Vous êtes sur la page 1sur 2

Asal Usul Danau Toba

Disusun Oleh :
Ikhwan Firhamsyah sebagai Pa Toba
Hanina Salma sebagai Samosir
Ni Putu Ayu Maha Putri sebagai Putri
Umi Kalsum sebagai Umi
Satifah Dawati. sebagai Ifah
Nurfatri Utami sebagai Tami

Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hiduplah seorang petani bernama Pa Toba. Ia


seorang petani yang hidup seorang diri dan rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas.
Di suatu pagi yang cerah, petani itu pergi memancing di sungai.
Petani :Ya Allah., Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar.

Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kail tersebut bergoyang-goyang lalu ia segera
menarik kailnya.
Petani :Terima kasih Tuhan, kau memberikanku ikan yang besar, dan ikan ini juga indah
sekali. Sisiknya berwarna merah bersinar seperti emas. Hmmm. Pasti nikmat sekali bila ku
makan nanti..
Putri :Tunggu, kau jangan memakan ku..! Aku bersedia menemanimu asal aku tidak
kau makan.
Petani : Oops.! Siapa yang bicara itu..?? Ada suara, tetapi.. tak ada orang.
Putri :Ini, aku yang bicara.
Petani :whaaat..??

Petani melepaskan kailnya tanpa sengaja dan ikan tersebut jatuh. Kemudian tidak berapa
lama ikan tadi berubah menjadi seorang gadis yang cantik jelita.
Putri :Jangan takut pak, aku juga manusia sama seperti engkau. Aku sangat berutang
budi padamu karena kau telah menyelamatkanku dari kutukan Sang Dewata. Aku bersedia
menjadi istrimu.
Petani :Benarkah..??
Putri :Tentu saja..
Petani :Ngomong-ngomong., siapakah namamu?
Putri :Namaku Putri, dan kau?
Petani :Namaku Toba. Mari kita lekas pulang. Aku sudah tak sabar ingin
memberitahukan bahwa kau telah menjadi istriku. Hahha
Putri :Tapi Toba, ada satu hal yang harus kau rahasiakan tentang diriku. Aku mohon kau
tidak menceritakan asal usulku yang berasal dari ikan, karena jika masyarakat itu tahu akan hal
tersebut pasti akan terjadi bencana besar yang melanda desa ini.
Petani :Baiklah, percayakan semua ini padaku. Ayo kita pulang.

Lalu Pa Toba dan Putri pun pulang ke rumah. Saat mereka memasuki kampong Pa Toba,
ada beberapa orang yang tidak suka akan kehadiran Putri.
Umi :Hei, tahu tidak kau itu si Toba tadi ku tengok membawa pulang seorang cewe. Waah..
bodinya mantap.
Ifah :Baah. Alaah, paling sic ewe itu dia guna-guna biar tertarik padanya. Kau kan tau si Toba
itu BUPUK, alias Bujang Lapuk.
Umi :Oh iyayah.. Pintar kali kau ini.
Tami :Sudahlah, lekas kita pulang jijik aku melihatnya.

Sebenarnya Putri Mendengar hal tersebut, tetapi dia tidak langsung mengambil pusing.
Mereka pun pulang ke rumah dan menjalankan kehidupan mereka layaknya sepasang suami istri.
Pa Toba merasa bahagia dan tentram. Setahun kemudian, kebahagiaan Pa Toba dan Putri
bertambah karena Putri melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Samosir. Samosir
tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang sehat dan kuat, tetapi agak nakal. Ia mempunyai
kebiasaan yang aneh, yaitu selalu merasa lapar dan ia juga selalu membuat jengkel kedua
orangtuanya karena ia tidak pernah mau membantu pekerjaan orang tuanya.
Petani :Ibu, mana makan siang untukku?
Putri :Tadi sudah kusiapkan di atas..
Wah Samosir, ke mana makanan tadi?
Samosir :Sudah kuhabiskan bu.. kan saya ini masih dalam masa pertumbuhan. Sekarang
pun sebenarnya aku masih lapar, tapi sudahlah.. aku pergi bermain dulu yaa bu.. dadah bapa
Petani :Samosir!!!! Ah ibu ini selalu saja memanjakan dia, saya ini lapar bu..
Putri :Sabar ya pak, ingatlah dia kan buah hati kita satu-satunya. Jangan sampai hal
sepele seperti ini membuatmu emosi.
Petani :Ya sudahlah buu.. Buatkan aku makanan sajalah.., perutku sudah lapar sekali.
Putri :Tunggulah, aku akan membuatkannya.

Petani itu masih bisa menahan kesabarannya. Namun kesabaran seseorang itu pasti ada
batasnya. Sampai suatu ketika petani tersebut tidak dapat menahan amarahnya.
Putri :Samosir, Bantu ibu nak..
Samosir :Apa sih buu.. aku sedang asyik bermain nih..
Putri :Bawakan bekal ini untuk bapamu di sawah. Kasihan dia sudah menunggu.
Samosir :Ah, ibu sajalah yang pergi.
Putri :Ibu sedang masak Samosir. Cepatlah kau antarkan, nanti bapamu marah.
Samosir :Ah ibu ini., menggangguku saja. Sini..!!

Dari awal Samoair memang sudah tidak berniat makanan tersebut. Sesampainya di
pertengahan jalan.
Samosir :Jalan ke sawah saja sudah membuatku lelah, lebih baik kumakan saja bekal bapa
ini.

Tanpa sadar bekal tadi telah habis dimakan oleh Samosir. Lalu dengan perasaan tak
bersalah, Samosir pun pulang dan melanjutkan permainannya. Bapanya yang sudah kepanasan
dan kelaparan menunggu memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah.,
Petani :Ibu, mana bekal makan siangku..? Kau siapkan tidak, Haah???
Putri :Tadi kusuruh Samosir untuk mengantarkannya Pa. .
Petani :Samosir, kemari kau..!!
Samosir :Apa sih pa? Aku lagi asyik main nih..
Petani :KAU KEMANAKAN BEKAL MAKAN SIANGKU ??
Samosir :Aku makan pak.. Habisnya, perjalanan ke sawah membuatku lelah dan lapar..
Petani :Anak tidak tau diuntung..!!! Tak tau diri!! Dari tadi aku kelaparan menunggu
makanan itu, dan sekarang makanan itu sudah habis DASAR ANAK IKAN!!!!
Samosir :Ibu.,,,,,
Putri :Cepat kau lari nak..
Bapa, kau telah melanggar janji kita.
Petani :Tapi aku tidak sengaja, aku sedang emosi. Maafkan aku Putri.
Putri :Terserah apa katamu Terimalah apa yang terjadi nanti..!!

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, seketika itu juga Samosir dan Putri hilang lenyap
tanpa jejak dan bekas. Tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras, sehingga desa petani serta
desa yang ada di sekitarnya terendam membentuk sebuah danau dan terdapat pulau kecil di
tengahnya. Pulau itu kini dikenal dengan nama Pulau Samosir karena banyak orang beranggapan
di sanalah Samosir berdiri untuk menyelamatkan diri, dan danau yang ada di sekitarnya disebut
dengan Danau Toba yang merupakan desa di mana Pa Toba tinggal dan terkena rendaman air
yang sangat deras itu.

Vous aimerez peut-être aussi