Vous êtes sur la page 1sur 14

Apa saja dampak dari hamil pada usia 41 tahun dan grande multipara?

(sebutkan saja)
65

Sumber: Jolly M, Sebire N, Robinson S, and Regan L. The Risk Associated With
Pregnancy In Women Age 35 Years Or Older. Human Reproduction
[internet]. 2000 [cited 2013 Nov 10]. Volume 15: 2433-2437 ; Available from:
http://humrep.oxfordjournals.org/content/15/11/2433.long

Kehamilan di Usia Tua (> 35 tahun)


1. Penyulit Kehamilan
a) Preeklampsia dan Eklampsia 1,6x lebih banyak
b) Diabetes Gestasional 3x lebih tinggi
c) Plasenta Previa Penelitian FASTER juga menyebutkan, mereka yang berusia
>35 tahun memiliki risiko 1,1% untuk mengalami plasenta previa dibandingkan
dengan wanita yang berusia
d) Ketuban Pecah Dini Usia tua merupakan faktor risiko terjadinya bakteriuria
asimptomatik pada kehamilan, hal ini didasarkan bahwa pada ibu usia tua
umumnya telah terjadi beberapa kehamilan sebelumnya (multiparitas), dan
multiparitas adalah salah satu faktor risiko dari bekteriuria asimptomatik
e) Serotinus (kehamilan lewat bulan) peningkatan lebih dari 50% kehamilan lewat
bulan pada ibu usia tua
f) Kelainan Letak rasio sectio caesaria pada ibu usia 40 sampai 45 tahun mencapai
50% dan salah satu alasan yang mendasari tingginya angka persalinan dengan
Caesar ialah malposisi janin

2. Luaran Maternal
a) Partus dengan Tindakan rasio sectio caesaria pada ibu usia 40 sampai 45 tahun
mencapai 50% dan salah satu alasan yang mendasari tingginya angka persalinan
dengan Caesar ialah malposisi janin
b) Partus Lama lamanya suatu persalinan atau kejadian partus lama meningkat
seiring bertambahnya usia
c) Perdarahan Post Partum Dan seiring dengan meningkatnya jumlah parturient
berusia >35 tahun, maka risiko terjadinya PPP pun akan semakin meningkat
d) Kematian Maternal risiko komplikasi kehamilan yang terkait dengan usia ibu
juga berkontribusi dalam meningkatnya kematian maternal
e) Lama Rawat Inap Tingginya insiden sectio caesaria pada ibu usia >35 tahun
diperkirakan menjadi salah satu faktor yang berkontribusi dalam lamanya rawat
inap
f) Hb Ibu Seiring dengan pertambahan usia ibu, risiko komplikasi selama
persalinan pun meningkat, termasuk risiko perdarahan obstetri

3. Luaran Perinatal
a) Prematuritas ibu yang berusia tua memiliki risiko 1.5x menderita preeklampsia,
dimana salah satu komplikasi dari penyakit ini ialah prematuritas
b) Asfiksia skor Apgar pada ibu kelompok usia 35 tahun sebesar 5.8%, sebagai
manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka
kematian yang lebih tinggi yaitu 1.8% dibanding kelompok usia 20-25 tahun
c) Kelainan Kongenital Telah diketahui bahwa Sindrom Down lebih sering
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh wanita yang mendekati masa
menopause. Frekuensi kelahiran ini akan meningkat pada ibu yang berusia >30
tahun dan akan semakin meningkat pada ibu usia >40 tahun.
d) Berat Bayi Lahir Rendah ibu berusia tua memiliki risiko 1.29x lebih tinggi
untuk melahirkan bayi BBLR.
e) Kematian Perinatal risiko stillbirth meningkat 1.45x pada wanita usia 40 tahun
f) Intra Uterine Fetal Death Ibu multipara berusia 40 tahun memiliki rasio
komplikasi antepartum lebih tinggi, dibanding ibu yang berusia lebih muda,
dimana termasuk didalamnya risiko Intrauterine Fetal Death (IUFD).
g) Makrosomia kecenderungan ibu usia tua untuk melahirkan bayi dengan Besar
Masa Kehamilan (BMK)

Sumber: Obstetri patologi. Bagian obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran


Universitas Padjajaran Bandung, 1984.
Junadi P, Soengso A, Amelz H. Kapta selekta Kedokteran, edisi ke 2.
Jakarta: Media Aesculapius; 2002.

Bahaya dari grande multipara


- Kelainan letak janin, disebabkan oleh karena dinding rahim dan atau dinding perut
yang telah longgar akibat dari persalinan yang terdahulu.
- Anemia dalam kehamilan.

- Kelainan endokrin, misalnya kencing manis (diabetes mellitus).

- Gangguan kardiovaskuler, misalnya kelainan jantung, tekanan darah tinggi


(hipertensi).
- Kelainan letak plasenta (plasenta previa) karena dinding rahim tempat perlekatan
plasenta yang normal (di daerah fundus dan corpus rahim) sudah pernah dilekati
plasenta pada kehamilan sebelumnya sehingga pada kehamilan yang lebih dari lima
kali, plasenta melekat di bagian bawah rahim.
- Solutio plasenta, adalah suatu keadaan dalam kehamilan dimana plasenta yang tempat
perlekatannya yang normal (pada fundus dan corpus uteri) terlepas sebelum waktunya
(pada kala III).
- Robekan pada rahim (ruptura uteri), penyebabnya adalah dinding rahim pada ibu
yang telah melahirkan beberapa kali bayi yang dapat hidup (viable) sudah lemah.
Rintangan yang sangat kecil pada kehamilan maupun pada proses persalinan dapat
menimbulkan robekan pada rahim.
- Terhambatnya kemajuan persalinan oleh karena kontraksi rahim kurang.

- Rahim tidak berkontraksi setelah proses persalinan dimana dapat menimbulkan


perdarahan setelah persalinan.
- Perut gantung diakibatkan oleh karena berkurangnya kemampuan otot-otot dinding
perut (otot-otot dinding perut menjadi lemas) sehingga dapat terjadi kesalahan letak
janin, kepala janin tidak masuk ke ruang rongga panggul.

Bahaya yang dapat timbul setelah persalinan pada ibu grande multipara
- Rahim tidak dapat berkontraksi sehingga dapat menyebabkan perdarahan yang
banyak setelah proses persalinan.
- Retensi plasenta, merupakan suatu keadaan dimana plasenta belum dapat lahir dalam
waktu setengah jam setelah janin lahir sebagai akibat dari kurangnya kontraksi uterus.
Hal ini dapat menyebabkan perdarahan setelah proses persalinan.
- Subinvolusi uteri.

Apa dampak/makna kelahiran 4 (empat) anak sebelumnya dilakukan dirumah dan


dibantu oleh dukun? 7 6
RUMAH
Sumber: Saifuddin, Abdul Bani.2002.buk panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal dan Neonatal. Yayasan bina Pustaka Sarwone Prwirohardjo:Jakarta.
Kerugian dari pertolongan persalinan dirumah ialah jika sewaktu melahirkan mendapatkan
kesukaran maka pertolongan lebih lanjut tidak dapat diberikan dengan segera. Hal ini
disebabkan tidak tersedianya alat-alat sehingga membutuhkan waktu lama sebelum tiba di
rumah sakit.
Contohnya, selama persalinan bayi mungkin mengalami tekanan yang menunjukkan
diperlukan tindakan untuk melahirkannya, atau setelah lahir dia tidak dia tidak dapat bernafas
dengan baik. Dirumah sakit, dua bahaya ini dapat ditangani dengan cepat karena fasilitas
tersedia, yang mungkin tidak tersedia dirumah. Selain itu beberapa wanita mengalami
perdarahan setelah kelahiran. Di rumah sakit, ini dapat ditangani dengan cepat, karena
pembiasaan dan darah tersedia.
Bahaya bagi bayi dengan resiko postpartum haemorrhage masih merupakan alasan
utama mengapa lebih dari 30 tahun silam, kelahiran bayi di rumah digantikan dengan
kelahiran di rumah sakit.

DUKUN
Prawirahardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiraharjo.
Kartika, Sofia. 2004. Kerjasama Dukun dan Bidan Desa untuk Menekan AKI dan AKB.

1. Masih tingginya AKI akibat pertolongan persalinan tanpa fasilitas yang memadai juga
kurangnya pengetahuan dukun tentang pertolongan kegawat daruratan.
Menurut Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa
fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi dokter obsgin.
Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian ibu
saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus
perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.

2. Praktek yang tidak steril


Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk
menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi mereka tentang mutu pelayanan
berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah
tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan
praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup
lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut).
3. Kurangnya kemampuan dukun bayi dalam mengenali resiko tinggi persalinan dan
kurang menyadari akibat keterlambatan merujuk.
Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan
apa yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa
kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa
terjadi dari kekurangtahuan dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang
tidak dikenal

4. Pertolongan perselinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan


Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus
persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa
keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi tersebut
kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada pengalaman. Kemungkinan
dampak tersering dari persalinan yang ditolong oleh dukun baik bagi ibu maupun
bayinya adalah perdarahan post partum, persalinan lama, ruptur uteri, kematian
janin dalam rahim, asfiksia dan infeksi neonatus. Selain itu masih ada beberapa
kendala diantaranya
Menurut sinyalemen Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan
persalinan tanpa fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi
dokter obsgin. Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji,
kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila
terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat
dilakukan.
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk
menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi merekatentang mutu pelayanan
berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah
tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan
praktek yang tidak steril(memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup
lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut). Riwayat kasus kematian ibu dan
janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun beranak gagal
mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta rujukan yang
terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurang tahuan dukun beeranak
akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal. Selain itu, pertolongan
persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan, diantaranya kepala bayi
sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa keluar atau partus macet, itu disebabkan
karena cara memijat dukun bayi tersebut kurang profesional dan hanya berdasarkan
kepada pengalaman.

Apa saja jenis dan komponen LokMin? 6 5


Klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakarya mini puskesmas secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni lokakarya
mini bulanan puskesmas dan lokakarya mini tribulanan puskesmas.
1. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas
Merupakan pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara membandingkan rencana
kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan membandingkan cakupan
kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan
berikutnya.
a. Tujuan
1) Tujuan umum : terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas.
2) Tujuan khusus :
a) Diketahuinya hasil kegiatan puskemas bulan lalu
b) Disampaikanya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan
berbagai kebijakan serta program
c) Diketahuinya hambatan / masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan
lalu
d) Dirumuskannya cara pemecahan masalah
e) Disusunnya rencana kerja bulan baru.

b. Tahapan kegiatan
Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap yaitu:
1) Lokakarya Mini Bulanan yang pertama
Lokakarya Mini bulanan yang pertama merupakan lokarya
penggalangan Tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian
untuk dapat terlaksana rencana kegiatan puskesmas (RPK).
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab
dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh
program kerja dan wilayah kerja Puskesmas dilakukan pembagian
habis kepada seluruh petugas Puskesmas, dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimilikinya.
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai berikut :
a) Masukan
(1) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran,
tanggung jawab staf dan kewenangan Puskesmas
(2) Informasi tentang kebijakan ,program dan konsep baru berkaitan
dengan Puskesmas
(3) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan of
Action = POA) Puskesmas.
b) Proses
(1) Inventaris kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan / daerah
binaan
(2) Analisis beban kerja setiap petugas
(3) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah
binaan.
(4) Penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action = POA).
c) Keluaran
(1) Rencana kegiatan (Plan Of Action = POA ) Puskesmas tahunan
(2) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA
(3) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

2) Lokakarya Mini Bulanan Rutin


Lokakarya bulanan puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak
lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama.
Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau
pelaksanaan POA puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara teratur.
Penanggung jawab penyelenggaraan lokakarya mini bulanan adalah kepala
puskesmas, yang dalam pelaksanaannya dibantu staf puskesmas dengan
mengadakan rapat kerja seperti biasanya.
Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan kepada
masalah pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan hal-hal
direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan berdayaguna.
Pelaksanaan lokakarya mini bulanan puskesmas adalah sebagai berikut :
a) Masukan
(1) Laporan hasil kegiatan bulan lalu
(2) Informasi tentang hasil rapat dikabupaten/ kota
(3) Informasi tentang hasil rapat dikecamatan
(4) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b) Proses
(1) Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan
PWS.
(2) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan
terhadap standar pelayanan.
(3) Merumuskan alternatif pemecahan masalah.

c) Keluaran
(1) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan.
(2) Rencana kerja bulan yang baru.

c. Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan


Setelah dipahami tujuan dari lokakarya dan dari tahapan kegiatan tersebut
diatas, dapat diketahui materi yang akan diberikan/dibahas, maka selanjutnya untuk dapat
menyelenggarakannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Pengarah : Kepala Puskesmas
2) Peserta : seluruh petugas puskesmas termasuk petugas Puskesmas Pembantu
dan Bidan di Desa
3) Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan dengan
kondisi dan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau
hari sabtu, minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat. Demikian
halnya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas, misalnya
penyelenggaraan pada jam 10.00-15.00
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokarkarya Mini Bulanan
dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa
mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan.

4) Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan bersifat dinamis, dapat
disusun sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi
Puskesmas setempat. Sebagai contoh susunan acara Lokakarya Mini adalah
sebagai berikut :
a) Lokakarya Mini Bulanan yang pertama disebut juga dengan Lokakarya
Penggalangan Tim
(1) Pembukaan
(2) Dinamika kelompok
(3) Pengenalan program baru
(4) POA Puskesmas
(5) Analisa beban kerja petugas
(6) Pembagian tugas dan desa binaan
(7) Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru

b) Lokakarya Mini Bulanan Rutin


(1) Pembukaan
(2) Dinamika Kelompok; menumbuhkan motivasi
(3) Pengenalan program baru
(4) Inventarisasi kegiatan bulan lalu
(5) Analisa pemecahan masalah dan pemecahan
(6) Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang
(7) Pembagian tugas bulan yang akan datang
(8) Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru

5) Tempat
Diupayakan agar Lokakarya Mini dapat di selenggarakan di
Puskesmas, apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat lain
yang lokasinya berdekatan dengan Puskesmas. Ruang yang dipakai
hendaknya mampu menampung semua peserta.
6) Persiapan
Sebelum pertemuan diadakan ,perlu persiapan yang meliputi :
a) Pemberitahuan hari,tanggal,dan jam
b) Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf U
c) Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik
d) Rencana Kerja Harian bulan lalu
e) Membuat vistualisasi hasil pelaksanaan bulan lalu dibandingkan dengan
target bulanan per Desa, antara lain menggunakan KWS.
f) Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas
Sektor/Kecamatan
g) Materi Pelajaran dan alat peraga yang digunakan
h) Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya

2. Lokakarya Mini Tribulanan Puskesmas


Merupakan pemantauan pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan
lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan.
a. Tujuan
1) Umum
Terselenggaranya lokakarya tribulan lintas sektoral dalam rangka mengkaji
hasil kegiatan lintas sektoral dan tersusunya rencana kerja tribulan
berikutnya.
2) Khusus :
a) Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan
hambatan yang dihadapi.
b) Dirumuskannya mekanisme/rencanakerjalintas sektoral yang baru untuk
tribuan yang akan datang.

b. Tahapan kegiatan lokakarya mini tribulan lintas sektoral


Lokakarya mini tribulan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :
1) Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama
Lokakarya mini Tribulan yang pertama merupakan Lokakarya penggalangan tim
diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat
terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan kesehatan.
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawaban dan
pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh
program kerja dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pembagian habis
kepada seluruh sektor terkait, dengan mempertimbangkan kewenangan dan
bidang yang dimilikinya.

Pelaksanaan lokakarya mini tribulan adalah sebagai berikut :


a) Masukan
(1) Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok
(2) Informasi tentang program lintas sektor
(3) Informasi tentang program kesehatan
(4) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b) Proses
(1) Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor
(2) Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor
(3) Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor

c) Keluaran
(1) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program
kesehatan
(2) Rencana kegiatan masing-masing sektor.

2) Lokakarya Mini Tribulan Rutin


Sebagaimana lokakarya bulanan puskesmas maka lokakarya tribulan lintas sektoral
merupakan tindak lanjut dari lokakarya Penggalangan kerjasama Lintas Sektoral
yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap.
Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas dibantu sektor terkait di
kecamatan. Lokakarya tribulanan lintas sektoral dilaksanakan sebagai berikut :
a) Masukan
(1) Lapran kegiatan pelaksanaan program kesehatan dari masingatan dan
dukungan sektor terkait
(2) Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor dalam
pelaksanaan program kesehatan
(3) Pemberian informasi baru.

b) Proses
(1) Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan
(2) Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sektor
(3) Merumuskan cara penyelesaian masalah
(4) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru

c) Keluaran
(1) Rencana kerja tribulan yang baru
(2) Kesepakatan

c. Penyelenggaraan Lokakarya Tribulan Lintas Sektoral


1) Persiapan
Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan yang meliputi :
a) Pendekatan kepada Camat
(1) Memimpin lokakarya dengan menjelaskan caranya
(2) Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan kegiatan dan
pembinaan
(3) Mempersiapkan tempat dan penyelenggaraan lokakarya

b) Puskesmas melaksanakan :
(1) Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang mudah
dipahami oleh sector,antara lain dalam bentuk PWS
(2) Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas sektor
(3) Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat-surat
yang berhubungan dengan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan
sektor kesehatan
(4) Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen lokarya.
(5) Pembuatan surat-surat undangan lokarya untuk ditandatangani camat.

2) Peserta
Lokarya Mini tribulanan Lintas sektor dipimpin oleh camat, adapun pesera Lokarya Mini
Tribulanan adalah sebagai berikut:
a) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
b) Tim Penggerak PKK Kecamatan
c) Pukesmas di wilayah Kecamatan
d) Staf Kecamatan, antara lain: Sekcam, Unit lain yang terkait.
e) Lintas sektor di Kecamatan, antara lain: Pertanian, Agama, Pendidikan,
BKKBN, Sosial.
f) Lembaga /organisasi kemasyarakatan, antara lain: TP PKK Kecamatan,
BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan ( apabila sudah terbentuk)

3) Waktu
Lokarya Mini Tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan pada bulan
pertama tahun anggaran berjalan. Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap tribulan.
Adapun waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat.
Yang perlu dijadikan pertimbangan adalah diupayakan agar seluruh peserta dapat
menghadiri lokarya.lokarya ini diselenggarakan dalam waktu 4 jam. Secara umum jadwal
acara lokarya mini tribulanan adalah sebagai berikut :
a) Lokakarya Mini Tribulanan yang pertama
i. Pembukaan

ii. Dinamika kelompok

iii. Kegiatan sektoral

iv. Inventarisai peran bantu sektor

v. Analisa hambatan dan masalah

vi. Pembagian peran dan tanggungjawab sektor

vii. Perumusan rencana kerja

viii. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

b) Lokakarya Mini Tribulanan rutin


i. Pembukaan

ii. Dinamika kelompok, manumbuhkan motivasi

iii. Kegiatan sektor terkait

iv. Masalah dan hambatan masing-masing sektor

v. Analisis masalah dan hambatan

vi. Upaya pemecahan masalah

vii. Rencana kerja tribulan mendatang

viii. Kesepakatan pembinaan

ix. Kesepakatan bersama

x. Penutup

4) Tempat
Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas sektor adalah di kecamatan atau
tempat lain yang dianggap sesuai (Depkes RI, 2006).

Depkes. 2006. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia : Jakarta

Bagaimana cara merencanakan LokMin? 7 6

Vous aimerez peut-être aussi