Vous êtes sur la page 1sur 18

TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014

Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi


ISSN 2085-1162

CADANGAN REKLAMASI PERTAMBANGAN SEBAGAI LOOPHOLES PAJAK DALAM


PENERAPAN PRINSIP TAXABILITY-DEDUCTIBILITY

Chairil Anwar Pohan


Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia
anwar_phn@yahoo.com

Abstract: Ironic look messy mining face in this country and so much troublesome services of
government officials, especially in the mining region of area businesses amid rampant mining
minerals (Gold, Tin, Copper, Nickel, etc.) and coal were carried out by the Investor, the resultant
investment offers little value added contribution on state revenues, whereas post-exploitation or
post-mining closure leaves holes gaping tailings left just by miners, resulting in environmental
degradation, social inequality and other things that have a negative impact that brings enormous
material losses for the country and society, which never should have happened because of the
taxation aspects of the government actually had anticipated that the mining activities should be
facilitated by the provisioning cost of reclamation in mining production activities are underway, the
reserve for reclamation explicitly accommodated as accounts exclusion in Article 9, paragraph 1 of
Income Tax Law, that the taxation treatment is a cost that can be a deduction from gross income.
Keyword: Provisioning Cost of Reclamation, Reserve For Reclamation, Taxability-Deductibility
Principle.

Abstrak: Ironis melihat carut marut wajah pertambangan di negeri ini dan sebegitu repotnya
pelayanan aparat pemerintahan khususnya di daerah wilayah pertambangan di tengah maraknya
usaha penambangan mineral (Emas, Timah, Tembaga, Nikel, dll) dan batubara yang dilakukan oleh
para Investor, resultante investasinya hanya memberikan sedikit nilai tambah kontribusinya pada
penerimaan negara, padahal pascaeksploitasi atau penutupan pascatambang menyisakan lubang-
lubang sisa tambang yang menganga ditinggal begitu saja oleh petambang sehingga mengakibatkan
kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial dan hal-hal lain yang berdampak negatif yang
mendatangkan kerugian materiil yang sangat besar bagi negara dan masyarakat, yang sebenarnya
tidak perlu terjadi karena dari aspek perpajakan sebenarnya pemerintah sudah mengantisipasi
bahwa kegiatan penambangan tersebut perlu difasilitasi dengan pencadangan biaya reklamasi dalam
masa kegiatan produksi penambangan sedang berjalan, yang secara eksplisit pencadangan
reklamasinya tersebut diakomodir sebagai akun exclusion dalam Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang
Pajak Penghasilan, yang dalam perlakuan perpajakannya merupakan biaya yang dapat menjadi
pengurang penghasilan bruto.
Kata Kunci: Provisioning Biaya Reklame, Cadangan untuk Reklame, Prinsip Taxability-
Deductibility

Indonesia dikenal sebagai negara yang Nusa Tenggara, Nikel di Sulawesi dan
dikaruniai sumber daya alam dan energi yang Kepulauan Indonesia Timur, dan mineral
melimpah. Indonesia menempati posisi lainnya yang masih tersebar di berbagai tempat
produsen terbesar kedua untuk komoditas (news.Okozone.com, 4 November 2010).
timah, posisi terbesar keempat untuk komoditas Semakin disadari oleh para petinggi negeri ini
tembaga, posisi kelima untuk komoditas nikel, bagaimana kecilnya persentase kontribusi non
posisi terbesar ketujuh untuk komoditas emas migas khususnya sektor pertambangan dalam
(Supramono, 2012: 2). Potensi sumber daya penerimaan negara padahal sedemikian
dan cadangan mineral metalik tersebar di 437 besarnya luas lahan pertambangan yang telah
lokasi di Indonesia bagian barat dan timur, dieksploitasi secara besar-besaran oleh para
seperti tembaga dan emas di Papua, emas di pengusaha-pengusaha pertambangan yang

181
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .

hanya menguntungkan segelintir masyarakat Kita mengambil contoh perkembangan


tertentu tanpa memberikan dampak yang luas pendapatan negara di tahun 2012,
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Pertambangan umum sektor non migas dengan
umum dan bahkan penerimaan pajak dari sektor penerimaan negara di tahun 2012 sebesar
ini juga sangat kecil/tidak signifikan. Rasio sebesar Rp15,9 triliun atau hanya menyumbang
penerimaan seperti terlihat di tabel-1 dibawah 1,19 % dari jumlah penerimaan negara,
ini memberikan indikasi bahwa sebenarnya dibandingkan dengan seluruh penerimaan pajak
masih besar potensi penerimaan yang belum di tahun 2012 sebesar Rp980,5 triliun atau
tergali atau ditemukan dari non-migas mampu menyumbang 73,28 % dari jumlah
khususnya dari sektor pertambangan dan pajak penerimaan negara. Itupun, kalau dimasukkan
yang dihasilkannya, yang menuntut tingkat penerimaan dari semua Sumber Daya Alam
kesadaran wajib pajak (tax payers awareness) (SDA) di tahun 2012 hanya diterima sebesar
yang lebih baik dan meningkat serta kepatuhan Rp225,8 triliun atau 16,87 % dari jumlah
(tax compliance) dan kepedulian (tax care) dari penerimaan negara. Kekayaan alam yang
para pengusaha pertambangan untuk melimpah yang dikeruk oleh investor
melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan pertambangan umum tersebut dengan
benar. kontribusi sebesar Rp15,9 triliun, apakah cukup
Mineral dan batubara adalah sumber daya untuk menutupi kerugian negara bila lahan
alam (SDA) yang tak terbarukan (non- tambang tersebut dikembalikan ke kondisi awal
renewable natural resources) merupakan (direklamasi) ketika belum ditambang,
kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara ditambah kerugian yang terjadi karena
untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat, kerusakan ekosistem yang secara potensial ini
sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi harus ikut diperhitungkan?
negara yakni UUD 1945 hasil amandemen Jangankan untuk dipergunakan untuk
(perubahan keempat disahkan 10 Agustus sebesar-besar kemakmuran rakyat, dampak
2002) dalam Pasal 33 ayat (3) yang negatifnya bahkan telah menimbulkan
menyatakan Bumi dan air dan kekayaan alam kerusakan ekosistem yang merugikan
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh masyarakat di sekitar area penambangan seperti
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar pencemaran lingkungan, banjir, kerusakan
kemakmuran rakyat. Selanjutnya dalam Pasal tanah tambang dan lingkungan hidup, yang
yang sama ayat (4) ditegaskan, bahwa sudah pasti mengancam kelestarian lingkungan,
perekonomian nasional diselenggarakan penurunan produktivitas lahan, tanah
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan bertambah padat, terjadinya erosi dan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, sedimentasi, terjadinya gerakan tanah atau
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, longsoran, terganggunya flora dan fauna,
kemandirian, serta dengan menjaga terganggunya kesehatan masyarakat, serta
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi perubahan iklim mikro merupakan serangkaian
nasional. Idealnya memang demikian, namun kerugian yang akan diderita oleh masyarakat
secara faktual, apakah yang diamanatkan dalam dan lingkungan, serta bangsa kita, sementara
konstitusi negara UUD 1945 tersebut sudah manfaatnya lebih banyak dinikmati oleh
dapat diwujudkan dengan berlandaskan investor-investor yang menguasai
demokrasi ekonomi yang diperjuangkan? penambangan daripada pemerintah sendiri.
Untuk melihat bagaimana perkembangan Bukan hanya kegiatan penambangan liar (tanpa
penerimaan negara sejak tahun 2008 hingga izin) saja yang sering menimbulkan kerusakan
2012, dalam tabel-1 diperlihatkan struktur lahan tambang, namun yang memiliki izin pun
penerimaan berdasarkan sumber-sumber tidak luput dari hal serupa, ribuan, bahkan
penerimaan negara dari dalam negeri yang mungkin ratusan ribu hektar bekas wilayah
terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan penambangan di penjuru nusantara terbengkalai
Penerimaan Negara Bukan Pajak. (rusak) pasca produksi tambang oleh
perusahaan tambang yang beroperasi.

182
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162

Tabel 1. Perkembangan Pendapatan Negara 2008-2013


(triliun rupiah)
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

I Pendapatan Dalam Negeri 979,3 847, 992, 1.205,3 1.332,3


1. Penerimaan Perpajakan 658,7 1 2 873,9 980,5
a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri 622,4 619, 723, 819,8 930,9
1) Pendapatan Pajak Penghasilan 327,5 9 3 431,1 465,1
a) Pendapatan PPh Migas 77,0 601 694, 73,1 83,5
b) Pendapatan PPh Nonmigas 250,5 ,3 4 358,0 381,6
2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 209,6 317 357, 277,8 337,6
dan ,6 0
Pajak Penjualan atas Barang Mewah 50, 58,
25,4 29,9 29,0
0 9
3) Pendapatan Pajak Bumi dan 5,6 - -
Bangunan 267, 298,
51,3 6 2 77,0 95,0
4) Pendapatan BPHTB 3,0 3,9 4,2
5) Pendapatan Cukai 193 230,
36,3 ,1 6 54,1 49,7
6) Pendapatan Pajak Lainnya 22,8 25,3 28,4
b. Pendapatan Pajak Perdagangan 13,6 28,9 21,2
24, 28,
Internasional 320,6 331,5 351,8
3 6
1) Pendapatan Bea Masuk 224,5 213,8 225,8
6, 8,
2) Pendapatan Bea Keluar 211,6 5 0 193,5 205,8
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 169,0 56, 66, 141,3 144,7
a. Penerimaan Sumber Daya Alam 42,6 7 2 52,2 61,1
1) Pendapatan SDA Migas 12,8 3, 4, 20,3 20,0
a) Pendapatan Minyak Bumi 1 0
9,5 16,4 15,9
b) Pendapatan Gas Bumi 18 28,
2,3 3,2 3,2
2) Pendapatan SDA Nonmigas ,7 9
0,1 0,2 0,2
a) Pendapatan Pertambangan Umum 18 20,
0,9 0,6 0,7
**) ,1 0
29,1 28,2 30,8
b) Pendapatan Kehutanan 0, 8,
63,3 6 9 69,4 73,5
c) Pendapatan Perikanan
3,7 227, 268, 20,1 21,7
d) Pendapatan Panas Bumi
b. Pendapatan Bagian Laba BUMN 2,3 2 9 5,3 5,8
c. PNBP Lainnya 139 168,
,0 8
d. Pendapatan BLU
125 152
II Penerimaan Hibah ,8 ,7
90, 111
1 ,8
35, 40,
7 9
13 16,
,2 1
10, 12,
4 6
2, 3,
3 0
Jumlah 981,6 848, 0, 995,0, 1.210,6 1.338,1
1 3 1bara
**) Sejak tahun 2013 menjadi pendapatan pertambangan mineral
8 dan batu
Sumber : Kementerian Keuangan 0, 0,
4 3
Meskipun sebenarnya, masih ada juga beberapa 26, 30,
upaya untuk menjawab permasalahan ini adalah
0
perusahaan yang berupaya menerapkan prinsip- melalui kegiatan atau1 kewajiban reklamasi
53, 59,
prinsip pertambangan yang baik. Salah satu tambang. Sejauh 8 ini,
4 kegiatan reklamasi
8, 10,
183 4 6
1, 3,
7 0
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .

tambang dianggap sebagai suatu metode/upaya Prinsip dan Mekanisme Taxability


yang paling efektif untuk menekan laju Deductibility
kerusakan lingkungan akibat aktivitas
Prinsip Taxability Deductibility adalah
pertambangan minerba (Rusdan, 2014). prinsip yang menguraikan tentang pos apa-apa
Pembuatan Smelter atau pabrik pemurnian saja yang dapat/tidak dapat dikenai pajak
dan pengolahan mineral baru merupakan salah penghasilan (objek pajak dan bukan objek
satu solusi yang telah ditetapkan oleh pajak penghasilan) dan pos apa-apa saja yang
pemerintah sebagai suatu kebijakan dapat/tidak dapat dibiayakan (pengurang
merevitalisasi kegiatan produksi dari sektor
penghasilan bruto), yang mekanismenya jika
penambangan agar dapat memberikan nilai pada pihak pemberi kerja pemberian
tambah yang signifikan bagi penerimaan imbalan/penghasilan dapat dibiayakan
negara. Nilai tambah dimaksudkan untuk (pengurang penghasilan bruto), maka pada
meningkatkan produk akhir dari usaha pihak karyawan merupakan penghasilan yang
pertambangan atau pemanfaatan terhadap dikenakan pajak. Sebaliknya bila pada pihak
mineral ikutan. Road map pembangunan
karyawan pemberian imbalan/penghasilan
smelter harus mengikuti Peraturan Pemerintah tersebut bukan merupakan penghasilan, maka
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan pada pihak pemberi kerja tidak dapat
Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batubara dibiayakan (bukan pengurang penghasilan
serta Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun bruto). (Pohan, 2013: 83). Prinsip yang
2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah mendasari sebagai peralatan analisis yang lebih
Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan mendalam tentang pengeluaran-pengeluaran
Pemurnian. Memang pembangunan smelter ini apa saya yang dapat atau tidak dapat dijadikan
tidak mudah dilaksanakan karena memerlukan sebagai pengurang penghasilan bruto sebagai
pendanaan/pembiayaan yang cukup besar. dasar dalam melakukan koreksi fiskal dalam
Diharapkan pemerintah nantinya memberikan rangka menyusun laporan keuangan fiskal dan
banyak kemudahan dan bertindak sebagai SPT Tahunan PPh Badan sesuai dengan prinsip
pemberi penyertaan modal dan sebagai taxability-deductibility. Demikian pula halnya
katalisator untuk menjembatani perusahaan dengan penghasilan, rekonsiliasi fiskal atas
yang kesulitan membangun smelter, yang laporan keuangan komersil juga membutuhkan
dananya bisa dari APBN atau Pusat Investasi analisis tentang penghasilan-penghasilan apa
Pemerintah. saya yang dapat atau tidak dapat dijadikan
Bagaimanapun juga pembangunan smelter- sebagai penghasilan fiskal sebagai dasar dalam
smelter tersebut akan berdampak positif bagi melakukan koreksi fiskal. Dalam prakteknya di
peningkatan penerimaan pajak yang substansial dunia bisnis, banyak ditemukan kesalahan-
sejalan dengan semakin terdongkraknya nilai kesalahan wajib pajak (bahkan fiskus bisa juga
hasil penjualan dari produk pertambangan yang melakukan kesalahan dalam pemeriksaan
tadinya masih bersifat bahan mentah tentunya pajak) dalam menempatkan penghasilan-
dengan nilai hasil penjualan yang lebih rendah penghasilan apa saja yang dikenakan atau tidak
menjadi bahan yang sudah disuling/dimurnikan dikenakan pajak dan penghasilan-penghasilan
dengan nilai hasil penjualan yang lebih tinggi. apa saja yang dikenakan atau tidak dikenakan
Masih diperlukan kebijakan-kebijakan PPh final. Tentu saja dalam proses pemilahan
pemerintah yang baru yang sinergis termasuk tersebut tidak terlepas dari pentingnya
kebijakan perpajakan untuk dapat dijadikan pengetahuan wajib pajak tentang metode
blueprint bagi peningkatan pendapatan pengakuan pendapatan baik berdasarkan
pertambangan mineral dan batu bara, serta Standard Akuntansi Keuangan (SAK) maupun
pemeriksaan dan pengawasan yang lebih ketat metode yang dapat diterima oleh fiskus yang
dari KPK dan institusi pengawasan terkait agar bagaimanapun juga untuk kepentingan
angka kebocoran penerimaan negara dapat pelaporan SPT Tahunan PPh Badan arah kiblat
diminimalisir. analisanya harus mengacu kepada ketentuan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

184
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162

Tabel-2: Taxability-Deductibility
TAXABILITY DEDUCTIBILITY
Taxable Non-Taxable Deductible Non-Deductible
PENGHASILAN
Pasal 4 ayat (1) Y
Pasal 4 ayat (2) Y (final)
Pasal 4 ayat (3) Y

BIAYA
Pasal 6 ayat (1) Y
Pasal 9 ayat (1) Y

Ketidaksesuaian dalam menerapkan prinsip perpajakan khususnya pajak penghasilan, maka


taxability-deductibility tersebut akan bisa konsep taxability-deductibility dapat dilihat
menimbulkan permasalahan/sengketa pajak di pada tabel 2.
kemudian hari bagi wajib pajak yang Bagaimana mekanisme dari Prinsip
bersangkutan apabila dalam pelaksanaannya Taxability Deductibility tersebut dalam
terdapat banyak kesalahan-kesalahan yang implementasinya sehingga kita dapat
dilakukan oleh wajib pajak yang ditemukan membedakan di satu sisi bagaimana perlakuan
dari hasil verifikasi fiskus, sehingga hal ini pajak bagi karyawan atau penerima penghasilan
akan berpotensi memicu fiskus (by system) dan di sisi lain bagaimana pula perlakuan pajak
untuk melakukan pemeriksaan pajak atas SPT bagi perusahaan atau pemberi kerja adalah
Tahunan PPh Badan. Proses tersebut sebagai berikut:
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menyelesaikan suatu sengketa pajak antara
Konsep Taxability Deductibility secara
fiskus dengan wajib pajak, bisa memakan
umum adalah :
waktu sekitar 2 3 tahun sejak fiskus Taxable - Deductible, atau
melakukan pemeriksaan pajak atas SPT Non Taxable - Non Deductible
Tahunan PPh Badan yang kemudian sengketa
pajak tersebut bisa berlanjut prosesnya ke
Pengecualian (exclusion) :
tingkat keberatan dan banding serta Peninjauan Taxable - Non Deductible, atau
Kembali ke Mahkamah Agung manakala Non Taxable - Deductible
sengketa tersebut diajukan Peninjauan Kembali
oleh wajib pajak sebagai upaya terakhir untuk Hubungan konsepsional yang
mendapatkan keadilan pajak. diilustrasikan itu dalam penjabaran Prinsip
Dalam korporasi, secara umum prinsip Taxability Deductibility secara umum (selain
taxability deductibility memberi makna bahwa exclusion) merupakan hubungan kausalitas
jika pemberi kerja sudah mengenakan pajak antara pemberi kerja dengan tenaga pekerja.
atas penghasilan/imbalan (taxable income) Tetapi dalam penerapan prinsip taxability
yang diterima oleh pekerja (karyawan), maka deductibility ini yang terkait dengan
bagi pihak pemberi kerja dapat memperlakukan pencadangan biaya reklamasi ini tidak
pemberian imbalan tersebut sebagai biaya ditentukan atau tidak memiliki hubungan
(deductible expenses), dan sebaliknya jika atas langsung secara case by case atau on job order
pemberian tersebut tidak boleh dikurangkan basis tetapi lebih merupakan agregasi dari
sebagai biaya (non-deductible expenses), maka penerapan prinsip taxability di sisi pendapatan
bagi pihak pekerja (karyawan) atas pemberian terhadap pencadangan biaya reklamasi yang
imbalan tersebut bukan merupakan penghasilan pada hakikatnya adalah penjabaran dari prinsip
yang dikenakan pajak (non- taxable income). deductibility di sisi biaya dari perusahaan
Bila diposisikan kedudukan penghasilan dan pertambangan.
biaya dalam konteks perundang-undangan

185
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .

Pertambangan dan Reklamasi lingkungan di pertambangan menuntut proses


Pertambangan yang terus-menerus dan terpadu pada seluruh
tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi
Kegiatan Pertambangan
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
Tayangan-tayangan berita di berbagai mass rangka penelitian, pengelolaan dan
media berupa gambar pemandangan lahan- pengusahaan mineral atau batubara yang
lahan penambangan yang rusak sungguh meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
menyayatkan hati sebagai rakyat Indonesia kelayakan, konstruksi, penambangan,
yang sangat mencintai kelestarian alam, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
menggusarkan hati kita melihat lubang sisa penjualan, serta kegiatan pascatambang.
tambang timah, batubara, dan mineral lainnya Perencanaan dan pelaksanaan yang tepat
yang menganga di berbagai lokasi tambang merupakan rangkaian pengelolaan
seperti di Kalimantan Selatan, Kaltim pertambangan yang berkelanjutan dan
(Batubara), Bangka Tengah, Kepulauan Bangka berwawasan lingkungan sehingga kegiatan
Belitung(timah). Luas lahan tambang yang pertambangan jika tidak dilaksanakan secara
rusak akibat lokasi yang telah ditambang tepat dapat menimbulkan dampak negatif
ditinggalkan begitu saja oleh petambang, terhadap lingkungan, terutama gangguan
akibatnya lahan rusak karena penambangan keseimbangan permukaan tanah yang cukup
semakin meluas. Ini bukan fenomena alam, besar. Dampak lingkungan akibat kegiatan
tetapi ini adalah fenomena dari buruknya suatu pertambangan dapat terjadi antara lain pada
sistem yang di-arranged sedemikian rupa di penurunan produktivitas lahan, tanah
wilayah lokasi-lokasi pertambangan yang bertambah padat, terjadinya erosi dan
mengalami kasus-kasus dampak sosial sedimentasi, terjadinya gerakan tanah atau
ekonomis dalam peristiwa kerusakan ekosistem longsoran, terganggunya flora dan fauna,
serta kehidupan dan penghidupan masyarakat terganggunya kesehatan masyarakat, serta
yang terdegradasi, dan meskipun sering perubahan iklim mikro. Oleh karena itu perlu
ditayangkan di berbagai mass media maupun dilakukan kegiatan reklamasi dan kegiatan
berbagai tulisan dari berbagai pakar/pengamat pascatambang yang tepat serta terintegrasi
pertambangan dan lingkungan hidup, namun dengan kegiatan pertambangan. Oleh sebab itu,
ironisnya ibarat menggarami air laut dalam rangka terciptanya pembangunan
nampaknya semuanya tidak memberikan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan
pengaruh terhadap perbaikan kualitas dalam harus dilaksanakan dengan memperhatikan
progresi penambangan yang dapat memberikan prinsip lingkungan hidup, transparansi, dan
perbaikan kualitas kehidupan yang lebih baik partisipasi masyarakat.
bagi semesta alam termasuk pembangunan Usaha pertambangan adalah kegiatan
ekonomi yang berkesinambungan (sustainable dalam rangka pengusahaan mineral atau
economic development) seperti yang batubara yang meliputi tahapan kegiatan
dicanangkan dalam UU Pertambangan Minerba penyelidikan umum, eksplorasi, studi
RI No. Nomor 4 Tahun 2009. Sejak kelayakan, konstruksi, penambangan,
diluncurkannya reformasi perpajakan tahun pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
1983 terasa betapa sulitnya melakukan penjualan, serta pascatambang.(Supramono,
reformasi pada peraturan perundang-undangan 2012:15). Pada dasarnya kegiatan
bidang pertambangan yang terbukti pertambangan dapat dikelompokkan menjadi
membutuhkan kurang lebih 20 tahun sejak dua yakni pertambangan mineral dan
RUU tersebut masuk ke DPR RI sampai dengan pertambangan batubara. Mineral dan batubara
ditetapkannya UU No. 4 Tahun 2009 adalah sumber daya alam yang tak terbarukan
Kegiatan reklamasi harus dilakukan (non-renewable natural resources) merupakan
sedini mungkin dan tidak harus menunggu kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara
proses pertambangan secara keseluruhan selesai untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat,
dilakukan. Praktik terbaik pengelolaan sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi

186
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162

negara yakni UUD 1945 hasil amandemen dan/atau hayati lingkungan yang
(perubahan keempat disahkan 10 Agustus mengakibatkan lingkungan itu kurang berfungsi
2002) dalam Pasal 33 ayat (3) yang lagi dalam menunjang pembangunan
menyatakan Bumi dan air dan kekayaan alam berkesinambungan. (SAK, 2009:33.10)
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Norma-norma yang terkandung dalam
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar konstitusi negara tersebut dijadikan menjadi
kemakmuran rakyat. Dan selanjutnya dalam prinsip dasar dalam penyusunan UU Minerba
Pasal yang sama ayat (4) ditegaskan, bahwa No. 4 Tahun 2009 yang menyatakan, bahwa
perekonomian nasional diselenggarakan penguasaan mineral dan batubara oleh negara
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, pemerintah daerah. Pertambangan mineral dan
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, batubara dikelola berasaskan: a) manfaat,
kemandirian, serta dengan menjaga keadilan, dan keseimbangan; b) keberpihakan
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi kepada kepentingan bangsa; c) partisipatif,
nasional. transparansi, dan akuntabilitas; d) berkelanjutan
Pekerjaan penambangan umum merupakan dan berwawasan lingkungan. Selanjutnya,
kegiatan melakukan eksplorasi dan eksploitasi sebagai rambu-rambu dalam pendayagunaan
tanah/bumi untuk mengambil objek natural resources tersebut dalam rangka
penambangan (mineral atau batubara). Tidak mendukung pembangunan nasional yang
dapat dielakkan bahwa kegiatan pertambangan berkesinambungan, Undang-undang Minerba
sangat terkait dengan masalah lingkungan tersebut menetapkan tujuan pengelolaan
hidup. Oleh sebab itu, setelah eksploitasi mineral dan batubara sebagai berikut: a)
dilakukan, aktivitas penambangan tidak menjamin efektivitas pelaksanaan dan
berhenti sampai di situ. Masih ada kewajiban- pengendalian kegiatan usaha pertambangan
kewajiban formal dan materiil lainnya yang secara berdaya guna, berhasil guna, dan
harus dituntaskan oleh petambang, yakni pihak berdaya saing; b) menjamin manfaat
penambangan berkewajiban untuk pertambangan mineral dan batubara secara
mengembalikan kondisi tanah seperti keadaan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
semula dan tidak membiarkan tanah-tanah hidup; c) menjamin tersedianya mineral dan
bekas penambangan yang berlubang-lubang batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai
begitu saja sehingga tanah-tanah tersebut tidak sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri;
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, yang pada d) mendukung dan menumbuhkembangkan
akhirnya menimbulkan kerusakan lingkungan kemampuan nasional agar lebih mampu
hidup sehingga ekosistem menjadi terganggu. bersaing di tingkat nasional, regional, dan
Dengan adanya kegiatan penambangan pada internasional; e) meningkatkan pendapatan
suatu daerah tertentu, maka akan menimbulkan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta
dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-
lokasi penambangan, melikputi tidak terbatas besar kesejahteraan rakyat; dan f) menjamin
pada: (a) pencemaran lingkungan, yaitu kepastian hukum dalam penyelenggaraan
Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, kegiatan usaha pertambangan mineral dan
zat, energi, dan komponen lain ke dalam batubara.
lingkungan dan/atau berubahnya tatanan Sejauh mana sebenarnya kegiatan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses reklamasi tersebut, dapat kita ikuti selanjutnya
alam, sehingga kualitas lingkungan sampai ke dalam Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun
tingkat tertenntu yang menyebabkan 2010 mendefinisikan reklamasi sebagai
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. (b) menata kegunaan lahan yang terganggu akibat
pengrusakan lingkungan, yaitu adanya tindakan kegiatan usaha pertambangan umum, agar
yang menimbulkan perubahan langsung atau dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
tidak langsung terhadap perubahan sifat-sifat dengan peruntukannya. Reklamasi bertujuan

187
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .

meningkatkan ketaatan dari pemegang izin pascatambang oleh pemegang IUP


usaha pertambangan tahap eksploitasi/operasi Operasi Produksi dan IUPK Operasi
Produksi wajib memenuhi prinsip: a)
produksi dalam melaksanakan reklamasi lahan Perlindungan dan pengelolaan
bekas tambang, sesuai dengan rencana yang lingkungan hidup pertambangan ; b)
disetujui oleh pejabat yang berwenang. keselamatan dan kesehatan kerja; dan
Sedangkan kegiatan pascatambang adalah c) konservasi mineral dan batubara.
kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut
setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan Pasal 4: 1) Prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi pertambangan sebagaimana dimaksud
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut dalam Pasal 3 ayat 1 huruf a dan ayat
kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan. 2 huruf a, paling sedikit meliputi: a)
perlindungan terhadap kualitas air
Prinsip Reklamasi dan Pascatambang permukaan, air tanah, air laut, dan
tanah serta udara berdasarkan
Pemerintah qq. Direktorat Jenderal Pajak standar baku mutu atau kriteria baku
dalam menuangkan Peraturan Perundang- kerusakan lingkungan hidup sesuai
dengan ketentuan; b) peraturan
undangan perpajakan yang berlaku perundang-undangan; c) perlindungan
menawarkan suatu konsep deductibility dalam dan pemulihan keanekaragaman hayati;
mem-fasilitasi reklamasi pertambangan d) penjaminan terhadap stabilitas
sebagai peran serta aktif perpajakan dalam dan keamanan timbunan batuan
mendukung usaha pertambangan nasional penutup, kolam tailing, lahan bekas
tambang, dan struktur buatan lainnya;
untuk kemajuan bangsa dan negara. Secara
e) pemanfaatan lahan bekas
singkat regulasi yang terkait dengan reklamasi tambang sesuai dengan
pertambangan dapat diuraikan dibawah ini. peruntukannya; f) memperhatikan nilai-
Dalam Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun nilai sosial dan budaya setempat; dan g)
2010 (www.esdm.go.id) diuraikan secara detail perlindungan terhadap kuantitas air
tanah sesuai dengan ketentuan
tentang prinsip reklamasi dan pascatambang, peraturan perundang-undangan; 2)
sebagai berikut : Prinsip keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2: 1)Pemegang Izin Usaha Pasal 3 ayat 1 huruf b dan ayat 2 huruf
Pertambangan (IUP) Eksplorasi dan b, meliputi: a) perlindungan
Izin Usaha Pertambangan Khusus keselamatan terhadap setiap
(IUPK) Eksplorasi wajib pekerja/buruh; dan b) perlindungan
melaksanakan reklamasi; 2) Pemegang setiap pekerja/buruh dari penyakit
IUP Operasi Produksi dan IUPK akibat kerja; 3) Prinsip konservasi
Operasi Produksi wajib melaksanakan mineral dan batubara
reklamasi dan pascatambang; 4) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf c, meliputi: a) penambangan
ayat 1 dilakukan terhadap lahan yang optimum; b) penggunaan metode
terganggu pada kegiatan eksplorasi; dan dan teknologi pengolah dan
5) Reklamasi dan pascatambang pemurnian yang efektif dan efisien; c)
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pengelolaan dan/ atau pemanfaatan
dilakukan terhadap lahan terganggu cadangan marjinal , mineral kadar
pada kegiatan pertambangan dengan rendah, dan mineral ikutan serta
sistem dan metode: a) penambangan batubara kualitas rendah; dan d)
terbuka; dan b) penambangan bawah pendataan sumber daya serta
tanah. cadangan mineral dan batubara
yang tidak tertambang serta sisa
Pasal 3: 1) Pelaksanaan reklamasi oleh pengolahan dan pemurnian; dan 4)
pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Dalam hal mineral ikutan dari sisa
Eksplorasi wajib memenuhi prinsip:a) penambangan, pengolahan dan
perlindungan dan pengelolaan pemurnian sebagaimana dimaksud
lingkungan hidup pertambangan; dan b) pada ayat 3 huruf a, huruf b, dan huruf
keselamatan dan kesehatan kerja; 2) c mengandung radioaktif, wajib
Pelaksanaan reklamasi dan melakukan analisis keselamatan

188
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162

radiasi untuk tenorm dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;


melaksanakan intervensi terhadap (4) Rencana reklamasi dan rencana
paparan radiasi yang berasal dari
tenorm sesuai dengan ketentuan
pascatambang diajukan bersamaan dengan
peraturan perundang-undangan. pengajuan permohonan IUP Operasi Produksi
dan IUPK Operasi Produksi; (5) Rencana
Sasaran akhir dari reklamasi adalah untuk reklamasi dan rencana pascatambang disusun
memperbaiki lahan bekas tambang agar berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang
kondisinya aman, stabil dan tidak telah disetujui oleh instansi yang berwenang
mudah tererosi sehingga dapat sesuai dengan ketentuan peraturan
dimanfaatkan kembali. Pelaksanaan perundangundangan di bidang perlindungan
reklamasi sedapat mungkin harus dan pengelolaan lingkungan hidup.
dilaksanakan dengan cepat sepanjang umur Rencana reklamasi dan rencana
tambang. Dengan demikian dapat dicapai pascatambang harus sesuai dengan: (1) Prinsip:
efisiensi pemakaian peralatan, pemindahan (a) Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
dan pengelolaan tanah pucuk. Sebelum hidup pertambangan, (b) keselamatan dan
dimulai pelaksanaan kegiatan penambangan kesehatan kerja, (c) konservasi mineral dan
sebaiknya direncanakan penggunaan tenaga batubara; (2) Sistem dan metode penambangan
kerja yang cukup termasuk tenaga kerja berdasarkan studi kelayakan; (3) kondisi
kegiatan reklamasi sehingga pelaksanaan spesifik wilayah izin usaha pertambangan; (4)
reklamasi dapat dilakukan dengan cepat tanpa ketentuan peraturan perundang-undangan.
menganggu produksi. Rencana reklamasi disusun untuk jangka
waktu lima tahun. Dalam rencana reklamasi
Komponen Biaya dan Jaminan Reklamasi dimuat rencana reklamasi untuk masing-masing
tahun. Dalam hal umur tambang kurang dari
Komponen komponen biaya reklamasi lima tahun, rencana reklamasi disusun sesuai
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 78 dengan umur tambang. Rencana reklamasi
Tahun 2010 (www.esdm.go.id) adalah sebagai paling sedikit memuat: (1) tata guna lahan
berikut: (a) Biaya langsung meliputi biaya sebelum dan sesudah ditambang; (2) rencana
penatagunaan lahan, revegetasi, pencegahan pembukaan lahan; (3) program reklamasi
dan penanggulangan air asam tambang, terhadap lahan terganggu yang meliputi lahan
pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang
pascatambang; (b). Biaya tidak langsung yang bersifat sementara dan/atau permanen; (4)
meliputi biaya mobilisasi dan demobilisasi kriteria keberhasilan meliputi standar
alat, perencanaan reklamasi, administrasi, dan keberhasilan penataan lahan, revegetasi,
supervisi. pekerjaan sipil, dan penyelesaian akhir; (5)
Prosedur/tata cara pelaksanaan reklamasi rencana biaya reklamasi terdiri atas biaya
tersebut adalah sebagai berikut: (1) Pemegang langsung dan biaya tidak langsung.
IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi Bagi Pemegang IUP dan IUPK diwajibkan
sebelum melakukan kegiatan eksplorasi untuk menyediakan jaminan reklamasi dan
wajib menyusun rencana reklamasi jaminan pascatambang. Jaminan reklamasi
berdasarkan dokumen lingkungan hidup terdiri atas jaminan reklamasi tahap eksplorasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- dan jaminan reklamasi tahap operasi produksi.
undangan di bidang perlindungan dan Namun demikian Penempatan Jaminan
pengelolaan lingkungan hidup; (2) Rencana Reklamasi tidak menghilangkan kewajiban
reklamasi dimuat dalam rencana kerja dan pemegang IUP dan IUPK untuk melaksanakan
anggaran biaya eksplorasi; (3) Pemegang IUP reklamasi.
Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi yang telah
menyelesaikan kegiatan studi kelayakan Jaminan Reklamasi Tahap Eksplorasi: (1)
harus mengajukan permohonan persetujuan Jaminan reklamasi tahap eksplorasi ditetapkan
rencana reklamasi dan rencana sesuai dengan rencana reklamasi yang
pascatambang kepada Menteri, gubernur, atau

189
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .

disusun berdasarkan dokumen lingkungan terdapat kelebihan jaminan dari biaya yang
hidup dan dimuat dalam rencana kerja dan diperlukan untuk penyelesaian reklamasi,
anggaran biaya eksplorasi; (2) Jaminan kelebihan biaya dapat dicairkan oleh
reklamasi ditempatkan pada bank pemerintah pemegang IUP atau IUPK setelah
dalam bentuk deposito berjangka; (3) mendapat persetujuan dari Menteri,
Penempatan jaminan reklamasi dilakukan gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kewenangannya. Pelaksanaan reklamasi wajib
kalender sejak rencana kerja dan anggaran dilaksanakan secepatnya untuk menghindari
biaya tahap eksplorasi disetujui oleh kerusakan lahan yang lebih parah dan untuk
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota efisiensi penggunaan peralatan, bahan, dan
sesuai dengan kewenangannya. sumber daya manusia. Jika perusahaan lari,
pilihan terakhir bagi pemda setempat dapat
Jaminan Reklamasi Tahap Produksi: (1)
menggunakan dana jaminan reklamasi untuk
Jaminan reklamasi tahap operasi produksi
bisa dipakai mereklamasi lahan bekas
ditetapkan sesuai dengan rencana reklamasi.
pertambangan.
Jaminan reklamasi dapat berupa: (a) rekening
bersama pada bank pemerintah, (b) deposito Kebocoran dalam Bidang Pertambangan
berjangka pada bank pemerintah, (c) bank Abrar Saleng dalam disertasinya
garansi pada bank pemerintah atau bank mengungkapkan hasil penelitiannya, bahwa
swasta nasional, (d) cadangan diketahui dua tipe investor asing dalam bidang
akuntansi(accounting reserve); (2) penempatan pertambangan, berkaitan dengan pengaturan
jaminan reklamasi dilakukan dalam jangka
pengusahaan galian (Nandang Sudrajat,
waktu paling lambat 30 hari kalender sejak 2013:185-198), yaitu: (1) Tipe I: Tidak mau
rencana reklamasi disetujui oleh Menteri, tahu Indonesia, artinya hukum harus
gubernur, atau bupati/walikota sesuai ditegakkan, seperti dinegara asalnya. Kelompok
dengan kewenangannya; (3) Penempatan ini sering mengalami hambatan birokrasi yang
jaminan reklamasi tidak menghilangkan menyebabkan kegiatan usahanya tertnda
kewajiban pemegang IUP dan IUPK untuk
bahkan gagal; (2) Tipe II: Sangat tahu
melaksanakan reklamasi. Indonesia, artinya mereka mengikuti budaya
Jaminan reklamasi harus menutupi seluruh hukum Indonesia. Kelompok ini mengakui
biaya pelaksanaan reklamasi. Biaya tidak ada hambatan yang berarti dalam
pelaksanaan reklamasi dihitung berdasarkan menjalankan usahanya, tetapi mereka harus
pelaksanaan reklamasi oleh pihak ketiga. menyediakan dana ekstra (khusus) yang jumlah
Reklamasi merupakan kewajiban perusahaan, tidak sedikit untuk mewujudkan keinginannya.
dan bila perusahaan tidak melaksanakannya Ada beberapa hal menarik yang menjadi
mereka akan bisa dituntut secara pidana karena pelajaran dari tipe kedua kelompok investor
itu masuk ranah kejahatan lingkungan. Apabila asing ini, yaitu: (1) Praktik-praktik perdamaian,
berdasarkan hasil evaluasi terhadap laporan untuk menghilangkan kendala yuridis
pelaksanaan reklamasi menunjukkan merupakan petunjuk awal terjadinya KKN
pelaksanaan reklamasi tidak memenuhi kriteria dalam pengusahaan bahan galian Indonesia
keberhasilan, Menteri, gubernur, atau selama ini; (2) Tipe investor sangat tahu
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya Indonesia, akan sangat dengan mudah
dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan ekspansi usahanya, karena sejak
melaksanakan kegiatan reklamasi sebagian atau tahap awal melaksanakan kegiatan usahanya
seluruhnya dengan menggunakan jaminan telah dilakukan melalui cara-cara perdamaian;
reklamasi. Dalam hal jaminan reklamasi (3) Dalam konteks pengusahaan bahan galian,
tidak menutupi untuk menyelesaikan ditengarai praktik itu bisa terjadi sejak
reklamasi, kekurangan biaya untuk pembicaraan dan/atau perundingan draft
penyelesaian reklamasi menjadi tanggung Kontrak Karya (KK) dan/atau Perjanjian Karya
jawab pemegang IUP atau IUPK. Dalam hal Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B);

190
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162

(4) Terjadinya praktik KKN oknum pemerintah banyaknya kehilangan sumber pendapatan yang
dengan pelaku usaha pertambangan, seharusnya diterima negara; 3) Praktik
mendorong praktik-praktik KKN lanjutan, manipulasi dan/atau KKN pada tahap
yaitu: (a) Sejak tahapan kegiatan eksplorasi, pengangkutan/pengapalan dan penjualan, (a)
dapat berupa manipulasi luas lahan, kualitas, Memanipulasi dan KKN pada proses
monopoli area yang bermuara pada monopoli pengapalan dan penjualan di tempat pelabuhan
komoditas, (b) Pada saat berlangsungnya asal bahan galian. Bentuk-bentuk tahapan ini
kegiatan eksploitasi, (c) Manipulasi kualitas adalah: (1) Manipulasi jumlah penjualan
bahan galian, (d) Manipulasi kuantitas bahan dengan cara mengubah tinggi draft
galian, (e) Manipulasi harga pokok produksi, kapal/tongkang, (2). Manipulasi kadar bahan
(f) Manipulasi harga jual produk pertambangan. galian yang dijual, (3) Menggelapkan bahan
Nandang Sudrajat dalam bukunya Teori galian di tengah-tengah laut, (4) Merubah
dan Praktik Pertambangan seluruh isi dokumen transaksi bahan galian; (3)
Indonesia(2013:185-198) mengemukakan, Memanipulasi dan KKN pada proses penjualan
bahwa manfaat yang diperoleh negara tidak atau penerimaan di tempat pelabuhan tujuan
sebanding dengan nilai bahan galian yang bahan galian, (1) Tidak menerapkan sistem
dieksploitasi dari bumi Indonesia. Selain antrian pada proses un-loading atau bongkar
karena terletak pada aspek kelemahan hukum bahan galian; (2) Manipulasi kadar bahan
yang mengatur pengelolaan dan pengusahaan galian; (3) KKN pada saat proses penagihan;
pertambangan, juga karena banyaknya (c) Implikasi dari manipulasi atau KKN diatas
manipulasi yang berujung pada kebocoran adalah terjadinya kerugian bagi industri
penerimaan negara dalam setiap tahapan pemakai, dan terjadinya kerugian bagi supplier
kegiatan usaha pertambangan. Praktik karena harus menanggung beban biaya
manipulasi ini ditemukan pada: 1) Praktik ekonomi tinggi, serta terjadinya kerugian bagi
manipulasi dan KKN pada tahap eksplorasi: (a) negara. (Lebih lanjut tentang KKN ini dapat
meng-upgrade data kadar bahan galian yang dibaca pada buku Nandang Sudrajat tersebut
dieksploitasi, dengan cara melakukan mark-up diatas).
kadar hasil analisis bahan galian yang Keterlibatan pejabat teras di Kementerian
sebenarnya, (b) Kerugian negara terletak pada ESDM seperti yang diberitakan oleh berbagai
dua hal, yaitu melesetnya proyeksi pendapatan mass media akhir-akhir ini merupakan puncak
negara dan munculnya ketidakpercayaan gunung es masalah KKN/korupsi yang
investor terhadap negara, (c) me-reduce data terungkap di pertambangan dan ini menambah
kadar bahan galian, dengan cara mencantumkan daftar panjang kasus-kasus korupsi di tanah air
kadar hasil analisis lebih rendah dari kadar ini dalam birokrasi pemerintahan yang
sebenarnya, (d) Implikasi dari praktik ditangani oleh KPK. Mungkin akan lebih
manipulasi kadar rendah bahan galian adalah heboh lagi bila KPK juga dapat merambah
hilangnya sebagian pendapatan negara yang jangkauan investigasinya ke dunia
seharusnya diperoleh sebagai sumber pertambangan di daerah-daerah yang antara
pendapatan negara; dan menimbulkan KKN lain memiliki kasus-kasus reklamasi
lanjutan, yaitu praktik-praktik perhitungan pertambangan sebagai shock therapy agar
pajak, retribusi, dll; 2) Praktik manipulasi dan supaya law enforcement dalam regulasi
KKN pada tahap kegiatan eksploitasi: (a) pertambangan dapat ditegakkan.
Memanipulasi surat-surat kepemilikan lahan,
(b) Munculnya konflik atau sengketa permasalahan konsep deductibility dalam
lingkungan dengan masyarakat sekitar, (c) pembebanan biaya reklamasi
Sengketa ketenagakerjaan, (d) Manipulasi Perlakuan Pajak terhadap Cadangan Biaya
jumlah produksi, (e) Manipulasi dan KKN atas Reklamasi
jenis dan jumlah perolehan mineral yang
berujung pada praktik KKN antara pelaku Ketentuan perpajakan yang berlaku untuk
usaha dengan oknum aparat. Kerugian negara: pertambangan umum diatur dalam kontrak
karya yang berpegang kepada undang-undang

191
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .

pajak yang sedang berlaku dengan Ketentuan perpajakan yang berlaku untuk
memperhatikan kekhususan-kekhususan dari pertambangan umum diatur dalam Kontrak
usaha pertambangan umum. Banyak ketentuan Karya (Kontrak Karya adalah perjanjian antara
dari generasi sebelumnya yang masih terdapat Pemerintah Republik Indonesia dengan
dalam generasi berikutnya, yaitu ketentuan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam
dalam undang-undang pajak tidak mengalami rangka Penanaman Modal Asing untuk
perubahan. (Mansury, 1999:107). Dalam melaksanakan usaha pertambangan bahan
penerapan prinsip konservatisme, laporan galian mineral, tidak termasuk minyak bumi,
keuangan komersil bersifat konservatif gas alam, panas bumi, radio aktif dan batubara),
terhadap sesuatu transaksi yang belum menjadi yang berpegang kepada undang-undang pajak
fakta. Berbeda dengan akuntansi komersial yang sedang berlaku dengan memerhatikan
yang menganut prinsip konservatisme dalam kekhususan-kekhususan dari usaha
menghadapi ketidakpastian, ketentuan pertambangan umum. Dari sekian banyak
perpajakan mengikuti pendekatan realisme. ketentuan dari generasi sebelumnya yang masih
Dalam akuntansi, sifat demikian direalisasikan terdapat dalam generasi berikutnya, sepanjang
dengan pembentukan penyisihan atas resiko ketentuan dalam undang-undang pajak tersebut
kerugian yang mungkin akan diderita (misalnya tidak mengalami perubahan, misalnya
penghapusan piutang dan cadangan kerugian), mengenai Pajak Penghasilan, pengertian
tanpa pengakuan atas suatu klaim atau potensi penghasilan berdasarkan undang-undang pajak
keuntungan yang belum terealisasi. Dalam penghasilan diikuti dalam kontrak karya,
kasus itu, administrasi pajak kurang tertarik demikian pula biaya-biaya yang boleh
pada estimasi dan perhitungan angka-angka dikurangkan atau deductible expenses. Jenis-
yang belum terjadi secara nyata, tetapi lebih jenis biaya penambangan yang pokok, baik
cenderung untuk menganut realitas (keadaan yang mempunyai hubungan langsung maupun
nyata) dengan meneliti secara seksama tiap tidak langsung dengan kegiatan produksinya
elemen pengurang basis pengenaan pajak adalah sebagai berikut: (a) pengupasan lapisan
(Gunadi, 2009: 27-28). Untuk menentukan tanah (stripping) selama masa produksi, (b)
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib pengambilan bahan galian dengan cara yang
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap sesuai dengan sifat dan karakteristik bahan
tidak boleh dikurangkan pembentukan atau galian tambang yang bersangkutan, (c)
pemupukan dana cadangan, kecuali enam Pencucian bahan galian, (d) Pengangkutan
macam cadangan biaya yang dimaksudkan bahan galian , (e) Pengelolaan lingkungan
sebagai pengecualian dalam Pasal 9 ayat (1) hidup (SAK, 2009:33.8).
huruf c UU PPh 1984 termasuk diantaranya Pembentukan atau Pemupukan Dana
adalah cadangan biaya reklamasi untuk usaha Cadangan yang Boleh Dikurangkan Sebagai
pertambangan. Perusahaan pertambangan dapat Biaya diatur lebih terperinci dalam Peraturan
membentuk cadangan reklamasi yang dihitung Menkeu Dalam Keputusan Menkeu No.
berdasarkan metode satuan produksi untuk 80/KMK.04/1995 tentang besarnya dana
pencadangan tiap tahunnya (Gunadi, cadangan yang boleh dikurangkan sebagai
2009:187). biaya yang kemudian peraturan ini dicabut
Pengertian cadangan biaya reklamasi untuk dengan Peraturan Menkeu (PMK) No.
usaha pertambangan sesuai Peraturan Menteri 81/PMK.03/2009 dan kemudian direvisi dengan
Keuangan No. 219/PMK.011/2012 Pasal 1 PMK No. 219/PMK.011/2012. Penetapan
huruf d, yaitu cadangan biaya untuk kegiatan cadangan biaya reklamasi yang melakukan
yang bertujuan memperbaiki atau menata usaha pertambangan diatur dalam Pasal 16
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat sebagai berikut (Waluyo, 2011:159): (1)
kegiatan usaha pertambangan agar dapat Besarnya cadangan biaya reklamasi untuk
berfungsi dan berdaya guna sesuai perusahaan yang melakukan usaha
peruntukannya. pertambangan adalah yang sebenarnya
dibebankan pada perkiraan cadangan biaya

192
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162

reklamasi; (2) Cadangan biaya reklamasi untuk perolehan penghasilan kena pajak; (5) tidak
perusahaan yang melakukan usaha dalam bentuk natura atau kenuikmatan; (6)
pertambangan dihitung sesuai dengan peraturan dilakukan dalam batas-batas yang wajar sesuai
perundang-undangan di bidang pertambangan dengan adat kebiasaan pedagang yang baik
energi dan sumber daya mineral; (3) Apabila (arms length price); (7) bukan pengeluaran
setelah berakhirnya masa kontrak atau pribadi; (8) Pajak-pajak selain PPh dan
selesainya penambangan terdapat selisih antara sanksi perpajakan (Gunadi, 2009:181).
jumlah cadangan biaya reklamasi dengan Kenapa biaya reklamasi tidak termasuk ke
jumlah biaya reklamasi yang sebenarnya dalam Pasal 6 ayat (1) UU PPh? Biaya
dikeluarkan, selisih tersebut merupakan reklamasi timbul setelah lahan tambang
penghasilan atau kerugian pada tahun yang dirusak dan dilakukan dalam rangka
bersangkutan. memperbaiki kembali atau menata kegunaan
Dalam penghitungan laba kena pajak, lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan
biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan pertambangan dan bukan merupakan biaya
memelihara penghasilan (deductible expense) rutin, namun kegiatan reklamasi tersebut
atau lazimnya disebut dengan biaya M3P diwajibkan bagi usaha pertambangan. Biaya
dapat dijadikan sebagai pengurang dari pengelolaan lingkungan dan biaya reklamasi
penghasilan yang diterima atau diperoleh. pembebanannya dilakukan melalui akun
Biaya-biaya yang dapat dikurangkan dengan cadangan biaya reklamasi.
penghasilan bruto menurut peraturan Dalam prinsip taxability-deductibility,
perundang-undangan perpajakan Indonesia kita mengenal dua macam biaya, yakni
diatur dalam Pasal 6 ayat (1) UU PPh. (Siti deductible expenses dan non-deductible
Resmi, 2009: 102) Ketentuan perpajakan expenses. Deductible expenses merupakan
tidak membatasi pengeluaran-pengeluaran biaya-biaya yang mempunyai hubungan
yang akan dilakukan oleh Wajib Pajak untuk langsung dengan penghasilan yang diterima
mendapatkan atau memperoleh penghasilan. atau diperoleh Wajib Pajak, karena petentuan
Namun, ketentuan perpajakan juga mengatur perpajakan juga mengikuti pandangan yang
tentang biaya-biaya yang diperhitungkan harus lebih menitikberatkan pada substansi (hakikat)
mempunyai hubungan langsung dengan ekonomis yaitu untuk apa biaya tersebut
penghasilan yang diterima atau diperoleh dikeluarkan, dan bukan nama atau bentuk
Wajib Pajak. Pengeluaran biaya untuk formal tiap transaksi atau fakta bisnis
mendapatkan, menagih dan memelihara (substance over the form). Konsep deductible
penghasilan (biaya M3P) merupakan biaya expense terpenuhi ketika biaya yang timbul
atau pengeluaran yang memiliki kaitan sesuai dengan biaya mendapatkan, menagih
dengan kegiatan usaha antara lain memenuhi dan memelihara penghasilan. Biaya
karakteristik sebagai biaya rutin, diperlukan reklamasi sudah sesuai dengan konsep
sebagai revenue expenditure, dan jumlahnya deductible expense yang dalam hal ini biaya
wajar. Beberapa ketentuan umum kriteria reklamasi boleh dibebankan semuanya karena
kriteria biaya M3P termasuk: (1) biaya yang biaya tersebut benar-benar timbul dari adanya
mempunyai masa manfaat setahun atau kurang kegiatan reklamasi. Reklamasi merupakan
merupakan beban tahun yang bersangkutan, kewajiban besar bagi perusahaan kepada
sedang biaya yang mempunyai masa manfaat negara sebagai salah satu bentuk
lebih dari satu tahun dibebankan melalui pertanggungjawaban petambang dan karena
depresiasi atau amortisasi; (2) harus pengeluaran itu disyaratkan untuk kepentingan
mempunyai hubungan langsung maupun negara.
tidak langsung dengan kegiatan perolehan Konsep deductible expense diterapkan
penghasilan kena pajak; (3) bukan pada suatu transaksi pencadangan biaya yang
pengeluaran untuk memperoleh penghasilan terjadi yang nantinya akan disesuaikan dengan
tidak kena pajak; (4) bukan pengeluaran yang sebenarnya, dalam arti bila estimasi biayanya
tidak ada hubungannya dengan proses ketinggian, maka cadangannya akan

193
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .

ditambahkan ke penghasilan disesuaikan penghasilan bruto diatur dalam Pasal 9 ayat 1


sampai akhir masa kontrak. Sepanjang ada huruf c UU PPh Nomor 36 Tahun 2008,
transaksi maka biaya reklamasi tersebut dimana dikatakan pembentukan atau
boleh dibebankan, karena nantinya pemupukan cadangan tidak dapat dijadikan
disesuaikan dengan yang biaya yang benar- biaya kecuali untuk jenis usaha tertentu.
benar terjadi. Hal ini sesuai dengan matching Pembentukan atau pemupukan dana
principle. cadangan pada prinsipnya tidak dapat
Menurut William, dkk. (2012: 101): dibebankan sebagai biaya dalam menghitung
The matching principle: when to record Penghasilan Kena Pajak. Namun untuk jenis-
expenses a significant relationship exists jenis usaha tertentu yang secara ekonomis
between revenue and expenses. Expenses memang diperlukan adanya cadangan untuk
are incurred for the purpose of producting menutup beban atau kerugian yang akan
revenue. In the measurement of profit for a terjadi di kemudian hari, terbatas pada: (1)
period, revenue should be offset by all the Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha
expenses incurred in producing that bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
revenue. This concept of offsetting kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
expenses against revenue on a basis of perusahaan pembiayaan konsumen, dan
cause and effect is called the matching perusahaan anjak piutang; (2) Cadangan untuk
principle. usaha asuransi termasuk cadangan bantuan
(maksudnya: The matching principle: Ketika sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara
harus mencatat pengeluaran, terdapat hubungan Jaminan Sosial; (3) Cadangan penjaminan
yang signifikan antara pendapatan dan beban. untuk Lembaga Penjamin Simpanan; (4)
Beban dikeluarkan untuk tujuan memproduksi Cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pendapatan. Dalam pengukuran laba untuk pertambangan; (5) Cadangan biaya penanaman
periode, pendapatan harus diimbangi dengan kembali untuk usaha kehutanan; (6) Cadangan
semua biaya yang dikeluarkan dalam biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
memproduksi pendapatan itu. Konsep pembuangan limbah industri untuk usaha
mengimbangi biaya terhadap pendapatan pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan
berdasarkan sebab dan akibat disebut matching syarat-syaratnya diatur dengan atau
principle). berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Gunadi, 2013: 63)
Menurut prinsip ini, biaya harus
Keputusan Menteri Keuangan seperti yang
dibebankan sesuai dengan pengakuan dan
disebutkan diatas diatur pada Pasal 5
periode penghasilan. Permasalahan tentang
Keputusan Menteri Keuangan No.
kurang atau lebihnya biaya reklamasi dari yang
204/KMK.04/2000 tentang perubahan ketiga
dicadangkan sebelumnya tergantung pada
atas Perubahan Keputusan Menteri Keuangan
perusahaan, semuanya menjadi beban
No. 80/KMK.04/1995 tentang besarnya dana
perusahaan berdasarkan prinsip going
cadangan yang boleh dikurangkan sebagai
concern. Sesuai dengan konsep deductible
biaya sebagaimana telah diubah dengan
expenses, sepanjang biaya yang aktual benar-
Keputusan Menteri Keuangan No.
benar terjadi pasti boleh dijadikan biaya
235/KMK.01/1998 dan sebagaimana telah
pengurang penghasilan bruto. Jika
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan
pencadangan biaya reklamasi ini sulit
No.68/KMK.04/1999, yang menyebutkan
dilakukan, menurut matching principle
bahwa perusahaan pertambangan yang menurut
pembebanan dapat dilakukan dengan
kontrak diharuskan untuk melakukan
pendekatan alokasi sistematis dan rasional
reklamasi atas tanah yang telah dieksploitasi
dengan melakukan penyesuaian antara yang
dapat membentuk atau memupuk dana
dicadangkan dengan realisasi.
cadangan biaya reklamasi mulai tahun
Dari perspektif perpajakan, ketentuan
produksi komersial.
mengenai biaya reklamasi yang dapat
dijadikan sebagai biaya pengurang

194
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162

Dalam usaha pertambangan, reklamasi itu diperkirakan sebesar Rp.5.000.000.000,00,


wajib dilakukan oleh perusahaan sedangkan jumlah kandungan tambang yang
pertambangan. Biaya yang dicadangkan terdapat di lokasi tersebut diperkirakan 20
untuk kegiatan reklamasi ini dapat juta ton. Apabila perusahaan tersebut dalam
dijadikan sebagai biaya pengurang tahun pajak 1996 melakukan penambangan
penghasilan bruto karena biaya ini benar- dan jumlah produksi yang dihasilkan
benar akan terjadi di masa yang akan datang sebanyak 1 juta ton, maka besarnya
dan secara otomatis cadangan ini akan menjadi cadangan biaya reklamasi yang
biaya yang aktual. Namun, biaya yang diperkenankan untuk dibebankan sebagai
dicadangkan tersebut akan senantiasa biaya dalam tahun pajak 1996 adalah sebesar
disesuaikan dengan biaya yang benar-benar (1/20 x Rp.5.000.000.000,00 atau sebesar
terjadi akibat adanya kegiatan reklamasi. Rp.250.000.000,00. (sumber : SE-
Disadari bahwa biaya reklamasi itu cukup 20/PJ.4/1995 dan KMK No.
besar, sehingga karena besarnya biaya 80/KMK.05/1995, aturan tersebut telah
reklamasi ini maka perusahaan pertambangan dicabut dan digantikan dengan PMK No.
diberi kesempatan untuk men-cadangkan 81/PMK.03/2009).
biayanya. Namun cadangan reklamasi untuk
usaha pertambangan berbeda dengan Dengan pertimbangan untuk
cadangan pada umumnya karena pembebanan meningkatkan investasi dalam sektor
dimuka nanti disesuaikan dengan realisasi pertambangan sehingga pembebanan biaya
kembali kalau terdapat perbedaan, kalau yang belum nyata-nyata dikeluarkan dapat
kurang ditambahkan lagi kalau lebih dicadangkan dan dijadikan biaya. Semakin
dikurangkan. Cadangan reklamasi dilakukan meningkatnya investasi baik dari dalam negeri
dalam rangka menyimpan dana untuk kegiatan maupun luar negeri akan meningkatkan
reklamasi karena biaya reklamasi penerimaan pajak. Reklamasi lahan bekas
membutuhkan dana yang besar sehingga agar tambang mempunyai pengaruh yang sangat
perusahaan pertambangan tetap dapat besar untuk kepentingan negara. Dasar
melakukan reklamasi maka diperbolehkan kebijakan biaya reklamasi itu adalah sangat
dicadangkan. penting untuk kepentingan Negara, makanya
Besarnya biaya reklamasi yang dalam perlakuan perpajakannya boleh
sesungguhnya dikeluarkan oleh perusahaan dijadikan sebagai biaya pengurang
pertambangan dibebankan pada perkiraan penghasilan bruto. Apabila pembebanan
cadangan biaya reklamasi. Apabila setelah biaya reklamasi dalam pertambangan tidak
berakhirnya masa kontrak atau selesainya dapat dijadikan biaya maka tentu akan sangat
penambangan terdapat selisih yang terjadi memberatkan beban perusahaan sehingga
antara pengeluaran yang sebenarnya dengan perusahaan tidak mau melakukan reklamasi
jumlah cadangan biaya reklamasi yang telah dan membiarkan lahan pasca pertambangan
dibentuk dan dipupuk, maka selisih tersebut yang rusak begitu saja, tidak perduli seperti
diperhitungkan dengan laba rugi perusahaan apa nanti efeknya. Ini tentu akan berdampak
pada akhir tahun pajak tersebut. Dalam negatif terutama untuk lingkungan yang juga
pembentukan cadangan reklamasi tersebut, akan meningkatkan terjadinya kerusakan
perusahaan pertambangan dapat menggunakan ekosistem, pemanasan global (global
metode satuan produksi untuk pencadangan tiap warming) pasca kegiatan pertambangan.
tahunnya, seperti terlihat pada ilustrasi berikut Secara fungsional, dapat dikatakan bahwa
ini (Gunadi, 2009:187): cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan dapat dijadikan biaya pengurang
Ilustrasi
penghasilan bruto dengan pertimbangan untuk
Perusahaan pertambangan D diwajibkan
kepentingan negara. Dengan
untuk melakukan reklamasi atas tanah yang
diperbolehkannya biaya reklamasi dijadikan
sudah selesai dilakukan penambangannya.
biaya pengurang (deductible expenses) bagi
Besarnya biaya reklamasi tersebut

195
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .

perusahaan pertambangan, selain untuk Koreksi Fiskal atas reklamasi lahan


menjaga kelestarian lingkungan tambang yang nyata-nyata tidak pernah
hidup/mengembalikan lahan yang rusak terealisir dan kewajiban penyetoran dana
akibat penambangan, dan juga untuk jaminan reklamasinya tidak pernah
kepentingan negara dalam arti yang lebih dipenuhi
luas termasuk untuk menarik investor asing Tidak menutup kemungkinan, dengan dalih
agar tertarik untuk menanamkan modalnya di ketidakcukupan cash flow atau dalih lainnya
bidang pertambangan di Indonesia, maka hal yang direkayasa, perusahaan-perusahaan
itulah menjadi alasan mengapa biaya
pertambangan yang melakukan
reklamasi dijadikan sebagai biaya pengurang penyimpangan/pelanggaran tersebut tidak
penghasilan bruto. Hal ini termasuk dalam melakukan penyetoran jaminan reklamasi
kajian fungsi pajak yakni fungsi regulerend, (deposito berjangka/bank garansi/escrow
untuk membantu meningkatkan investasi atau account) secara ril ke bank-bank pemerintah
mendorong kegiatan investasi langsung di yang ditunjuk, atau mungkin setorannya dibuat
Indonesia baik melalui penanaman modal asing
sangat minimal sekedar ada saja meskipun
maupun penanaman modal dalam negeri syarat tidak terpenuhi, padahal pencadangan
(Pohan, 2014: 15). biaya reklamasinya sudah dibukukan secara
Di era sistem informasi dan komunikasi penuh sebagai biaya (deductible expenses)
global yang berbasiskan computerized system dalam SPT Tahunan PPh Badan yang
yang sudah demikian canggih dewasa ini, kalau mengakibatkan PPh Badan perusahaan menjadi
saja pemerintah daerah melakukan fungsi jauh lebih rendah. Perusahaan-perusahaan
kontrol yang ketat dan kontinyu secara periodik pertambangan demikian layak untuk dilakukan
atas perusahaan-perusahaan pertambangan pemeriksaan pajak oleh fiskus Dan pemeriksa
mineral dan batubara tanpa pandang bulu pajak mungkin bisa melakukan koreksi fiskal
dengan memperhatikan regulasi yang ada dan positif atas temuan pencadangan biaya
secara teratur melakukan pemantauan reklamasi pertambangan yang sudah dibukukan
(monitoring) baik secara fisik maupun dan dilaporkan sebagai biaya deductible
administratif ke lapangan (dengan catatan padahal nyata-nyata reklamasi lahan tambang
laporannya tidak direkayasa), dan selanjutnya tidak pernah terealisasi dan kewajiban
melakukan suatu penindakan hukum pidana penyetoran dana jaminan reklamasinya tidak
(law enforcement) terhadap para perusahaan- pernah dipenuhi sebagaimana mestinya (alias
perusahaan pelanggar yang nyata-nyata bodong?), hanya saja masalahnya adalah fiskus
melawan hukum tidak melakukan reklamasi sendiri tidak memiliki dasar hukum yang kuat
pertambangan, dan tidak menyetorkan jaminan untuk melakukan koreksi fiskal positif atas
reklamasi pertambangan yang sesuai dengan temuan pencadangan biaya reklamasi lahan
ketentuan, maka sebenarnya tidak perlu terjadi yang tidak pernah terealisir tersebut karena
kerusakan-kerusakan di lahan pertambangan tidak ada Peraturan Menteri
seperti yang ditemukan di berbagai pelosok Keuangan/Peraturan Dirjen Pajak/Surat Edaran
daerah pertambangan yang ditinggal begitu saja yang mengatur tentang hal itu, sehingga ini bisa
oleh petambang yang tidak bertanggungjawab, menjadi lemah kekuatan hukumnya bila kasus
mengingat sebenarnya pemerintah sudah ini diajukan Banding ke Pengadilan Pajak oleh
memfasilitasi pencadangan biaya reklamasi wajib pajak dan mungkin koreksi fiskal
(deductible) dalam masa kegiatan eksplorasi positifnya berpotensi gagal dalam pandangan
dan produksi penambangan, yang dananya Hakim Pengadilan Pajak.
(dengan asumsi bila memang sudah disetorkan Dengan tidak mengenyampingkan
jaminan reklamasinya secara cukup setiap
problematika yang ada dalam proses banding
tahunnya) bisa meng-cover reklamasi lahan tersebut di atas, keberhasilan tindakan
pasca eksploitasi atau penutupan pasca pemeriksaan pajak oleh fiskus (pun dalam
tambang. proses banding diasumsikan bisa dimenangkan
oleh fiskus-bila ada) akan dapat menghasilkan

196
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
ISSN 2085-1162

kekurangan bayar pajak penghasilan badan hukum positif di tanah air kita bahwa hukum
yang lumayan besar sebagai penerimaan bisa dibeli. Ditinjau dari segi manajemen dan
pajak, namun dari sisi lain (Pemda) harus tidak perencanaan perpajakan, pencadangan biaya
mengabaikan tindakan-tindakan hukuman yang reklamasi pertambangan (dan dilanjutkan
pantas terhadap mereka baik perusahaan- dengan pemenuhan jaminan reklamasinya), bila
perusahaan pelanggar maupun oknum-oknum sudah dipenuhi dalam masa eksplorasi dan
di pemerintahan (koruptor) yang terlibat dalam produksi komersial secara teratur setiap
terjadinya kerusakan lingkungan seperti yang tahunnya dengan baik, maka kepatuhan dan
diuraikan di atas. Setidaknya pengungkapan upaya semacam itu akan memberikan suatu
kasus dan tindak lanjut pemeriksaan pajak keringanan materiil (pajak, dll) yang sangat
tersebut terhadap kasus jaminan reklamasi dan banyak tekanannya terhadap financial
pencadangan biaya reklamasi pertambangan engineering perusahaan, karena pencadangan
tersebut akan memberikan efek jera (deterrent tersebut berarti sudah membentuk suatu
effect) bagi wajib pajak tersebut dan akumulasi dana reklamasi yang pada suatu
perusahaan-perusahaan pertambangan lainnya waktu tertentu ketika tambangnya sudah tidak
untuk tidak melakukan tindakan yang tidak dieksploitasi lagi, petambang dapat
terpuji tersebut. Siapa saja pelaku usaha yang menggunakan dana yang berasal dari akumulasi
melakukan usaha pertambangan yang pencadangan biaya reklamasi tersebut untuk
bertentangan dengan UU No. 4 Tahun 2009 menutup lahan-lahan yang menganga tadi,
indikasinya merupakan tindak pidana. sehingga lahan-lahan tersebut dapat digunakan
Berhubung hal ini merupakan delik khusus, untuk kepentingan tanaman lain yang dapat
bilamana pelakunya terbukti melakukan berproduksi dan bermanfaat bagi masyarakat
kejahatan tersebut, maka ia akan dipidana banyak di sekitarnya. Kerusakan lingkungan,
dengan hukuman penjara dan hukuman denda ketimpangan sosial dan hal-hal lain yang
sehingga memberatkan. Namun, bila pelakunya berdampak negatif yang mendatangkan
adalah perusahaan, hukuman tersebut dapat kerugian materiil yang sangat besar bagi negara
ditambah dengan hukuman berupa pencabutan dan masyarakat dapat dihindari, sehingga
izin usaha maupun pencabutan badan usaha pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
hukum perusahaan. Penegakan hukum (law development) tetap dapat terlaksana dengan
enforcement) semacam itu bertujuan agar baik. Melakukan Koreksi Fiskal atas reklamasi
supaya bisa menimbulkan efek jera (deterrent lahan yang nyata-nyata tidak pernah terealisir
effect) bagi para pelakunya sehingga tidak dan kewajiban penyetoran dana jaminan
mengulangi perbuatan tercela tersebut. reklamasinya tidak pernah dipenuhi
sebagaimana mestinya, namun dasar
Penutup hukum/regulasinya harus dibuat untuk
legitimasinya.
Manfaat yang diperoleh negara tidak
sebanding dengan nilai bahan galian yang
dieksploitasi dari bumi Indonesia. Indikasi DAFTAR PUSTAKA
banyaknya manipulasi yang berujung pada Gunadi. 2013. Panduan Komprehensif Pajak
kebocoran penerimaan negara dalam setiap Penghasilan. edisi 2013, Jakarta: Penerbit
tahapan kegiatan usaha pertambangan tidak Bee Media Indonesia.
terlepas dari aspek kelemahan hukum yang ______. 2009. Akuntansi Pajak. Edisi revisi
mengatur pengelolaan dan pengusahaan 2009, Jakarta: Grasindo.
pertambangan. Penegakan hukum (law
enforcement) yang bisa menimbulkan efek jera Ikatan Akuntan Indonesia.2009. Standard
(deterrent effect) bagi para pelakunya sehingga Akuntansi Keuangan Per 1 Juli 2009,
tidak mengulangi perbuatan mereka yang Jakarta: Salemba Empat. Mansury. 2000.
tercela perlu diperkuat di tingkat legislasi untuk Kebijakan Perpajakan. YP4.
menghilangkan stigma atau pencitraan negatif ______. 2006. Pajak Penghasilan atas
di tataran operasional terhadap penegakan Transaksi-transaksi Khusus. Jakarta: YP4.

197
Chairil Anwar Pohan, Cadangan Reklamasi Pertambangan Sebagai Loopholes Pajak Dalam Penerapan Prinsip . . .

______. 1996. Pajak Penghasilan Lanjutan. Supramono, Gatot. 2012. Hukum


Jakarta: Ind Hill Co. Pertambangan Mineral dan Batubara Di
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Nandang Sudrajat. 2013. Teori dan Praktik
Pertambangan Indonesia. Yogyakarta: Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10.
Pustaka Yustisia. Jakarta: Sa-lemba Empat.
Pohan, Chairil Anwar. 2014. Optimizing Williams, Jan.R, et all. 2011. Financial
Corporate Tax Management-Kajian Accounting. Fourteenth edition. New
Perpajakan dan Tax Planning-nya Terkini. York: McGraw Hill.
Jakarta: Bumi Aksara.
______. 2012. Manajemen Perpajakan- Jurnal, dan lain-lain
Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. Republik Indonesia, Nota Keuangan dan APBN
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. 2014.
______. 2014. Pembahasan Komprehensif Rusdan, Muhammad. Perspektif Hukum
Pengantar Perpajakan, Teori dan Konsep Reklamasi Tambang: Media Sultra 10 Feb
Hukum Pajak. Jakarta: PT.Mitra Wacana 2014.
Media.
News.okezone.com, 4 November 2010
Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Indonesia. Edisi
9. Jakarta: Salemba Empat. www.esdm.go.id
Salim H.S. 2008. Hukum Pertambangan di
Indonesia. Jakarta: PT. Radjagrafindo.
Sukandarrumidi. 2009. Batubara dan
Pemanfaatannya. Jogyakarta: Gajahmada
University Press.

198

Vous aimerez peut-être aussi