Vous êtes sur la page 1sur 30

ASKEP FRAKTUR FEMUR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi modern ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang banyak
mengakibatkan teruma atau cedera (Fraktur).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan cedera
jaringan lunak, kerusakan otot repture tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka organ-organ
tubuh. Biasanya terjadi karena disebabkan oleh pukulan langsung gaya majemuk, gerakan
memutar mendadak dan bahkan kontraksi eksterm meskipun tulang patah jaringan sekitarnya
juga akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak perdarahan ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendon kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Guna memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio dan kultural pada Tn. M
melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur Femor
Sinistra
b. Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal:
Fraktur femor Sinistra
c. Mampu melaksanakan tindakan pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor
Sinistra
d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan pada Tn.M dengan Sistem
Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Terhadap Tn.M dengan Sistem
Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra
g. Mampu membahsa kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasusu beserta pemecahannya.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan studi kasus ini adalah
metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Dilakukan dengan penulis mengajukan pertanyaan baik kepada pasien maupun keluarga dan
pihak-pihak terkait yang dinilai perlu untuk dimintakan kekurangan.
2. Observasi
Penulis mengadakan pemantauan langsung yaitu dengan mengkaji pasien tersebut meliputi
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
3. Dokumentasi
Yaitu penelusuran data klien di Ruang E yang terdapat dalam status keperawatan klien.

D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang, latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis, berisi tentang konsep dasar yang terdiri dari pengertian, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala, klasifikasi klinis, proses penyembuhan tulang,
komplikasi, pemeriksaan, penatalaksanaan, juga berisi tentang asuhan keperawatan yang
meliputi kajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi.
BABA III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, berisi tentang dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada Tn.M
dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi
BAB IV : Penutup, yaitu berisi tentang kesimpulan dan saran, terhadap hasil penulisan laporan studi kasus
ini
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusanya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (R. Sjamsuhidayat & Wim De Jong, 1997: 1138).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
(Brunner dan Suddart, 2001 : 2357).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan
cedera jaringan lunak, kerusakan otot rupture tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka organ-
organ tubuh (Sari Fatimah, 2003:73).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang fraktur diakibatkan oleh tekanan eksternal
yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Barbara Engram, Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Diagnosa dan Masalah Kolaboratid 346).

2. Anatomi

Di bawah ini gambar anatomi system muskuloskeletal bagian cruis tibia dan fibura yang
berhubungan dengan fraktur
Gambar 1: Anatomi tulang cruis tibia dan fibur
Sumber: Drs. Syaifudin, 1997:29
Sistem muskuloskeletal secara umum berfungsi untuk menegakkan postur dan untuk
pergerakan yang terdiri dari komponen tulang, otot, cartilago, ligament, ktendon, fasia, burasa
dan sendi.
Tulang adalah jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel yaitu Osteoblas, Osteosid
dan Osteoklas.
1. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen dan proteoglikan sebagai matrikc
tulang (Osteosid) melalui proses asifikasi.
2. Osteosid adalah sel tulang dewasa yang berperan sebagai lintasan pertukaran kimiawi melalui
tulang yang padat.
3. Osteoklas adalah sel-sel besar multinukleus yang memungkinkan mineral dan matrik tulang
dapat diabsorpsi.
Tulang juga merupakan jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat pada tubuh
setiap tulang memiliki karakteristik dan gambaran permukaan tertentu yang mengidentifikasi
fungsinya dalam hubungannya terhadap tulang lain otot dan fraktur tubuh lainnya secara
keseluruhan tulang dipersarafi oleh serabut saraf sympatik dan afferent.
Persendian merupakan suatu jaringan yang menghubungkan suatu tulang dengan tulang
lainnya fungsi utamanya adalah suatu pergerakan dan fleksibilitas tubuh. Struktur tulang
memberikan perlindungan terhadap organ vital termasuk otak, jantung dan perut.
a. Fungsi Tulang
1) Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk pada kerangka tubuh.
2) Melindungi organ-organ tubuh
3) Untuk pergerakan
4) Merupakan gudang penyimpanan mineral
5) Hematopoesa (tempat pembentukan sel darah merah dalam sum-sum tulang).
b. Bagian-bagian yang terdapat pada tulang terdiri atas:
1) Foramen, yaitu suatu lubang tempat melaluinya pembuluh darah, saraf dan ligamentum,
misalnya pada tulang kepala belakang yang disebut foramen oksipital.
2) Fosa, yaitu suatu lekukan di dalam atau pada permukaan tulang, misalnya pada scapula yang
disebut prosesus spinousus.
3) Prosesus, yaitu suatu tonjolan misalnya terdapat pada ruas tulang belakang yang disebut
prosesus.
4) Kondilus, yaitu taju yang bentuknya bundar merupakan benjolan.
5) Tuberkulum, yaitu tonjolan kecil.
6) Tuberositas merupakan tonjolan besar.
7) Trokanter, yaitu tonjolan besar pada umumnya tonjolan ini pada tulang paha (Femur).
8) Krista pinggir atau tepi tulang misalnya terdapat tulang ilium yang disebut krista iliaka.
9) Spina, yaitu tonjolan yang bentuknya agak runcing misalnya terdapat pada tulang iliaka yang
disebut spina iliaka.
10) Kaput, yaitu (kepala tulang/bagian ujung yang bentuknya bundar misalnya terdapat pada tulang
paha yang disebut femoris.

1. Etiologi
Fraktur bisa disebabkan oleh pukulan langsung gaya majemuk, gerakan memutar
mendadak dan bahkan kontraksi otot eksterm, meskipun tulang patah. Jaringan sekitarnya juga
akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, ruptur tendon kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Barbara Engram : 2357).
2. Patofisiologi
Adanya trauma/Ruda paksa

Meningkatnya tekanan pada ekstremitas

Tahanan tulang lebih dan beban tekanan

Terputusnya kontinuitas tulang (fraktur)

Merusak jaringan lunak Tidak terjadi


kerusakan/luka pada
Luka pada kulit, mukosa kulit, mukosa


Patah tulang

Fraktur terbuka Fraktur tertutup
(Elizabeth, J. Corwin: 2000)
3. Tanda dan Gejala
a. Deformitas: Perubahan struktur dan bentuk.
b. Pembengkakan atau penumpukan cairan atau darah karena kerusakan pembuluh darah.
c. Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat oleh penekanan sisi-
sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.
d. Spasme otot karena kontraksi involunter disekitar fraktur.
e. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal
f. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf di mana saraf ini dapat
terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.
g. Kretitasi yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakkan.
h. Pergerakan abdnormal.
i. Hasil foto rontgen yang abdnormal.
(Burnner and Suddart 2001:2358)
4. Klasifikasi
a. Klasifikasi menurut bentuk patah tulang/fraktur
1. Fraktur komplet, pemisahan komplet dari tulang menjadi dua fragment.
2. Fraktur in komplet, patah sebagian dan tanpa pemisahan.
3. Simple atau closed fraktur patah tulang tetapi kulit utuh.
4. Fraktur complikata, tulang yang patah menusuk kulit tulang terlihat.
5. Fraktur tanpa perubahan posisi tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal.
6. Fraktur dengan perubahan posisi tulang yang patah berjauhan dari tempat patah.
7. communited fraktur tulang patah menjadi beberapa fragmen.
8. Imfacted telescoped frakture, salah satu ujung tulang yang patah menancap pada yang lain.
b. Klasifikasi menurut garis patah tulang
1. Green stick retak pada sebelah sisi dari tulang
(sering terjadi pada anak dengan tulang lembek)
2. Transverse patah menyilang
3. Obligue garis patah miring
4. spiral patah tulang melingkari tulang
5. comminuted patah tulang m,enjadi beberapa fragments

Green Stick Transverse Obligue Spiral Comminuted


5. Proses Penyembuhan Tulang
a. Hematomo Formation (pembukaan hematom) karena pebuluh darah cidera, maka terjadi
perdarahan pada daerah fraktur, darah menumpuk dan mengeratkan ujung-ujung tulang yang
patah.
b. Fibrin meskwork (pembentukan fibrin) hematoma, menjadi terorganisir karena fibrioblast masuk
lokasi cedera membentuk fibrin merkwork (gumpalan fibrin) berdinding sel darah putih pada
lokasi melokalisis radang
c. Inflamasi Osteoblast
Osteoblast masuk ke daerah fibrosis untuk mempertahankan penyambungan tulang pembuluh
darah berkembang mengalirkan nutrisi untuk membentuk kolagen (collagen) untalan kolagen
terus disatukan dengan kalsium.
d. Callus Formation
1) Osteoblast terus membuat jala untuk membangun tulang
2) Osteoblast merusakan tulang mati dan membantu mensintesa tulang baru.
3) Collagen menjadi kuat dan terus menyatu dengan deposit kalsium.
e. Remodeling
Pada langkah terakhir ini callus yang berlebihan diabsorpsi dan tulang trabecular terbentuk pada
garis cedera.

6. Komplikasi
a. Komplikasi dini
1) Syok
2) Symdrom kompartemen
3) Sindrom embuli lemak
4) Iskemik
b. Komplikasi lanjutan
1) Malunion
2) Deloyed linion
3) Non union
4) Kekakuan sendi

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen
b. Scan tulang scan/MR I tomogram
c. Arteriogram
d. Hitung darah lengkap
e. Kreatinin
f. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi atau cedera hati.
(Marilyn Doengoes, 1999).

8. Penatalaksanaan
a. Rekognisi riwayat kecelakaan atau riwayat terjadinya fraktur harus diketahui dengan pasti, hal
ini untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.
b. Reduksi merupakan upaya memanifulasi fragmen tulang agar dapat kembali seperti semula
seoptimal mungkin.
c. Retensi memelihara reduksi sampai penyembuhan
d. Rehabilitasi pencapaian kembali fungsi normalnya.

B. Proses Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data yang meluputi:
1) Biodata klien dan penanggung jawab klien
Terdiri dari nama, umum, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, tanggal masuk,
rumah sakit, No. Mederc dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada saat dikaji klien mengalami fraktur dan memobilisasikan alasannya yaitu mengeluh tidak
dapat melakukan pergerakan nyeri: lemah dan tidak dapat melakukan sebagian aktivitas sehari-
hari
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Menceritakan kapan klien mengalami fraktur dimana dan bagaimana terjadinya sehingga
mengalami fraktur, klien yang mengalami fraktur akan mengeluh nyeri pada daerah tulang yang
luka sehingga dengan adanya nyeri klien tidak dapat menggerakan anggota badannya yang
terkena fraktur nyeri dirasakan bisa pada saat bergerak saja atau terus menerus akibat tidak bisa
bergerak yang disebabkan karena nyeri akan menyebabkan klien tidak dapat memenuhi ADL-nya
secara maksimal.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami sesuatu penyakit yang berat atau
penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui untuki menentukan apakah dalam keluarga terdapat penyakit keturunan/penyakit
karena lingkungan yang kurangt sehat yang berdampak negatif pada seluruh anggota keluarga
termasuk pada klien sehingga memungkinkan untuk memperbesar penyakitnya.
6) Riwayat Psikososial
Pengkajian yang dilakukan pada klien imobilisasi pada dasarnya sama dengan pengkajian
psikososial pada gangguan sistem lain yaitu mengenal konsep diri (gambaran diri, ideal diri,
harga diri dan identitas diri) dan hubungan serta interaksi klien baik dengan anggota keluarga
maupun dengan lingkungan di mana ia berada.
7) Aktivitas Sehari hari
Upaya mengetahui adanya perubahan pola yang berhubungan dengan
penyimpangan/terganggunya sistem tubuh tertentu serta dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pada klien imobilisasi biasanya mengalami, kelemahan kebersihan diri kurang bentuk tubuh
kurus akibat penurunan berat badan kesadarannya kompementis.
2) Sistem Pernapasan
Dikaji ada tidaknya sekret, gerak dada saat bernapas auskultasi bunyi napas, ada tidaknya nyeri
tekan pada daerah dada serta frekuensi napas.
3) Kajian Nyeri
Klien mengeluh nyeri pada kaki kiri
Mengeluh kaki kirinya tidak bisa digerakkan
Saat dikaji skala nyeri 1 10 klien mengatakan nyerinya berada di no. 3
2. Analisa Data
N Data Kemungkinan Penyebab Masalah
o
1. DS: Trauma Gangguan rasa
- Klien mengeluh sakit pada nyaman nyeri
bagian kaki kiri Terputusnya kontinuitas
DO: jaringan
- Eskpresi wajah klien

meringis kesakitan
Pengeluaran epineprin dan non
- Skala nyeri 8
epineprin

Dihantarkan ke Hipotalamus

Nyeri
2. DS: Adanya/timbul rasa nyeri yang Kurangnya
- Klien mengeluh kaki bertambah bila digerakkan aktivitas/mobilita
kirinya tidak bisa s fisik
digerakkan Klien membatasi gerak
DO: tubuhnya
- Setiap tindakan dibantu
oleh keluarga dan perawat Aktivitas yang dilakukan
- Klien tampak lemah terbatas/minimal
- Kaki klien di pasang gips
dan traxi
3. DS: Kurangnya pengetahuan klien Gangguan rasa
- Klien selalu menanyakan tentang keadaan dan prosedur aman cemas
tentang keadaannya yang dilakukan
DO:
- Klien kelihatan bingung Stresor psikologi bagi klien
dan cemas
cemas

3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
c. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

4. Intervensi
N
DX. keperawatan Intervensi Rasional
o
1. Gangguan rasa - Pertahankan imobilisasi - Menghilangkan nyeri dan
nyaman nyeri bagian yang sakit dengan mencegah kesalahan posisi
tirah baring tulang/tegangnya jaringan
yang cedera
- Meningkatkan aliran balik
- Tinggikan dan dukung vena menurunkan oedema
ekstremitas yang terkena dan menurunkan rasa nyeri
- Meningkatkan relaksasi otot
dan meringankan partisipasi
- Beri obat sebelum - Mempertahankan kekuatan
perawatan aktivitas mobilitas otot yang sakit dan
memudahkan resolusi
- Lakukan dan awasi rentang inflamasi pada jaringan yang
gerak aktif/pasif cedera.
- Menurunkan oedema/
pembentukan hematoma
menurunkan sensasi nyeri
- Lakukan kompres dingin/ es- Diberikan untuk
24 48 jam pertama menurunkan atau meng-
hilangkan rasa nyeri atau dan
- Berikan obat sesuai indikasi spasme otot
2. Kurangnya - Kaji derajat immobilitas - Pasien mungkin dibatasi
aktivitas/mobilitas yang dihasilkan oleh oleh pandangan diri tentang
fisik cedera/pengobatan dan dan keterbukaan fisik aktual
perhatian persepsi pasien memerlukan infor-
terhadap immo-bilisasi masi/intervensi untuk
meningkatkan kemajuan
- Bantu/dorong perawatan kesehatan
diri atau kebersihan seperti - Meningkatkan kekuatan otot
mandi. dan sirkulasi, meningkatkan
kesehatan diri langsung
- Awasi TD dengan - Hipotensi posteral atau
memikirkan aktifitas atau masalah umum menyertai
kebersihan seperti mandi tirah baring yang lemah dan
dapat memerlukan intervensi
khusus.
- Ubah posisi secara periode - Mencegah/menurunkan
dan dorong untuk latihan insiden komplikasi kulit/
bentuk napas dalam pernapasan (dekutibus)
- Dorong peningkatan
masukan cairan sampai - Mempertahankan hidrasi
2000-3000 ml/hari termasuk tubuh menurunkan resiko
air asam infeksi urinarius, pem-
- Beri penjelasan pada bentukan batu dan
keluraga tentang kondisi konstepasi.
klien
3. - -

Gangguan rasa
aman cemas Kaji tingkat kecemasan Menggali tingkat kecemasan
keluarga klien keluarga klien dapat
diketahui apakah keluarga
berada dalam tahap cemas,
ringan, sedang, dan berat.
- Penjelasan dapat menambah
- Beri penjelasan pada pengetahuan keluarga
keluarga tentang kondisi tentang kondisi klien.
klien - Dengan selalu berdoa akan
mengurangi kecemasan bagi
- Ajarkan pada kleuarga keluarga klien
untuk selalu beradoa dan
mesnuport klien agar cepat - Reinforcement positif dapat
sembuh memberikan motivasi dan
- Beri reinforcement positif meningkatkan semangat
bila kelaura dapat keluarga sehingga dapat
menjelaskan kembali mengurangi cemas.
tentang kondisi klien
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir (Driver)
Pendidikan : SMP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Gol. Darah : A
Alamat : Jl. Jagapura (Gegesik)
Tgl. Masuk RS : 18 Juli 2006
Tgl. Pengkajian : 24 Juli 2006
Diagnosa Medis : Fraktur Fermor Sinistra
No. Medrek : 1336763

b. Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jagapura (Gegesik)
Hub. Dengan Klien : Istri
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri di bagian kaki kiri

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien datang ke IGD di RSUD Arjawinangun pada tanggal 18 Juli 2006, jam 09.00 dengan
kondisi yang parah akibat kecelakaan mobil. Saat dikaji klien mengeluh sakit di kaki kiri, klien
mengatakan nyerinya seperti diremas-remas, klien mengeluh sakitnya saat beraktifitas, klien
lebih banyak diam di tempat tidur, saat dikaju skala nyeri dari 1 10 klien mengatakan nyerinyta
berada di No. 8
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti ini yaitu patah tulang karena
kecelakaan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti klien dan
keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit menular

4. Keadaan Umum
a. Tingkat kesadaran :
1. Eye movement : 4
2. Motorik : 5
3. Verbval : 6
15 Composmentis
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5oC
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
c. Penampilan umum
Klien tampak lemah dan tidak bisa bergerak/tidak bisa beraktifitas
5. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
Distribusi merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, rambut pendek, tidak ada ketombe, tidak
rontok
b. Kepala
Bentuk simetris, ada lesi akibat jahitan di bagian frontalis akibat benturan keras, tidak ada
oedema.
c. Mata
Bentuk simetris, alis dapat digerakkan, konjungtiva, anemis, sclera ikterik, tidak ada lesi, tidak
ada nyeri tekan, fungsi penglihatan normal ditandai klien bisa mengenali perawat, orang-orang
disekitar.
d. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik ditandai dengan
klien dapat menjawab pertanyaan perawat.
e. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, warna coklat.
f. Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, lidah bersih.
g. Leher
Tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi refleks, menelan,
simetris.
h. Dada
Tidak ada lesi, pola napas 20 x/menit, tidak oedema
i. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan di perut, tidak ada lesi
j. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Tangan kiri terpasang infus RC 20 tts/menit, kedua tangan dapat digerakkan
Ekstremitas bawah
Kaki kiri tidak bisa digerakkan, tapi kaki kanan dapat digerakkan.
6. Aspek Psiko, Sosio, dan Spiritual
a. Aspek Psikologis
1. Konsep diri
Body image
Klien tampak cemas dengan adanya fraktur di kaki kananya.
Ideal diri
Harapan klien segera sembuh dan bisa bekerja lagi.
Harga diri
Klien sangat diperhatikan oleh anggota keluarganya.
Identitas diri
Klien mampu mengenali dirinya, keluarga dan orang di sekitarnya.
Peran diri
Peran klien tergangu sebagai kepala rumah tangga karena dengan adanya sakit itu klien tidak
bisa menafkahi keluarganya.
b. Aspek Sosial
1. Hubungan sosial
Klien mengatakan bahwa orang yang terdekat dengan dirinya orang yang memperhatikan
dirinya, yaitu istrinya.
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti organisasi apapun
2. Interaksi pada saat pengkajian
Klien sangat kooperatif pada saat di ajak kerjasama pada saat pengkajian observasi.
c. Aspek Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya adalah sebuah ujian dan ia sabar menghadapi
kondisinya.
2. Kegiatan ibadah
Klien selalu melaksanakan ibadah/solat 5 waktu setiap hari
7. Aktivitas sehari-hari

No Jenis Aktivitas Saat sehat/di rumah Saat sakit/di RS


1. Nutrisi
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Jenis makanan Nasi + lauk pauk Nasi + lauk pauk

Pola makan Tidak teratur Tidak teratur

Porsi makan 1 porsi 1/2 porsi


ada ada
Nafus makan
Tidak ada Tidak ada
Pantangan
Tidak ada Tidak ada
Alergi
Tidak ada Tidak ada
Kesulitan/gangguan
2. Minuman
Jenis air minum Air putih Air putih
Frekuensi 2000 2500 cc 1500 2000 cc

Jumlah - -

Kesulitan/gangguan Tidak ada Tidak ada


3. Eliminasi
a. Eliminasi fasal
Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari
Warna Kuning Kuning

Konsistensi Lembek Lembek

Kesulitan/gangguan Tidak ada Tidak ada

b. Eliminasi urine
3 x sehari 1 x sehari
Frekuensi
Lampias Lampias
Apakah lampias
Transparan, khas Transparan, khas
Warna, bau urine
Tidak Tidak
Apakah terpasang kateter
Tidak Kesulitan
Kesulitan gangguan
4. Personal hygiene
Mandi 3 x sehari 1 x sehari
Oral hygiene 3 x sehari 1 x sehari
Cusi rambut 2 x seminggu -

Potong kuku 1 x seminggu -

Ganti baju 3 x sehari 2 x sehari


5. Penggunaan waktu senggang
Olah raga Kadang-kadang -
Rekreasi Tidak pernah Tidak pernah
6. Istirahat
Waktu tidur 20.00 21.00 19.00 20.00
Durasi tidur 6 8 jam 7 9 jam

Bangun malam hari - -

Kualitas tidur nyenyak Tidak nyenyak


- -
Gangguan dalam tidur

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Lab. Darah : Hari rabu 19 juli 2006
Hemotologi
Hemotologi umum Normal
1. IDE : 50 mm/jam -15/-10 mm/jam
2. Gol. Darah :A
Imunologi/Serologi
I HB5A9 negatife (-) Negatif (-)
b. Program therapi
Infus RL
Th/ Ambasil 2x1
Xevolac 2x1
Novalgin
B. Analisa Data
N Kemungkinan Penyebab/
Data Masalah
o Patofisiologi
1. DS: Trauma Gangguan rasa
- Klien mengeluh sakit pada nyaman nyeri b.d
Terputusnya kontinuitas
bagian kaki kiri jaringan terputusanya
DO: kontinuitas
Pengeluaran epineprin dan non
- Ekspresi wajah klien jaringan
epineprin
meringis kesakitan
- Skala nyeri 8 Dihantarkan ke Hipotalamus

Nyeri
2. DS: Adanya Timbul rasa nyeri yang Kurangnya
- Klien mengeluh tidak bisa bertambah bila bergerak aktivitas/mobilita

beraktivitas sendiri Klien membatasi gerak s fisik b.d nyeri
DO: tubuhnya

- Setiap gerakan selalu
Aktivitas yang dilakukan
dibantu terbatas/minimal
- Adanya pemasangan traksi
Aktivitas terganggu
3. DS: Kurang pengetahuan klien Gangguan rasa
- Klien selalu menanyakan tentang keadaan dan prosedur aman cemas b.d
yang dilakukan
tentang keadaannya kurang
DO: Stressor psikologi bagi klien pengetahuan

- Klien keihatan bingung
Cemas
dan cemas

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusanya kontinuitas jaringan
2. Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik b.d nyeri
3. Gangguan rasa aman cemas b.d kurang pengetahuan
D. Intervensi
No. DX. keperawatan Tujuan Intervensi
Gangguan rasa nyaman b.d Tupan: - Pertahankan immobilisasi - Me
terputusnya kontinuitas Menyatakan nyeri hilang/ bagian yang sakit dengan men
jaringan berkurang tirah baring tula
1.
DS: Tupen: jari
- Klien mengeluh sakit bagian Setelah dilakukan intervensi - Tinggikan dan dukung - Me
kaki kiri 2x24 nyeri berkurang dengan ekstremitas yang terkena ven
DO: kriteria hasil men
- Skala nyeri 8 - Ekspresi wajah pasien tidak - Beri obat sebelum perawatan - Me
- Ekspresi wajah klien meringis kesakitan aktivitas dan
meringis ke sakitan - Skala nyeri - Lakukan dan awasi rentang - Me
gerak aktif/pasif mob
berkurang menjadi 5 mem
infl
ced
- Lakukan kompres dingin/les - Me
24-48 jam pertama pmb
men
- Berikan obat sesuai indikasi - Dib
atau
atau
Kurangnya aktivitas Tupan: - Kaji derajat immobilitas - Pas
mobilitas fisik b.d nyeri Aktivitas/mobilitas fisik yang dihasilkan oleh cedera/ pan
DS: terpenuhi pengobatan dan perhatian kete
2.
- Klien mengeluh tidak bisa Tupen: persespi pasien terhadap mem
beraktifitas Setelah dilakukan tindakan immobilisasi mem
DO: selama 2x24 jam klien bisa info
- Klien tampak selalu dibantu gerak/kakinya dapat bergeser. men
jika beraktifitas kes
- Bantu/dorong perawatan diri - Me
atau kebersihan seperti dan
mandi. kes
- Hip
- Awasi TD dengan mas
memikirkan aktivitas tira
perhatian keluhan pusing] dap
khu
- Me
- Ubah posisi secara periode insi
dan dorong untuk latihan kuli
bentuk napas dalam - Me
- Dorong peningkatan tubu
masukan cairan sampai 2000- infe
3000 ml/hari termasuk air ben
asam/jus
Gangguan rasa cemas b.d Tupan: - Kaji tingkat kecemasan - Me
kurang pengetahuan Gangguan rasa aman cemas keluarga klien kelu
DS: teratasi apa
3.
- Klien selalu menanyakan Tupen: taha
tentang keduanya Kondisi klien berangsur baik dan
DO: setelah dilakukan tindakan - Beri penjelasan pada - Pen
- Klien kelihatan bingung dan keperawatan selama 2x24 jam keluarga tentang kondisi klien pen
cemas dengan kriteria: - Ajarkan pada kleuarga untuk kon
- Ekspresi wajah klien tampak selalu beradoa dan mesnuport - De
tenang klien agar cepat sembuh men
- Keluarga mengerti menegani - Beri reinforcement positif kelu
kondisi klien bila kelaura dapat
menjelaskan kembali tentang - Rei
kondisi klien mem
men
kelu
men
E. Pelaksanaan
No Tindakan keperawatan Ttd & Nama
Hari/Tgl Jam
DX Respon/Hasil perawat
1 Senin 09.00T: Kaji skala nyeri
24 juli 2006 R: Klien kooperatif pada saat
pengkajian dan mengemukakan
skala nyerinya berada di no.8
11.30T: Pemberian injeksi
Ambasil 10 cc
Xevolae 5 cc
Nualgin
R: Obat dapat masuk
Selasa 08.00T: Observasi TTV
25 juli 2006 R: T : 120/80 mmHg
P : 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,3o C
T: Mengganti balutan di kepala
R: Klien mau diajak kerjasama
2. Senin 08.20T: T: Observasi TTV
R: T : 120/80 mmHg
P : 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5o C
T: Berikan dorongan pada klien untuk
melakukan aktivitas sesuai
kemampuan
R: Klien dapat mendengarkan
perawat, dan ingin mencoba
anjurkan perawat.
T: Mengajarkan lab, aktif dan pasif
R: Klien tampak berusaha

Selasa 10.00T: Menganjurkan kepada klien/


keluarga untuk melakukan
perawatan diri
R: Klien mengatakan akan mencoba
anjurkan perawat.
T: Menganjurkan kembali cat. Aktif
dan pasif
R: Kaki klien tampoak bergeser, klien
tampak kesulitan
3. Senin 08.00T: T: T: Observasi TTV
R: T : 120/80 mmHg
P : 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5o C
08.30T: Kaji kecemasan klien
R: Klien kooperativ dan bercerita
kenapa klien cemas.
Selasa 11.00T: Memberikan support mental
R: Klien mau mendengarkan perawat
T: Tanyakan kembali tentang
kecemasan klien
R: Klien tampak lebih tenang

F. Evaluasi
No Ttd & nama
Hari/tgl Jam Evaluasi
DP perawat
1. Rabu 09.00S: Klien mengatakan nyerinya
22 Juli 2006 berkurang
O: Klien tampak tenang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

No Ttd & nama


Hari/tgl Jam Evaluasi
DP perawat
2. Rabu 09.00S: Klien mengatakan bisa
26 Juli 2006 menggerakkan sedikit kakinya
O: Klien tampak tenang
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3. Rabu 09.00 S: Klien mengatakan tidak cemas
26 Juli 2006 O: Klien tampak lebih tenang
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Dari hasil laporan studi kasus, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Yang melatarbelakangi penulisan dalam mengambil judul study kasus, karena fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang fraktur diakibatkan oleh tekanan ekstrernal yang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang yang jika tidak segera ditangani oleh tenaga medis akan berakibat
fatal.
2. Fraktur adalah trauma karena deformitas, pembengkakan/penumpukan cairan atau darah karena
kerusakan pembuluh darah, nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang
meningkat oleh penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur, spasme otot karena
kontraksi involunter disekitarnya fraktur, hilangnya atau berkurangnya fungsi normal, kurangnya
sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan syarat dimana syarat ini dapat terjadi atau
terputus oleh fragmen tulang, kreatifusi yang dapat dirasakan/didengar bila fraktur digerakkan,
pergerakan abnormal hasil foto rontgen yang abnormal.
3. Diagnosa keperawatanyang menurut di kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri (tertasi
sebagian) , kurangnya aktivitas fisik/gangguan mobilisasi fisik (teratasi sebagian), gangguan rasa
aman cemas (teratasi).

B. Rekomendasi
Untuk instansi RS
Medrek
Dalam menggali data yang akurat diharapkan medrek dapat menyediakan data-data yang
lebih rinci sehingga dapat mempermudah pengambilan data untuk pembuatan laporan study
kasus yang dibutuhkan oleh penulis khususnya dan mahasiswa pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn., et.all. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta

Engram Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 2, EGC Jakarta

Suddarth Brunner, 2001, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, EGC Jakarta

Wim de Jong, Sjamsuhidayat R 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Revisi, EGC, Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi