Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit jantung bawaan terdiri dari berbagai jenis dan salah satunya adalah
Tetralogi of fallot (TF). Tetralogiof fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang
paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit
jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus
arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan,
diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi
fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai
dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.
Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat
kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu
mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat(staf
IKA, 2007).
Tetralogi fallot adalah penyakit jantung kongetal yang merupakan suatu bentuk
penyakit kardiovaskuler yang ada sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan
dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VDS (Defek Septum Venrikel),
stenosispulmonal, hipoventrikel kanan, dan overiding aorta(Nursallam dkk,2005)
Di RSU Dr.Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot di dapat diatas 5 tahun
dan prevelensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasusu kelainan jantung
serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai
seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapat antara lain :
1. Apa defenisi dari penyakit tetralogi fallot?
2. Apa saja etiologi tetralogi fallot?
3. Bagaimana patofisiologi tetralogi fallot?
4. Apa saja tanda dan gejala tetralogi fallot?
5. Apa saja komplikasi tetralogi fallot?

1
6. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit tetralogi fallot?
7. Bagiamana pengobatan tetralogi fallot?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain :
1. Agar dapat menjelakan defenisi dari penyakit tetralogi fallot
2. Agar dapat menjelakan etiologi dari penyakit tetralogi fallot
3. Agar dapat menjelakan patofisiologi dari penyakit tetralogi fallot
4. Agar dapat menjelakan tanda dan gejala dari penyakit tetralogi fallot
5. Agar dapat menjelakan komplikasi dari penyakit tetralogi fallot
6. Agar dapat menjelakan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit tetralogi
fallot
7. Agar dapat menjelaskan pengobatan untuk penyakit tetralogi fallot

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai
dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal,
overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif ,
makin lama makin berat.
1. Defek septum ventrikel : adanya lubang di sekat pemisah bilik kiri (ventrikel kiri) dengan
bilik kanan (ventrikel kanan)
2. Stenosis pulmonal : penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan
menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan
3. Overriding Aorta : pembuluh darah utama yang keluar dari bilik kiri mengangkang sekat
bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan
4. Hipertrofi ventrikel kanan : penebalan otot bilik kanan akibat kerja keras (karena jalan
keluarnya terhambat) dan tekanan dalam rongga ini meningkat.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif ,
makin lama makin berat.
B. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara
pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.

Faktor faktor tersebut antara lain :

1.Faktor endogen

a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom


b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan

3
2.Faktor eksogen

a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau


suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.
aminopterin, amethopterin, jamu)
b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
c. Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah

menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah

multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir

bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung

janin sudah selesai.

C. Patofisiologi

Tetralogi fallot merupakan kelainan Empat Sekawan yang terdiri dari defek septum

ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara

anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang

disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat dari aorta).

Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta), sehinnga

terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler

ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogi fallot, overriding aorta biasanya

tidak melebihi 50 %. Apabila overriding aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan

kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel kanan.

Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan bagian yang

paling esensial pada tetralogi fallot.Itulah sebabnya suatu defek septum ventrikel dan

overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya, tidak bisa disebut sebagai

tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang

4
tetralogi fallot disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini

disebu tsebagai tetralogi fallot

` Betapapun tekanan dalam ventrikel kanan meninggi karena obstruksi infundibuler, tapi

dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, daerah didorong ke kiri masuk ke

aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama.

Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif,

berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal

jantung kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemik

Sianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama. Berat ringanya sianosis ini tergantung

dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan arah pirau

interventrikuler.Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu

stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa pula sianosois timbul

beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang

perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan hipertrofi

infindibuler pulmonal yang memperberat obstruksi padabagian itu

Stenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan,

sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan

meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta

pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-cabang mediastinal,

brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA

(major aorta pulmonary collateral arteries)

5
D. WOC /hubungan sebab akiba
Kelainan jantung kongenital sianotik : tetralogi fallot

Stenosis pulmonal Defek septum ventrikel Overiding aorta

Obstruksi >>> berat Tek. sistolik puncak ventrikel


kanan = kiri

Pirau kanan --kiri


Aliran
Obstruksi aliran darah
darah paru
keluar vent kanan
O2 dlm darah Hipertrofi Aliran darah Percampuran darah
kaya O2 dg CO2
vent kanan aorta

Hipoksemia

Sesak
Sianosis (blue spells)
Kelemahan tubuh
Hipoksia & laktat
O2 di otak
Asidosis metabolik
kesadaran kejang
Gangguan pertukaran gas
Perubahan perfusi jar serebral.
PK.Hipoksemia
Ggn integritas kulit.
Krg pengetahuan ortu : Risiko cedera
diagnostik,prognosis&perawatan

kompensasi
Bayi/anak cepat lelah : polisitemia
jika menetek,berjalan, beraktifitas Jangka panjang sirkulasi kolateral
Perdarahan
Trombosis
Ggn nutrisi kurang dr keb
Intoleransi aktivitas tubuh PK : embolisme paru PK : syok hipovolemik
Gangguan pola nafas Gangguan keseimbangan
Gangguan pertumbuhan cairan & elektrolit
& perkembangan Gangguan perfusi jaringan

MRS
Anak Orang tua
Takut pada anak Krg pengetahuan klg ttg cara merawat anak dg asma
Kecemasan anak Kecemasan orang tua,perubahan proses keluarga, koping keluarga
inefektif
6
E. Tanda Dan Gejala
a. Sianosis
b. Dispnea
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.
c. Serangan-serangan dispnea paroksimal (serangan-serangan anoksia biru)
d. Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan pada pertambahan tinggi badan terutama pada anak, keadaan gizi
kurang dari kebutuhan normal, pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan
terlihat kendur dan lunak, masa pubertas terlambat.
e. Denyut pembuluh darah normal
Jantung baisanya dalam ukuran normal, apeks jantung jela sterlihat, suatu getaran
sistolis dapat dirasakan di sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal 3
dan 4.
f. Bising sistolik
Terdengar keras dan kasar, dapat menyebar luas, tetapi intensitas terbesar pada
tepi kiri tulang dada
g. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi.
F. Komplikasi
Komplikasi dari gangguan ini antara lain :
1. Penyakit vaskuler pulmonel
2. Deformitas arteri pulmoner kanan
3. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau
sepsis
5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar
6. Oklusi dini pada pirau
7. Hemotoraks
8. Sianosis persisten
9. Efusi pleura
10. Trombosis Pulmonal
11. Anemia relatif

7
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.

2. Radiologis

Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga
seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal

a. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru

b. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

H. Penantalaksanaan Tetralogi Fallot


Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
8
menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang
dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian
: Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit,
dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan
perlahan dalam 5-10 menit berikutnya. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV
perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedatif
5. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen
ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan
1. Anamnesa
a. Riwayat kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
a) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
b) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen :
a) Riwayat kehamilan ibu
Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa
resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin,
jamu)
b) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
c) Pajanan terhadap sinar X

b. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit Anak
akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa
lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.

c. Riwayat psikososial/ perkembangan


1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2) Mekanisme koping anak/ keluarga
3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

10
Pemeriksaan fisik
a) Akivitas dan istirahat
Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,
keterbatasan dalam rentang gerak.
b) Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis
pada membran muksa, gigi sianotik
c) Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
d) Makanan/ cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering
e) Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f) Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian
g) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/ mengeluh
h) Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam
i) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum

11
Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium :Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah
b) Radiologis :Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu
c) Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke
kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P
pulmonal
d) Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke
paru-paru
e) Katerisasi jantung : ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple,
mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer
f) Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2

B. Diagnosa keperawatan
Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan
yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas
diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.

1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal


2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya
malformasi jantung
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis , serangan sianotik
akut)
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

12
7. Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis
penyakit anak
8. Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial sekunder
abses otak, CVA trombosis
C. Perencanaan Keperawatan
Contohnya diagnose dan intervensi:
2. Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya
malformasi jantung
a. Tujuan

Anak dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.

b. Kriteria hasil
Tanda-tanda vital normal sesuai umur
Tidak ada : dyspnea, napas cepat dan dalam,sianosis, gelisah/letargi , takikardi,
mur-mur
Pasien komposmentis
Akral hangat
Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas
Capilary refill time < 3 detik
Urin output 1-2 ml/kgBB/jam

c. Intervensi
1) Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan
pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan tiduran
jika memungkinkan
2) Kaji dan catat denyut apikal selama 1 menit penuh
3) Observasi adanya serangan sianotik
4) Berikan posisi knee-chest pada anak
5) Observasi adanya tanda-tanda penurunan sensori : letargi,bingung dan
disorientasi
6) Monitor intake dan output secara adekuat

13
7) Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat
melakukan aktivitas
8) Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
9) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-
obatan anti disritmia
10) Kolaborasi pemberian oksigen
11) Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus

2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


a. Tujuan:
Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah,
nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
b. Kriteria hasil :
Tanda vital normal sesuai umur
Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
Fatiq dan kelemahan berkurang
Anak dapat tidur dengan lelap
c. Intervensi
1) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
2) Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3) Anjurkan pada pasien agar tidak ngeden pada saat buang air besar.
4) Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh
pasien.
5) Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas
6) Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah kemandirian
anak sesui dengan indikasi
7) Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.

14
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
a. Tujuan :
anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat
badan normal dan pertumbuhan normal.
b. Kriteria hasil :
Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur
Peningkatan toleransi makan.
Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb
Mual muntah tidak ada
Anemia tidak ada.
c. Intervensi :
1) Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada
waktu yang sama dan dokumentasikan.
2) Catat intake dan output secara akurat
3) Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan
dengan aktivitas selama makan ( menggunakan terapi bermain)
4) Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
5) Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
6) gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan dan
sendawakan
7) Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat
disebabkan karena tersedak
8) Berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan
kebutuhan
9) Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
10) Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium

15
D. Implementasi
Implementasi ini di susun menurut Patricia A. potter (2005). Implementasi
merupakan pelaksanaan dari rencna tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan,
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan
baiak dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapi.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan
klien dengan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kombinasi kelainan kongetal yang dikenal sebagai tetralogi fallot antara laian
defek septum ventrikel, pembesran aorta, stenosisi katup pulmoner, dan hipertrofi
ventrikel kanan. Penyebab tetralogi fallot terdiri dari 2 faktor, yaitu endogen dan eksogen.
Anak dengan tetraloggi fallot umumnya akan mengalami keluhan sesak saat beraktifitas,
berat badan bayi yang tidak bertambah, clubbing fingers, dan sianosis.
Tepatnya penganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
kelainan jantung bawaan sianotik : tetralogi fallot sangat menentukan untuk kelansungan
hidup anak mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TF bahkan
dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia , syok maupun gagal.
Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan dan pengetahuan konsep dasar
perjalanan penyakit TF yang baik agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak
yang mengalami tetralogi fallot sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.

B. Saran

Hindari penggunaan alcohol atau obat yang membahayakan pada masa kehamilan2.
Makanan ibu haruslah mencukupi nilai gizi serta nutrisi yang dibutuhkan.

17
Daftar Pustaka
1. A.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas kedokteran
UI
2. Bambang M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan
Anak
3. Carpenito J.Lynda,2001,Diagnosa Keperawatan,edisi 8,Jakarta,EGC
4. Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core Content At-A- Glance,Lippincott-
Philladelphia,New York
5. Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3
EGC. Jakarta
6. Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta,EGC
7. Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta, EGC
8. Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta,EGC
9. Samik Wahab, 1996. Kardiologi anak Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press,
yogyakarta,Indonesia
10. Sudigdo & Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
11. Sharon,Ennis Axton (1993), Pediatric care plans,Cumming Publishig Company,California
12. Whaley and Wong, 1995, Essential of Pediatric Nursing,Cv.Mosby Company,Toronto

18

Vous aimerez peut-être aussi