit.Salah satu
solusi untuk memecahkan permasalahan di atas adalah melakukan tindakan sterilisasi pada
anjing maupun kucing baik pada jantan maupun betina.Sterilisasi merupakan tindakan
pembedahan untuk mengangkat atau menghilangkan testis (jantan) atau ovarium
(betina).Pada hewan jantan dinamakan kastrasi/orchiectomy, sedangkan pada hewan betina
dinamakan ovariohysterectomy (OH).Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan
hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau mengangkat ovarium beserta dengan
uterusnya (ovariohysterectomy).
Sterilisasi pada hewan jantan atau biasa disebut dengan kastrasi
(Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur pembedahan untuk membuang testis dan
spermatic cord (cordaspermatica).Tujuan dilakukan pembedahan ini diantaranya untuk
sterilisasi seksual, adanya neoplasma, dan kerusakan akibat traumatik (Widyaputri dkk,
2014).
Program pengendalian populasi hewan kecil harus dicanangkan dan didukung
terutama oleh dokter hewan. Oleh sebab itu, sebagai calon dokter hewan masa depan
hendaknya memiliki kemampuan yang berkaitan tentang
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya bedah kastrasi atau orchiektomi adalah untuk sterilisasi sexual,
neoplasma, dan kerusakan-kerusakan akibat traumatik.Dalam hal ini, sebagai praktikan,
bedah kastrasi ini bertujuan untuk mengetahui teknik kastrasi yang benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testes (testikel) yang terbungkus di dalam
skrotum. Testis menghasilkan spermatozoa (sel kelamin jantan) dan testosterin atau hormone
kelamin jantan.(Frandson, 1993).

Testis merupakan organ primer dari alat reproduksi jantan yang menghasilkan
spermatozoa dan hormon-hormon reproduksi, khususnya testosteron. Saat dewasa kelamin testis
turun dari rongga perut ke dalam skrotum melalui kanalis inguinalis (Frandson, 1993). Contoh
tindakan bedah yang dilakukan terhadap testis adalah kastrasi. Kastrasi atau orchiectomi adalah
tindakan bedah yang dilakukan pada testis, berupa pengambilan atau pemotongan testis dari
tubuh (Komang et al, 2011)
Orchidektomi atau kastrasi adalah sebuah prosedur operasi/bedah dengan tujuan
membuang testis hewan. Kastrasi ini dilaku kan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar
(anastesi umum) (Fossum, 2002). Kastrasi (Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur
pembedahan untuk membuang testis dan spermatic cord (cordaspermatica).Tujuan dilakukan
pembedahan ini diantaranya untuk sterilisasi seksual, adanya neoplasma, dan kerusakan akibat
traumatik. Terdapat dua jenis kastrasi, yaitu kastrasi tertutup dan kastrasi terbuka.Kastrasi
tertutup adalah tindakan bedah dimana testis dan spermatic cord dibuang tanpa membuka tunica
vaginalis yang biasanya dilakukan pada anjing ras kecil atau masih muda dan kucing.
Keuntungan cara ini adalah dengan tidak dibukanya tunica vaginalis, maka kemungkinan
terjadinya hernia scrotalis dapat dihindari. Sedangkan kastrasi terbuka adalah tindakan bedah
dimana semua jaringan skrotum dan tunica vaginalis diinsisi dan testis serta spermatic cord
dibuang tanpa pembungkusnya (tunica vaginalis). Keuntungan cara ini adalah ikatan pembuluh
darah terjamin. Akan tetapi kerugiannya dapat menyebabkan hernia scrotalis karena dengan
terbukanya tunica vaginalis menyebabkan adanya hubungan dengan rongga abdomen
(Widyaputri dkk, 2014).
Metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu (Komang et al, 2011):
1. Metode terbuka
Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis
tidak lagi terbungkus
2. Metode Tertutup
Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika
vaginalis communis. Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus (Komang et al,
2011).
Dalam istilah medis, desexing (kastrasi) kucing betina disebut spaying dan pada jantan
disebut neutering. Keuntungan dari kastrasi anak kucing sejak usia 10-12 minggu adalah
mencegah penyebaran kucing secara berlebihan dan mengurangi kemungkinan terkena penyakit
kanker. Usia yang masih sangat muda membutuhkan waktu bedah yang lebih singkat dan
pendarahan lebih sedikit sehingga akan sembuh lebih cepat, pada akhirnya kucing dan
pemiliknya akan mengalami stress yang lebih sedikit (Chandler, 1985).
Kucing yang akan dikebiri harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing dikebiri
ketika berumur 5-8 bulan. Para ahli perilaku hewan menyarankan mengkebiri kucing sebelum
memasuki masa puber, karena dapat mencegah munculnya sifat/perilaku kucing yang tidak
diinginkan (Ibrahim, 2000). Sterilisasi dapat dilakukan pada saat anjing/kucing berumur 8
minggu, tetapi lebih baik dilakukan setelah anjing dan kucing divaksinasi lengkap, setelah sistem
immunitas tubuh (kekebalan) mereka bekerja dengan baik, tetapi sebelum masuk masa pubertas
(umur 4-6 bulan).
Sterilisasi memiliki kelemahan dan manfaat. Anjing yang disteril sebelum masa pubertas
cenderung memiliki kaki yang lebih panjang, dada datar dan tengkorak yang sempit, karena
hormon yang mengatur aktivitas seksual juga berinteraksi dengan hormon yang memandu
pertumbuhan otot, tulang dan tendon.Kelemahan operasi sterilisasi mencakup meningkatnya
kejadian incontinance kandung kemih, termasuk keberadaan batu uretra dan obstruksi saluran
kemih pada kucing yang sudah di kastrasi. Anjing yang sudah disteril juga memiliki effect
hormonresponsive alopecia (hair loss) akibat hypotiroid (Dewi, 2012).Beberapa anjing/kucing
bereaksi buruk terhadap anasthesi (obat bius), kadang terjadi komplikasi pembedahan yang
meliputi bleeding (perdarahan) dan infeksi, sehingga luka sukar sembuh dengan baik.Resiko ini
bisa meningkat pada beberapa hewan yang memiliki masalah kesehatan. Oleh karena itu
anjing/kucing yang akan di steril harus di pastikan berada dalam kondisi sehat.Sedangkan
keuntungan kastrasi antara lain:
Mencegah kelahiran anak kucing yang tidak diinginkan. Selain menjaga populasi kucing
tetap terkendalikan, tindakan ini juga memungkinkan pemilik kucing bisa merawat
kucing-kucingnya dengan maksimal.
Tidak Suka Berkeliaran. Kucing betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang
dapat menyebar melalui udara. Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh.
Kucing jantan dapat mengetahui dimana letak kucing betina yang sedang birahi melalui
feromon ini, lalu kemudian mencari dan mendatangi sang betina meskipun jaraknya
cukup jauh.
Peningkatan Genetik. Beberapa kucing disterilisasi karena mempunyai/membawa cacat
genetik. Diharapkan kucing-kucing cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga
jumlah kucing-kucing cacat dapat dikurangi.

Teknik Operasi
A. Pra Operasi
a. Persiapan ruang operasi
Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari debu),
kemudiandisterilisasi dengan radiasi atau dengan desinfektan (alcohol 70%).
b. Preparasi alat
a) Sterilisasi alat-alat bedah
Sterilisasipada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh mikroba
yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau pembuluh darah
pada pasien yangakan dibedah tidak terkontaminasi oleh mikroba
pathogen.Peralatan bedah minor yang dipakai dalam operasi antaralain towel
clamp, pinset anatomis dan syrurgis, scalpel dan blade untuk menyayat kulit,
gunting untuk memotong jaringan atau bagian organ lainnya,arteri clamp untuk
menghentikan perdarahan dan needle holder.
b) Pembungkusan Alat-alat Bedah
1. Kain pembungkus dibuka di atas meja, kemudian wadah peralatan
diposisikan di bagian tengah
2. Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi peralatan dan
ujung lainnya dilipat mendekati tubuh
3. Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri
4. Disiapkan kain wadah yang telah dibungkus dengan kain pembungkus
pertama diposisikan kembali di bagian tengah pada sisi diagonal
5. Sisi bagian kanan dilipatm kemudian bagian kiri
6. Ujung lainnya dilipat mendekati tubuh dan diselipkan untuk memudahkan
pada saat membuka
7. Sterilisasi dengan oven dengan suhu 100oC selama 60 menit.
c) Pembukaan Alat Bedah yang Sudah Steril
1. Kain dibuka dari bagian yang diselipkan
2. Peralatan diletakkan di atas meja
B. Premedikasi dan anastesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian
anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat
sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi rasa takut,
amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat
operasi seperti hipersalivasi, bradikardia dan muntah.
Premidikasi yang digunakan adalah Atropin. Atropin sulfat dengan dosis 0,04
mg/kg BB secara subkutan selama 15 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian
ketamin dengan dosis 2 mg/kgBB, xylazine dengan dosis 2 mg/kgBB secara
intramuskular.
Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan Aesthesis yang
berarti rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik
mungkin, pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal.Pemilihan ini
didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis
operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang
ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap
organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat
dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali,
tanpa efek yang tidak diingini (Gan, 1987).
Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-
sifat, yaitu:
1. Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup,
2. Cara pemberian mudah,
3. Mulai kerja obat yang cepat dan
4. Tidak mempunyai efek samping yang merugikan.
Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas
keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan. Obat
anastesi yang sering digunakan pada hewan antara lain Ketamin dan Xylasin. Ketamin
merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman dengan
kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah untuk
sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya
sedikit meninggi. Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl
berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261C. Satu
gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang
digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara
3,5-5,5.
Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan
thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi.
Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada
syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks
mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka.
Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama
xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal
bukan anastetik yang bagus. Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler,
mulai kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit.
Menurut Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg
diberikan secara intra muskuler.
C. Perawatan Post Operasi
Perawatan post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-obatan untuk membantu
proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah munculnya infeksi sekunder seperti
antibiotic. Selain itu kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga, mengingat luka operasi
sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan post operasi dilakukan selama 14
hari untuk dapat maksimal sampai proses penutupan luka secara sempurna.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam tindakan bedah kastrasi/orchiektomi adalah :
1. Underpad
2. Kasa
3. Kapas
4. Tourniquet
5. Needle holder
6. Pinset anatomis
7. Pinset cirurrgis
8. Gunting tajam tumpul
9. Scalpel
10. Blade
11. Infuse set
12. Spoit 1cc dan spoit 3cc
13. Perban
14. Catgut Chromic

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam tindakan bedah kastrasi/orchiectomi adalah :
1. 0,3ml Atropin
2. 0,3ml Ketamin
3. 0,3ml Xylazin

3.2 Metode Kerja


Persiapan Hewan
Terhadap hewan jantan yang dikastrasi dilakukan pemeriksaan kesehatan secara umum
dan khusus memeriksa daerah skrotum untuk memastikan testis ada pada tempatnya dan hewan
itu tidak sedang menderita hernia skrotalis ( Bone, et.al. 1963). Hewan dimandikan dan bulu di
daerah yang akan dioperasi dicukur.

Persiapan Operator dan Cooperator


Sebelum operasi operator dan cooperator mencuci tangan dari ujung jari sampai ke siku
dengan air sabun dan dibilas dengan air bersih untuk menghindari infeksi bawaan dari luar tubuh
hewan. Tangan dikeringkan dengan handuk bersih kemudian didisinfeksi dengan alkohol 70%,
kemudian operator dan cooperator menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan
aseptis tersebut dipertahankan hingga operasi selesai.

Pelaksanaan Operasi
Sebelum operasi hewan diinjeksi secara subkutan dengan menggunakan anastesi lokal
pada daerah kranial raphae scrotum.

Teknik Operasi
Metode Flyn. Setelah hewan dianestesi, diletakkan pada posisi dorsal recumbency,
dicukur bulu daerah scrotum yaitu di daerah raphae scrotum sampai bersih dan didesinfeksi
dengan alkohol 70% dan yodium tinktur 3% serta dipasangi kain penutup operasi (dook) steril.
Skrotum dari salah satu testis dipegang lalu didorong kedepan dan ditahan sementara, kemudian
dibuat irisan sejajar raphae scroti lebih kecil dari testis dan dibuka tunica vaginallis communis
sampai ke depan, keluarkan testis dan diligasi spermatic cord sedekat mungkin dengan ostium
vaginalis. Dengan menggunakan mosquito forceps jepit spermatic cord searah yang menuju
kearah testis dengan menggunakan scalpel dipotong spermati cord searah yang menuju kearah
testis, dilakukan potongan distal dari tempat ligasi, melalui irisan tadi dibuat irisan pada septum
scroti untuk mengeluarkan testis satunya dengan dorongan seperti diatas.
Kulit dijahit dengan pola simple interupted menggunakan benang cutton. Ke dalam
daerah sayatan disemprotkan penicillin oil, luka irisan pada kulit yang telah dijahit diolesi
Iodium tincture 3% dan salap Betadine. Kemudian pasien diinjeksi dengan larutan penisilin
kristal dengan dosis 20.000 IU/kg BB secara intra muskular.

Perawatan Pasca Operasi


Hewan pasca operasi ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering. Luka operasi
diolesi salap Betadine dan dikontrol kebersihannya, diperiksa secara kontinyu selama 4-6 hari.
Selama seminggu hewan diberikan antibiotik dan makanan yang mempunyai nilai gizi yang
cukup. Jahitan luka dapat dibuka setelah bekas operasi kering dan benar-benar telah tertutup.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Injeksi Premedikasi b. Premedikasi, Anestesi dan spoit 1cc

c. Injeksi Anestesi d. Pemasangan dook sebelum operasi


e. Pembersihan Organ Testis f. Insisi pada bagian tengah antara testis

g. Penyayatan pada bagian tunika dartos h. Proses ligasi dan penjahitan

i. Pasca Operasi (Di injeksi antibiotik) j. Testis yang telah dikeluarkan


4.2 Pembahasan

4.2.1 Persiapan Alat Dan Bahan


Sebelum melakukan operasi, alat-alat yang digunakan seperti blade dan scalpel,
arteri clamp, gunting tajam-tajam, jarum ujung segitga, pinset chirurgis dan anatomis
harus berada dalam keadaan steril agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat menghambat
proses penyembuhan luka(Komang et al, 2011).
Bahan-bahan yang digunakan dalam hal ini antara lain tampon, catgut chromic 2-
0 untuk meligasi spermatic cord, catgut chromic 2-0 untuk menutup kulit bagian luar,
alkohol 70%, povidone iodine, premedikasi atropine 0,3ml, anastesi ketamin 0,3 ml dan
xylazine 0,3 ml, antibiotik vet-oxy 0,5 ml.
4.2.2 Persiapan Operator dan Co Operator
Operator maupun Co operator harus dalam keadaan yang steril dengan memakai
jas lab. Kondisi operator dan co operator harus dalam keadaan yang sehat fisik agar
pelaksanaan operasi berjalan lancar.
4.2.3 Persiapan Hewan
Kucing sebagai pasien operasi harus dalam kondisi yang sehat dan umur yang
cukup. Hal tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik berupa inspeksi ada atau
tidaknya keabnormalan bagian tubuh, pengukuran berat badan, pulsus, temperature,
membrane mukosa, penentuan umur dengan melihat gigi yang telah tanggal(Komang et
al, 2011).
Kucing dipuasakan makan 8-12 jam sebalum pembedahan. Kemudian kucing
diinjeksikan. Kemudian kucing diberikan atropine 0,3 ml secara subcutan. Atropin merupakan
premedikasi golongan antikolinergik atau parasimpatik. Obat premedikasi bertujuan untuk
mencegah terjadinya muntah, dan mempercepat proses anastesi. Selanjutnya ditunggu 15 menit
yang kemudian diberikan anastesi dari campuran ketamin 0,3 ml dan xylazine 0,3 ml secara
subcutan. Kombinasi ketamin-xylazin merupakan kombinasi obat anestesi yang ideal karena
menghasilkan efek yang sinergis yaitu efek analgesik yang kuat dan relaksasi otot yang bagus
(Komang, et al, 2011).
Setelah pasien teranastesi, hewan diterlentangkan di meja operasi dan difiksasi
pada ke empat kaki lalu dilakukan pencukuran rambut pada bagian yang akan dilakukan
pembedahan (Komang et al, 2011).
4.2.4 Pelaksanaan Operasi
Setelah semuanya telah siap, kucing diberikan duk disekitar bagian scrotum
dengan scrotum tidak tertutup duk. Metode kastrasi yang digunakan adalah tipe kastrasi
tertutup yakni Tunica dartos yang disayat sehingga testis masih terbungkus oleh tunica
vaginalis comunis, lalu testis diikat kemudian dipotong dan dilepaskan dari ligament
penggantungnya(Komang et al, 2011).Pelaksanaan Operasi dimulai pada pukul 11.00
WITA. Berikut operasi yang dilakukan:
1. Bagian scrotum di tekan dengan tangan sampai terlihat batas tengah antara kedua
testis. Batas tersebut diinsisi dengan menggunakan blade. Panjang sayatan
disesuaikan dengan ukuran testis.
2. Selanjutnya bagian tunica dartos dari salah satu testis ikut disayat sampai testis
menyembul keluar dengan menekan bagian testis. Pada saat menyayat tunica dartos.
3. Setelah testis menyembul keluar, testis ditarik sampai terlihat spermatic cord (duktus
deferens dan pembuluh darah). Kemudian dilakukan ligasi menggunakan arteri
clamp pada masing-masing duktus deferens dan pembuluh darah. Lalu diligasi
dengan arteri clamp, masing-masing duktus deferens dan pembuluh darah diligasi
menggunakan catgut chromic 3-0 diantara arteri clamp dan testis sampai benar-benar
terligasi secara kuat, hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi perdarahan saat
pemotongan testis. Setelah masing-masing diligasi., pembuluh darah dan duktus
deferens diligasi menjadi satu menggunakan catgut chromic 3-0 agar benar-benar
terikat kuat.
4. Sesudah dilakukannya ligasi, testis dipotong menggunakan gunting tajam-tajam,
pemotongan dilakukan di antara testis dan ligasi.
5. Untuk testis berikutnya juga dilakukan dengan metode yang sama dengan testis
sebelumnya. Untuk testis berikutnya, pada saat penyayatan tunica vaginalis comunis
terjadi pendarahan kembali. Setelah kedua testis terambil, disemprotkan dengan
menggunakan spuit yang berisi vicillin sebanyak 1 ml di sekitar ligasi. Vicillin
merupakan antibiotik, berfungsi untuk mencegah adanyak kontaminasi bakteri yang
dapat menghambat proses penyembuhan.
6. Kedua testis telah dipotong, selanjutnya dilakukan penjahitan pada kulit bagian luar
yang diinsisi (scrotum) menggunakan silk 3-0 dengan jahitan terputus sederhana
sebanyak 5 jahitan. Pada saat proses penjahitan, pasien mulai sedikit sadar, sehingga
operator mengalami kesulitan. Ditambah dengan kulit scrotum yang tebal sehingga
sangat susah untuk menjahitnya.
7. Setelah selesai menjahit, luka diolesi dengan betadine agar luka cepat menutup dan
cepat kering.Dan diinjeksi ketoprofen 0,07 ml secara intramuscular untuk
mengurangi rasa sakit (analgesik). Operasi selesai dilakukan pada pukul 15.30 WIB.
8. Teknik kastrasi terbuka dilakukan pada testis sebelah kiri, sedangkan teknik kastrasi
tertutup pada testis sebelah kanan. Hal ini dilakukan karena pengeluaran testis dari
scrotum sebelah kanan susah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Chandler EA. 1985.Feline Medicine and Therapeutics. London. Hickman, Jhon, dkk. 1995.
An Atlas of Veterinary Surgery. University Press, Cambridge: Great Britain.
Fossum, T. W . 2002.Small Animal Surgery. Ed 2. Mosby.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak.Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Gaya Baru: Jakarta.
Hosgood, G dan Johnny D.H. 1998.Small Animal Paediatric Medicine and Surgery.
London: Reed Educational and Professional Publishing Ltd.
I Komang Wiarsa Sardjana dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner, Cetakan Pertama.
Airlangga University Press, Surabaya.
Ibrahim R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Veteriner, Edisi Pertama. Syiah KualaUniversity
Press, Darussalam Banda Aceh.
Meyer K. 1957. Canine Surgery. American Veterinary Publication, Inc. Santa Barbara
California.
Nash H DVM. 2008. Spaying - Why it's a Good Idea. www.peteducation.com.[25 Juli 2008].
Nelson RW, Couto CG. 2003. Small Animal Internal Medicine. Ed-3. Missouri: Mosby.

Vous aimerez peut-être aussi