Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku Kenangan
Bronkoesofagologi Tributed to dr. A.A. Sagung Puteri, Sp.THT-KL.
Buku ini secara ringkas berisi tentang curriculum vitae, kumpulan judul karya
ilmiah, contoh kasus-kasus korpus alienum di bronkus-esofagus, pengetahuan dasar
seperti anatomi fisiologi esofagus dan bronkus, indikasi, kontraindikasi esofagoskopi
dan bronkoskopi, persiapan operasi, alat-alat endoskopi, teknik praktis dalam melakukan
esofagoskopi, penyulit operasi, komplikasi dan tips-tips singkat. Sehingga kami berharap
buku ini tidak hanya bermanfaat sebagai buku kenangan tetapi dapat juga menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kami sampaikan kepada dr.Eka Putra
Setiawan, Sp.THT-KL(K) yang telah memprakarsai, DR. dr. Wayan Sudana, Sp.THT-KL(K),
dr. Wayan Sucipta, Sp.THT-KL, residen stase bronkoesofoagologi (dr. Olivia Tantana, dr.
Putu Dewi Pramusita, dr. Putu Vira Rikakaya) serta seluruh pihak-pihak yang tidak dapat
kami sebutkan satu per satu yang telah mendukung penyusunan buku ini sehingga dapat
terwujud tepat pada waktunya.
Kami sadar buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian demi kesempurnaan buku ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
SAMBUTAN KEPALA BAGIAN SMF THT-KL RSUP SANGLAH
Puji syukur kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat
rahmat-Nyalah semua ini dapat terwujud dalam penyusunan Buku Kenangan
Bronkoesofagologi Attributed to dr. A.A. Sagung Puteri, Sp.THT-KL.
Adanya buku kenangan ini yang merangkum secara ringkas tentang riwayat
hidup, pengalaman beliau selama menjadi staf pengajar di bagian sub divisi
Bronkoesofagologi SMF THT-KL RSUP Sanglah (FK UNUD Denpasar), pengetahuan dasar
seputar ilmu bronkoesofagologi, dan lainnya. Sehingga dapat bermanfaat baik bagi
dokter spesialis THT, residen THT, dokter umum dan tenaga medis lainnya yang terkait.
Semoga buku kenangan ini dapat mempertebal rasa persaudaraan kita diantara
dokter konsulen dan residen serta dapat mendorong minat untuk memberikan darma
baktinya dalam menulis buku semacam ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Sambutan
Daftar Isi
Sejarah Bronkoskopi dan Esofagoskopi
Makalah dr. AA Sagung Puteri, Sp.THT-KL
Sekilas pengetahuan dan tips di bidang Esofagoskopi dan Bronkoskopi
- Esofagoskopi
- Bronkoskopi
Era Terbaru di Bidang Endoskopi THT Simposium 2012 Jakarta
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup dr. AA Sagung Puteri, Sp. THT-KL
Essay
Foto foto
Puisi
Humor
Karikatur
Shigeto Ikeda pada tahun 1966 menemukan bronkoskop flexibel. Scope flexibel
yang pertama kali menggunakan serat fiberoptik yang membutuhkan sumber cahaya
eksternal untuk penerangan. Diameter scope ini sekitar 5-6 mm dengan kemampuan
flexi 180 derajat dan extensi 120 derajat, sehingga dapat digunakan untuk masuk dalam
lobus dan bronkus segmental. Saat ini scope fiberoptik telah digantikan dengan
bronchoscopes with a charge coupled device (CCD) dengan video chip pada bagian distal.
Alat esofagoskop kaku ada beberapa jenis antara lain: esofagoskop standar, alat
ini memiliki lumen dengan saluran untuk cahaya dan aspirator di tepinya. Pipanya ada
yang berbentuk bulat dan ada yang berbentuk lonjong. Alat-alat tambahan yang
melengkapi berupa forsep, lumen finder, dan bougie. Dikenal dengan model Jackson,
Jerberg, Mosher, dan Robert yang tersedia dalam berbagai ukuran.
Gambar 3. Esofagoskop kaku dengan berbagai forsep.1
Universal esophagoscope (Storz), alat ini mempunyai cold light pada ujung
distalnya dengan kualitas optik yang baik, tersedia dalam berbagai ukuran dilengkapi
dengan alat-alat tambahan berupa optik wide angle, forsep untuk memegang dan
memotong, jarum injeksi, alat penghisap, elektroda untuk koagulasi dan pompa udara.
Sehingga alat ini memiliki kemampuan untuk memompakan udara aspirasi,
mengeluarkan benda asing, pembilasan dan hemostasis.
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
( Gambar 1, 2, 3 dikutip dari Jackson and Jackson 1964 )
Esofagus mempunyai dua gerakan yaitu gerakan ekstrinsik (pasif) dan gerakan
intrinsik (aktif). Gerakan ekstrinsik terjadi karena pernapasan dan pulsasi. Pada waktu
inspirasi lumen esofagus membuka karena terjadi tekanan negatif intra torakal sehingga
udara dapat masuk, sedangkan pada waktu ekspirasi lumen menjadi kolaps. Pulsasi
aorta terdapat setinggi vertebra Th 4 (jarak pada orang dewasa 23-24 cm dari gigi atas)
dan pulsasi jantung pada Th 7-8 (jarak pada orang dewasa 30 cm dari gigi atas).
Gerakan intrinsik bersifat fisiologis yaitu peristaltik. Dikenal peristaltik primer yang hanya
dapat diamati oleh fiberskopi selama gerakan menelan, peristaltik sekunder yang terjadi
pada waktu berkontak dengan alat, pembilasan atau pemompaan udara serta kontraksi
non peristaltik yang sering ditemukan pada pertengahan dan sepertiga bawah esofagus.
Selain itu faktor anatomi lain yang penting adalah :
a. Esofagus dikelilingi oleh alat-alat dalam dan pada segmen servikal bertkan erat
oleh jaringan sekitarnya.
b. Dinding yang tipis sehingga mudah perforasi, mortalitas kasus perforasi cukup
tinggi.
c. Dinding anterior praktis bergabung dengan dinding posterior trakea bagian ini
disebut sebagai party wall yang mengandung sistem limfatis dari bagian
belakang laring dan dapat menjadi besar bila ada tumor ganas laring di bagian
posterior yang bermetastase ke mediastinum.
Persiapan Esofagoskopi
Persiapan ruangan : ruangan operasi harus diatur susunannya untuk kelancaran
bekerja dan efisiensi waktu (gambar 6)
A
3
B E
D
2
1
4 C
1. Operator / Endoskopis
2. Pembantu I, yang memegang kepala
3. Pembantu II, yang memegang bahu
4. Perawat untuk instrumen
A dan B. Meja operasi / esofagoskopi
A. Bagian meja yang diturunkan
C. Meja instrumen yang akan digunakan
D. Unit anestesi aspirator dan sumber cahaya
E. Instrumen tambahan
F. View box
Anestesi
Anestesi lokal : bila penderita kooperatif dan tidak ada komplikasi-komplikasi
besar yang mungkin terjadi maka esofagoskop pipa kaku dapat dengan mudah
dimasukkan. Di sini endoskopi harus benar-benar diberikan premedikasi sulfas atropine
dan sedasi kemudian disemprotkan kokain HCl atau pantokain 2% pada faring , 5-10
menit kemudian esofagoskop sudah dapat dimasukkan.
Anestesi Umum : anestesi umum akan membuat penderita benar-benar tenang
dan relaksasi. Keadaan ini dibutuhkan untuk berhasilnya suatu endoskopi. Intubasi
menjamin respirasi yang maksimal dan persiapan resusitasi bila diperlukan, terutama
pada pasien usia lanjut, pasien dengan penyakit jantung, dan bayi prematur.
Universal esophagoscope (Storz) : alat ini mempunyai cold light pada ujung
distalnya dengan kualitas optik yang baik, tersedia dalam berbagai ukuran dilengkapi
dengan alat-alat tambahan berupa optik wide angle, forsep untuk memegang dan
memotong, jarum injeksi, alat pengisap, elektroda untuk koagulasi dan pompa udara.
Sehingga alat ini memiliki kemampuan untuk memompakan udara aspirasi,
mengeluarkan benda asing, pembilasan dan hemostasis.
Gambar 8. Rigid Universal Esophagoscope buatan Storz
Esofagoskop kaku Haslinger : alat ini memiliki penyinaran pada bagian proksimal
dan dilengkapi dengan kaca pembesar serta lumen yang terbuka. Dapat digunakan untuk
berbagai tujuan terutama dalam mengeluarkan benda asing. Selain itu alat ini juga
dilengkapi dengan pegangan sehingga menjamin kestabilan selama melakukan
esofagoskopi. Tersedia dalam berbagai ukuran.
Ukuran esofagoskop
Umur Ukuran
Prematur 3,5 mm x 23 cm
Bayi baru lahir 4,0 mm x 35 cm
3-6 bulan 4,0 mm x 35 cm
1-2 tahun 5,0 mm x 35 cm\
4-12 tahun 6,0 mm x 35 cm
Dewasa 9,0 mm x 35 cm
Teknik pemeriksaan
Esofagoskop dipegang dengan tangan kiri seperti memegang tongkat bilyar, jari
tengah dan jari manis membuka bibir atas dan mengait pada gigi insisivus. Sementara itu
jari telunjuk dan ibu jari memegang bagian distal esofagoskop serta menarik bibir agar
tidak terjepit di antara pipa esofagoskop dan gigi. Tangan kiri ini yang berfungsi
mendorong esofagoskop sedikit demi sedikit ke depan. Tangan kanan memegang
esofagoskop seperti memegang pena pada leher pegangan, tangan ini hanya berfungsi
sebagai penyanggah ujung proksimal saja.
Posisi penderita berbaring telentang dengan kepala disangga dan bahu berada
pada ujung meja operasi. Dengan hati-hati esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke
dalam mulut melalui ujung kanan mulut, di mana pada saat ini kepala penderita
diangkat sedikit sampai verteks berada kira-kira 13 cm dari meja (Gambar 13). Valekula,
epiglotis, plika epiglotis-epiglotis dan laring saat ini dapat diperiksa.
Gambar 13.
A & B. Tahap pertama high position, verteks penderita kurang lebih 15 cm dari meja
operasi. Ekstensi pada atlanto-oksipital dan elevasi sefalo-servikal.
C. Bulan sabit kriko-faringeal pada orifisium esofagus.
(Sumber : Jackson and Jackson, 1964 dan Savary, 1977)
Gambar 14.
A. Tahap ketiga high-low, melalui esofagus pars torakalis. Operator mengikuti lumen
(seperti lorong), pembantu mengikuti operator. Sesudah melewati jantung,
kepala penderita direndahkan untuk mempertahankan lumen tetap di mulut
esfoagoskop.
B. Penurunan perlahan-lahan kepala dan leher ke bidang horizontal.
(Sumber : Jackson and Jackson, 1964 dan Savary, 1977)
Gambar 15.
A & B. Tahap keempat kepala penderita lebih direndahkan lagi,
di bawah bidang horizontal.
C. Pergeseran kepala dan bahu ke kanan.
(Sumber : Jackson and Jackson, 1964 dan Savary, 1977)
Gambar 16. Skema cara high-low pada esofagoskopi, tahap keempat.
(Sumber : Jackson and Jackson, 1964)
Komplikasi esofagoskopi
Komplikasi esofagoskopi dapat dihindari bila endoskopis memahami teknik
esofagoskopi dengan baik, dapat memilih instrumen yang tepat dan terampil
menggunakannya. Risiko dari suatu esofagoskopi saat ini lebih kecil dari 1 dalam 1.500
kasus.
Komplikasi-komplikasi yang dapat ditimbulkan karena esofagoskopi berupa :
a. Komplikasi selama esofagoskopi berlangsung : dispneu, asfiksia, ruptur
aneurisma aorta, perdarahan.
b. Komplikasi lanjut : esofagoskopi berlangsung, ini merupakan bahaya yang
mengancam karena dapat menyebabkan mediastinitis hingga sepsis, trauma
pada artikulasi krikoaritenoid, rasa nyeri pada punggung, belakang kepala, atau di
bawah sternum, memperberat penyakit yang telah ada sebelumnya seperti Koch
Pulmonum, payah jantung.
Tips seputar esofagoskopi dari teaching dr.SGP :
1. Esofagoskopi dapat dilakukan secara berencana (contoh pada saat mencari kausa
dari suatu disfagia), urgent (dalam 24 jam dan dilakukan dengan persiapan
optimal), ataupun cito (segera karena benda asing menyumbat jalan nafas, benda
asing tajam, baterai).
2. Tim yang melakukan esofagoskopi, termasuk di antaranya operator, asisten, dan
bagian anestesiologi harus merupakan tim yang solid sehingga dapat
bekerjasama dengan baik.
3. Operator harus mengetahui dan menginformasikan keadaan pasien (termasuk
jika adanya suatu penyakit konkomitan) kepada timnya sehingga esofagoskopi
dapat terlaksana dengan baik.
4. Informed consent mutlak diberikan kepada pasien dan keluarga pasien, termasuk
bila keadaan gigi geligi yang mungkin patah dalam proses esofagoskopi,
kemungkinan dilanjutkannya esofagoskopi dengan pembedahan atau proses
rujuk bila benda asing tidak berhasil diekstraksi.
5. Operator wajib mencoba alat esofagoskopi yang tersedia terlebih dahulu,
memperhitungkan jenis alat yang kemungkinan akan dipakai, menyesuaikan alat
yang akan dipakai dengan keadaan dan umur pasien, juga benda asing yang
tertelan (sebaiknya minta contoh yang mirip dengan jenis benda asing yang
tertelan pada pihak pasien).
6. Setting tempat operasi sesuai dengan petunjuk yang telah dianjurkan.
7. Operator menggerakkan esofagoskop secara bertahap hanya bila secara visual
melihat lumen dan telah mengevaluasi seluruh area sebelumnya.
8. Benda asing berusaha diekstraksi secara AVU, meminimalisir manipulasi sehingga
mengurangi komplikasi, dan dengan gerakan yang stabil.
9. Konfirmasi bentuk dan letak benda asing saat dilakukan esofagoskopi dengan
pemeriksaan penunjang yang telah tersedia sebelumnya.
10. Selalu berada di garis medial saat melakukan esofagoskopi (cek posisi kepala
pasien, area di mana esofagoskop berada, bila ragu dapat ditarik secara hati-hati
terlebih dahulu hingga dorsum lingua untuk kemudian memulai lagi).
11. Waspada terhadap area gate of tears.
Catatan dari dr. Eka Putra Setiawan, Sp.THT-KL(K) :
Pakai bronkoskop sebesar mungkin sesuai kelingking
Forsep bentuk mangkok
Plika vokalis jangan tegang sesuai anestesi
Singkap plika vokalis dengan ujung alat ke satu sisi lalu masuk ( perlu simulasi di
luar dengan bahan yang mirip / sama
Esofagoskopi saat masuk, terlihat lumen , walau kecil, angkat sedikit, dorong
depan atas, jangan tekan gigi atas, tangan kiri pegang seperti seruling lalu angkat.
Tangan kanan mendorong.
Mencari korpus alienum, ujung esofagoskop diputar saat masuk / keluar.
Kesulitan menarik korpus alienum esophagus :
Reposisi tarik, dorong, putar bagian yang tepat untuk ditarik
Kempeskan cuff endotrakeal tube
Tarik mengikuti selah muskulus krikofaring putar tarik berlawanan arah jarum
jam
Diharapkan tidak mendorong ke bawah
Khusus ; roda ( korpus alienum mainan)
Ujung esofagoskop diputar
Relaksasi penuh (anestesi)
BRONKOSKOPI
Pendahuluan
Kemajuan di bidang bronkologi pada dekade terakhir ini sangat pesat.
Perkembangan ini sejalan dengan kemajuan alat-alat bronkoskop yang semakin canggih,
sehingga jika sebelumnya brokoskopi hanya digunakan untuk mengeluarkan benda asing
dari saluran pernafasan, sekarang digunakan juga untuk diagnosis dan pengobatan dari
beberapa kelainan paru.
Bronkoskop adalah suatu cara langsung untuk melihat perubahan patologi di
trakea dan bronkus dengan mempergunakan bronkoskop. Ada 2 bentuk bronkoskop
yang dikenal saat ini yaitu Rigid Bronchoscope (bronkos kaku) atau Open Tube
Bronchoscope dan Flexible Bronchoscope (bronkoskop serat optik)/ Jadi kedua
bronkoskop masih tetap digunakan untuk saling melengkapi atas indikasi tertentu.
Bronkoskop kaku sekarang ini dilengkapi dengan sumber cahaya yang sangat
terang dan di bagian proksimalnya terdapat muara untuk masuknya alat-alat anastesi,
alat pipa pengisap dan alat-alat lain seperti forsep dan lain-lain. Alat tambahan lain
seperti teleskop dengan sudut penglihatan yang berbeda menjadikan alat ini lebih
sempurna sebagai alat diagnostik dan terapeutik.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai alat-alat, indikasi dan kontra indikasi,
persiapan penderita dan tehnik menggunakan bronkoskop kaku.
Menurut Jackson dan Huber setiap lobus mepunyai nomenklatur yang kemudian
diberi nomor oleh Boyden seperti di bawah ini :
Right Lung Left Lung
Lobes Segment RB 1 Lobes Segment LB 1-2
Apical Apical posterior
Upper Posterior RB 2 Superior Anterior LB 3
Anterior RB 3 div. Superior LB 4
Lateral RB 4 Inferior Inferior LB 5
div.
Middle Medial RB 5
Apical (sup) RB 6 Apical LB 6
Medial basal RB 7 Medial basal LB 7
Lower Anterior basal RB 8 Lower Anterior basal LB 8
Lateral basal RB 9 Lateral basal LB 9
Posterior basal RB 10 Posterior basal LB 10
Pada waktu inspirasi bronkus menjadi panjang dan lumennya melebar dan pada
waktu ekspirasi sebaliknya. Pada akhir ekspirasi dinding belakang dari jaringan yang tidak
ditunjang dari trakea bagian bawah dan bronki lobar sedikit menonjol ke depan.
Ada 3 mekanisme pengaliran sekret bronkial yang bisa terjadi :
1. Fussive squeeze yaitu yang terjadi di bronkus perifer yang lebih kecil
melontarkan sekret ke atas.
3. Bechic blast (cough) yaitu pembersihan sekret dari bronki yang lebih besar
melalui laring
b. Bronkoskop yang dirancang oleh Jackson. Penemuan ini memakai lampu distal
yang ternyata memberikan kenyamanan visualisasi lebih baik. Bronkoskop tipe ini
yang paling luas digunakan saat ini. Bronkoskop tipe ini yang paling luas
digunakan saat ini. Ukuran bronkoskop bervariasi dari ukuran 3 mmx 20 cm yang
digunakan pada infant sampai ukuran 9 mm x 40 cm yang digunakan pada orang
dewasa.
e. Holinger resectoscope
2. Kecenderungan perdarahan
3. Keadaan fisik yang lemah setelah hemoptisis berat
Persiapan Penderita
Premedikasi dan anastesi. Setiap melakukan bronkoskopi maka persiapan
premedikasi dan anastesi sangat membantu, baik dalam prosedur maupun
kenyamanan dari pasien. Kegagalan dalam melakukan bronkoskopi lebih sering
disebabkan kurangnya persiapan dari pada tehnik atau alat yang digunakan.
Tindakan bronkoskopi dapat dilakukan dengan anastesi lokal, neurolep
analgesia dan anastesi umumnya. Walaupun anastesia umum merupakan
prosedur yang lebih mudah dalam melakukan bronkoskopi, tetapi ada resiko
yang dapat timbul pada pasien dan penyakit tertentu. Pertimbangan lain dalam
melakukan anastesi umum diperlukan tambahan personil termasuk ahli anastesi
dan perawat yang akan mengawasi pasien selama bronkoskopi dan sesudahnya,
sehingga topikal anastesi merupakan pilihan utama yang harus diketahui oleh
orang yang ingin melakukan bronkoskopi.
Premedikasi pada bronkoskopi diperlukan untuk : menghilangkan
kecemasan pasien dan relaksasi sehingga pasien dapat kooperatif , mengurangi
refleks batuk, mengurangi sekresi sehingga tidak menganggu visualisasi selama
bronkoskopi.
c. Pada waktu membuka laring, jangan memakai gigi sebagai titik tumpu
instrumen (fulcrum)
e. Basic Landmark yang harus dicari ada 3 yaitu : pangkal lidah, epiglotis, dan
aritenoid
i. Instrumen yang akan segera dipakai diletakkan pada posisi yang mudah
dicapai / dilihat oleh operator
Melalui laringoskop. Setelah pita suara terlihat dengan jelas bronkoskop dimasukkan
melalui lubang laringoskop, dan mata operator dipindahkan ke muara bronkoskop.
Kemudian bronkoskop dimasukkan lebih dalam ke arah lumen trakea. Meloloskan
bronkoskop melalui pita suara harus hati-hati. Pita suara harus dibuka (abduksi). Slide
dari laringoskop kemudian dicabut dan laringoskop seluruhnya ditarik keluar, sedangkan
bronkoskop tetap terpasang.
Direct laryngoscope: a. First stage of bronchoscopy. B. Second stage of bronchoscopy
epiglottis is displace in front of tongus with laryngoscope
Bila bronkoskop dimasukkan lebih dalam lagi, lumen dari lobus tengah
kanan akan ditemui pada dinding anterior dari bronkus. Kurang tajam lebih 0,5-1
cm dari bronkus lobus medius dapat terlihat dengan mudah. Bronkus ini akan
terbagi menjadi segmen lateral dan medial. Sedikit dibawahnya akan ditemui
segmen superior dari bronkus lobus bawah kanan pada dinding posterior. Sedikit
lebih dalam akan terlihat segmen : medial, lateral, anterior, dan posterior.
Bronchoscope tube in the left main bronchus it is usually necessary to turn the head well
to the right and to keep the tube in the right corner of the mouth to enter the left main
bronchus a considerable swing to the right is necessary to align bronchoscope and
bronchus
Bila pada bronkoskopi dicurigai adanya keganasan tetapi tidak ada lesi
yang jelas terlihat, maka dilakukan gelfoam smear pada tempat yang dicurigai.
Gelfoam ini dihapuskan di atas daerah yang dicurigai untuk kemudian
dikeluarkan dan dihapus di atas obyek untuk diproses menurut papanicolaou.
Emergency bronchoscopy
Emergency bronchoscopy dilakukan atas indikasi :
a) Untuk menjamin airway pada obstruksi laring atau trakea.
b) Untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat di trakea atau
bronkus utama.
c) Untuk mengeluarkan sekret yang menumpuk sesudah operasi besar
seperti operasi thorax dan perut, inhalasi zat kimia. Koma sesudah trauma
kepala, operasi saraf, keracunan obat, kelainan metabolik, trauma dada
dan kadang-kadang tetanus dan poliomyelitis.
d) Untuk mengeluarkan isi lambung yang terisap ke dalam paru.
e) Kadang-kadang bermanfaat pada pendarahan bronkopulmonal.
Ini memerlukan pengobatan dan tindakan media atau operasi segera atau
memerlukan resusitasi
Kesimpulan
Kemajuan di bidang bronkologi, disertai pula dengan perkembangan
bronkoskopi untuk diagnosis dan terapeutik kelainan paru.
Meskipun bronkoskop kaku sudah jarang dipergunakan, tetapi masih bermanfaat
pada keadaan tertentu, sehingga bersama-sama dengan bronkoskop serta optik
dipakai saling melengkapi untuk mendeteksi kelainan paru
Adanya kemajuan dibidang optik sehingga bronkoskop kaku juga dilengkapi
teleskop dengan berbagai sudut pandangan, yang dapat melihat cabang bronkus
yang lebih kecil
Suatu bronkoskopi dapat berhasil dengan baik apabila persiapan penderita dan
keterampilan dari operator saling melengkapi.
Catatan dr. Eka Putra Setiawan, Sp. THT-KL(K) :
Forsep diberi tanda
Sampai di pita suara ingat posisi pita suara posisikan corpal miring
Bronkus kanan
Bronkus kiri
Identifikasi karina
ERA TERBARU
DI BIDANG
ENDOKOSPI THT
SIMPOSIUM TAHUN 2012
DI JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
dr. AA Sagung Puteri, Sp. THT-KL dilahirkan di Tabanan pada tanggal 6 Februari
1948. Beliau tinggal di Jl. Mirah Cempaka 7 Denpasar. Beliau menempuh pendidikan
Sekolah Rakyat IV di Denpasar pada tahun 1954-1960, kemudian melanjutkan
pendidikan di SMPN Denpasar tahun 1960-1963, SMAN Denpasar tahun 1963-1966. Lalu
beliau melanjutkan pendidikan kuliah kedokteran umum di FK Universitas Udayana,
Denpasar tahun 1967 dan mendapatkan gelar dokter umum pada tahun 1979. Beliau
kemudian diangkat sebagai pegawai negeri pada tahun 1980 sebagai Asisten Ahli
(golongan IIIa). Beliau mengikuti kursus Proses Belajar Mengajar di Denpasar tahun 1981
dan Penataran Tenaga Peneliti pada tahun 1982. Pada tahun 1982 beliau diangakt
sebagai Penata MudaTingkat I (golongan IIIb). Kemudian pada tahun 1983 beliau
melanjutkan pendidikan spesialisasi ilmu kesehatan THT-KL di FK Universitas Airlangga,
Surabaya. Tahun 1984 status kepegawaian beliau naik menjadi golongan IIIc sebagai
Lektor Muda. Dan tahun 1985 beliau berhasil mendapat gelar sebagai Dokter Spesialis di
bidang THT-KL. Tahun 1986 status kepegawaian beliau naik menjadi golongan IIId sebagai
Lektor Madya. Beliau kemudian ditugaskan di FK Universitas Udayana, Denpasar di SMF
THT-KL RSUP Sanglah divisi Bronkoesofagologi. Pada tahun 1990 status kepegawaian
menjadi golongan IVa sebagai Lektor dan sebagai staf pengajar di divisi
Bronkoesofagologi sampai sekarang.
Pengalaman penelitian yang telah dilakukan oleh beliau: Pemakaian Profenid
Suppositoia sebagai Analgesik dan Anti Inlamasi pasca bedah Sinus Maksilaris,
Tahun1983 (sifat: kelompok, kedudukan: anggota, sumber biaya: sendiri); Di tahun yang
sama beliau juga melakukan penelitian dengan judul Gangguan Pendengaran Pada Usia
Lanjut. (sifat: kelompok, kedudukan: peneliti anggota); serta penelitian Kurang
Pendengaran Akibat Bising Lingkungan Kerja Para Pekerja Pande Besi di Desa Sawan
Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. (sifat: kelompok, kedudukan: peneliti anggota,
sumber biaya: DPP UNUD No.90); pada tahun 1985 beliau juga melakukan penelitian
Evaluasi Hasil Atiko Antrostomi Pada OMK (sifat: sendiri, kedudukan: peneliti utama,
sumber biaya: sendiri); dan di tahun 1989 beliau juga melakukan penelitian yang
berjudul Alergen Penyebab dan Upaya Imonoteran pada Penderita dengan Rhinitis Alergi
di RSUP Denpasar (sifat: kelompok, kedudukan: peneliti anggota, sumber biaya: DPP).
Selain itu beliau juga getol melakukan publikasi di tahun 1983, menulis tinjauan
pustaka dengan judul Sindroma Kartagena di jurnal kumpulan naskah KONAS VII
PERHATI, dan pada tahun 1987 beliau menulis tinjauan pustaka Sinusitis Maksilaris
dengan Fokus Infeksi Pada Gigi pada jurnal kumpulan naskah Seminar Gigi Sebagai Fokal
Infeksi. Pada tahun 1989 beliau juga menuliskan artikel di majalah MKU volume 64
dengan judul Sinusitis Maksilaris dan Benda Asing Gigi Palsu di Esofagus. Serta menjadi
pembicara pada CPD THT-KL II tahun 2011 dengan judul Benda Asing di Saluran
Makanan.
Beliau aktif mengikuti acara kursus dan pelatihan di bidang THT-KL, tahun 2000
Pelatihan Bedah Kepala Leher THT & Bronkoskopi di Jakarta, dan acara The 11 th ASEAN
ORL Head & Neck Surgery Congress & The 6 th INDOS-HNS Annual Meeting di Bali tahun
2005 serta workshop Penatalaksanaan Kegawatdaruratan di Bidang Telinga Hidung
Tenggorok- Bedah Kepala dan Leher di Surabaya pada tahun 2011.
Beliau juga aktif membimbing ilmiah residen THT-KL, di antaranya dr. Gst. Ayu
Trisna Aryani, Sp.THT-KL, tahun 2003 dengan judul Karakteristik Benda Asing Dalam
Esofagus di RS Sanglah Denpasar Periode 1 Juli 2001-1 Juli 2003; dr. I Wayan Sulistiawan,
Sp.THT-KL dengan judul Pengaruh Kebisingan Terhadap Penurunan Fungsi Pendengaran
Pada Karyawan Pabrik Tekstil Patal Tohpati, tahun 2005; dr. I Gde Ardika Nuaba, Sp.THT-
KL(K) dengan judul Striktur Esofagus Akibat Bahan Korosif (KONAS XIII) pada tahun 2003;
dr. Agus Rudi Astutha, Sp.THT-KL dengan judul Diagnosis Klinis dan Penatalaksanaan
Otomikosis pada tahun 2002; dr. Tutwuri Handayani, Sp.THT-KL dengan judul
Penatalaksanaan Papiloma Laring berulang pada anak, tahun 2006; dr. G.P. Shanti
Vidiani, Sp.THT-Kldengan judul Miasis Hidung, tahun 2003; dr. Made Lely Rahayu, Sp.THT-
KL dengan judul Laporan Kasus : Benda Asing Peniti Di Saluran Nafas, tahun 2004 dan
Patofisiologi dan Penatalaksanaan Laringo-malasia, tahun 2005; dr.Ida Bagus Semara
Putra, Sp.THT-KL dengan judul Studi Klinik Pengobatan Penderita Karsinoma Nasofaring
Stadium Lanjut Yang dirawat di RS Sanglah Denpasar dengan Radioterapi Dibandingkan
Radioterapi + Capicitabine pada tahun 2007; dr. Agus Santosa, Sp.THT-KL dengan judul
Kesesuaian Pola Kuman Aerob Bagian Dalam Adenoid dan Bagian Dalam Tonsil pada
Adenotonsilektomi pada tahun 2007; dr. Ni Nyoman Ayu Wiastiti, Sp.THT-KL dengan
judul Pengaruh Bising Gamelan Terhadap Penurunan Fungsi Pendengaran Pada Penabuh
Gamelan Tari Barong di Ds. Batubulan Kab. Gianyar, tahun 2008; dr. Ni Putu Angraini Eka
Wahyuni, Sp.THT-KL dengan judul
Journal Translation : Adenotonsilektomi untuk Obstructive Sleep Apnea pada Anak-anak
Obesites, tahun 2005; dr. Sari Wulan Dwi Sutanegara, Sp.THT-KL dengan judul Diagnosis
Dan Penanganan Obstructive Sleep Apnea Syndrome, tahun 2005 dan Prevalensi
Gangguan Fungsi Keseimbangan Perifer Pada Penderita Diabetes Melitus, tahun 2009;
dr. Leny Mariana Widjaya, Sp.THT-KL dengan judul Disfagia Pada Geriatri, Tahun 2008;
dr. I Wayan Sucipta, Sp.THT-KL dengan judul Nutrisi Pada Penderita Kanker Kepala Leher,
tahun 2007; dr. Ni Wayan Rini, Sp.THT-KL dengan judul Karsinoma Sel Basal Aurikula,
tahun 2007; dr Komang Nurada Mahardana, Sp.THT-KL dengan judul Efek Letusan
Senjata Api Ringan Terhadap Fungsi Pendengaran Pada Siswa DIKTUBA Polri, tahun 2009;
dr. I G. A.A. Diah Yamini, Sp.THT-KL dengan judul Diagnosis dan Penatalaksanaan Trauma
Tumpul Laring, tahun 2006; dr. Ni Ketut Susilawati, Sp.THT-KL dengan judul Benda Asing
Pluit Plastik di Saluran Nafas, tahun 2008; dr. Ketut Tuty Kristiana, Sp.THT-KL dengan
judul Klasifikasi Perdarahan Yang Menyertai Tonsilektomi, tahun 2006 dan Tuberkulosis
Nasofaring, tahun 2007; dr. I Ketut Suanda, Sp.THT-KL dengan judul Korpus Alienum
Button Battery di Esofagus, tahun 2009 dan Pengukuran jarak beberapa land mark
Tulang temporal orang indonesia, tahun 2011; dr. I Putu Sudiasa, Sp.THT-KL dengan
judul Benda Asing Kacang Pilus di Bronkus Kiri dengan Komplikasi Atelektasis, tahun
2010 dan Efek Radioterapi Cobalt-60 Terhadap Status Gizi Pasien KNF di RSUP Sanglah,
tahun 2011.
ESSAY
Tribute to dr AA Sagung Puteri Sp THT KL
Memang kasus untuk bronkhoskopi sampai saat ini termasuk jarang. Berbagai
upaya telah dilakukan agar peserta didik pernah mendapat pengalaman melakukan
bronkhoskopi, antara lain dengan indikasi yang lebih bervariasi, bekerja sama dengan
bagaian lain, menggunakan latihan pada binatang atau manekin, namun sampai saat ini
belum mencapai solusi yang tepat. Seperti ada dilema antara jumlah kasus yang
diperoleh dengan batas waktu pendidikan atau dilema antara pengetahuan teori
dengan ketrampilan.
Saking sulitnya mendapatkan kasus, senter pendidikan lain ada yang
berpendapat bahwa dokter THT KL nantinya sebagian besar bertugas di kabupaten atau
swasta yang pada umumnya di RS yang ditempati tidak mempunyai alat, sehingga cukup
bisa merujuk secepatnya ke senter yang mempunyai fasilitas.Situasi seperti ini memang
tidak mudah, tetapi tidak juga bisa menunda kelulusan, karena pemerintah sangat
memerlukan. Akhirnya biarlah sementara ini kita serahkan pada beliau diatas , yang
penting para pendidik sudah berusaha semaksimal mungkin.
Belakangan ini beliau beberapa kali mengungkapkan istilah sambil guyon : tinggal
menghitung hari saja, karena akan purna tugas sebagai pendidik Residen THT KL dan
mahasiswa FK UNUD demikian juga melayanai pasien THT Kl pada umumnya atau
khususnya dibidang bronkhoesofagologi yang menjadi bidang beliau di RSUP Sanglah.
Tepatnya tugas beliau akan berakhir tgl 6 Februari tahun 2013, saat ulang tahun beliau
ke 65. Waktu itu terasa nisbi, berputar bagaikan cakra, terasa cepat ataupun perlahan
tergantung cara pandang dan penghayatan hidup. Tak terasa beliau sudah mengabdikan
diri sebagai seorang pendidik selama 33 tahun yang dimulai semenjak tahun 1980 saat
diangkat sebagai pegawai negeri dengan pangkat Asisten Ahli golongan III A. Tak
terkirakan jumlah amal dan ibadah beliau terhadap peserta didik dan masyarakat
sehinga tidak mungkin bisa menggambarkannya dalam bentuk satu tulisan saja ,
demikian pula tidak bisa melihat beliau hanya sebagai sesosok pendidik saja, tapi juga
pandangan-pandangan beliau yang monumental serta jejak aktifitas sosiokulturnya.
Dokter Anak Agung Sagung Puteri Sp THT-KL sesungguhnya adalah seorang yang
cermat, teliti dan merencanakan segala sesuatu dengan matang. Beliau juga seorang
Guru yang mumpuni sekaligus juga seorang kolega yang baik. Beliau senang berkumpul-
kumpul membahas sesuatu yang berhubungan dengan tugas, ataupun masalah sosial.
Kadang kadang saja beliau tidak bisa hadir pada sebuah undangan pertemuan , mungkin
disebabkan karena masalah jarak tempuh dan kesulitan meninggalkan Ibu beliau yang
menjadi tanggung jawabnya. Sesungguhnya tidak ada jarak perbedaan antara beliau
yang sudah senior dengan staf yang junior walaupun beliau masih keturunan raja,
termasuk juga terhadap peserta didik. Beliau tidak segan segan memberikan solusi
dibidang keilmuannya atau jika ada sesuatu yang kurang dibidang kelembagaan, begitu
pula juga mau bertanya seandainya beliau merasa ragu pada bidang keilmuan lainnya.
Saat beliau harus menjabat Kepala Bagian THT KL karena dipilih, walaupun
sesungguhnya tugas beliau sudah berat tetapi dikerjakan dengan bertanggung jawab,
dapat disaksikan secara umum bahwa segala sesuatu menjadi terasa lebih rapi,
contohnya : administrasi dan keuangan lebih dibenahi, uraian tugas staf lebih jelas,
pemerataan tugas-tugas agar tidak terjadi ketimpangan beban kerja, tempat duduk
stafsesuai porsi tugas, pola tarif yang baru agar staf lebih menikmati jerih payahnya ,
program PGPKT. Kegiatan di Bagian saat itu terasa lebih aktif. Beliau mempunyai prinsip
segala tugas kantor harus diselesaikan dikantor, tidak boleh dibawa pulang, sebab
dirumah sudah ada tugas yang sangat berlainan yang juga memerlukan perhatian penuh,
cukup menyita waktu termasuk ayahan adat dan kewajiban menjalankan upakara, jadi
kalau bisa jangan dicampur aduk, diselesaikan satu persatu.
Seandainya bisa di undo , atau ditelusuri lagi kebelakang, barangkali bisa ditanya
kepada beliau apa yang bisa diberikan kepada kami setelah mengarungi hidup 65
tahun ? Suluh dan suri tauladan adalah penting di tutur dan ditularkan kepada generasi
penerus. Barang kali bisa berguna, walaupun zaman berbeda, sebab sejarah akan bisa
berulang. Diharapkan agar jangan seperti keledai terperosok dua kali pada lubang yang
sama. Agar bisa melaksanakan tugas lebih bijak dan tahu posisi yang tepat saat ini, perlu
adanya pengetahuan sejarah para pendahulu. Tanpa pemahaman pemikiran para
sesepuh, jiwa generasi muda akan kosong. Mereka akan menjadi orang orang yang
pintar tetapi berbudi pekerti rendah. Tidak bisa dipungkiri, beliau sudah merasakan rasa
asam garam kehidupan, yang sudah bercampur aduk jadi satu menghasilkan rasa datar
. Sehingga saat rasa senang tidak berani bergembira terlalu berlebihan demikian pula
sebaliknya sesuatu yang mengecewakan juga tak berani dirasakan terlalu sedih.
Beliau adalah sosok yang tegar dan mandiri, karena beliau adalah anak tunggal,
bahkan sejak sebagai Dokter Muda sudah ditinggal Aji beliau yang masih keturunan raja
di Puri Kerambitan. Beliau juga setatusnya sebagai Purusa dalam tatanan tradisi orang
bali yang menak, yang agak berbeda dengan orang kebanyakan dalam hal memikul
tanggung jawab yang lebih dari sebuah keluarga puri. Sehingga semenjak itu beliau
mengambil alih tugas ayahndanya memikul tugas dan kewajiban secara berdikari, baik
waktu beliau menikah ataupun tugas upakara di puri.
Ada perkataan beliau yang membekas didalam hati adalah tentang hak dan
kewajiban. Istilah ini masih relevan dalam kehidupan sekarang tidak saja dilingkungan
tempat tugas tetapi juga dalam lingkungan sosial budaya. Selama ini terlalu sering kita
saksikan orang lebih banyak menuntut haknya saja. Sebelum melakukan sesuatu
terlintas dalam pikiran, apa yang saya dapat dari tindakan itu, apalagi menyangkut hak
mendapat warisan, akan diperjuangkan bahkan sampai berdarah darah. Mereka lupa
akan kewajibanya sebagai pelayan masyarakat selaku PNS atau yang bernaung dalam
tugas disebuah kelembagaan sampai kehidupan bermasyarakat termasuk beradat
istiadat. Mereka lebih mementingkan hal yang bersifat individu bukan kepentingan yang
lebih luas. Demikian pula setelah mendapat waris lupa kewajiban memelihara warisan
itu termasuk urusan sekala niskala di sebuah desa adat.
Sebenarnya lebih sulit memelihara warisan dengan segala konsekuensinya dari
pada menuntut hak warisan. Justru dengan kengototan mendapatkan hak apalagi hak
waris, akan timbul benih benih pertikaian. Hal ini cukup sering terjadi di Bali dimana
pertikaian antar saudara dimulai dari hak pembagian waris. Sehingga kata-kata mantan
Presiden Amerika John F. Kenedey : apa yang dapat saya berikan untuk rakyat bukan
apa yang dapat saya peroleh dari rakyat, dewasa ini terasa makin langka, terasa aneh
ditelinga. Mungkin masih ada, tetapi lebih banyak dalam retorika kata kata dengan
minim langkah.
Diikaitkan dengan ayahan adat akan terasa berat jika lupa akan
kewajiban,dimana kita harus meluangkan waktu pulang kampung sisela sela tugas
pokok. Kalau tidak bisa mengatasinya akan timbul pelarian berupa kata kata : biarlah
sudah, kalau ada kematian toh adat tidak akan melepas, pasti dibantu, masak tega
membiarkan, apalagi sudah membeli banten pada salah satu warga banjar adat.
Memang betul demikian , tetapi yang mengerjakan akhirnya tetap sang yajamana, jadi
harusmeluangkan waktu untuk terjun langsung mempelajari adat istiadat dimanapun
berada ,tidak boleh lepas tangan. Mungkin saat ini zamannya sudah berubah, seperti
dapat dilihat dari tingkah laku para pemimpin, tokoh masyarakat hingga kerakyat jelata,
lebih banyak menuntut haknya dari pada kewajibannya, namun masih ada seteguk air
sebagai pemuas dahaga pada kerongkongan yang sudah lama kering adalah adanya
fenomena seorang Jokowi, seorang pelayan masyarakat.
Dikasih kesempatan bisa berumur sampai 65 tahun dan dalam keadaan relatif
sehat sebenarnya merupakan bonus yang diberikan oleh Tuhan. Menjadi tua itu pasti,
menjadi dewasa oleh karena kematangan jiwa itu pilihan. Jadi perubahan fisik tak bisa
dihindari , tetapi menjadi dewasa itu bisa dihindari atau bisa juga tidak dihindari. Saat
beliau dirawat di rumah sakit, dimana beliau berada seorang diri, tepekur mengukur diri,
teringat saat saat tersulit dalam hidup, kehilangan suami, punya tanggungan Ibu,
tanggung jawab di Puri, hal mana terasa seperti sangat menyesakan dada, seolah olah
tidak bisa berbuat apa apa, segalanya terasa buntu.
Hidup dan kehidupan tidak bisa ditolak apalagi diminta , kita hanya bisa
berperan sebagai wayang-wayang yang memainkan peran masing-masing yang ceritanya
sudah ditentukan oleh sang dalang. Akhirnya tidak ada kata yang lebih baik terucap
kecuali rasa syukur Sehingga beliau sering mengemukakan sebuah kata saja : cukup.
Untuk apa hidup berlebih. Kalau ada rejeki yang lebih digunakan untuk manfaat orang
lain. Toh nanti yang akan dibawa kealam sana hanya karma, keluarga dan handai taulan
hanya bisa mengantarkan sampai di sekitar kuburan saja. Selanjutnya hanya diri sendiri,
dituntun hasil perbuatannya semasa hidup.
Sesungguhnya harta benda , kebesaran upakara lebih banyak bersifat
menghambat sang roh menuju kesunyataan. Beliau kemudian bangkit, tidak ingin
berlama-lama dalam kepedihan, karena tugas dan tanggung jawab menanti, tidak bisa
terus menghindar, sehingga beliau tegak kembali menjalani kehidupan ini dengan
pasrah, menjalani dengan sebaik-baiknya sambil terus berdoa mohon dituntun kejalan
yang benar. Berbuat sebisa mungkin hal yang berguna , bukan sekedar yang baik.
Untuk itu ,agar dapat menunjukkan rasa hormat kepada beliau yang sudah
menyadari arti kehidupan, bisa dilakukan dengan banyak cara seperti : mengingat pesan,
meniru tingkah laku, atau melihat catatan beliau. Sejumlah karya beliau atau
dokumentasi yang berhubungan dengan keilmuan dan kehidupan sosio kultural beliau
akan hilang dari ingatan kita. Namun dengan kerendahan hati, hanya bermodalkan rasa
hormat pada beliau, catatan itu dipunggut, disimpan, dikumpulkan , diolah dijadikan
sebuah buku sederhana dan suatu saat nanti dimunculkan lagi melalui tulisan yang lebih
baik. Tujuannya adalah menjaga ingatan, karena beliau pantas untuk dikenang oleh
setiap civitas akademika di bidang THT KL umumnya dan bronkhoesofagologi
khususnya.
Eka Putra Setiawan
JEPRETAN FOTOGRAFER PAPARAZZI DARI JAMAN TEMPO DOELOE SAMPAI SEKARANG
Puisi
KORPAL TULANG AYAM
Baunya.hmmm lezat
Tiba-tiba..
Senangnya hatiku
created by : Vira
Humor korpus alienum uang logam
Pada suatu ketika di saat siang hari, seorang anak kecil yang bernama Budi berusia 6
tahun sedang bermain-main bersama temannya. Budi bermain dengan uang logam Rp.
500,- yang disembunyikan di dalam mulutnya. Maksud hati hanya ingin mengulum saja,
tetapi tanpa sengaja uang logam tersebut tertelan dan menyangkut di tenggoroknya.
Lalu Budi pun berlari dan berteriak memanggil ibunya......
Budi : Ibuuuuuuuuuuu......
Ibu : Kenapa nak ??
Budi : Aku makan uang logam.....hiks hiks hiks
Ibu : Apaaaa ?? (sambil terkejut )
Uang logam berapa nak ?
Budi : Cuma 500 rupiah bu.....
Ibu : Kamu apakan uangnya, kenapa bisa ditelan to nak ??
Budi : Aku cuma bermain-main menyembunyikan di dalam mulutku.
Sakit bu.....rasanya mengganjal
Ibu : Ayo nak kamu minum air yang banyak, terus makan pisang ya supaya uangnya
mau turun
Budi : ( lalu Budi minum air dan makan pisang ).......kemudian Budi malah
memuntahkan air dan pisangnya karena tidak bisa menelan sama sekali......akan
tetapi uang logamnya tetap tidak bisa keluar. Budi semakin menangis dan
ketakutan.....
Ibu : Aduh bagaimana ini ?? ( sang ibu semakin panik dan cemas )
Beberapa saat kemudian bapaknya datang dari kantor.....
Bapak : Ada apa to bu ?? kok panik dan si Budi nangis-nangis ini ??
Ibu : Anakmu ini lo pak, nelan uang logam 500 perak......sekarang malah nyangkut di
tenggorok dan gak bisa keluar......padahal sudah ibu kasi pisang
Bapak : Kalau begitu harus secepatnya kita bawa ke rumah sakit bu...
Ibu : Ngapain dibawa ke rumah sakit pak ?? bagaimana kalau kita tunggu sampai
besok saja, siapa tau bisa keluar lewat kotorannya pak....
Bapak : Gak bisa bu, itu namanya sudah nyangkut di tenggorok dan si Budi gak bisa
makan sama sekali, kalau dibiarkan bisa bahaya bu...
Ibu : Terus mau diapakan to sama dokternya ??
Bapak : Tenang bu, sekarang sudah ada alat canggih seperti teropong yang diambil
lewat mulut
Ibu : Pasti mahal biayanya ya pak ?? (sambil berpikir)
Bapak : Iya lumayan bu, tapi tabungan kita masih cukup kok.....
Ibu : (sambil kaget) Waduh kok jadi mahal ya pak padahal si Budi hanya menelan
uang 500 rupiah lo...
Kalau gitu gak usah di ambil aja ya pak......
Kalau nelan uang 500 ribu baru harus kita ambil pak....
Bapak : ??????????????
created by : Vira
KARIKATUR