Vous êtes sur la page 1sur 15

ABORTUS PROVOKATUS

KRIMINALIS

ABORTUS PROVOKATUS

KRIMINALIS

PENDAHULUAN

Abortus atau pengguguran kandungan selalu menjadi

permasalahan dari masa ke masa. Dari segi kesehatan secara alami

terjadi keguguran pada 10-15% kehamilan. Di lain pihak ada keadaan

yang memaksa pengguguran kandungan yang harus ditempuh

(provokasi) untuk menyelamatkan ibu hamil, tetapi banyak pula

pengguguran dilakukan bukan untuk tujuan ini.

Permasalahn abortus tidak hanya berkaitan dengan bidang

forensic saja, tetapi juga berkaitan dengan hukum kesehatan.

Perbedaan intinya adalah hukum kesehatan lebih tertuju pada

ketentuan hukum yang mengatur dalam keadaan apa, oleh siapa

pengguguran dapat dilakukan, sementara dalam bidang kedokteran

forensic tertuju pada pemeriksaan dan pembuktian bagaimana

pengguguran kandungan dilakukan, kapan, berapa umur bayi dan lain-

lain.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 1


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Abortus provokatus kriminalis merupakan abortus yang dilakukan

secara ilegal. Pengguguran yang dilakukan biasanya dengan

menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu,"

Abortus provokatus kriminalis yang dilakukan secara illegal akan

mengakibatkan tiga hal besar. Pertama bisa menimbulkan perlukaan

jalan lahir dari luka kecil sampai luka tembus ke dalam perut. Pernah

ada dukun yang memasukkan ruji sepeda ke dalam vagina sampai

menembus rahim. Ada yang memasukkan potongan kayu secara

"buta" karena tak mengenal anatomi alat kelamin dalam dengan baik.

Akibat kedua, bisa terjadi perdarahan -- jika tak tertolong bisa mati di

tempat. Ketiga, karena pengerjaannya tak memperhatikan sterilitas,

maka pasti mengundang infeksi dari ringan sampai mengenai seluruh

organ perut yang menyebabkan perut kembung, usus busuk, dan bila

sudah ada pernanahan terjadilah opersi pengangkatan rahim,

memotong sebagian usus yang sudah busuk. Kalaupun masih selamat

hidup pasti akan meninggalkan penyesalan karena cacat, tak bisa

hamil, dan menderita kesakitan kronis sepanjang hidup.

DEFENISI

Abortus provokatus kriminalis adalah tindakan pengguguran

kandungan yang sengaja dilakukan untuk kepentingan si pelaku, orang

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 2


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

hamil dan yang membantu. Secara hukum tindakan ini melenggar

ketentuan yang berlaku.

Abortus provokatus kriminalis dapat dilakukan oleh wanita itu

sendiri atau dengan bantuan orang lain (dokter, bidan, perawat, dukun

beranak dan lain-lain). Tindakan ini biasanya dilakukan sejak yang

bersangkutan terlambat datang bulan dan curiga akibat hamil.

EPIDEMIOLOGI

Kasus abortus di Indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena

pihak si ibu merupakan korban juga sebagai pelaku, sehingga sukar

diharapkan adanya laporan kasus. Umunya kasus abortus diajukan ke

pengadilan hanya bila terjadi komplikasi ( si ibu sakit berat atau

meninggal) atau bila ada pengaduan dari si ibu atau suaminya.

Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak abortus

terhadap kesehatan ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu

disebabkan oleh abortus tergantung kondisi masing-masing negara.

Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi

tidak aman, 70.000 wanita mening-gal akibat aborsi tidak aman dan 1

dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di wilayah Asia

tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap

tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia.

Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan

antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 3


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih

cukup besar (Wijono, 2000).

Laporan Sadik (UNFPA 1997 dan WHO 1998) menyebutkan dari

180 - 200 juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat sekitar 75 juta

kehamilan yang tidak diinginkan dan 50 juta di antaranya dilakukan

aborsi yang disengaja dan 20 juta mendapat perlakuan aborsi yang

tidak aman (unsafe abortion).

Hasil penelitian Ali Rustaman dan Firman Fuad tahun di RSHS

1987 - 1988 memperlihatkan, abortus kriminalis banyak terjadi pada

wanita berusia antara 20-34 tahun (79,7%), yang mempunyai anak

(30,3%) dan yang mempunyai empat anak atau lebih (32,1%). Wanita

dengan pendidikan sekolah menengah ternyata menempati jumlah

terbanyak (57,1%) dan kebanyakan tindakan aborsi dilakukan oleh

tenaga non medis.

Mengenal Tindakan Abortus Provokatus

Abortus yang dilakukan menggunakan berbagai cara dan selalu

mengandung resiko kesehatan baik bagi si ibui maupun bagi si janin.

Seorang dokter perlu mengenali kelainan yang timbul akibat berbagai

macam cara yang digunakan untuk melakukan pengguguran criminal

ini benar-benar dapat membantu secara maksimal pihak penyidik.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 4


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Bahaya penggunaan alat sedemikian adalah perdarahan dan

infeksi. Perforasi dinding vagina dan rahim dapat menyebabkan

perdarahan berat, yang bisa bersifat internal atau eksternal. Sepsi bisa

menyerang rongga peritoneal atau jaringan pelvis secara langsung dari

alat yang kotor atau dari transfer organisma vagina, kulit atau usus.

Bahaya lain yang lebih jarang dari penggunaan alat (termasuk

alat suntik) adalah shock leher rahim. Tindakan membesarkan leher

rahim dengan alat pada pasien yang tidak di bius bisa memicu reflex

vagal, pathway eferen yang melalui sistem saraf parasimpatetis, yang

menyebabkan jantung berhenti. Ini terbukti merupakan mekanisme

yang lebih kuat dalam keadaan takut, prihatin dan ketegangan saraf,

yang jelas akan berlaku pada banyak kandidat aborsi kriminal.

Kematian akibat aborsi illegal (abortus provokatus

kriminalis) :

Kekerasan mekanik local. Kekerasan dari luar dapat dilakukan

sendiri oleh si ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan

gerakan fisik yang berlebihan, pemijatan atau pengurutan bagian

bawah, kekerasan langsung pada perut atau pada uterus.

Sedangkan kekerasan langsung dari dalam dengan melakukan

manipulasi vagina dan uterus. Manipulasi vagina dan servik

uterus, misalnya penyemprotan air sabun atau air panas pada

portio; aplikasi asam arsenic, kalium permanganas pekat, serta

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 5


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

pemasangan lamina stiff atau kateter ke dalam servik. Pada

manipulasi uterus dilakukan dengan pemecahan selaput amnion

atau dengan penyuntikan langsung suatu bahan ke dalam

uterus.

Pembesaran leher rahim. Cara kasar lainnya adalah memasukkan

tenda ke dalam liang leher rahim. Ini adalah strip substansi

yang menyerap air dan menjadi sangat membesar, seperti

laminaria digitale atau elm licin (Ulmus fulva Michx). Bahan

tumbuhan ini keras dan padat bila dikeringkan, sehingga satu

strip yang panjangnya sekitar 3-8 cm bisa dimasukkan ke dalam

leher rahim. Bila air diserap dari jaringan sekitarnya, liang leher

rahim menjadi sangat lebar dan aborsi bisa terjadi. Risikonya

adalah perforasi leher rahim dan juga infeksi, terutama jika strip

sobek ke dalam jaringan. Substansi yang digunakan, yang tidak

jarang berupa bahan tumbuhan mentah, bisa menjadi sumber

mikroorganisma penginfeksi termasuk anaerob.

Aspirasi alat suntik. Metode sedot yang paling sering digunakan

dalam aborsi terapeutik juga digunakan untuk operasi illegal,

terutama oleh personil medis atau keperawatan. Alat suntik

besar yang dicantelkan pada kateter atau panjang pipa saluran

plastik, bisa menghasilkan sedotan di dalam rahim yang cukup

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 6


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

untuk memecahkan kantung chorionic dan memicu aborsi. Cara

ini memang aman sepanjang digunakan metode aseptik,

walaupun, jika evakuasi tidak total, sebagian produk konsepsi

bisa tertinggal yang bisa membentuk nidus untuk infeksi.

Pemecahan selaput amnion. Dapat dilakukan dengan

memasukkan alat apa saja yang cukup panjang dan kecil melalui

cerviks. Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya

dilakukan dengan menggunakan hingginson type syringe,

sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan dan air

panas, penyemprotan ini dapat mengakibatkan emboli udara.

Obat atau zat tertentu. Bahan-bahan diatas serta bahan-bahan

yang terdapat dalam jamu peluncur, nenas muda, bubuk keras

seperti garam logam berat, laksans dan lain-lain atau bahan

yang beracun seperti prostigmin, strichnin, pilokarpin, dikumarol,

dapat merangsang kntraksi uterus dan hormone wanita sehingga

terjadi hyperemia mukosa uterus.

Secara rinci KUHP mengancam pelaku-pelaku abortus provokatus

kriminalis sebagai berikut :

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 7


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

1. Wanita dengan sengaja menggugurkan kandungan atau

menyuruh orang lain melakukannya (KUHP pasal 346, hukuman

maksimal 4 tahun)

2. Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa

seizinnya (KUHP pasal 347, hukuman maksimal 12 tahun; dan

bila wanita tersebut meninggal, hukuman maksimal 15 tahun)

3. Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita seizin wanita

tersebut (KUHP pasal 348, hukuman maksimal 5 tahun 6 bulan;

dan bila wanita tersebut meninggal, hukuman maksimal 7 tahun)

4. Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan di atas

(KUHP pasal 349, hukuman ditambah dengan sepertiga dan

pencabutan hak pekerjanya)

5. Barangsiapa mempertunjukkan alat atau cara menggugurkan

kandungan kepada anak di bawah usia 17 tahun atau dibawah

umur (KUHP pasal 383, hukuman maksimal 9 bulan)

6. Barangsiapa menganjurkan atau merawat atau memberi obat

kepada seorang wanita dengan memberi harapan agar gugur

kandungannya (KUHP pasal 299, hukuman maksimal 4 tahun)

KOMPLIKASI

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 8


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Abortus provokatus kriminalis cenderung menyebabkan penyulit

ketimbang abortus spontan. Penyulit-penyulit itu antara lain:

A. Perdarahan hebat. Akibat luka jalan lahir, atonia muteri, sisa

jaringan tertinggal.

B. Syok (renjatan) akibat refleks vasovagal atau neurogenik.

Komplikasi dapat menyebabkan kematian yang mendadak.

C. Emboli udara. Dapat terjadi akibat penyemprotan cairan ke

dalam uterus.

D. Infeksi kadang-kadang sampai menyebabkan sepsis yang dapat

mengakibatkan kematian atau timbul kemandulan karena infeksi

tuba falopii. Organisma yang terlibat dalam sepsis bervariasi,

yang paling berbahaya adalah streptococcus non-hemolituk dan

Clostridium perfringens, walaupun coliform dan staphylococcus

juga bisa bertanggungjawab. Rahim menjadi bengkak, bersifat

sepon dan berubah warna. Permukaan serosal yang ditemukan

pada saat otopsi bisa berwarna kecoklat-coklatan terutama

pada infeksi clostridium dan endometrium bisa tampak buruk,

berbau busuk bahkan bernanah. Tanda-tanda septisemia bisa

berkembang dengan limpa lunak membesar, node getah bening

menonjol dan gagal hepatorenal.

E. Fungsi ginjal rusak (renal failure). Ginjal bisa menunjukkan

necrosis cortical bilateral pada kasus yang ekstrim. Pada

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 9


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

septisemia clostridium bisa timbul warna coklat khas pada kulit.

Tampilannya bisa berlurik-lurik mirip tetes air hujan

F. Perforasi (terjadi robekan pada rahim, misalnya karena abortus

provokatus kriminalis atau tindakan pertolongan kuretase).

Otopsi pada kematian aborsi

Apabila kematian terjadi pada kehamilan atau puerperium,

haruslah benar-benar diusahakan mendapatkan otopsi, bahkan jika

kematian tidak termasuk dalam kategori kematian biasa yang dapat

dilaporkan untuk penyidikan hukum kedokteran. Bila dicurigai telah

terjadi aborsi kriminal, maka setiap jurisdiksi akan membutuhkan

necropsi.

Otopsi lengkap yang biasa dilaksanakan, tetapi dibutuhkan

sejumlah tindakan tambahan, yang bervariasi sesuai dengan keadaan

tertentu. Riwayat terlengkap yang mungkin dibutuhkan dan, bila

kematian terjadi dalam perawatan medis, pembicaraan sebelumnya

dengan dokter klinik sangatlah penting. Pemeriksaan eksternal yang

cermat harus dilaksanakan, terutama dengan mencatat:

(a) Warna kulit abnormal, seperti pada warna perunggu pada

septisemia clostridium.

(b)Tanda-tanda dan durasi kehamilan, seperti pembengkakan perut

dan perubahan payudara.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 10


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

(c) Tanda-tanda cedera, termasuk memar atau abrasi vulva akibat

penggunaan peralatan, dan perdarahan vaginal. Luka bakar pada

perut atau sisi bagian dalam paha atas bisa mengindikasikan usaha

resusitasi dengan botol air panas bila wanita tiba-tiba kolaps selama

aborsi illegal.

(d)Vagina harus diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda

kehamilan yang masih baru atau kehamilan saat ini, dan apakah

ada aborsi diupayakan atau berhasil baru-baru ini. Setiap cairan

harus diambil dengan pipet untuk diperiksa apakah mengandung

sabun dan bahan kimia, seperti antiseptik. Sapuan harus diambil

untuk kultur mikrobiologik.

(e) Di mana ada kemungkinan embolisma udara dipertimbangkan,

radiologi pra-otopsi dada dan perut harus dilaksanakan. Sebagian

ahli patologi akan menganggap ini wajib pada setiap kematian yang

terkait dengan kehamilan, karena inilah cara terbaik mendeteksi

embolisma udara dengan memvisualisasikan gelembung-

gelembung udara pada jantung, vena-vena besar pada thorax, vena

cava inferior, rongga peritoneal dan mungkin vena pelvis. Pada

sedikit pusat perawatan di mana MRI atau computed tomography

ada tersedia untuk material otopsi, ini bisa sangat memperbesar

kemungkinan mendeteksi udara pada pembuluh.

PEMERISAAN KORBAN ABORTUS

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 11


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda-tanda kehamilan

misalnya perubahan pada payudara, pigmentasi, hormonal dan

sebagainya, serta perlu pula adanya usaha penghentian kehamilan,

misalnya ditemukan tanda-tanda kekerasan pada genetalia interna

atau eksterna.

Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya

obat atau zat yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan

pemereiksaan terhadap hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya

kematian janin intrauterine.

Pada pemeriksaan jenazah dianjurkan membuka abdomen

sebagai langkah pertama dalam autopsy bila ada kecerugian akan

abortus kriminalis sebagai penyebab kematian.

PEMERIKSAAN LUAR.

Dilakukan seperti biasa, sedangkan pada autopsy bila

didapatkan cairan di dalam rongga perut, atau kecurigaan lain,

kemudian lakukan pemeriksaan toksikologik.

PEMERIKSAAN DALAM.

Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau

perforasi. Lakukan pula tes emboli udara pada vena cava inferior dan

jantung. Pemeriksaan alat-alat genital interna seperti apakah pucat,

mengalami kongesti atau adanya memar. Pemeriksaan dilakukan

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 12


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

dengan mengiris mendatar uterus dengan jarak antar irisan 1 cm

untuk mendeteksi perdarahan yang berasal dari bawah.

Keadaan pembesaran liang leher rahim dicatat dan rahim

dibuka, dengan lagi-lagi tetap jauh dari garis tengah jika

memungkinkan. Warna, ukuran dan tekstur rahim dicatat, dan keadaan

interior biasanya sangat penting. Jika kantung chorionic masih ada,

keutuhan dan kelekatannya pada decidua dicatat. Jika fetus ada, ini

diperiksa secara terpisah untuk mengetahui maturitas dan

kerusakannya.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK.

Spesimen histologik yang ekstensif diambil dari semua organ

dan digunakan pulasan khusus bilamana perlu, seperti pulasan untuk

mengupayakan sisik amniotik pada paru-paru dan organ lainnya.

Darah, urin, liver dan isi lambung ditahan untuk analisa, apabila ini

memang diindikasikan.

Meliputi adanya sel tropoblast yang merupakan tanda kehamilan,

kerusakan jaringan yang merupakan bekas atau tanda dan usaha

menghentikan kehamilan. Ditemukan sel radang PMN menunjukkan

tanda intravitalitas.

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 13


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

Daftar pustaka

1. M. Husni Ghani : Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas. 2002; 106-110

2. Prof. dr. Amri Amir : Ilmu Kekteran Forensik. Fakultas Kedokteran

USU Medan. 205; 159-168

3. Aborsi dan Permasalahannya : available at : http://www.pikiran

rakyat.com

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 14


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006
ABORTUS PROVOKATUS
KRIMINALIS

4. Keguguran Dan Penyebabnya : available at:

http://www.kompas.com

5. Aborsi Ditinjau Dari Tiga Sudut Pandang : available at:

http://www.kesresproinfo.com

6. Dimana Tempat Lakukan Aborsi Yang Aman : available at: htt

://www.balipost.com

KKS BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN 15


Halaman
RSU DR PIRNGADI MEDAN 2006

Vous aimerez peut-être aussi