Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Asma
ICD-10 J45.
ICD-9 493
OMIM 600807
DiseasesDB 1006
MedlinePlus 000141
eMedicine article/806890
MeSH D001249
Asma pada awalnya diperkirakan disebabkan oleh kombinasi faktor genetika dan
lingkungan.[4]Diagnosis biasanya didasarkan atas pola gejala, respons terhadap terapi
pada kurun waktu tertentu, dan spirometri.[5] Asma diklasifikasikan secara klinis
berdasarkan seberapa sering gejala muncul, volume ekspirasi paksa dalam satu detik
(FEV1), dan puncak laju aliran ekspirasi.[6]Asma dapat pula diklasifikasikan
sebagai atopik (ekstrinsik) atau non-atopik (intrinsik)[7] dimana atopi dikaitkan dengan
predisposisi perkembangan reaksi hipersensitivitas tipe 1 .[8]
Terapi untuk gejala akut biasanya dengan menghirup beta-2 agonist reaksi cepat
(misalnya salbutamol) dan kortikosteroid oral.[9]Pada kasus yang sangat parah mungkin
diperlukan pemberian kortikosteroid intravena, magnesium sulfat dan perawatan di
rumah sakit.[10] Gejala ini dapat dicegah dengan menghindari pencetusnya, seperti
misalnya alergen[11] dan iritan, dan dengan penggunaan kortikosteroid hirup. [12] Beta
agonist reaksi lambat (LABA) atau leukotrien antagonis dapat ditambahkan, selain
pemberian kortikosteroid hirup bila gejala asma tidak dapat dikontrol. [13] Prevalensi
asma mengalami peningkatan secara signifikan sejak tahun 1970an. Pada tahun 2011,
235300 juta orang terserang asma secara global, [14][15] termasuk adanya 250.000
kematian.[15]
Daftar isi
[sembunyikan]
2 Penyebab
o 2.1 Lingkungan
o 2.2 Genetika
3 Patofiologi
4 Diagnosis
o 4.1 Spirometri
o 4.2 Lainnya
o 4.3 Klasifikasi
5 Pencegahan
6 Tata Laksana
o 6.2 Obat
o 6.3 Lain-lain
7 Prognosis
8 Epidemiologi
9 Sejarah
10 Catatan
11 Pranala luar
MENU
0:00
Suara mengi atau bengek yang
didengar dengan stetoskop.
Asma ditandai dengan adanya episode berulang dari mengi, sesak napas, dada terasa
berat, dan batuk.[16]Dahak bisa saja terbentuk di paru-paru karena batuk tetapi sulit
untuk dikeluarkan.[17] Selama masa penyembuhan setelah serangan mungkin terbentuk
apa yang disebut mirip nanah yang disebabkan oleh tingginya kandungan sel darah
putih yang disebut eosinofil.[18] Gejala biasanya memburuk pada waktu malam atau pagi
hari atau sebagai respons terhadap kegiatan olah raga atau udara dingin. [19] Pada
sejumlah penderita asma ada yang jarang menunjukkan gejala, sebagai respons
terhadap pemicu, sedangkan sejumlah penderita asma yang lain mungkin menunjukkan
gejala yang nyata dan persisten.[20]
Kondisi yang berkaitan[sunting | sunting sumber]
Sejumlah kondisi kesehatan lain yang sering muncul pada mereka yang menderita
asma adalah:penyakit refluks gastroesofagus (GERD), rinosinusitis, dan apnea tidur
obstruktif.[21] Gangguan psikologis juga sangat umum [22]
dengan munculnya gangguan
kecemasan antara 1652% dan gangguan suasana hati pada 1441%.[23] Namun
demikian tidak diketahui dengan pasti apakah asma menyebabkan gangguan psikologis
atau masalah psikologis menyebabkan asma.[24]
Asma dihubungkan dengan pajanan terhadap alergen dalam ruangan. [36] Alergen dalam
ruangan yang umum diantaranya adalah: tungau debu, kecoa, ketombe hewan, dan
jamur.[37][38] Berbagai upaya untuk mengurangi tungau debu ternyata tidak efektif.
[39]
Infeksi virus tertentu pada saluran nafas dapat meningkatkan risiko timbulnya asma
apabila terjadi saat masih anak-anak seperti misalnya: [40] respiratory syncytial
virus dan rinovirus.[41] Akan tetapi beberapa jenis infeksi lain dapat menurunkan risiko. [41]
Hipotesis kebersihan adalah suatu teori yang mencoba untuk menjelaskan kenaikan
laju penderita asma di seluruh dunia sebagai hasil langsung dan tidak terduga dari
berkurangnya pajanan terhadap bakteri dan virus non-infeksi selama masa kanak-
kanak.[42][43] Hal ini telah diungkapkan bahwa berkurangnya pajanan terhadap bakteri
dan virus, sebagian, disebabkan oleh meningkatnya tingkat kebersihan dan jumlah
keluarga pada masyarakat modern.[44]Bukti yang mendukung hipotesis kebersihan ini
diantaranya adalah rendahnya penderita asma di tanah pertanian dan rumah tangga
[44]
yang memiliki hewan peliharaan.
Penggunaan antibiotik pada usia dini juga dihubungkan dengan timbulnya asma.
[45]
Juga, proses melahirkan melalui bedah sesar juga diasosiasikan dengan
meningkatnya risiko asma (diperkirakan antara 2080%)peningkatan risiko ini
dihubungkan dengan berkurangnya koloni bakteri sehat yang seharusnya didapatkan
bayi yang lahir melalui saluran kelahiran. [46][47] Dapat dilihat adanya keterkaitan antara
asma dan tingkat kemakmuran.[48]
Genetika[sunting | sunting sumber]
Sejarah keluarga merupakan faktor risiko asma yang melibatkan berbagai gen. [50] Bila
salah satu dari kembar identik mengidap asma, probabilitas dari pasangan kembarnya
menderita penyakit ini sekitar 25%.[50] Pada akhir tahun 2005, 25 gen telah
diasosiasikan dengan asma pada enam atau lebih populasi terpisah
diantaranya:GSTM1, IL10,CTLA-4,SPINK5,LTC4S, IL4R and ADAM33.[51] Kebanyakan
dari gen ini berhubungan dengan sistem imun atau modulasi proses peradangan.
Walaupun sudah sering dilakukan penelitian yang mendukung daftar gen ini, hasil yang
diperoleh belum konsisten dengan semua populasi yang diuji. [51] Pada tahun 2006
terdapat lebih dari 100 gen yang dihubungkan dengan asma hanya pada satu
penelitian asosiasi genetika saja;[51] masih banyak yang ditemukan pada penelitian lain .
[52]
Sejumlah varian genetika hanya akan menyebabkan asma bila berkombinasi dengan
pajanan lingkungan tertentu.[4] sebagai contoh adalah polimorfisme nukleotida
tunggalspesifik dalam wilayah CD14 dan pajanan terhadap endotoksin (suatu produk
bakteri). Pajanan endotoksin dapat berasal dari berbagai sumber lingkungan termasuk
di dalamnya asap tembakau, anjing dan tanah pertanian. Risiko terhadap asma,
selanjutnya, ditentukan baik berdasarkan genetika orang tersebut dan juga tingkat
pajanan endotoksin.[49]
Kondisi medis[sunting | sunting sumber]
Suatu keadaan tiga serangkai yang terdiri dari eksim atopik, rinitis alergi dan asma
disebut sebagai atopi.[53] Faktor risiko paling kuat yang menyebabkan timbulnya asma
adalah riwayat penyakit atopik;[40] munculnya asma pada laju yang lebih besar pada
mereka yang menderita eksim atau demam hay.[54] Asma juga dihubungkan
dengan ChurgStrauss syndrome, suatu penyakit autoimun dan vaskulitis. Seseorang
dengan tipe urtikaria tertentu juga dapat mengalami gejala asma.[53]
Terdapat korelasi antara obesitas dan risiko asma karena keduanya menunjukkan
kenaikan beberapa tahun belakangan ini. [55][56] Beberapa faktor yang mungkin
memainkan peranan penting diantaranya adalah menurunnya fungsi pernapasan
karena adanya timbunan lemak dan pada kenyataannya jaringan lemak dapat
menimbulkan peradangan.[57]
Berbagai obat yang mengandung penyekat beta seperti misalnya propranolol dapat
memicu asma pada seseorang yang rentan.[58] Penyekat beta kardioselektif,
bagaimanapun, tampaknya aman diberikan pada penderita dengan penyakit asma yang
ringan atau sedang.[59] Pengobatan lain yang dapat menyebabkan masalah
adalah ASA, OAINS, daninhibitor enzim pengubah angiotensin.[60]
Serangan asma[sunting | sunting sumber]
Penyumbatan pada lumenbronkiiolus dengan eksudat seperti lendir, sel goblet metaplasia, dan
penebalan epitelil membran basalpada seseorang yang menderita asma.
Asma merupakan kondisi yang diakibatkaninflamasi]] kronis pada saluran napas yang
kemudian dapat meningkatkan kontraksi otot polos.di sekeliling saluran napas. Hal ini,
bersama dengan faktor lain menyebabkan penyempitan saluran napas sehingga
menimbulkan gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran napas biasanya dapat
pulih dengan atau tanpa pemberian terapi.Adakalanya saluran napas itu sendiri yang
berubah.[16] Biasanya terjadinya perubahan di saluran napas, termasuk
meningkatnya eosinofil dan penebalanlamina retikularis. Dalam jangka waktu lama, otot
polos saluran napas bisa bertambah ukurannya bersamaan dengan bertambahnya
jumlah kelenjar lendir.Jenis sel lain yang terlibat yaitu: Limfosit T, makrofag,
dan neutrofil. Kemungkinan ada juga keterkaitan komponen lain sistem imun yaitu:
antara lain sitokin, kemokin, histamin, and leukotrien.[41]
Pada saat ini tidak ada uji yang tepat untuk melakukan diagnosis melainkan dengan
melihat pola gejala penyakit dan reaksinya terhadap terapi.. [5][41] Dugaan diagnosis
asma adalah bila ditemukan riwayat: mengi berulang, batuk atau sesak napas dan
semua gejala ini terjadi atau memburuk karena aktivitas olahraga, infeksi virus, alergen
atau polusi udara.[63]Spirometri digunakan untuk konfirmasi diagnosis asma. [63] Untuk
anak-anak dibawah usia enam tahun diagnosis asma menjadi lebih sulit karena anak-
anak pada usia tersebut terlalu muda untuk menggunakan alat spirometri. [64]
Spirometri[sunting | sunting sumber]
Spirometri direkomendasikan untuk membantu diagnosis penyakit dan manajemen
terapi.[65][66] Alat itu satu-satunya alat uji untuk mendeteksi asma. Jika FEV1 diukur oleh
teknik ini menunjukkan pengingkatan lebih dari 12% pasca pemberian bronkodilator
seperti salbutamol, maka hal ini akan mendukung diagnosis. Hasil pemeriksaan ini
dapat saja normal untuk individu yang memiliki riwayat asma ringan, walau saat ini tidak
dalam serangan. Single-breath diffusing capacity dapat membantu membedakan asma
dari PPOK.[41]Sebaiknya pemeriksaan spirometri dilakukan setiap satu atau dua tahun
[67]
untuk memastikan seberapa baik kondisi asma seseorang terkontrol dengan terapi.
Lainnya[sunting | sunting sumber]
metakolin provokasi berupa proses inhalasi zat dengan konsentrasi yang tinggi yang
dapat menyebabkan penyempitan saluran napas pada individu yang rentanterhadap
asma saluran. Jika negatif maka berarti orang tersebut tidak berpenyakit asma; namun
jika positif, bukan berarti orang tersebut memiliki asma, karena tes ini tidak spesifik
untuk asma..[41]
Bukti pendukung lainnya yaitu: terdapat perbedaan sebesar 20% pada puncak laju
aliran ekspirasi setidaknya tiga hari dalam seminggu untuk paling tidak dua minggu,
kondisi peningkatan 20% pada puncak aliran udara setelah dilakukan terapi
menggunakan salbutamol, kortikosteroids atau prednison yang dihirup, atau penurunan
20% pada puncak aliran udara pasca pajanan terhadap pemicu. [68] Variabilitas uji
puncak laju aliran udara lebih besar daripada spirometri, sehingga tes tersebut tidak
direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin penegakkan diagnosis. Pemeriksaan
tersebut bermanfaat untuk pemantauan harian mandiri pasien dengan asma derajat
sedang hingga berat, untuk memeriksa efektivitas pengobatan baru. Pemeriksaan ini
dapat juga berfungsi sebagai pedoman terapi pada pasien dengan serangan asma
akut..[69]
Klasifikasi[sunting | sunting sumber]
Seringnya Gejala
%FEV1 sesuai penggunaan
Keparahan terjadi pada waktu FEV1Variabilitas
diperkirakan SABA
gejala malam hari
2
intermiten 2/minggu 2/bulan 80% <20%
hari/minggu
Persisten >2
>2/minggu 34/bulan 80% 2030%
ringan hari/minggu
Persisten
Harian >1/minggu 6080% >30% harian
sedang
Asma secara klinis diklasifikasikan berdasarkan seberapa sering gejala muncul, volume
ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), danpuncak laju aliran ekspirasi.[6] Asma bisa
juga diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non- atopik (intrinsik), berdasarkan
pada gejala yang munculditimbulkan oleh alergen (atopik) atau bukan (non-atopik).
[7]
Klasifikasi asma sampai saat ini dibuat berdasarkan tingkat keparahan penyakit, pada
saat ini tidak ada metode lain untuk mengklasifikasikan subgrup asma di luar metode
ini.[70] Menemukan cara lain untuk mengidentifikasi subgrup asma yang berespons baik
terhadap jenis terapi yang berbeda saat ini menjadi tujuan utama penelitian mengenai
asma..[70]
Meskipun asma adalah kondisi obstruktif kronik, penyakit tersebut tidak dianggap
bagian dari penyakit paru obstruktif kronik sebab istilah ini digunakan khusus untuk
gabungan penyakit yang tidak dapat disembuhkan kembali seperti sedia kala
seperti bronkiektasis,bronkhitis kronik, dan emfisema.[71] Tidak seperti penyakit diatas,
obstruksi saluran napas pada asma biasanya dapat pulih kembali seperti sedia kala,
akan tetapi bila dibiarkan tanpa terapi, proses peradangan kronis pada asma dapat
menyebabkan kondisi obstruksi pada paru-paru menjadi tidak dapat disembuhkan
karena perubahan bentuk pada saluran napas. [72] Berbeda denganemfisema, asma
akan mempengaruhi saluran pernapasan, dan bukannya alveoli.[73]
Mengancam nyawa
(orang tertentu pada) Tanda-tanda klinis Pengukuran
Sianosis
Gejala memburuk
Eksaserbasi asma akut biasanya dikenal sebagai suatu serangan asma. Gejala
klasiknya adalah sesak nafas, mengi, and rasa berat di dada.[41] Walaupun gejala
tersebut adalah gejala primer asma,[75]namun beberapa orang dengan asma datang
dengan gejala batuk, dan pada kasus yang sangat parah, aliran udara benar-benar
terganggu sehingga tidak terdengar lagi suara mengi. [74]
Pada asma serangan ringan Puncak laju aliran ekspirasi (PEFR) yaitu 200 L/men atau
50% dari perkiraan terbaik.[78] Asma serangan sedang yaitu antara 80 sampai
200 L/men atau 25% sampai 50% sesuai dengan perkiraan sedangkan bertambah
parah berat yaitu 80 L/men atau 25% dari perkiraan.[78]
Brittle asthma adalah jenis asma yang menyebabkan serangan berat dan berulang..
[74]
Tipe 1 asma brittle adalah penyakit dengan puncak aliran yang sangat bervasiasi
meskipun dengan pengobatan yang memadai. Tipe 2 brittle asma adalah asma yang
[74]
sebelumnya sudah terkontrol dengan baik, tiba-tiba mengalami serangan berat.
Asma sebagai akibat dari (atau yang diperburuk oleh) pajanan tempat kerja biasanya
dilaporkan sebagai penyakit akibat kerja.[85] Namun banyak kasus yang tidak dilaporkan
atau disebut sebagai penyakit akibat kerja. [86][87] Diperkirakan, ada 525% kasus asma
pada orang dewasa yang terkait dengan pekerjaan. Sekitar ratusan ragam jenis
agensia dikaitkan dengan kasus-kasus ini. Di antaranya yang paling umum
adalah: isosianat, debu biji-bijian dan kayu, resin colophony, cairan solder soldering
flux, lateks latex, hewan, dan aldehida. Pekerja yang memiliki risiko paling tinggi antara
lain: pekerja yang menggunakan cat semprot, pembuat roti dan pemroses makanan
lainnya, perawat, pekerja bahan kimia, pekerja bersama hewan-hewan, tukang las,
pemangkas rambut, dan pekerja pemrosesan kayu. [85]
Diagnosis banding[sunting | sunting sumber]
Ada banyak kondisi lain yang bisa menimbulkan gejala-gejala yang mirip gejala pada
asma. Penyakit saluran napas bagian atas selain asma pada anak-anak,
misalnya rinitis alergi dan sinusitis juga harus dikategorikan sebagai penyebab obstruksi
saluran napas, seperti juga: aspirasi benda asing, penyempitan abnormal pada saluran
napas utama (stenosis trakea) atau laringotrakeomalasia, cincin vaskular, kelenjar
limfe yang membesar atau benjolan di leher. Kemudian pada orang dewasa, antara
lain COPD, gagal jantung kongestif, benjolan di saluran napas, serta batuk akibat
inhibitor ACE, juga karus dikategorikan sebagai penyebab gejala mirip asma.
Sementara yang bisa terjadi pada kedua populasi tersebut yaitu disfungsi pita suara.[88]
Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK bisa muncul bersama-sama dengan asma
dan bisa juga muncul sebagai komplikasi asma kronis. Setelah usia 65, sebagain besar
orang yang mengidap penyakit obstruksi saluran napas juga menderita asma dan
PPOK. Dalam hal ini, PPOKbisa dibedakan dari meningkatnya jumlah neutrofil di
saluran napas, bertambah tebalnya dinding saluran napas secara abnormal, dan
peningkatan jumlah otot polos di bronkus. Meski demikian, tingkat penyelidikan sampai
tahap ini tidak dilakukan karena PPOK dan asma memiliki prinsip-prinsip tata laksana
yang sama, yaitu: kortikosteroid, beta agonis kerja-lambat, dan penghentian merokok.
[89]
Selain gejala-gejala PPOKyang mirip dengan gejala pada asma, penyakit ini juga
dihubungkan dengan terlalu seringnya terpapar asap rokok, usia tua, gejala yang lebih
sulit dipulihkan setelah pemberian obat bronkodilator, serta berkurangnya kemungkinan
riwayat atopi keluarga.[90][91]
Obat yang digunakan untuk menangani asma dibagi menjadi dua kelas umum yaitu:
obat pelega napas cepat yang digunakan untuk menangani gejala akut; dan obat
pengendali jangka panjang yang digunakan untuk mencegah perburukan lebih lanjut. [98]
Reaksi-cepat
alat hirup Salbutamol metered dose yang biasa digunakan untuk mengobati asma.
alat hirup Fluticasone propionatemetered dose yang biasa digunakan untuk pengendali jangka
panjang.
Kortikosteroid secara umum dinilai sebagai obat paling efektif yang tersedia
untuk pengendali jangka panjang.[98] Biasanya, bentuk hirup lebih banyak dipakai
kecuali untuk kasus penyakit berat yang persisten yang mungkin membutuhkan
kortikosteroid oral.[98]Biasanya, formula hirup direkomendasikan untuk digunakan
satu atau dua kali sehari, tergantung tingkat keparahan gejala. [105]
Stabiliser sel mast (seperti sodium kromolin) adalah pilihan lain yang tidak begitu
disukai dibandingkan kortikosteroid. [98]
Metode konsumsi obat
Obat biasanya tersedia dalam bentuk metered-dose inhaler (MDI) yang dikombinasikan
dengan spacer asma atau dalam bentuk dry powder inhaler atau DPI. Spacer adalah
silinder plastik yang mencampurkan obat dengan udara sehingga obat mudah diterima
dalam dosis penuh. Alat nebulizer juga bisa digunakan. Nebulizer dan spacer sama-
sama efektif untuk pasien dengan gejala ringan sampai sedang, namun tidak ada cukup
bukti untuk menentukan apakah memang ada perbedaan jika diterapkan pada gejala
berat.[114]
Dampak merugikan
Helioks, campuran helium dan oksigen, bisa juga dipertimbangkan dalam kasus
berat yang tidak menunjukkan respons.[10]
Salbutamol intravena tidak didukung oleh bukti tersedia dan oleh karena itu
hanya digunakan dalam kasus ekstrim.[117]
Metilksantin (seperti teofilin) dulu sering digunakan, tapi tidak memberikan efek
tambahan yang berarti untuk beta-agonis yang dihirup. [117] Penggunaannya dalam
serangan asma akut masih kontroversial.[119]
Anestetik disosiatif ketamin secara teori berguna bila intubasi dan ventilasi
mekanis diperlukan pada orang yang hampir mengalami gagalnafas; namun, tidak
ada bukti klinis untuk mendukungnya. [120]
Bagi orang yang menderita asma persisten berat yang tidak dapat dikontrol dengan
kortikosteroid dan LABA, bronkial termoplasti bisa menjadi pilihan.[121] Pengobatan ini
melibatkan aplikasi energi panas terkontrol ke dinding saluran nafas dalam serangkaian
sesi bronkoskopi.[121] Walaupun mungkin meningkatkan frekuensi serangan dalam
beberapa bulan pertama, frekuensi selanjutnya tampaknya diturunkan. Efek lewat dari
setahun belum diketahui.[122]
Pengobatan alternatif[sunting | sunting sumber]
Banyak orang yang menderita asma, seperti mereka yang mengalami gangguan kronis
lain, menggunakan pengobatan alternatif; survei menunjukkan sekitar 50%
menggunakan terapi non-konvensional.[123][124] Hanya ada sedikit data untuk mendukung
efektivitas terapi-terapi ini. Bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaan
Vitamin C.[125]Akupuntur tidak dianjurkan untuk pengobatan karena bukti tidak
mencukupi untuk mendukung penggunaannya. [126][127] Ioniser udara tidak menunjukkan
bukti memperbaiki gejala asma atau menguntungkan fungsi paru-paru; ini berlaku baik
untuk generator ion negatif maupun positif. [128]
Disability-adjusted life year untuk asma per 100.000 penduduk dalam tahun 2004.[130]
no data 350400
<100 400450
100150 450500
150200 500550
200250 550600
250300 >600
300350
Prognosis untuk asma biasanya bagus, terutama untuk anak-anak dengan penyakit
ringan.[131] Mortalitas sudah menurun selama dua dekade terakhir ini karena pengenalan
penyakit yang lebih baik dan perbaikan dalam pengobatan. [132] Secara global asma
menyebabkan disabilitas/ ketidakmampuan derajat menengah dan berat pada
19,4 jutaan orang hingga tahun 2004 (16 jutaan orang yang berada di negara
berpenghasilan rendah dan menengah). [133] Dari asma yang didiagnosa selama masa
kanak-kanak, separuh dari kasus tidak lagi terdiagnosa setelah satu dekade.
[50]
Perubahan saluran nafas terdeteksi, tapi tidak diketahui apakah menunjukkan
perubahan yang berbahaya atau bermanfaat. [134]Pengobatan dini dengan kortikosteroid
tampaknya mencegah atau memperbaiki penurunan fungsi paru-paru. [135]
no data 6-7%
<1% 7-8%
1-2% 8-10%
2-3% 10-12.5%
3-4% 12.515%
4-5% >15%
5-6%
Hingga tahun 2011, 235300 juta orang di seluruh dunia menderita asma, [14][15] dan
sekitar 250.000 orang meninggal per tahun karena penyakit ini. [16] Tingkatnya berbeda-
beda antar Negara dengan prevalensi antara 1 dan 18%. [16] Lebih sering ditemukan
di negara majudibandingkan negara berkembang.[16] Jadi tingkatnya terlihat lebih
rendah di Asia, Eropa Timur dan Afrika. [41] Di negara maju penyakit ini lebih banyak
diderita oleh mereka yang kurang beruntung secara ekonomi sementara di negara
berkembang lebih biasa ditemukan di kalangan atas. [16] Alasan untuk perbedaan ini
tidak diketahui.[16] Lebih dari 80% mortalitas terjadi di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah.[136]
Walaupun asma dua kali lebih sering ditemukan di kalangan anak laki-laki dibandingkan
anak perempuan ,[16] asma berat terjadi pada keduanya setara.[137] Sebaliknya wanita
dewasa memiliki tingkat asma yang lebih tinggi dibandingkan pria [16] dan lebih sering
ditemukan di kalangan orang muda dibandingkan orang tua. [41]
Tingkat asma global telah meningkat secara tajam antara tahun 1960an dan 2008 [138]
[139]
sehingga penyakit ini diakui sebagai masalah kesehatan umum utama sejak tahun
1970an.[41] Tingkat asma sudah stabil di negara maju sejak pertengahan 1990an
dengan peningkatan terbaru terutama di negara berkembang. [140] Asma diderita sekitar
[108]
7% penduduk Amerika Serikat dan 5% penduduk Inggris.[141] Di Kanada, Australia
dan Selandia Baru tingkatnya sekitar 1415%.[142]
Pada tahun 1873, salah satu makalah pertama pengobatan modern dalam subyek ini
mencoba menjelaskan patofisiologi dari penyakit itu, sementara satu pada tahun 1872
menyimpulkan bahwa asma bisa disembuhkan dengan menggosok dada dengan obat
gosok kloroform.[144][145] Perawatan medis pada tahun 1880, termasuk
penggunaanintravena dari obat yang disebut pilokarpin.[146] Pada tahun 1886, F.H.
Bosworth berteori bahwa ada hubungan antara asma dan rinitis alergi.
[147]
Epinefrin pertama kali digunakan dalam pengobatan asma pada tahun 1905.
[148]
Kortisteroid oral mulai digunakan untuk kondisi ini pada tahun 1950an sementara
kortisteroid hirup dan agonis beta aksi pendek pilihan mulai banyak digunakan pada
tahun 1960an.[149][150]
Selama tahun 1930-50an, asma dikenal sebagai salah satu dari tujuh besar penyakit
psikosomatik. Penyebabnya dianggap sebagai psikologis, dengan pengobatan sering
berdasarkan psikoanalisa dan penyembuhan dengan bicara lain.[151] Karena para
psikoanalis ini menginterpretasikan mengi asma sebagai tangisan yang tertahan dari
anak yang mencari ibunya, mereka menganggap pengobatan depresi khususnya
penting untuk individu yang menderita asma.[151]