Vous êtes sur la page 1sur 6

33

BAB 4
PEMBAHASAN

Praktik keperawatan komunitas di wilayah RT 02 RW 09 Kelurahan Pacar


Kembang yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan
Kampus Soetomo Surabaya adalah salah satu program vokasi untuk
mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Komunitas dengan menggunakan proses
keperawatan komunitas.
Secara resmi mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Kampus
Soetomo Surabaya melakukan praktik klinik keperawatan komunitas di wilayah
RT 02 RW 09 Kelurahan Pacar Kembang yang dilaksanakan pada tanggal 01 April
2017 sampai 14 April 2017 dengan melakukan berbagai kegiatan. Berikut ini
pembahasan yang akan diuraikan tentang praktik keperawatan komunitas di
wilayah RT 02 RW 09 Kelurahan Pacar Kembang
4.1 Praktik Klinik Keperawatan Komunitas
Pada tahap ini perlu didahului dengan sosialisasi program perawatan
kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama
dalam komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi ini meliputi tokoh masyarakat
baik formal maupun informal, kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap
elemen di masyarakat (PKK, karang taruna, dan lainnya). Setelah itu, kegiatan
dianjurkan dengan dilakukannya Survei Mawas Diri (SMD) yang diikuti dengan
kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Survey Mawas diri (pengkajian)
dilaksanakan di desa terpilih dengan memilih lokasi tertentu yang dapat
menggambarkan keadaan desa pada umumnya (Depkes RI, 2007).
Praktik klinik keperawatan komunitas diawali dengan persiapan dari kampus
sampai dengan pelaksanaan di lapangan. Pada tahap persiapan dilakukan
pembekalan dari pembimbing keperawatan komunitas tentang mekanisme
perijinan praktik dan peraturan praktik, dan untuk selanjutnya dilakukan proses
persiapan oleh mahasiswa sendiri. Saat dialakukan pembekalan di Wilayah RT 02
RW 09 mahasiswa disambut dengan baik oleh ibu PKK dan mahasiswa diberikan
pengarahan tentang wilayah dan batasan RT 02 RW 09.
4.2 Pengkajian
34

Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama, yaitu
inti komunitas (core) dan delapan subsistem yang melengkapinya. Inti komunitas
menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistic,
sejarah komunitas, nilai dan keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan
delapan subsistem lainnya meliputi lingkungan fisik, pendidikan, keamanan, dan
transportasi, politik dan pemerintah, layanan kesehatan dan social, komunitas,
ekonomi, dan rekreasi. Kemudianmengumpulkan informasi masalah kesehatan
sesuai dengan yang direncanaakan dan mengolah informasi masalah kesehatan
yang telah dikumpulkan sehingga dapat diperoleh perumusan masalah kesehatan
dan prioritas masalah kesehatan di wilayahnya.
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data kesehatan komunitas yang
diinginkan. Pada pengkajian ini dilakukan pengumpulan data kesehatan
komunitas dengan menggunakan lembar pengkajian yang sudah ditentukan oleh
institusi pendidikan meliputi demografi, vital statistic, nilai dan keyakinan, serta
riwayat komunitas, lingkungan fisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi,
politik dan pemerintah, layanan kesehatan dan social, komunitas, ekonomi, dan
rekreasi.
Setelah format pengkajian siap, maka masing- masing mahasiswa mendatangi
rumah warga RT 02 RW 09 dan melakukan pengkajian sesuai format yang telah
disiapkan. Pada saat pengkajian dilaksanakan, beberapa warga kooperatif saat
menjawab pertanyaan yang diajukan, bahkan ada yang mempersilahkan melihat
keadaan di dalam rumah seperti kamar mandi dan tempat penampungan air.
Kendala saat pengkajian ditemukan beberapa warga menolak untuk dilakukan
pengkajian, bahkan ada beberapa warga tidak kooperatif saat diajukan pertanyaan.
Ada juga beberapa warga yang tidak ada di tempat saat mahasiswa mengunjungi
rumah mereka dikarenakan bekerja mulai pagi sampai sore hari.
Setelah dilakukan pengkajian selama beberapa hari didapatkan beberapa
masalah kesehatan yang dirasakan masyarakat, meliputi:
1. Resiko terjadinya peurunan derajat kesehatan pada lansia
2. Resiko terjadinya penyakit akibat lingkunga kurang sehat.
Dari kedua masalah yang ditemukan oleh mahasiswa, maka dikembalikan
kepada masyarakat untuk dianalisa lebih lanjut. Perumusan masalah antara
35

mahasiswa dan warga hampir tidak mengalami kesulitan yang berarti, karena
mansyarakat telah menyadari pentingnya kesehatan dalam hidup mereka. Namun
terdapat sedikit masalah dalam hal ketepatan waktu yang sedianya dilaksanakan
tepat pukul 19.00 WIB tetapi terlambat sampai pukul 20.00 WIB, sehigga hanya
terdapat 1 jam waktu yang dapat digunakan untuk membahas data sampai
menemukan dan menyepakati rencana yang akan dilaksanakan oleh warga RT 02
RW 09.
4.3 Penentuan Prioritas Masalah
Setelah dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya dianalisis dan
masalah keperawatan komunitas ditetapkan prioritas masalah kesehatan
komunitas yang perlu ditetapkan bersama masyarakat melalui musyawarah
masyarakat desa (MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas masalah
dibuat berdasarkan kategori dapat diatasi, kemudahan, dan kekhususan, mengingat
banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pemilihan masalah ini sangat
penting dilakukan, agar implementasi yang dilakukan benar-benar bermanfaat
bagi masyarakat dan secara tidak langsung akan membangun rasa percaya diri dan
kompetensi masyarakat untuk mengatasi masalah yang lain (Bract, 1990 dalam
Helvie, 1998).
Melalui analisa masalah, setelah dirumuskan permasalahan kesehatan warga
dilakukan penentuan prioritas masalah atas dasar urgensitas dari masalah.
Berdasarkan lokakarya kesehatan yang dilaksanakan pada Kamis, 06 April 2017
maka ditentukan prioritas masalah kesehatan yaitu tingginya angka hipertensi
pada lansia di wilayah RT 02 RW 09 kelurahan pacar kembang.Penentuan
prioritas masalah ini tidak menemukan kesulitan berarti, hal ini dikarenakan
warga mulai memahami pentingnya kesehatan dan kegiatan dapat dikatakan
berhasil dengan presentase 80%.
4.4 Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier yang
cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai dengan diagnosa
yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap perencanaan ini meliputi penyusunan,
pengurutan masalah berdasarkan diagnosa komunitas sesuai dengan prioritas
36

(penapisan masalah), penetapan tujuan dan sasaran, menetapkan strategi


intervensi dan rencana evaluasi (Anderson & McFarlane, 2000).
Rencana kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan dapat
disepakati saat lokakarya kesehatan. Adapun kegiatan yang disepakati oleh
mahasiswa dengan masyarakat yaitu Resiko terjadinya peurunan derajat kesehatan
pada lansia berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh lansia di RT 02 RW
09 yaitu hipertensi. Kegiatan yang disepakati dalam musyawarah mini lokakarya
yaitu diadakan screening hipertensi yang meliputi pemeriksaan tekanan darah dan
pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolestrol yang akan dilaksanakan pada hari
senin tanggal 10 april 2017 di balai RT 02 RW 09 kelurahan pacar kembang.
4.5 Pelaksanaan
Pelaksanaan melibatkan aktivitas tertentu sehingga program yang ada dapat
dilaksanakan, diterima, dan direvisi jika tidak berjalan. Implementasi keperawatan
dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi
proses kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan (partnership), dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment).
Pelaksanaan screening hipertensi dan pemeriksaan kadar gula darah, asam
urat, dan kolesteol dilaksanakan pada tanggal 10 April 2017 dengan melibatkan
masyarakat secara aktif yang dimotori oleh ibu-ibu PKK. Secara umum kegiatan
yang direncanakan dapat dikatakan berhasil (90%). Kendala yang dihadapi yaitu
masih terdapat beberapa warga dari RT 02 belum dapat mengikuti kegiatan hal ini
dikarenakan human error semata. Selain itu, terdapat kendala dalam melakukan
pemeriksaan yaitu salah satu alat yang digunakan untuk pemeriksaan sedang eror.
Setelah dilakukan screening, dilaksanakan penyuluhan kesehatan tentang
hipertensi. Saat dilakukan penyuluhan kepada warga tentang hipertensi, warga
aktif mendengarkan pemateri saat melakukan penyuluhan; warga antusias
bertanya saat penyuluhan kesehatan; hanya ada beberapa warga yang bertanya.
Mahasiswa melakukan flashback dan memberikan souvenir kepada warga yang
bertanya dan menjawab pertanyaan sebagai tanda terima kasih.
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu:
1. Pencegahan primer
37

Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan


diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan
kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit.
Dalam pencegahan primer, mahasiswa melakukan screening hipertensi,
pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol, serta penyuluhan
kesehatan tentang hipertensi.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan
intervensi yang tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan
sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan. Dalam
pencegahan sekunder, telah dilaksanakannya deteksi dini hipertensi dan
memberi penyuluhan tentang hipertensi khususnya perawatan bagi
penderita hipertensi.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada pengembalian
individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya kecacatan atau
ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi
semula dan menghambat proses penyakit. Dalam pencegahan tersier,
dilaksanaknnya penyuluhan tentang hipertensi khususnya perawatan bagi
penderita hipertensi dan pencegahan hipertensi.
4.6 Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan
sebelumnya (Mubarak,2005).
38

Kegiatan yang telah dirumuskan dalam perencanaan bersama dengan warga


telah dilaksanakan semua. Semua kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang disusun walaupun masih terdapat faktor penghambat. Dari beberapa
faktor penghambat yang ada, sebagian hambatan dapat tertutupi oleh faktor
pendukung.
Faktor penghambat antara lain: saat dilakukan pemeriksaan gula darah, asam
urat dan kolestrol, salah satu alat yang digunakan dalam pemeriksaan tiba-tiba
error; ada beberapa warga yang tidak berminat untuk melakukan pemeriksaan
gula darah, asam urat dan kolesterol; saat dilakukan penyuluhan kepada warga
tentang hipertensi, hanya ada beberapa warga yang bertanya.
Faktor pendukung antara lain: warga antusias mengikuti pemeriksaan dan
mendengarkan pemateri saat melakukan penyuluhan; warga antusias bertanya saat
penyuluhan kesehatan; mahasiswa melakukan flashback dan memberikan
souvenir kepada warga yang bertanya dan menjawab pertanyaan sebagai tanda
terima kasih.
Solusi antara lain: mahasiswa menyediakan dua alat untuk pemeriksaan gula
darah, asam urat dan kolestrol sehingga hambatan tersebut dapat teratasi dengan
baik; mahasiswa melakukan pemeriksaan tekanan darah dan memberi penyuluhan
individu tentang masalah yang dihadapi warga tersebut saat antri dalam
melakukan pemeriksaan; bagi warga yang tidak berminat, dianjurkan melakukan
pemeriksaan tekanan darah saja.

Vous aimerez peut-être aussi