Vous êtes sur la page 1sur 44

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas Kristalografi Mineral dengan judul Sistem Kristal. Disamping itu, penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terselesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat penulis perbaiki. Karena kami sadar, makalah
yang penulis buat ini masih banyak terdapat kekurangan.

Kendari, 30 Maret 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Sistem Kristal......................................................................................................3

2.2 Klasifikasi Sistem Kristal ...................................................................................4

BAB III PENUTUP................................................................................................26

3.1 Kesimpulan........................................................................................................41

3.2 Saran...................................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kristalografi mineral merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang


Kristal dan mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu
kristalografi. Bidang ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara
mendalam pokok bahasan yang dikaji meliputi sifat-sifat geometri Kristal serta fisis
Kristal. kristalografi sendiri diartikan sebagai satu cabang ilmu yang mempelajari
tentang sifat-sifat di dalam geometri Kristal terutama berkaitan dengan
perkembangan, pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis
lainnya. sedangkan mineral merupakan padatan senyawa kimia homogeny, non-
organik, yang memiliki bentuk teratur dan terbentuk secara alami. Mempelajari
kristalografi mineral berarti akan mmbahas tentang bagaimana serta dimana Kristal
diartikan bidang homogeny yang memiliki bidang polyhedral tertentu dan membahas
benda padat homogeny yang ada di alam dengan komposisi kimia tertentu,
mempunyai atom yang teratur dan biasanya terbentuk secara alami. Proses
terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses geologi,yaitu
endogenik, eksogenik dan tektonik. Endogenik merupakan proses kristal yang
dibentuk pengkristalan magma. Eksogenik merupakan proses pengkristalan
yang dipengaruhi oleh gaya-gaya dari luar.Tektonik lempeng, dimana proses ini
adalah dasar dari penyatuan jalur magnetik dengan sumbu zona pelapukan.
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu
diadakan pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada
perbangdingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan
sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal,
Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan Triklin. Dari tujuh sistem kristal dapat

1
dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada
jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Untuk mempelajari sistem
kristal yang lebih mendalam maka makalah ini ini di buat untuk mengenal lebih jauh
atau memperdalam ilmu pengetahuan tentang kritalografi.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :


1. Apa yang dimaksud sistem Kristal
2. Jelaskan macam-macam sistem kristal

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu :


1. Mengetahui tentang yang dimaksud sistem Kristal
2. Mengetahui macam-macam sistem Kristal

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Kristal

2
Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya
serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya
memenuhi hukum geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu
dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang
jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan
kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu.
Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang
muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang
muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-
sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus
yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai
satuan panjang yang disebut sebagai parameter. Sistem Kristal adalah cara untuk
mengklasifikasikan bentuk kristal berdasarkan geometri sel unit yaitu berdasarkan
letak atom dalam sumbu x,y,z. geometri sel unit didefinisikan sebagai analisis
terhadap enam parameter yaitu panjang tepi a,b,c dan tiga sudut interaksi , , .

2.2 Klasifikasi Sistem Kristal

Mineral yang terdapat dialam memiliki beragam ciri dan karakteristik,


perbedaan ini dapattampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun, bentuk
dari Kristal-kristal mineralkadang memperlihatkan kesamaan pada berbagai mineral,
sehingga muncul klasifikasi umum dari system Kristal, yang saat ini mempunyai 7
sistem utama, dan tiap system dibagi lagimenjadi beberapa kelas.Pembagian sistem
ini didasarkan kepada pembagian dari ruang kosong yang berdasarkansimetri dari
struktur dalam bentuk tiga dimensi dengan simetri translasi di tiga arah,
mempunyaimempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap kelas.

1. Sistem Isometrik

3
Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga
dimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang
dan sama sudut potong satu sama lain, sistem ini berbeda dengan sistem lain dari
berbagai sudut pandang. Sistem ini tidak berpolar seperti yang lain, yang
membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti berukuran sama, terlihat
pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-
masing sumbunya.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio


(perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan
sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki sudut kristalografi = =
= 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak
lurus satu sama lain (90).

Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : a3 = 1 : 3 : 3.


Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu a3 juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 =
90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan a2 = 30o. Hal
ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30 terhadap sumbu a2.

Sistem Isometrik dibagi menjadi 5 Kelas, yaitu :

4
a. Hexoctahedral

Kelas : Ke-32
Simetri : 4/m 3bar 2/m
Elemen simetri : 4 sumbu putar tiga, dan 3 sumbu putar dua, dengan
Sembilan bidang utama dan satu pusat.
Garis Sumbu Simetri : 3 garis yang sama disimbolkan dengan a1, a1, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Kubik, bidang delapan, bidang duabelas, dan
trapezium. Kadang-kadang trisoktahedron, tetraheksahedron, dan
heksotahedron.
Mineral yang Umum : flurit, galena, intan, besi, tembaga, timah, paltina,
perak, emas, halit, bromargyrit, kllorarfirit, murdosit, piroklor, kelompok
garnet, sebagianbesarkelompok Spinel, Uraninit dan lain-lain.
b. Hextetrahedral

5
Kelas : Ke-31
Simetri : 4bar 3/m
Elemen simetri : 4 sumbu putar tiga, dan 3 sumbu putar empat, dengan
6 kaca.
Garis Sumbu Simetri : 3 garis yang sama panjang disebut a1, a1, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Empatsisi, tristetrahedron, deltoidal dodecahedron, dan
hekstetrahedron serta yang jarang kubik, rhombik dodecahedron dan
tetraheksahedron.
Mineral yang Umum : Sodalit, Sphalerit, Domeykit, Hauyne, Lazurit,
Rhodizit, dan lain-lain.

c. Giroid

6
Kelas : Ke-30
Simetri :432
Elemen simetri : 3 sumbu putar empat, dan 4 sumbu putar tiga, dan 6
sumbu putar dua.
Garis Sumbu Simetri : 3 garis yang sama disimbolkan dengan a1, a1, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Kubik, octahedron, dodecahedron, dan trapezohedron,
serta yang jarang trisoctahedron dan tetraheksahedron
Mineral yang Umum : Cuprit, Voltait, dan Sal Amoniak

d. Diploidal

7
Kelas : Ke-29
Simetri : 2/m 3bar
Elemen simetri : 4 sumbu putar tiga, dan 3 sumbu putar dua, dengan 3
bidang kaca dan satu pusat.
Garis Sumbu Simetri : 3 garis yang sama disimbolkan dengan a1, a1, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Diploid dan pyritohedron dan juga kubik, octahedron,
rhombik dodecahedron, trapezohedron dan yang jarang trisoctahedron
Mineral yang Umum : Pyrite, Kobaltit, Kliffordit, Haurit, Penrosit, Tychit,
Laurit, dan lain-lain.

e. Tetratoidal

8
Kelas : Ke-28, Simetri
Simetri :23
Elemen simetri : 4 sumbu putar tiga dan 3 sumbu putar dua.
Garis Sumbu Simetri : 3 garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan a3
Sudut : Ketiga-tiganya 90o
Bentuk Umum : Tetartoidal yang unik, serta pyritohedron, kubik, deltoidal
dodecahedron, pentagonal dodecahedron, rhombik dodecahedron, dan
tetrahedron.
Mineral yang Umum : Changcengit, Korderoit, Gersdorffit, Langbeinit,
Maghemit, Micherenit, Pharmacosiderit, Ullmanit, dan lain-lain.

2. Sistem Tetragonal

Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini
mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan
a2 mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih
panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada kondisi
sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a1 = a2 c , yang
artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama dengan sumbu c,
dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini,
semua sudut kristalografinya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).

9
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o,
sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan a2 = 30o. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30 terhadap sumbu a2.
Perhatikan gambar sistem kristal Tetragonal dibawah ini :

Kristal ini memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horisontal yang bersudut
90 derajat dan satu sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan dua lainnya)
tegak lurus terhadap bidang antara dua sumbu yang sama tadi. Dengan kata lain,
semua sumbu membentuk sudut siku-siku atau 90o terhadap satu sama lain, dan dua
sumbu adalah sama panjang. Kalkopirit (atau tembaga-besi sulfida) adalah contoh
dari sitem kristal Tetragonal, contoh lain dari sistem kristal Tetragonal adalah
seperti; Anatase, Zircon, Leucite, Rutile, Cristobalite, Wulfenite, Scapolite,
Cassiterite, Stannite, Cahnite, dan lain-lain.

Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas yaitu :

a. Ditetragonal Dipyramidal

10
Kelas : Ke-27
Simetri : 4/m 2/m 2/m
Elemen simetri : 1 bidang putar empat, sumbu putar dua, dan 5 sumbu
simetri.
Garis Sumbu Simetri : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu c bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Ditetragonal dipiramid, tetragonal dipiramid,
ditetragonal prism, tetragonal prism, dan basal pinakoid
Mineral yang Umum : Apophylit, Autunit, Meta-Autunit, Torbernit, Meta-
Torbernit, Xenotime, Carletonit, Plattnerit, Zircon, Hausmannit, Pyrolusit,
Thorite, Anatase, Rilit, Casiterit dan lain-lain.

b. Tetragonal Trapezohedral

11
Kelas : Ke-26
Simetri : 4/m 2/m 2/m
Elemen simetri : 1 bidang putar empat, 2 sumbu putar dua, semuanya
berpotongn tegak lurus ke sumbu putar lain.
Garis Sumbu Simetri : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu c bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Tetragonal trapezohedron, ditetragonal prism, tetragonal
prism, tetragonal dipyramid, dan basal pinakoid.
Mineral yang Umum : Wardit dan Kristobalit.

c. Ditetragonal Pyramidal

12
Kelas : Ke-25
Simetri : 4/m
Elemen simetri : 1 bidang putar empat, 4 bidang simetri
Garis Sumbu Simetri : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu c bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Ditetragonal pyramid, ditetragonal prism, tetragonal
prism, tetragonal pyramid, dan pedion
Mineral yang Umum : diaboleit, diomignit, fresnoit, ematophanit, dan
routhierit.

d. Tetragonal Scalahedral

13
Kelas : Ke-24
Simetri : 4/m 2/m
Elemen simetri : 1 bidang putar empat, 2 sumbu putar dua, dan 4
bidang simetri
Garis Sumbu Simetri : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu c bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Tetragonal scalahedron, disphenoid, ditetragonal
prism, tetragonal prism, tetragonal dipyramid, dan pinakoid
Mineral yang Umum : kalkopirit dan stannit termasuk akermanit, hardistonit,
melilit, urea, luzonit, pirquitasit, dan tetranatrolit.

e. Tetragonal Dipyramidal

14
Kelas : Ke-23
Simetri : 4/m
Elemen simetri : 1 bidang putar empat dan 1 bidang simetri
Garis Sumbu Simetri : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu c bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Tetragonal dipiramid, tetragonal prism, dan pinakoid
Mineral yang Umum : Scapolit, Wulfenite, Vesuvianit, Powellit, Narsarsukit,
Meta-Zeunerit, Leucit, Fergusonit, dan Scheelit.

f. Tetragonal Disphenoidal

Kelas : Ke-22
Simetri : 4bar
Elemen simetri : 1 sumbu putar empat
Garis Sumbu Simetri : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu c bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o

15
Bentuk Umum : Tetragonal disphenoidal, tetragonal prism, dan
pinakoid
Mineral yang Umum : Cahnit, Minium, Nagyagit, Tugtupit, dan beberapa
yang jarang seperti Krookesit, Meliphanit, Schreibersit, dan Vincentit.

g. Tetragonal Pyramidal

Kelas : Ke-21
Simetri :4
Elemen simetri : 1 sumbu putar empat
Garis Sumbu Simetri : Dua sumbu a1 dan a1 keduanya sama, dengan satu
sumbu c bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya
Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
Bentuk Umum : Tetragonal piramid, tetragonal prism, dan pedion.
Mineral yang Umum : Wulfenit (diragukan), Pinnoit, Piypit dan Richelit.

3. Sistem Hexagonal

16
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40
terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 7:


a. Dihexagonal Dipyramidal

17
Kelas : Ke-20
Simetri : 6/m 2/m 2/m
Elemen simetri : 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang
simetri masing-masing berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu
rotasi dan satu pusat.
Garis Sumbu Simetri : Tiga sumbu dalam satu bidang, disebut a1, a2, dan a3
sama panjang satu sama lain, sumbu a bisa lebih panjang atau pendek dari
sumbu c.
Sudut : Semua sudut antar sumbu positif a sebesar 120o. Sudut
antara semua sumbu a dan sumbu c sebesar 90o.
Bentuk Umum : diheksagonal piramida, heksagonal dipiramid,
diheksagonal prisma, heksagonal prisma dan dasar pinakoid.
Mineral yang Umum : beryl, molibdenit, pyrhotit, nikelin, grafit kakohenit,
seng, fluoserit dan lain-lain.

b. Hexagonal Trapezohedral

18
Kelas : Ke-19
Simetri :622
Elemen simetri : 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua
Garis Sumbu Simetri : tiga sumbu dalam satu bidang, disebut a1, a2, dan a3
sama panjang satu sama lain, sumbu a bisa lebih panjang atau pendek dari
sumbu c.
Sudut : Semua sudut antar sumbu positif a sebesar 120o. Sudut
antara semua sumbu a dan sumbu c sebesar 90o.
Bentuk Umum : heksagonal trapesohedron, heksagonal dipiramid,
diheksagonal prism, heksagonal prism, dan pinakoid.
Mineral yang Umum : rhapdopane, quetzalcoatlit, quintinit-2H, dan beta-
kuarsa.

c. Dihexagonal Pyramidal

19
Kelas : Ke-18
Simetri :6mm
Elemen simetri : 1 sumbu putar enam, 6 bidang simetri
Sumbu : tiga sumbu dalam satu bidang, disebut a1, a2, dan a3 sama
panjang satu sama lain, sumbu a bisa lebih panjang atau pendek dari sumbu c.
Sudut : Semua sudut antar sumbu positif a sebesar 120o. Sudut
antara semua sumbu a dan sumbu c sebesar 90o.
Bentuk Umum : diheksagonal piramida, heksagonal pyramid,
diheksagonal prism, heksagonal prism dan pedion.
Mineral yang Umum : zincit, moissanit, taafeit, greenockit, dan wurtzit.

d. Ditrigonal Dipyramidal

20
Kelas : Ke-17
Simetri : 6bar 2/m
Elemen simetri : 1 sumbu putar enam, 3 sumbu putar dua, dan 4 bidang
simetri.
Garis Sumbu Simetri : tiga sumbu dalam satu bidang, disebut a1, a2, dan a3
sama panjang satu sama lain, sumbu a bisa lebih panjang atau pendek dari
sumbu c.
Sudut : Semua sudut antar sumbu positif a sebesar 120o. Sudut
antara semua sumbu a dan sumbu c sebesar 90o.
Bentuk Umum : diheksagonal piramida, heksagonal pyramid, diheksagonal
prism, heksagonal prism dan pedion.
Mineral yang Umum : benitoit, belkovit, konnelit, baringerit, basnasit,
hidroksil basnasit, ofretit dan lain-lain.

e. Hexagonal Dipyramidal

21
Kelas : Ke-16
Simetri : 6/m
Elemen simetri : 1 sumbu putar enam dan 1 bidang simetri.
Garis Sumbu Simetri : tiga sumbu dalam satu bidang, disebut a1, a2, dan a3
sama panjang satu sama lain, sumbu a bisa lebih panjang atau pendek dari
sumbu c.
Sudut : Semua sudut antar sumbu positif a sebesar 120o. Sudut
antara semua sumbu a dan sumbu c sebesar 90o.
Bentuk Umum : heksagonal dipyramid, heksagonal prism, dan basal
pinakoid.
Mineral yang Umum : agardit, hangsit, hedyphane, mixit thaumasit, dan
kelompok apatit (apatit, mimetit, vanadinit, dan pyromorpit).

f. Trigonal Dipyramidal

22
Kelas : Ke-15
Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)
Elemen simetri : 1 sumbu putar enam dan 1 bidang simetri.
Garis Sumbu Simetri : tiga sumbu dalam satu bidang, disebut a1, a2, dan a3
sama panjang satu sama lain, sumbu a bisa lebih panjang atau pendek dari
sumbu c.
Sudut : Semua sudut antar sumbu positif a sebesar 120o. Sudut
antara semua sumbu a dan sumbu c sebesar 90o.
Bentuk Umum : trigonal dipiramid, trigonal prism, dan basal pinakoid.
Mineral yang Umum: hanya mineral-mineral jarang laurelit, liotit, dan
reederit-(Y).

g. Hexagonal Pyramidal

23
Kelas : Ke-14
Simetri :6
Elemen simetri : 1 sumbu putar enam
Garis Sumbu Simetri : tiga sumbu dalam satu bidang, disebut a1, a2, dan a3
sama panjang satu sama lain, sumbu a bisa lebih panjang atau pendek dari
sumbu c.
Sudut : Semua sudut antar sumbu positif a sebesar 120o. Sudut
antara semua sumbu a dan sumbu c sebesar 90o.
Bentuk Umum : hexagonal pyramid, heksagonal prism, dan pedion.
Mineral yang Umum : nephelin, kankrinit, erionit, berthierit, dan gyrolit.

4. Sistem Trigonal

Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli
memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah
terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan
menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi
sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120.

24
Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut
120 terhadap sumbu .

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40
terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:


a. Hexagonal Scalenohedral

25
Kelas : Ke-13
Simetri : 3bar 2/m
Elemen simetri : 1 bidang putar tiga, dan 3 sumbu putar dua, dan 3
bidang simetri.
Garis Sumbu Simetri : 3 sumbu, semua dalam satu bidang disebut a1, a2, dan
a3 sama satu lain, tapi sumbu-sumbu tersebut dapat lebih pendek atau lebih
panjang dari sumbu c.
Sudut : semua sudut antara dasar sumbu a= 120o. Sudut
antatra sumbu a dan sumbu c= 90o
Bentuk Umum : scalenohedron, rhombohedron, diheksagonal prism,
hexagonal prism, hexagonal dipiramid, dan basal pinakoid
Mineral yang Umum : anggota kelompok kalsit, termasuk korondum,
hematit, bismuth, antimon, sturmanit, brusit, arsenic, soda niter, chabazit, dan
millerit.

b. Trigonal Trapezohedral

26
Kelas : Ke-12
Simetri :32
Elemen simetri : 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar tiga
Garis Sumbu Simetri : 3 sumbu, semua dalam bidang disebut a1, a1, dan a3
satu sama lain, sumbu-sumbu tersebut dapat lebih pendek atau lebih panjang
dari sumbu c.
Sudut : Semua sudut antara dasar sumbu a = 120o. Sudut
antara sumbu a dan sumbu c = 90o
Bentuk Umum : trigonal trapezohedron, rhombohedron, trigonal prism,
ditrigonal prism, trigonal dipiramid, dan basal pinakoid
Mineral yang Umum : kuarsa, tellurium berlinit, dan cinnabar

c. Ditrigonal Pyramidal

27
Kelas : Ke-11
Simetri : 3m
Elemen simetri : 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri
Garis Sumbu Simetri : 3 sumbu, semua dalam bidang disebut a1, a1, dan a3
satu sama lain, tapi sumbu-sumbu tersebut dapat lebih pendek atau lebih
panjang dari sumbu c.
Sudut : Semua sudut antara dasar sumbu a = 120o. Sudut
antara sumbu a dan sumbu c = 90o
Bentuk Umum : ditrigonal pyramid, heksagonal prism, heksagonal pyramid,
trigonal prism, ditrigonal prism, dan pedion.
Mineral yang Umum : anggota kelompok tourmalin, termasuk didalamnya
pyrargyrit, jarosit, natrojarosit, alunit, dan proustit.

d. Rhombohedral

28
Kelas : Ke-10
Simetri : 3bar
Elemen simetri : 1 sumbu putar tiga dan sebuah pusat
Garis Sumbu Simetri : 3 sumbu, semua dalam bidang disebut a1, a1, dan a3
satu sama lain, tapi sumbu-sumbu tersebut dapat lebih pendek atau lebih
panjang dari sumbu c.
Sudut : Semua sudut antara dasar sumbu a = 120o. Sudut
antara sumbu a dan sumbu c = 90o
Bentuk Umum : rhombohedron, heksagonal prism, dan basal pinakoid.
Mineral yang Umum : anggota kelompok dolomit, termasuk ankerit, ilmenit,
dioptase, willemit, dan phenakit.

e. Trigonal Pyramidal

29
Kelas : Ke-9
Simetri :3
Elemen simetri : 1 sumbu putar tiga
Garis Sumbu Simetri : 3 sumbu, semua dalam bidang disebut a1, a1, dan a3
satu sama lain, tapi sumbu-sumbu tersebut dapat lebih pendek atau lebih
panjang dari sumbu c.
Sudut : Semua sudut antara dasar sumbu a = 120o. Sudut
antara sumbu a dan sumbu c = 90o
Bentuk Umum : trigonal pyramid, trigonal prism, dan pedion
Mineral yang Umum : gratonit hanya satu-satunya yang dikenal dalam kelas
ini.

5. Sistem Orthorhombik

30
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain.
Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini,
ketiga sudutnya saling tegak lurus (90).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:


a. Orthorombik Dipiramidal

31
Kelas : ke-8
Simetri : 2/m 2/m 2/m
Elemen Simetri : ada 3 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri
yang berpotongan tegak lurus dengan ketiga sumbu dan sebuah pusat.
Sumbu : semuanya tidak sama panjang
Sudut : sudut antara ketiganya 90o
Bentuk Umum : orthorombik dipiramid, prisma, dan pinakoid silang.
Mineral yang Umum : kelompok barit, termasuk belerang, olivine, staurolit,
andalusit, kelompaok aragonite, marcasit, topas, brookit, enstatit, anthrophilit,
sillimanit, zoisit, adamit, danburit, kordierit, wavilit, dan lain-lain

b. Orthorombik Disphenoidal

32
Kelas : ke-7
Simetri :222
Elemen Simetri : ada 3 sumbu putar.
Sumbu : semuanya tidak sama panjang.
Sudut : sudut antara ketiganya = 90o.
Bentuk Umum : orthorombik disphenoid, orthorombik prisma, dan
pinakoid silang.
Mineral yang Umum : epsomit

c. Orthorombik Piramidal

33
Kelas : ke-6
Simetri :2mm
Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar dua dan 2 bidang.
Sumbu : semuanya tidak sama panjang.
Sudut : sudut antara ketiganya = 90o
Bentuk Umum : piramid, prisma, kubah, dan pedion.
Mineral yang Umum : hemimorfit, bertrandit, enargit, natrolit, dan prehnit.

6. Sistem Kristal Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek. Sistem monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a b c dan memiliki sudut kristalografi = = 90 y. Hal ini berarti, pada ancer
ini sudut dan saling tegak lurus (90) sedangkan y tidak tegak lurus (miring).

34
abc
a : b : c = sembarang
sudut antara b dan c = 90
sudut antara a dan b = 90
sudut antara a dan c 90
sudut antara a dan b = 45

Pada penggambaran dengan proyeksi orthogonal, system Kristal monoklin


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang
akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada system ini. Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 45 terhadap sumbu b.

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas :

a. Prismatic

35
Kelas : ke-5
Simetri : 2/m
Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang
berpotongan tegak lurus
Sumbu : tidak ada yang sama panjang,
Sudut : a dan b = 90o, tapi a dan c tidak saling tegak lurus.
Bentuk Umum : monoklin prisma dan pinakoid.
Mineral yang Umum : akanthit, aktinolit, aegirin, azurite, allamit, annabergit,
arsenopyrit, biotit, dan lain-lain.

b. Sphenoidal

36
Kelas : ke-4
Simetri :2
Elemen Simetri : 1 sumbu putar
Sumbu : tidak ada yang sama panjang,
Sudut : a dan b = 90o, tapi a dan c tidak saling tegak
lurus.
Bentuk Umum : sphenoid, pedion, dan pinakoid.
Mineral yang Umum : boltwoodit, halotrichit, franklinfurnaceit, goosekrecit,
mesolit, rinkit, wollastonit-2M dan lain-lain.

c. Domatik

37
Kelas : ke-3
Simetri :m
Elemen Simetri : 1 bidang simetri
Sumbu : tidak ada yang sama panjang,
Sudut : a dan b = 90o, tapi a dan c tidak saling tegak
lurus.
Bentuk Umum : kubah, pedion, dan pinakoid
Mineral yang Umum : alamosit, antigorit (serpentin), klinohedrit, natron,
neptunit, skolosit, dan lain-lain.

7. Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan

38
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang
akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^b = 45o ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45 terhadap sumbu b dan b membentuk sudut 80 terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:


a. Pinakoid

Kelas : ke-2
Simetri : 1bar
Elemen Simetri : hanya sebuah pusat
Sumbu : tiga sumbu tak sama panjang
Sudut : tidak ada yang tegak lurus
Bentuk Umum : pinakoid

39
Mineral yang Umum : albit, ambligonit, anapait, andesine, babingtonit,
bustamit, colinsit, inesit, jamesit, labradorit, rhodonit, dan lain-lain.

b. Pedial

Kelas : ke-1
Simetri :1
Elemen Simetri : hanya sebuah pusat
Sumbu : tiga sumbu tak sama panjang
Sudut : tidak ada yang tegak lurus
Bentuk Umum : pedion
Mineral yang Umum : axinit, amesit, tundrit, kaolinit, epistolit, dan lain-lain.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:

40
1. Sistem Kristal adalah cara untuk mengklasifikasikan bentuk kristal berdasarkan
geometri sel unit yaitu berdasarkan letak atom dalam sumbu x,y,z. geometri sel
unit didefinisikan sebagai analisis terhadap enam parameter yaitu panjang tepi
a,b,c dan tiga sudut interaksi , , .

2. Mineral yang terdapat dialam memiliki beragam ciri dan karakteristik, perbedaan
ini dapattampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun, bentuk dari
Kristal-kristal mineralkadang memperlihatkan kesamaan pada berbagai mineral,
sehingga muncul klasifikasi umum dari system Kristal, yang saat ini mempunyai
7 sistem utama, dan tiap system dibagi lagimenjadi beberapa kelas. Bentuk kristal
dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri)
dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal,
Orthorhombik, Monoklin dan Triklin. Dari tujuh sistem kristal dapat
dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada
jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik terdiri
dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik
memiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya
Monoklin mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas.

3.2 Saran

Makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Debora, Tresia. 2013. http://deboratresiasinaga.blogspot.co.id/2012/10/sistem-


kristal-tetragonal.html diakses pada 29 Maret 2017
Debora, Tresia. 2013. http://deboratresiasinaga.blogspot.co.id/2012/10/sistem-
kristal-triklin.html diakses pada 29 Maret 2017

41
Debora, Tresia. 2013. http://deboratresiasinaga.blogspot.co.id/2012/10/sistem-
kristal-trigonal.html diakses pada 29 Maret 2017
Debora, Tresia. 2013. http://deboratresiasinaga.blogspot.co.id/2012/10/sistem-
kristal-hexagonal.html diakses pada 29 Maret 2017
Debora, Tresia. 2013. http://deboratresiasinaga.blogspot.co.id/2012/10/sistem-
kristal-orthrombik.html diakses pada 29 Maret 2017
Debora, Tresia. 2013. http://deboratresiasinaga.blogspot.co.id/2012/10/sistem-
kristal-monoklin.html diakses pada 29 Maret 2017
Saepullah, Ahmad. 2011.
http://medlinkup.workpress.com/2011/02/26/sistem.blogspot.co.id/2012/10/si
stem-kristal/html/ diakses pada 29 Maret 2017.

42

Vous aimerez peut-être aussi