Vous êtes sur la page 1sur 32

udul : Pemanfaatan Bakteri Radiodurans Dalam Usaha Mengurangi Radiasi Radioaktif

Pendahuluan

Kebutuhan terhadap energi listrik sebagai penggerak utama pembangunan

terus meningkat. Kebutuhan energi listrik Indonesia meningkat sebesar 18% rata-rata setiap
tahun. Namun, pasokan bahan bakar yang dapat menghasilkan energi listrik tidak sepadan
dengan peningkatan kebutuhan terhadap energi listrik saat ini. Banyak negara yang telah
memanfaatkan energi nuklir sebagai sumber pembangkit listrik. Berdasarkan penelitian, energi
nuklir dipercaya mampu menghasilkan energi sebesar 200 MeV sehingga nuklir sangat efektif
dalam menyelesaikan permasalahan krisis energi(Arthuria,2009).

Tetapi ada dampak negatif dari penggunaan nuklir yakni hasil pembuangannya berupa limbah
radioaktif. Munculnya efek radiasi nuklir yang membuat kepanikan bagi negara-negara industri
pengguna pembangkit listrik tenaga nuklir yang memberikan dampak negatif untuk lngkungan
(pencemaran lingkungan) baik unsur abiotik dan biotik yang ada disekitar sumber nuklir.
Pencemaran ini dinamakan pencemaran zat radioaktif.

Proses penyebaran partikel radioaktif terjadi bisa lewat udara, air dan tanah. Secara umum jenis
radiasi yang terpancar dari bahan radioaktif baik pada fasilitas PLTN atau yang berhubungan
dengan fasilitas nuklir lainnya dan keluar kelingkungan terdiri dua tipe, paparan eksternal dan
paparan internal. Tipe paparan radiasi yang pertama adalah paparan luar (eksternal) atau paparan
langsung yang terjadi melalui kontak dengan tubuh kita dari luar tubuh. Tipe radiasi kedua
adalah paparan dalam (internal) yaitu paparan yang terjadi di dalam tubuh akibat zat atau partikel
radioaktif terserap atau masuk kedalam tubuh baik lewat aktifitas pernafasan, makan atau minum
keluar dari reaktor(Mulhari,2011).

Peristiwa Chernobyl dan Fukushima yang menghasilkan radiasi radioaktif akibat ledakan yang
terjadi pada PLTN membuat keresahan yang terjadi di kalangan masyarakat dunia. Melihat
kondisi ini banyak peneliti dan ilmuwan yang mencari cara untuk mengatasi radiasi radioaktif
dari nuklir. Salah satunya melalui pemanfaatan bakteri Deinococcus radiodurans. Dengan
pemanfaatan D.radiodurans negara pengguna PLTN sebagai sumber listrik akan dibantu dalam
penanganan pengurangan radiasi yang muncul. Selain itu, lingkungan akan kembali sehat serta
penyakit yang disebabkan radiasi nuklir akan terminimalisir.

Isi

Sekilas Tentang Radioaktif


Zat radio aktif adalah zat yang memancarkan

radiasi pengion dengan aktivitas jenis lebih besar daripada 70 kBq/kg atau 2 nCi/g (tujuh puluh
kilobecquerel per kilogram atau dua nanocurie per gram). Angka 70 kBq/kg (2 nCi/g) tersebut
merupakan patokan dasar untuk suatu zat dapat disebut zat radioaktif pada umum-nya yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic
Energy Agency).(Agus,2011)

Pencemaran zat radioaktif adalah suatu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh debu
radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom. Limbah radioaktif
adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi
radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi (Agus,2011)

Efek Radiasi Radioaktif (Nuklir)

Ada tujuh efek yang berbahaya bila tubuh manusia terkena bocoran radioaktif dari PLTN :

Rambut.
Efek paparan radioaktif membuat rambut akan menghilang dengan cepat bila terkena radiasi di
200 Rems atau lebih. Rems merupakan satuan dari kekuatan radioaktif.

Otak.

Sel-sel otak tidak akan rusak secara langsung kecuali terkena radiasi berkekuatan 5000 Rems
atau lebih. Seperti halnya jantung, radiasi membunuh sel-sel saraf dan pembuluh darah dan dapat
menyebabkan kejang dan kematian mendadak.

Kelenjar Gondok.

Kelenjar tiroid sangat rentan terhadap yodium radioaktif. Dalam jumlah tertentu, yodium
radioaktif dapat menghancurkan sebagian atau seluruh bagian tiroid.

Sistim Peredaran Darah.

Ketika seseorang terkena radiasi sekitar 100 Rems, jumlah limfosit darah akan berkurang,
sehingga korban lebih rentan terhadap infeksi. Gejala awal mirip seperti penyakit flu.enurut data
saat terjadi ledakan Nagasaki dan Hiroshima, menunjukan gejala dapat bertahan selama sepuluh
tahun dan mungkin memiliki risiko jangka panjang seperti leukimia dan limfoma.

Jantung.

Jika seseorang terkena radiasi berkekuatan 1000 sampai 5000 Rems akan mengakibatkan
kerusakan langsung pada pembuluh darah dan dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian
mendadak.

Saluran Pencernaan.

Radiasi dengan kekuatan 200 Rems akan menyebabkan kerusakan pada lapisan saluran usus dan
dapat menyebabkan mual, muntah dan diare berdarah.

Saluran Reproduksi.
Radiasi akan merusak saluran reproduksi cukup dengan kekuatan di bawah 200 Rems. Dalam
jangka panjang, korban radiasi akan mengalami kemandulan. (Anonymous,2010)

Klasifikasi Deinococcus radiodurans

Deinococcus radiodurans

Bentuk tetrad Deinococus


radiodurans dilihat menggunakan
mikroskop transmisi elektron
(TEM)

Klasifikasi ilmiah

Domain: Bacteria
Filum: Deinococci
Ordo: Deinococcales
Famili: Deinococcuceae
Genus: Deinococcus
Spesies: D. radiodurans

Nama binomial

Deinococcus radiodurans
Brooks & Murray, 1981

SejarahDeinococcus radiodurans

D. radiodurans pertama kali dideteksi oleh Anderson et al. pada tahun 1956 di dalam daging
kalengan yang disterilisasi dengan radiasi sinar x dan yang tidak diradiasi.(Bayu,2010).
Deinococcus radiodurans berasal dari bahasa Yunani : deino dan kokkos yang berarti berry
yang mengerikan dan bahasa Latin radius dan durare yang artinya tahan radiasi. Dahulu
spesies ini disebut Micrococcus radiodurans Cohn 1872. Karena ketahanannya terhadap radiasi
baketeri ini dijuluki Conan the Bacterium seperti nama tokoh Conan the Barbarian. Bakteri
ini juga tercatat dalam Guinness Book of World Records sebagai bakteri terkuat sedunia.
Bakteri ini awalnya ditemukan beberapa dekade yang lalu dalam makanan kaleng yang telah
disterilisasi dengan radiasi. (Huyghe, Patrick (July/August 1998)
Awalnya spesies ini termasuk genus Micrococcus. Setelah dilakukan pengujian RNA ribosomal
bakteri ini termasuk genus Deinococcus yang mirip dengan genus Thermus, bakteri yang tahan
panas. Karena Deinococcus memiliki ketahanan terhadap panas dan radiasi, maka dimasukkan
ke dalam filum Deinococcus-Thermus. Deinococcus merupakan satu-satunya genus dalam ordo
Deinococcales. Semua spesies dalam genus ini memilki ketahanan terhadap radiasi.

Deskripsi Deinococcus radiodurans

Deinococcus radiodurans merupakan bakteri

Gram positif berbentuk bola dengan diameter 1,5 sampai 3,5 m dan umumnya membentuk
tetrad. Bakteri ini mudah berkembang dan tidak menimbulkan penyakit. Koloninya halus,
cembung, dan berwarna pink kemerahan. Walaupun bakteri ini Gram positif, struktur dinding
selnya tidak biasa dan merupakan modifikasi dari dinding sel bakteri Gram negatif.

Deinococcus radiodurans tidak membentuk endospora dan nonmotil. Bakteri ini adalah bakteri
obligat aerobik kemoorganoheterotrof yang menggunakan energi dari zat organik. Bakteri ini
sering ditemukan pada habitat yang kaya zat organik seperti di tanah, feses, daging, tapi juga bisa
ditemukan pada debu, alat-alat medis dan tekstil. Deinococcus radiodurans sangat resistan
terhadap radiasi ion, sinar ultraviolet, desikasi (pengawetan melalui proses pengeringan),
oksidasi, dan agen elektrofilik.

Genomnya terdiri dari dua kromosom sirkuler; 2,65 juta pasang basa dan 412.000 pasang basa
yang disebut megaplasmid dari 177.000 pasang basa dan plasmid dari 46.000 pasang basa.
Bakteri ini memiliki 3.195 gen. Pada fase stasioner, tiap sel bakteri mengandung 4 duplikat
genom yang akan berlipat ganda dengan cepat sehingga tiap bakteri nantinya mengandung 8-10
duplikat genom (Margaratta,2011)

Mekanisme Ketahanan Radioaktif

Deinococcus radiodurans dapat bertahan dalam 1,5 juta rads ribuan kali lebih kuat daripada
semua makhluk hidup yang ada di bumi dan 300 kali lebih kuat daripada ketahanan manusia.
Bakteri ini memiliki ketahanan terhadap radiasi karena memiliki salinan ganda dari genomnya
dan mekanisme perbaikan DNA yang cepat. Tidak seperti organisme lain yang kehilangan DNA
karena radiasi, mikroba ini tidak kehilangan informasi genetik karena fragmen-fragmen DNA
yang terputus disimpan di dalam cincin plasmid yang terkunci rapat. Fragmen-fragmen ini
tersusun rapat, pada akhirnya tersusun bersama menjadi tataan yang original dan benar. Bakteri
ini biasanya memperbaiki kerusakan kromosom dalam 12-24 jam melalui proses dua tahap.

Pertama, D. radiodurans menyambungkan ulang fragmen-fragmen kromosom melalui proses


yang disebut penempelan untai-tunggal. DNA memperbaiki diri di dalam ring yang telah disebut.
Lalu sang bakteri melakukan aksi yang sangat tidak umum. Bakteri ini terdiri dari empat
kompartmen, masing-masing mengandung satu salinan DNA. Ada dua jalan kecil diantara
kompartmen. Setelah sekitar satu setengah jam perbaikan di dalam cincin, DNA membuka
lipatan dan bermigrasi ke kompartmen yang berdekatan dimana terjadi saling baur dengan DNA
yang telah ada disana.

Pada tahap kedua, protein memperbaiki kerusakan untai-ganda melalui rekombinasi homolog.
Proses ini tidak melibatkan mutasi apapun dari replikasi normal yang biasa. Mesin perbaikan
reguler, umum di manusia dan juga bakteri, melaksanakan tugasnya memperbaiki enzim diantara
dua salinan DNA, memakai templete untuk memperbaiki yang lain.

Dari empat salinan DNA, selalu ada dua atau tiga yang terkemas rapat di dalam cincin sementara
yang lain dapat bergerak bebas. Sehingga kapanpun, selalu ada salinan DNA yang mengatur
produksi produksi protein dan lain-lain yang tidak aktif namun terlindungi terus menerus.

Pertanyaan mengenai Deinococcus radiodurans adalah bagaimana ketahanan radioaktif yang


demikian tinggi dapat berkembang. Level radiasi lingkungan alam sangat rendah di kebanyakan
tempat, tingkatnya 0.4 mGy per tahun, dan radiasi lingkungan yang diketahui paling tinggi, dekat
Guarapari, Brazil, hanya 175 mGy per tahun. Dengan level radiasi lingkungan alam yang terjadi
sangat rendah, organisme yang mengembangkan mekanisme untuk menahan efek radiasi tinggi
sangat unik.

Valerie Mattimore dan John R. Battista dari Lousiana State University mengusulkan bahwa
ketahanan radioaktif D. Radiodurans hanyalah efek samping dari mekanisme untuk bertahan
terhadap kekeringan sel berkepanjangan. Untuk mendukung hipotesis ini, mereka melakukan
eksperimen dimana mereka mendemonstrasikan strain mutan D. radiodurans yang sangat rentan
terhadap bahaya radiasi ion juga sangat rentan terhadap bahaya kekeringan berkepanjangan,
sementara tipe galur liar resisten terhadap keduanya. Sebagai tambahan untuk perbaikan DNA,
D. radiodurans menggunakan ekspresi protein LEA (Late Embryogenesis Abundant) untuk
melindungi diri dari kekeringan.

Michael Daly mengusulkan bahwa bakteri ini menggunakan mangan sebagai antioksidan untuk
melindungi diri terhadap bahaya radiasi. Pada tahun 2007 timnya menunjukkan bahwa level
mangan(II) intrasel yang tinggi pada D. radiodurans melindungi protein dari oksidasi radiasi,
dan mengemukakan ide bahwa protein, bukan DNA, adalah target pelaku dari aksi biologis pada
bakteri sensitif, dan ketahanan ekstrim pada bakteri yang mengandung mangan didasar
perlindungan protein. Deinococcus radiodurans melindungi protein, bukan DNA, sehingga
memungkinkan untuk memperbaiki DNA yang rusak.
Penelitian Terbaru Mengenai D.radiodurans dan Aplikasi Pemanfaatan D.radiodurans
dalam Upaya Mengurangi Radiasi Radioaktif Khususnya Limbah Radioaktif

Banyak penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan struktur protein khusus pada D.
radiodurans. Salah satu struktur protein bakteri ini yang baru-baru ini ditemukan adalah
thioredoxin reductase. Reductase adalah sebuah enzim yang berperan sangat penting dalam
respon sel terhadap tekanan oksidatif, termasuk kerusakan DNA rantai ganda.

Namun poin penting lain mengenai spesies ini adalah kemampuannya untuk memperbaiki
kerusakan DNA rantai ganda dengan cepat dan akurat tanpa enzim RecBCD yang pada
normalnya ada di bakteri lain. Penelitian sekarang ini menunjukkan bahwa D. radiodurans
mengandung rangkaian gen yang mengkode sebuah protein yang sangat mirip dengan enzim
RecD pada yang ditemukan pada E.coli. Penemuan yang sangat penting ini memberi kesan
bahwa enzim RecD yang seperti protein dalam D. radiodurans adalah bagian penting dalam
sistem perbaikan yang ia gunakan. Telah ditunjukan bahwa penghilangan dari gen RecD
mengakibatkan kepekaan terhadap radiasi meningkat dengan besar.

Mungkin penelitian sekarang ini yang paling menarik adalah kemungkinan untuk membuat
bakteri lain tahan terhadap radiasi seperti D. radiodurans secara genetik. Salah satu tim peneliti
di Cina sedang memperdebatkan topik ini. Khususnya mereka sedang mencoba memasukkan
sebuah rekombinan ekspresif yaitu protein Mn-SOD dari D. radiodurans ke dalam E.coli
BL21.Tantangan yang sebenarnya bukanlah mencoba memasukkan sembarang protein ke dalam
spesies lain melainkan membuat expresif dan rekombinan protein pada dasarnya menopang
dirinya sendiri dalam spesies baru. Sejauh ini penelitian ini belum berhasil sepenuhnya,
walaupun demikian penelitian ini telah memberi fondasi untuk pembelajaran dan aplikasi dari
rekombinan Mn-SOD selanjutnya.

Bakteri D. radiodurans digunakan untuk bioremediasi.Bioremediasi adalah proses yang


menggunakan mikroba, fungi, tanaman atau enzim untuk membersihkan limbah-limbah yang
terdapat di lingkungan, dan mengembalikan lingkungan tersebut ke keadaan awal. Bioremediasi
bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun
atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi :

1. stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien,
pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb

2. inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang


memiliki kemampuan biotransformasi khusus

3. penerapan immobilized enzymes

4. penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah


pencemar.
(Syarif,2010)

Jenis-jenis bioremidiasi

1. Biostimulasi

Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau tanah yang
tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di
dalam air atau tanah tersebut.

2. Bioaugmentasi

Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu ditambahkan ke


dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan dalam menghilangkan
kontaminasi di suatu tempat. Namun ada beberapa hambatan yang ditemui ketika cara ini
digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme
dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh
mekanisme yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke
lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.

3. Bioremediasi Intrinsik

Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.Di masa yang
akan datang, mikroorganisme rekombinan dapat menyediakan cara yang efektif untuk
mengurangi senyawa-senyawa kimiawi yang berbahaya di lingkungan kita. Bagaimanapun,
pendekatan itu membutuhkan penelitian yang hati-hati berkaitan dengan mikroorganisme
rekombinan tersebut, apakah efektif dalam mengurangi polutan, dan apakah aman saat
mikroorganisme itu dilepaskan ke lingkungan.

Skema
D. radiodurans dimodifikasi secara genetik: gen merA dari bakteri Escherichia coli jenis
BL308 disisipkan ke dalam materi genetik bakteri D. radiodurans.

Gen merA ini mengode 6 protein pada E. coli yang memberi bakteri tersebut resistensi
terhadap Hg(II).

Mereduksi Hg2+ yang sangat beracun menjadi Hg0 yang mudah menguap (volatile) dan
tidak beracun.

Memutus ikatan antara atom raksa (Hg) dan atom karbon (C) di dalam senyawa
berbahaya yang mengandung Hg seperti metilmerkuri klorida.

Bakteri D. radiodurans akan memiliki resistensi terhadap Hg(II) juga jika disisipkan gen
merA dari E. coli.

Langkah Pemanfaatan Deinococcus radiodurans dengan Sistem Bioreaktor Basah In Situ


dan RBC (Reaktor Biologis Putar)

Biorekator Basah In Situ

Pembangunan bioreaktor difungsikan sebagai bejana bioremediasi. Konteks bioreaktor dalam hal
penangan limbah di dalam tanah dan air berhubungan dengan sebuah bejana raksasa sebagai
tempat pendegradasian limbah Sr90 yang sudah disolasi dan dikontrol. Bioreaktor dalam hal ini
akan memisahkan kontaminan berbahaya di dalam tanah untuk dimasukkan ke dalam tangki
penampungan tahap dua yang keadaan lingkungannya yang bisa diawasi dan dikontrol
keadaanya. Mekanisme perlakuan yang paling penting dalam bioreaktor ini adalah degradasi
alami dari populasi bakteri Deinococcus radiodurans. Bioreaktor ini telah terbukti sangat efektif
dalam meremediasi limbah di dalam tanah, dan juga beberapa kasus limbah di dalam air. Selain
itu bioreaktor ini juga telah mampu menyelesaikan permasalahan polusi oleh bahan bakar
hidrokarbon (minyak, bensin, dan diesel) (Fall, 1996 dalam Arthuria,2011).

Bioreaktor untuk penangan limbah cair ini biasanya berupa lapisan atau sebuah bentukan dari
endapan reaktor teraktivasi. Endapan reaktor teraktivasi merupakan sebuah bejana yang akan
menjadi tempat bercampurnya mikroba dan nutriennya dengan limbah Sr90. Bioreaktor ini dapat
dioperasikan dalam pada tempat yang menjadi aliran dari limbah tersebut. Sistem bioreaktor
dapat diamati pada gambar di bawah ini,

Gambar 3 Sistem Bioreaktor Basah (Fall,1996 dalam Arthuria,2011).

Langkah pengaplikasian:

1. Absorsi limbah (kontaminasi) menuju permukaan melalui interceptor wall

2. Pengaliran limbah ke bejana Metan dan Air

3. Penguraian limbah oleh fermentor (Deinococcus radiodurans) (Tempat dibiaknya


bakteri)

4. Pengeluaran berupa senyawa-senyawa yang ramah lingkungan

RBC (Reaktor Biologis Putar)

Reaktor biologis putar ( rotating biological contractor ) merupakan teknologi pengolahan air
limbah yang mengandung polutan organic secara biologis dengan sistem biakan melekat (
attached culture ). Prinsip kerja pengolahannya yakni air limbah yang mengandung polutan
organik (radioaktif) dikontakkan dengan mikroorganisme (microbial film) yakni Deinococcus
radiodurans yang melekat pada media didalam suatu reaktor. Media tempat melekat berupa
piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun berjajar-jajar pada suatu
poros sehingga membentuk suatu modul, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam
keadaan tercelup sebagian dalam kedalam air limbah yang mengalir kontinyu ke dalam reaktor.

Pada saat biofilm melekat pada media berupa piringan yang tercelup kedalam air limbah,
Deinococcus radiodurans menyerap senyawa organik yang ada dalam air limbah mengalir pada
permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada diatas permukaan air, bakteri tadi menyerap
oksigen dari udara atau oksigen yang terlarut dalam air untuk menguraikan senyawa organik.
Energi hasil penguraian senyawa organik digunakan bakteri untuk perkembangbiakan atau
metabolisme.
Pertumbuhan bakteri tadi makin lama makin tebal, sampai akhirnya karena gaya beratnya
sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air ke lua. Selanjutnya
mikroorganisme yang ada dimedium akan tumbuh lagi dengan sendirinya hingga terjadi
kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik pada limbah. Berikut gambar proses
penguraian limbah oleh D.radiodurans di dalam RBC.

Gambar : Mekanisme Proses Penguraian Senyawa Organik oleh D.radiodurans dalam RBC

Langkah pengaplikasian:

1. Biakan D.radiodurans di media piringan (disk) sehingga terbentuk lapisan biofilm

2. Posisikan aliran air limbah sesuai gambar diatas

3. Putaran poros akan mempengaruhi kinerja bakteri D.radiodurans

4. D.radiodurans akan menguraikan senyawa-senyawa yang ada dalam limbah

5. Hasil penguraian dapat berupa gas dan endapan yang ramah lingkungan

Kajian Religius

Allah menciptakan jasad-jasad renik di dunia ini sesuai dengan fungsinya masing-masing. Sesuai
dengan firman Allah pada Surah Al-furqon ayat 2

Maknanya : Sesungguhnya Allah telah menciptakan kesemuanya yang ada dimuka bumi ini yang
mempunyai peranan masing-masing meskipun itu hal-hal (benda/ mkhluk hidup) sekecil apapun.

Daftar Rujukan
Mulhari, Abdul, dkk. 2011. Belajar Dari Bencana Jepang. Institute for Science and Technology
Studies (ISTECS), AMSTEC-2011

Agus. 2011. Apa Itu Radioaktif dan Apa Efek dari Radioaktif.
http://agussatyaww.blogspot.com/2011/03/apa-itu-radioaktif-dan-apa-efek-dari.html

Arthuria,2009.
PemanfaatanbakteriDeinococcusradioduranssebagaibioremediasipencemaranlimbahradioaktifP
embangkitListrikTenagaNuklir.http://senyumarthuria.multiply.com/journal/item/4/Pemanfaatan_b
akteri_Deinococcus_radiodurans_sebagai_bioremediasi_pencemaran_limbah_radioaktif_Pemba
ngkit_Listrik_Tenaga_Nuklir_The_summary?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Bayu,2009. http://bayumas3.blogspot.com/2010_05_01_archive.html

Margaratta,2011. Deinococcus radiodurans bakteri paling tangguh di dunia.


http://magaratta.wordpress.com/2011/03/19/deinococcus-radiodurans-bakteri- paling-tangguh-di-
dunia/

Syarif.2010.Pengolahan limbah B3. http://syariefjazjaz.wordpress.com/tag/pengolahan-limbah-


b3/

http://www.genomenewsnetwork.org/articles/07_02/deinococcus.shtml

http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/BAB7RBC.pdf

14 Jan

Meminimalisir Pencemaran Air oleh Pertumbuhan Alami Mikroorganisme

Posted by aguskrisno in KAJIAN MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN. Leave a comment

Pertumbuhan Alami Mikroorganisme

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk,
2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas
kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan
bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi
karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar
sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi
zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk
menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan
tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk
perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam
media buatan, dan tingkat pembiakannya relatif cepat (Darkuni, 2001). Oleh karena aktivitasnya
tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan.

Gambar : Contoh Mikroorganisme (http://www.google_image.com)

Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian menjadi besar.
Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu sendiri. Pertumbuhan pada
umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila kondisi
makanan dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan
tumbuh dengan waktu yang relatif singkat dan sempurna. Pertumbuhan mikroorganisme yang
bersel satu berbeda dengan mikroorganisme yang bersel banyak (multiseluler). Pada
mikroorganisme yang bersel satu (uniseluler) pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya sel
tersebut. Setiap sel tunggal setelah mencapai ukuran tertentu akan membelah menjadi
mikroorganisme yang lengkap, mempunyai bentuk dan sifat fisiologis yang sama. Pertumbuhan
jasad hidup, dapat ditinjau dari dua segi, yaitu pertumbuhan sei secara individu dan pertumbuhan
kelompok sebagai satu populasi.

Pertumbuhan sel diartikan sebagai adanya penambahan volume serta bagian-bagian sel lainnya,
yang diartikan pula sebagai penambahan kuantiatas isi dan kandungan didalam selnya.
Pertumbuhan populasi merupakan akibat dari adanya pertumbuhan individu, misal dari satu sel
menjadi dua, dari dua menjadi empat ,empat menjadi delapan, dan seterusnya hingga berjumlah
banyak.

Pada mikroorganisme, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan
populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan sel sebagai individu serta satu kesatuan populasi
yang kemudian terjadi kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya, sulit untuk diamati dan
dibedakan. Pada pertumbuhan populasi bakteri misalnya, merupakan penggambaran jumlah sel
atau massa sel yang terjadi pada saat tertentu. Kadang-kadang didapatkan bahwa konsentrasi sel
sesuai dengan jumlah sel perunit volume, sedang kerapatan sel adalah jumlah materi perunit
volume.

Pertumbuhan bakteri dalam biak statik akan mengikuti kurva pertumbuhan. Jika bakteri ditanam
dalam suatu larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai salah satu faktor mencapai
minimum dan pertumbuhan menjadi terbatas. Pertumbuhan biak bakteri dengan mudah dapat
dinyatakan secara grafik dengan logaritme jumlah sel hidup terhadap waktu. Suatu kurva
pertumbuhan punya bentuk sigmoid dan dapat dibedakan dalam beberapa tahap pertumbuhan.
Pencemaran Air

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah
bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus
hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam
fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan
air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air
hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-
beda yaitu meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi, sampah organik
seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang
menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap
seluruh ekosistem, industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek
termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen
dalam air, seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai.

Gambar : Pencemaran Air

Teknik-teknik Meminimalisir Pencemaran Air dengan Mikroorganisme

Alam memiliki mekanisme pengolahan limbah secara alami. Namun, karena kerusakan ekologis
yang disebabkan pencemaran, pengolahan alami tersebut tidak bisa berlangsung dengan baik.
Oleh karena itu, selain dukungan sanitasi yang memadai, perlu pengolahan limbah untuk
memudahkan alam memproses limbah tersebut secara tuntas. Salah satu teknik untuk
meminimalisir pencemaran air adalah kolam oksidasi. Kolam oksidasi ini biasanya digunakan
untuk proses pemurnian air limbah setelah mengalami proses pendahuluan. Fungsi utamanya
adalah untuk penurunan kandungan bakteri yang ada dalam air limbah setelah pengolahan.

Gambar : Rancangan Kolam Oksidasi


Bentuk Kolam Oksidasi :

1. Aerobik Pond, Merupakan bentuk pengolahan secara biologis yang paling sederhana.

Bentuk pengolahan ini membutuhkan area yang luas dan kedalaman yang dangkal.

Kondisi aerobik akan terpelihara dengan adanya algae dan bakteri.Ada 2 tipe, yaitu :

a. Tipe High Rate :

dengan kedalaman 15-45 cm

memaksimalkan produksi algae

b. Oxidation atau Stabilisation Pond

dengan kedalaman 1,5 m

memaksimalkan konsentrasi oksigen dengan diaduk secara periodik dengan pompa atau
surface aeration.

Prinsip pengolahan yaitu bahan organic antara lain dioksidasi oleh bakteri aerobik dan
fakultatis dengan menggunakan oksigen yang dihasilkan oleh alga.

1. Aerated Lagoon

Merupakan pengembangan aerobic pond yaitu dengan memasang surface aerator untuk
mengatasi bau dan beban organic yang tinggi. Proses pada prinsipnya hampir sama dengan
lumpur aktif, perbedaannya pada kedalaman yang lebih dangkal. Semua zat padat dipertahankan
dalam keadaan tersuspensi. Tidak ada resikkulasi sludge. Diikuti dengan tanki pengendapan yang
besar.

1. Fakultatif Pond, dengan kedalaman 1-2,5 m.Kedalaman terbagi menjadi 3 zona, yaitu :
aerobik, fakultatif, dan anaerobik.

Sistem kolam (pola sistem) atau sering disebut juga kolam oksidasi merupakan salah satu jenis
teknologi pengolahan air limbah biologis aerobik. Teknologi tersebut berbentuk reaktor
pengolahan air limbah secara biologis aerobik yang paling sederhana dan tertua serta merupakan
perkembangan dari cara pembuangan limbah cair secara langsung ke badan air. Reaktor ini
berbentuk kolam biasa, dari tanah yang digali dan air limbah dimasukkan ke dalamnya dengan
suatu waktu tinggal tertentu (sekitar 7-10 hari. Kedalaman kolam tidak lebih dari 1,0 m (0,4 1,0
m). Sebagian besar limbah cair dapat ditangani dengan mudah dengan sistem biologis karena
polutan utamanya berupa bahan organik, seperti contohnya karbohidrat, lemak, protein, dan
vitamin. Polutan tersebut umumnya dalam bentuk tersuspensi atau terlarut. Prinsip pengolahan
secara aerobik yang dimaksud adalah menguraikan secara sempurna senyawa organik yang
berasal dari buangan dalam periode waktu yang relatif singkat. Penguraian dilakukan terutama
dilakukan oleh bakteri dan hal ini dipengaruhi oleh jumlah sumber nutrien dan jumlah oksigen.
Pemenuhan oksigen dapat diperoleh dari absorpsi ke permukaan air di kolam melalui proses
difusi, adanya mixing atau pengadukan pada permukaan kolam akibat pengaruh angin dan
permukaan kolam yang cukup luas dan fotosintesa dari keberadaan alga.

Gambar : Kolam oksidasi dan mekanisme perobakan bahan organik dalam sistem kolam.

Kolam Oksidasi juga dikenal sebagai kolam stabilisasi atau laguna. Dalam oksidasi sebuah
kolam heterotrofik bakteri mendegradasi bahan organik dalam kotoran yang menyebabkan
produksi bahan selular dan mineral. Produksi ini mendukung pertumbuhan alga di kolam
oksidasi. Pertumbuhan populasi alga memungkinkan furthur dekomposisi dari bahan organik
dengan memproduksi oksigen. Produksi oksigen ini mengisi ulang oksigen yang digunakan oleh
bakteri heterotrofik.. Biasanya kolam oksidasi harus kurang dari 10 meter untuk mendukung
pertumbuhan alga.. Selain itu penggunaan kolam oksidasi sebagian besar terbatas pada daerah
iklim hangat karena mereka sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman. Kolam oksidasi
juga cenderung untuk mengisi, karena pengendapan sel bakteri dan alga terbentuk selama
dekomposisi limbah tersebut.

Penggunaan kolam oksidasi sebagian besar terbatas pada daerah iklim hangat karena mereka
sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman. Kolam oksidasi juga cenderung untuk
mengisi, karena pengendapan sel bakteri dan alga terbentuk selama dekomposisi limbah tersebut.
Berbagai jenis mikroorganisme berperan dalam proses perombakan, tidak terbatas
mikroorganisme jenis aerobik, tetapi juga mikroorganisme anaerobik. Organisme heterotrof
aerobik dan aerobik berperan dalam proses konversi bahan organik; organisme autotrof
(fitoplankton, alga, tanaman air) mengambil bahan anorganik (nitrat dan fosfat) melalui proses
fotosintetsis. Karena lamanya waktu tinggal limbah cair, maka organisme dengan waktu generasi
tinggi (zooplankton, larva insekta, kutu air, ikan kecil) juga dapat

tumbuh dan berkembang dalam sistem kolam. Organisme tersebut hidup aktif di dalam air atau
pada dasar kolam. Komposisi organisme sangat tergantung pada temperature udara, suplai
oksigen, sinar matahari, jenis dan konsentrasi substrat.

Faktor pembatas sistem kolam adalah suplai oksigen. Sistem kolam umumnya dirancang untuk
tingkat pembebanan rendah sehingga laju pasokan oksigen dari atmosfir mencukupi kebutuhan
oksigen bakteri, dan paling tidak bagian permukaan atas kolam selalu pada kondisi aerobik,
karena suplai oksigen merupakan faktor pembatas, pembebanan sistem serine didasarkan pada
luas permukaan kolam dan dinyatakan dalam P- BOD/m dan tidak didasarkan pada volume
kolam atau jumlah biomassa. Sistem kolam umumnya dirancang dewan kedalaman maksimum
1,0 1,5 m, sehingga pencahayaan dan pengadukan oleh angin CALIP. Waktu tinggal hidrolik
dalam kolam sekitar 20 hari. Dianjurkan untuk membagi kolam menjadi tiga bagian, sehingga
dalam tiap bagian organisme dapat tumbuh secara optimum dan proses perombakan berlangsung
lebih cepat. Pemenuhan oksigen dapat diperoleh dari : Absorpsi ke permukaan air di kolam
melalui proses difusi, Adanya mixing/pengadukan pada permukaan kolam akibat pengaruh angin
dan permukaan kolam yang cukup luas, fotosintesa dari keberadaan alga.
Mikroba Sebagai Pembangkit Listrik
Sekitar 2,8 milyar penduduk dunia sama sekali tidak punya akses ke sumber listrik. Peneliti dari
Universitas Harvard Prof. Peter Girguis kini mengembangkan teknologi pembangkit listrik dari
mikroba.

Periset Universitas Massachusetts membuktikan mikroba dapat menghasilkan listrik

Gagasan memanfaatkan mikroba untuk membangkitkan listrik kedengarannya ekstrem. Tentu


saja daya listrik yang dibangkitkan dari mikroba tak sebesar yang dihasilkan pembangkit listrik
konvensional. Penelitian untuk memanfaatkan mikroba sebagai pembangkit energi listrik
tersebut saat ini dilakukan oleh Profesor Peter Girguis, pakar mikro-biologi dari Universitas
Harvard. Model pembangkit listrik mikroba itu dalam uji coba di laboratorium, saat ini baru
mampu mengisi baterai telefon seluler atau menyalakan sebuah lampu LED. Daya listrik yang
dibangkitkan memang masih terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun
sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang paling mendasar di zaman
teknologi komunikasi yang semakin maju.

Bakteri Anaerob

Bakteri yang dimanfaatkan untuk membangkitkan energi adalah dari jenis bakteri anaerob, yakni
bakteri yang berkembang dalam lingkungan tanpa oksigen. Penelitian menunjukkan, bakteri
yang paling efektif membangkitkan listrik antara lain bakteri anaerob yang hidup dari unsur
logam, belerang atau gas methan. Menemukan bakteri semacam ini sebetulnya relatif mudah.
Cukup bermodal cangkul dan menggalinya di kebun di belakang rumah, kata Peter Girguis.
Lebih lanjut disebutkannya :

Jika kita ingin mencari sumber bakteri untuk membuat sel pembangkit listrik, cari saja habitat
tanpa oksigen. Banyak yang tidak tahu, habitat semacam ini ada di kebun kita. Jika kita menggali
tanahnya cukup dalam, di sana tidak ada oksigen lagi.

Tanah yang diberi pupuk kompos merupakan makanan ideal bagi bakteri an-aerob tersebut.
Bakteri jenis ini memiliki keunikan metabolisme yang dapat dimanfaatkan untuk
membangkitkan listrik. Karena sebagai produk buangan dari metabolismenya, bakteri ini
melepaskan elektron. Elektron inilah yang dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik.
Peneliti mikro biologi dari Universitas Harvard Peter Girguis secara sederhana menggambarkan
model sel pembangkit listrik mikroba yang dibuatnya.

"Pada tanah yang tidak mengandung oksigen kita tanam sebuah elektroda. Misalnya batang grafit
dari sebuah pensil atau dari baterei bekas. Pensil harganya murah, baterai bekas bahkan gratis.
Pada elektroda ini bakteri akan berkembang biak. Setelah itu kita pasang sebuah batang grafit
lain di atas permukaan tanah, yang bertindak sebagai katoda. Jika elektroda dan katoda
dihubungkan mengunakan kabel yang dilengkapi sirkuit saklar, kita memiliki sumber listrik.
Saklar hanya berfungsi menyambung atau memutus aliran listriknya."

Daya kecil

Daya listrik yang dihasilkan model sel pembangkit listrik bakteri itu, memang baru mampu
menyalakan sebuah lampu LED atau mengisi baterai ponsel. Namun saat ini terus dilakukan
penelitian intensif untuk meningkatkan kapasitasnya. Uji coba pemanfaatan bakteri untuk
menghasilkan litsrik memang sudah dilakukan sejak awal abad ke-20. Akan tetapi ketika itu
banyak kendalanya karena sifat bakterinya belum banyak dikenal. Peter Girguis menggambarkan
kendala tersebut.

Sel pembangkit listrik bakteri yang pertama, dibuat dari mikroba yang dikembang-biakan di
laboratorium. Para peneliti mencampurkan bahan kimia agar bakteri melepaskan elektron. Bahan
kimia ini mahal dan kadang-kadang beracun. Uji cobanya amat rumit karena memerlukan
persyaratan tertentu. Misalnya semua harus diaduk rata dengan teliti pada suhu konstan 25
derajat Celsius. Uji cobanya amat mahal dan perlu kerja intensif.

Selain itu uji coba di laboratorium selama ini tidak memanfaatkan mikro-organisme yang ada di
alam, yang sebetulnya amat banyak ragamnya. Karena itu sejak tiga tahun terakhir, Girguis
memanfaatkan bakteri yang ada di alam. Selain harganya amat murah juga metodenya tidak lagi
terlalu rumit. Juga diperkirakan kerja sama berbagai jenis bakteri memainkan peranan
menentukan. Akan tetapi, sejauh ini belum banyak dilakukan penelitian mengenai sifat dan
manfaat berbagai jenis mikroba untuk pembuatan sel pembangkit listrik. Peter Girguis
menjelaskan apa saja yang ditemukannya pada sampel tanah yang ia teliti.
Kami menemukan apa yang disebut bakteri bumi yang memakan logam. Bakteri ini
memberikan kontribusi amat besar bagi produksi listrik. Kami juga menemukan bakteri lainnya
yang hidup dari unsur belerang. Banyak jenis bakteri yang kami temukan belum punya nama,
karena belum pernah dibiakkan di laboratorium. Saya perkirakan 99,9 persen mikro-organisme
yang ada di dunia belum punya nama. Bahwa mikro-organisme itu eksis kita hanya tahu dari
alam.

Karena itulah penelitian sifat dan dampak timbal balik berbagai jenis bakteri terus dilakukan
secara intensif. Dalam waktu dekat ini, tim peneliti dari Universitas Harvard itu akan melakukan
uji coba berbagai model sel pembangkit listrik mikroba di sejumlah negara berkembang.

Uji coba sel pembangkit listrik mikroba di negara-negara berkembang memang amat diperlukan.
Sebab, sasaran utama pengembangan sel pembangkit listrik mikroba itu adalah untuk memerangi
kelangkaan listrik di negara-negara berkembang. Peneliti mikro-biologi dari Universitas Harvard
Peter Girguis juga masih terus melakukan penelitian untuk menurunkan ongkos produksi serta
mengembangkan model yang lebih bersahabat dengan konsumen.

Alasannya, para konsumen di negara berkembang pun tentu tidak menghendaki harus mengorek-
orek sampah untuk dapat memiliki pembangkit listrik. Karena itu sekarang sedang
dikembangkan pembangkit listrik mikroba yang memanfaatkan instalasi pembuat kompos
bukannya sampah organik mentah sebagai bahan makanan mikrobanya. Kabel listriknya juga
dirancang dipasang di rumah, seperti lazimnya instalasi listrik biasa. Dengan itu para konsumen
menjadi lebih nyaman karena ketika mengisi baterai ponselnya tidak perlu bersentuhan dengan
reaktor sampah.(as)

Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakin
meningkat, menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi
harga minyak untuk mengurangi sudsidi yang harus ditanggung oleh APBN. Kelangkaan bahan
bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan ini, telah
mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi bersama-sama
(Kompas, 23 Juni 2005).

Kenaikan harga yang mencapai 58 dollar Amerika Serikat ini termasuk luar biasa sebab biasanya
terjadi saat musim dingin di negara-negara yang mempunyai empat musim di Eropa dan Amerika
Serikat. Masalah ini memang pelik sebagaimana dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dalam pertemuan dengan para gubernur di Pontianak, Kalimantan Barat, tanggal 22 Juni 2005,
dan mengajak masyarakat melakukan penghematan energi di seluruh Tanah Air.

Penghematan ini sebetulnya harus telah kita gerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar
yang berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui
(unrenewable), sedangkan permintaan naik terus, demikian pula harganya sehingga tidak ada
stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran. Salah satu jalan untuk menghemat bahan
bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable).
Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin, terutama di
pedesaan, sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah yang memang dirasakan terjangkau karena
disubsidi oleh pemerintah. Namun karena digunakan untuk industri atau usaha lainnya, kadang-
kadang terjadi kelangkaan persediaan minyak tanah di pasar. Selain itu mereka yang tinggal di
dekat kawasan hutan berusaha mencari kayu bakar, baik dari ranting-ranting kering dan tidak
jarang pula menebangi pohon-pohon di hutan yang terlarang untuk ditebangi, sehingga lambat
laun mengancam kelestarian alam di sekitar kawasan hutan. Sebetulnya sumber energi alternatif
cukup tersedia. Misalnya, energi matahari di musim kemarau atau musim kering, energi angin
dan air. Tenaga air memang paling banyak dimanfaatkan dalam bentuk pembangkit listrik tenaga
air (PLTA), namun bagi sumber energi lain belum kelihatan secara signifikan.

Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih
sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio
atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat
berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-
daunan sortiran sayur dan sebagainya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak.

Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan bahan organik
oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya
semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas. Meski demikian, hanya
bahan organik homogen berbentuk padat maupun cair seperti kotoran dan air kencing hewan
ternak seperti babi dan sapi yang cocok untuk sistem biogas sederhana.

India dan China adalah dua negara yang tidak mempunyai sumber energi minyak bumi sehingga
mereka sejak lama sangat giat mengembangkan sumber energi alternatif, di antaranya biogas. Di
Cina, India, dan beberapa negara lain, desa-desa memiliki fermentor biogas untuk menghasilkan
metana. Ke dalam fermentor tersebut, dimasukkan feses hewan, daun-daunan, kertas, dan lain-
lain yang akan diuraikan oleh bakteri dalam fermentor.

ALTERNATIF BAHAN BAKAR BIOGAS


Alternatif bahan bakar masa depan untuk menggantikan minyak selain gasohol adalah biogas.
Biogas dibuat melalui fase anaerob dalam fermentasi limbah kotoran organisme. Pada fase
anaerob akan dihasilkan gas metana (biogas) yang mudah terbakar dan digunakan untuk bahan
bakar. Biogas merupakan salah satu sumber energi alternatif yang berkembang pesat dalam
dasawarsa terakhir. Teknologi pembuatan biogas memanfaatkan kotoran organik, baik itu kotoran
hewan maupun sampah sayuran dan tumbuhan dengan memanfaatkan bakteri anaerobik yang
terdapat dalam kotoran tersebut untuk proses fermentasi yang menghasilkan semacam gas yang
mengandung.

Teknologi biogas sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru. Berbagai negara telah
mengaplikasikan teknologi ini sejak puluhan tahun yang lalu seperti petani di Inggris, Rusia dan
Amerika serikat. Sementara itu di Benua Asia, India merupakan negara pelopor dan pengguna
biogas sejak tahun 1900 semasa masih dijajah Inggris, negara tersebut mempunyai lembaga
khusus yang meneliti pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural Research
instutute dan Gobar Gas Research Station, Lembaga tersebut pada tahun 1980 sudah mampu
membangun instalasi biogas sebanyak 36.000 unit. Selain negara negara tersebut diatas, Taiwan,
Cina, Korea juga telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku pembuatan biogas.

Sampai tahun 1997 negara yang paling, maju dalam aplikasi teknologi ini adalah india,
keuntungan teknologi ini dibanding sumber energi alternatif yang lain adalah: Menghasilkan gas
yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari hari , kotoran yang telah digunakan untuk
menghasilkan gas dapat digunakan sebagal pupuk organik yang sangat baik. Dapat mengurangi
kadar bakteri patogen yang terdapat dalam kotoran yang dapat menyebabkan penyakit bila
kotoran hewan atau sampah tersebut ditimbun begitu saja, yang paling utama yaitu bisa
mengurangi permasalahan penanggulangan sampah atau kotoran hewan menjadi sesuatu yang
bermanfaat dan sudah saatnya pula kita berfikir dan berusaha mengembangkan kreatifitas untuk
mengembangkan energi alternatip dari kotoran ternak ini sebagai biogas, karena sudah banyak
hasil penelitian ilmiah yang berhasil. Kegiatan yang harus kita lakukan sekarang adalah
mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk kepentingan masyarakat.

Biogas dihasilkan apabila bahan bahan organik terdegradasi senyawa-senyawa pembentuknya


dalam keadaan tanpa oksigen atau biasa disebut kondisi anaerobik. Dekomposisi anaerobik ini
biasa terjadi secara alami di tanah yang basah, seperti dasar danau, dan di dalam tanah pada
kedalaman tertentu. Proses dekomposisi lini dilakukan oleh bakteri bakteri dan mikroorganisme
yang hidup di dalam tanah. Dekomposisi anaerobik dapat menghasilkan gas yang mengandung
sedikitnya 60% metan. Gas inilah yang biasa disebut dengan biogas dengan nilai heating value
sebesar 39 MJ/m3 kotoran. Biogas dapat dihasilkan dari dekomposisi sampah organik seperti
sampah pasar, daun daunan, dan kotoran hewan yang berasal dari sapi, babi, kambing, kuda, atau
yang lainnya, bahkan kotoran manusia sekalipun. Gas yang dihasilkan memiliki komposisi yang
berbeda tergantung dari jenis hewan yangmenghasilkannya.
Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana
dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan
dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar dari
gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas hydrogen sulfida (H2S). Proses fermentasi
memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC
dan pH optimum pada range 6,4 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri
anaerob seperti Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina
(Price and Paul, 1981).

Biogas yang dibuat dari kotoran ternak sapi mengandung gas CH4 sebesar 55 65 %, gas CO2
sebesar 30 35 % dan sedikit gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas gas lain. Panas yang
dihasilkan sebesar 600 BTU/cuft. Sedangkan, biogas yang dibuat dari gas alam mengandung gas
CH4 sebesar 80 % dengan panas sebesar 1000 BTU/cuft. Kandungan gas CH4 dari biogas dapat
ditingkatkan dengan memisahkan gas CO2 dan gas H2S yang bersifat korosif .

Reaksi pembentukan metana (Price and Paul, 1981) dari bahan bahan organik yang dapat
terdegradasi dengan bantuan enzim maupun bakteri dapat dilihat sebagai berikut:

Hasil penguraian senyawa organik yang dijadikan sumber energi adalah gas CH4 (metana);
disamping itu dihasilkan gas CO2. penguraian senyawa organik ini memanfaatkan 3 kelompok
mikroba sehingga menghasilkan gas metana:

BAKTERI DALAM MENGHASILKAN BIOGAS

1. Kelompok bakteri fermentatif, yaitu Streptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis


Enterobacteriaceae.
2. Kelompok bakteri asetogenik, yaitu Kethanobacillus dan Desulfovibrio.

3. c. Kelompok bakteri metana, yaitu Methanobacterium, Methanobacillus, dan


Methanococcus

Ketiga kelompok bakteri tersebut bekerja sama dalam pembentukan biogas, walaupun yang
mendominasi fermentasi metana adalah jenis Methanobacterium.

Gambar : Methanobacterium

Tahapan-tahapan yang dilalui pada Pembuatan Biogas oleh Bakteri:

Terdapat beberapa tahap yang harus dilalui dan memerlukan kerja sama dengan kelompok
bakteri yang lain. Berikut ini merupakan tahapan dalam proses pembentukan biogas :

1. Hidrolisis

Hidrolisis merupakan penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang menjadi
senyawa yang sederhana. Pada tahap ini, bahan-bahan organik seperti karbohidrat, lipid, dan
protein didegradasi menjadi senyawa dengan rantai pendek, seperti peptida, asam amino, dan
gula sederhana. Kelompok bakteri hidrolisa, seperti Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis
Enterobactericeae yang melakukan proses ini. Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti
selulosa, polisakarida dan lemak diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti karbohidrat
dan asam lemak. Tahap pelarutan berlangsung pada suhu 25o C di digester

Reaksi

Gambar : Steptococci

2. Asidogenesis

Asidogenesis adalah pembentukan asam dari senyawa sederhana. Bakteri asidogen,


Desulfovibrio, pada tahap ini memproses senyawa terlarut pada hidrolisis menjadi asam-asam
lemak rantai pendek yang umumnya asam asetat dan asam format. Pada tahap ini, bakteri asam
menghasilkan asam asetat dalam suasana anaerob. Tahap ini berlangsung pada suhu 25o C di
digester.

Reaksi:
Gambar : Desulfovibrio

3. Metanogenesis

Metanogenesis ialah proses pembentukan gas metan dengan bantuan bakteri pembentuk metan
seperti Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus. Tahap ini
mengubah asam-asam lemak rantai pendek menjadi H2, CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami
dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan
produk akhir, yaitu metan (CH4) dan karbondioksida (CO2). Pada tahap ini, bakteri metana
membentuk gas metana secara perlahan secara anaerob. Proses ini berlangsung selama 14 hari
dengan suhu 25o C di dalam digester. Pada proses ini akan dihasilkan 70% CH4, 30 % CO2,
sedikit H2 dan H2S .

Reaksi:

Biogas merupakan suatu gas methan yang terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik
(tanpa udara) oleh bakteri methan atau Methanobacterium disebut juga bakteri anaerobik

Gambar : Methanobacterium

dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik
(biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan
energi panas.
Gambar: Kompor gas dari pengolahan kotoran sapi

Gas methan terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri
methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah
yang banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang
apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses
ini terjadi secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan
sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat, (Kompas, 17 Maret 2005). Gas methan sama dengan gas elpiji (liquidified petroleum
gas/LPG), perbedaannya adalah gas methan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih
banyak.

Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang
dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini
dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam
Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan.
Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis
dari pembentukan methan.

Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman dan Perancis
melakukan riset pada masa antara dua Perang Dunia dan beberapa unit pembangkit biogas
dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan
benua Eropa yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk
menggerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya pada
tahun 1950-an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Namun, di negara-negara berkembang
kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Kegiatan produksi
biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun
pada tahun 1900. (FAO, The Development and Use of Biogas Technology in Rural Asia, 1981).

Gambar : pengaduk kotoran organisme

MEMBUAT INSTALASI BIOGAS SEDERHANA


Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas
metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak
digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan
secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg
dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m 2.
Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral,
bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.

Gambar: Unit pengolahan kotoran sapi menjadi biogas

Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat
langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga penampung
sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik
padat dan pupuk organik cair.

Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas dengan
langkah langkah sebagai berikut:

1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1
pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan
kedalam digester

2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian


pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara
yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur
kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.

3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen
segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5
5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang
terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk
gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH 4 54% dan CO2 27% maka
biogas akan menyala

5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor
gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi
biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan
biogas yang optimal

Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga
mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair
dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar
minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.

Dengan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang
menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara
sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan
menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji.

Proses pembentukan biogas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Temperatur/Suhu.

suhu udara maupun suhu di dalam tangki pencerna mempunyai andil besar di dalam
memproduksi biogas. Suhu udara secara tidak langsung mempengaruhi suhu di dalam tangki
pencerna, artinya penurunan suhu udara akan menurunkan suhu di dalam tangki pencerna.
Peranan suhu udara berhubungan dengan proses dekomposisi anaerobik (Yunus, 1991).

b. Ketersediaan Unsur Hara.

bakteri anaerobik membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen,
fosfor, magnesium, sodium, mangan, kalsium dan kobalt (Space and McCarthy didalam
Gunerson and Stuckey, 1986). Level nutrisi harus sekurangnya lebih dari konsentrasi optimum
yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik, karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan
menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi dengan bahan yang
sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa tanaman terkadang diberikan dengan
tujuan menambah pertumbuhan di dalam digester (Gunerson and Stuckey, 1986).

c. Derajat Keasaman (pH).

peranan pH berhubungan dengan media untuk aktivitas mikroorganisme. Bakteri-bakteri anaerob


membutuhkan pH optimal antara 6,2 7,6, tetapi yang baik adalah 6,6 7,5. Pada awalnya
media mempunyai pH 6 selanjutnya naik sampai 7,5. Tangki pencerna dapat dikatakan stabil
apabila larutannya mempunyai pH 7,5 8,5. Batas bawah pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut
larutan sudah toxic, maksudnya bakteri pembentuk biogas tidak aktif. Pengontrolan pH secara
alamiah dilakukan oleh ion NH4+ dan HCO3-. Ion-ion ini akan menentukan besarnya pH.

d. Rasio Carbon Nitrogen (C/N).

proses anaerobik akan optimal bila diberikan bahan makanan yang mengandung karbon dan
nitrogen secara bersamaan. CN ratio menunjukkan perbandingan jumlah dari kedua elemen
tersebut. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari jumlah nitrogen akan memiliki
C/N ratio 15 berbanding 1. C/N ratio dengan nilai 30 (C/N = 30/1 atau karbon 30 kali dari
jumlah nitrogen) akan menciptakan proses pencernaan pada tingkat yang optimum, bila kondisi
yang lain juga mendukung. Bila terlalu banyak karbon, nitrogen akan habis terlebih dahulu. Hal
ini akan menyebabkan proses berjalan dengan lambat. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio
rendah; misalnya 30/15), maka karbon habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti.

e. Kandungan Padatan dan Pencampuran Substrat,

walaupun tidak ada informasi yang pasti, mobilitas bakteri metanogen di dalam bahan secara
berangsur angsur dihalangi oleh peningkatan kandungan padatan yang berakibat terhambatnya
pembentukan biogas. Selain itu yang terpenting untuk proses fermentasi yang baik diperlukan
pencampuran bahan yang baik akan menjamin proses fermentasi yang stabil di dalam pencerna.
Hal yang paling penting dalam pencampuran bahan adalah menghilangkan unsur unsur hasil
metabolisme berupa gas (metabolites) yang dihasilkan oleh bakteri metanogen, mencampurkan
bahan segar dengan populasi bakteri agar proses fermentasi merata, menyeragamkan temperatur
di seluruh bagian pencerna, menyeragamkan kerapatan sebaran populasi bakteri, dan mencegah
ruang kosong pada campuran bahan.

Alat pembangkit biogas

Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester, yaitu tipe terapung (floating type) dan tipe
kubah tetap (fixed dome type). Tipe terapung dikembangkan di India yang terdiri atas sumur
pencerna dan di atasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk
menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur dibangun dengan menggunakan bahan-
bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen.
Karena dikembangkan di India, maka digester ini disebut juga tipe India. Pada tahun 1978/79 di
India terdapat l.k. 80.000 unit dan selama kurun waktu 1980-85 ditargetkan pembangunan
sampai 400.000 unit alat ini.

Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat
bangunan dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan
berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola). Tipe ini dikembangkan di China sehingga
disebut juga tipe kubah atau tipe China . Tahun 1980 sebanyak tujuh juta unit alat ini telah
dibangun di China dan penggunaannya meliputi untuk menggerakkan alat-alat pertanian dan
untuk generator tenaga listrik. Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk rumah tangga dengan
volume 6-10 meter kubik dan tipe besar 60-180 meter kubik untuk kelompok.

India dan China adalah dua negara yang tidak mempunyai sumber energi minyak bumi sehingga
mereka sejak lama sangat giat mengembangkan sumber energi alternatif, di antaranya biogas. Di
dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan
biogas methan. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke
kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan lain-
lain. Biogas dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian besar terdiri atas kotoran
ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya, dengan
air yang cukup banyak.

Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai satu bulan sebelum
dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari dan sesekali diaduk,
sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang
telah dicerna oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur,
mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana
halnya kompos sehingga dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan
disimpan atau diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan
ke dalam karung.

Untuk permulaan memang diperlukan biaya untuk membangun pembangkit (digester) biogas
yang relatif besar bagi penduduk pedesaan. Namun sekali berdiri, alat tersebut dapat
dipergunakan dan menghasilkan biogas selama bertahun-tahun. Untuk ukuran 8 meter kubik tipe
kubah alat ini, cocok bagi petani yang memiliki 3 ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100 ekor
ayam di samping juga mempunyai sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai
pelengkap biomassa. Setiap unit yang diisi sebanyak 80 kilogram kotoran sapi yang dicampur 80
liter air dan potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1 meter kubik biogas yang dapat
dipergunakan untuk memasak dan penerangan. Biogas cocok dikembangkan di daerah-daerah
yang memiliki biomassa berlimpah, terutama di sentra-sentra produksi padi dan ternak di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan lain-lain.

Pembangkit biogas juga cocok dibangun untuk peternakan sapi perah atau peternakan ayam
dengan mendesain pengaliran tinja ternak ke dalam digester. Kompleks perumahan juga dapat
dirancang untuk menyalurkan tinja ke tempat pengolahan biogas bersama. Negara-negara maju
banyak yang menerapkan sistem ini sebagai bagian usaha untuk daur ulang dan mengurangi
polusi dan biaya pengelolaan limbah. Jadi dapat disimpulkan bahwa biogas mempunyai berbagai
manfaat, yaitu menghasilkan gas, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan
meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang bermutu.

Manfaat pembuatan biogas dari kotoran ternak antara lain :


1. Gas yang dihasilkan dapat mengganti fuel seperti LPG atau natural gas. Pupuk sapi yang
dihasilkan dari satu sapi dalam satu tahun dapat dikonversi menjadi gas metana yang setara
dengan lebih dari 200 liter gasoline.

2. Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk sumber energi menyalakan lampu, dimana 1 m3
biogas dapat digunakan untuk menyalakan lampu 60 Watt selama 7 jam. Hal ini berarti bahwa
1m3 biogas menghasilkan energi = 60 W x 7 jam = 420 Wh = 0,42 kWh.

3. Limbah digester biogas, baik yang padat maupun cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik.

KAJIAN RELIGI

Di dalam Al-Quran secara tersirat Allah SWT telah menyiratkan akan pentingnya pengaruh
lingkungan bagi kehidupan makhluk hidup yang ia ciptakan termasuk mikroorganisme yang juga
merupakan salah satu contoh makhluk hidup ciptaan Allah SWT, hal ini tersirat dalam beberapa
ayat di dalam Al-Quran diantaranya dalam:

Q.S AL BAQARAH 164.

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya
dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT telah menciptakan berbagai makhluk hidup
yang beraneka ragam dari benda yang bisa dilihat oleh mata secara langsung ataupun benda
benda kecil seperti halnya mikroorganisme. Salah satu contoh mikroorganisme yaitu kelompok
mikroorganisme yang dimanfaatkan untuk merubah sesuatu yang tidak bermanfaat menjadi
bermanfaat. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah yang begitu besar untuk menciptakan segala
sesuatu yang dikehendakinya. Semua yang telah diciptakan-nya tiada yang sia-sia karena semua
ada manfaatnya tergantung manusia bagaimana mengolahnya. Namun, sejauh ini manusia telah
menerapkan ilmu pengetahuan untuk memanfaatkan apa yang telah Allah berikan untuk
memenuhi dan memperbaiki kebutuhan hidup. Zaman sekarang telah banyak inofasi baru yang
dapat menguntungkan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa semua makhluk yang diciptakan-
nya tiada yang sia-sia, sebagaimana contoh pengolahan fermentasi kotoran organisme oleh
bakteri yang dapat menghasilkan bahan bakar alternatif atau biogas.

Q.S ASY SYUURA 29





Artinya : Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa
mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.

Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT telah menciptakan langit dan bumi dan ia
juga telah menciptakan segala sesuatu yang ada pada langit dan bumi. Dan ia dapat menjadikan
apa yang dikehendakinya termasuk bakteri sebagai contoh yang dapat melakukan fermentasi
terhadap kotoran organisme yang sangat bermanfaat sebagai pembaruan teknologi penghasil
bahan bakar.

SURAT AZ-ZUMAR AYAT 21

artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari
langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan
air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal..

Dari SURAT AZ-ZUMAR AYAT 21 kita dapat mengetahui bahwa Allah SWT telah menciptakan
sesuatu yang ia inginkan dan apapun yang ia kehendaki atas makhluk makhluk yang ia
ciptakan ia dapat menjadikannya bermakna dari masing masing penciptaannya. Begitu juga
dalam proses fermentasi ini terjadilah makhluk kikroorganisme atau bakteri yang tidak kasat
mata mampu mengubah hal yang tak bermanfaat menjadi bermanfaat.

KESIMPULAN

Pada proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana
dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan
dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar dari
gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas hydrogen sulfida (H2S). Proses fermentasi
memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC
dan pH optimum pada range 6,4 7,9.

Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob seperti Methanobacterium,
Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina. Terdapat beberapa tahap yang harus
dilalui dan memerlukan kerja sama dengan kelompok bakteri yang lain. Tahapan dalam proses
pembentukan biogas : Hidrolisis, Asidogenesis, dan Metanogenesis.
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga
mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair
dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar
minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.

Vous aimerez peut-être aussi