1 Pada percobaan jaringan lead-lag, ditemukan bahwa ketika rangkaian
diberikan frekuensi sesuai dengan frekuensi resonansi yakni 1597 Hz maka output akan sefasa dengan input, namun dengan amplitude yang lebih kecil. Hal ini terjadi karena pada frekuensi tersebut keseluruhan rangkaian bersifat resistif, yakni mendisipasi daya tanpa menggeser fasa. 2 Ketika rangkaian lead-lag diberi input frekuensi di bawah frekuensi resonansi, maka tegangan output akan mendahului tegangan input, menyebabkan rangkaian bersifat kapasitif. Hal ini terjadi akibat impedansi kapasitor lebih besar daripada nilai resistansi resistor. 3 Ketika rangkaian lead-lag diberi input frekuensi di atas frekuensi resonansi, maka tegangan output akan terlambat terhadap tegangan input, menyebabkan rangkaian bersifat reaktif. Hal ini terjadi akibat impedansi kapasitor lebih kecil daripada nilai resistansi resistor. 4 Ketika jaringan lead-lag disambungkan dengan Op-Amp, rangkaian ini membentuk osilator jembatan Wien, dengan frekuensi output teori 1530. Namun, karena kondisi pada Op-Amp dipengaruhi Noise yang tidak dapat dihilangkan secara sempurna oleh rangkaian resonator, maka output osilator menjadi tidak stabil. Kesimpulan Osilator Wien 1 Frekuensi input jaringan lead-lag berbanding terbalik dengan pergeseran fasa yang terjadi pada gelombang outputnya. Frekuensi ketika gelombang input dan output memiliki perbedaan fasa nol dinamakan frekuensi resonansi, pada rangkaian ini berada pada 1531 Hz. 2 Frekuensi output osilator jembatan wien adalah sama dengan frekuensi resonansi jaringan lead-lag yangn terhubung, pada percobaan ini 1530 Hz, namun karena adanya noise yang tidak dapat difilter oleh jaringan lead- lag, maka output osilator menjadi tidak stabil. Analisis Data PLL 1 Frekuensi free running maksimum terjadi ketika RT minimum, yakni ketika RT 1 k dengan frekuensi 2,9 kHz. 2 Frekuensi free running minimum terjadi ketika RT minimum, yakni ketika RT 2 k dengan frekuensi 1,5 kHz. 3 Pada teorinya, ketika rangkaian diberikan frekuensi dibawah Fmin yaitu 1,5 kHz, frekuensi gelombang output sesuai dengan frekuensi free running, yang pada percobaan ini adalah Fmin. Namun, ketika praktek frekuensi tertinggi (dibawah bandwidth) yang menghasilkan output free running adalah 1 kHz. 4 Pada teorinya, ketika rangkaian diberikan frekuensi diatas frekuensi maksimum maka gelombang output akan kembali ke nilai free running, namun pada prakteknya frekuensi terendah (diatas bandwidth) yang menghasilkan output free running adalah 2 kHz 5 Pada teorinya, ketika rangkaian diberikan frekuensi antara fmin dan fmax, yang membentuk bandwidth PLL, maka frekuensi gelombang output akan sesuai dengan gelombang input. Namun, pada kondisi RT minimum, bandwidth yang terjadi adalah dari 1 kHz hingga 2 kHz, membentuk bandwidth sebesar 1 kHz yang lebih kecil daripada bandwidth antara frekuensi free running minimum dan maksimum yakni 1,5 kHz. Kesimpulan PLL. 1 Nilai RT menentukan frekuensi output yang terjadi ketika frekuensi input berada di luar bandwidth PLL. 2 Nilai bandwidth PLL tidak tergantung pada nilai fmin dan fmax free running. Analisis data timer 555 1 Pada timer astabil terjadi perubahan frekuensi dan duty cycle ketika resistor RA dan RB diubah. Hal ini terjadi akibat perubahan level tegangan input pada pin trigger, yang merupakan hasil pembagian tegangan antara RA dan RB. 2 Pin trigger dianggap paralel dengan resistor RB, sehingga level tegangan pada pin trigger dianggap sama dengan tegangan pada resistor RB. 3 Pada timer monostabil perubahan duty cycle dan frekuensi terjadi akibat perubahan input dari timer astabil, keluaran dari timer astabil berfungsi sebagai trigger. Perubahan level tegangan output astabil dari high ke low menyebabkan level output timer monostabil berubah dari low ke high, begitu pula sebaliknya. 4 Hal ini menyebabkan perubahan fasa yang hampir tepat 180 derajat antara output timer astabil dan output monostabil. 5 Hal ini juga menyebabkan duty cycle pada output timer monostabil komplemen terhadap output timer astabil, karena total waktu on pada output astabil menjadi total waktu tunggu off pada timer monostabil. Kesimpulan timer 555. 1 Frekuensi dan duty cycle timer astabil tergantung pada pembagian tegangan antara RA dan RB, dengan tegangan pada pin trigger dianggap sama dengan tegangan pada RB. 2 Output timer astabil berfungsi sebagai trigger timer monostabil, menyebabkan output timer monostabil berbeda fasa 180 derajat dengan timer astabil. 3 Duty cycle timer monostabil komplemen terhadap timer astabil.