Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Pengertian
Menurut kamus bahasa Indonesia, menerima tamu (ketamuan)
diartikan; kedatangan orang yang bertamu, melawat atau berkunjung. Secara
istilah menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai cara
penyambutan yang lazim (wajar) dilakukan menurut adapt ataupun agama dengan
meksud yang menyenagkan atau memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk
mendapatkan rahmad dan rida dari Allah.
Menerima kehadiran tamu yang datang kepada kita hendaknya dapat
menunjukkan kesan yang baik kepada tamu kita, seperti pesan Rasulullah,
( )
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklan memuliakan
tamunnya ( H.R Bukhari dan Muslim ).
Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk
hari istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda
Rasulullah,
( )
Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan
sedekah baginya,. (HR Muttafaqu Alaihi)
Larangan ini bermaksud untuk menjaga fitnah dan bahaya yang mungkin terjadi
atas diri wanita tersebut. Allah berfirman,
Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (QS.
An Nisa : 34)
Oleh sebab itu, tamu lelaki cukup ditemui diluar rumah saja, atau diminta datang
lagi (jika perlu) saat suaminya telah pulang bekerja. Membiarkan tamu lelaki
masuk ke dalam rumah padahal dia (wanita tersebut) hany seorang diri, sama saja
dengan membuka peluang besar akan timbulnya bahaya bagi diri sendiri. Bahaya
yang dimaksud dapat berupa hilangnya harta dan mungkin sekali akan timbul
fitnah yang mengancam kelestarian rumah tangganya.
Menerima tamu merupakan bagian dari aspek soial dalam ajaran Islam yang harus
terus dijaga. Menerima tamu dengan penyambutan yang baik merupakan cermin
diri dan menunjukkan kualitas kepribadian seorang muslim. Setiap muslim harus
membiasakan diri untuk menyambut setiap tamu yang dating dengan
penyambutan dengan suka cita.
Agar dapat menyambut tamu dengan suka cita maka tuan rumah harua
menghadirkan pikiran yang positif (husnudon)terhadap tammu, jangan sampai
kehadiran tamu disertai dengan munculnya pikiran negative dari tuan
rumah (suudzon).
Apabila suatu saat tuan rumah meraakan berat untuk menerima kehadirab
tamunya, maka tuan rumah haru tetap menunjukkan sikap yang arif dan bijak,
jngan sampai menyinggung perasaan tamu. Seyogyanya setiap muslim harus
menunjukkan sikap yang baik terhadap tamunya, mulai dari keramahan diri dalam
menyambut tamu, menyediakan sarana dan prasarana penyambutan yang
memadai, serta memberikan jamuan makan ataupun minuman yang memenui
tamu.
4. Hikmah
1. Setiap muslim telah diikat oleh suetu tata aturan supaya hidup bertetangga
dan bersahabat dengan orang lain, sekalipun berbeda agama atau suku. Hak-
hak mereka tidak boleh dikurangi dan tidak boleh dilanggar undang-undang
perjanjian yang mengikat di antara sesame manusia.
2. Menerima tamu sebagai perwujudan keimanan, artinya semakin kuat iman
seseorang, maka semakin ramah dan antun dalam menyambut tamunya karena
orang yang beriman meyakini bahwa menyambut tamu bagian dari perintah
Allah.
3. Menyambut tamu dapat meningkatkan akhlak, mengembangkan
kepribadian, dan tamu juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendpatkan
kemashalatan dunia ataupun akhirat.