Vous êtes sur la page 1sur 6

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

No.72/SK/IV/RSIM/2015

TENTANG
PENGELOLAAN OBAT DENGAN KEWASPADAAN TINGGI
(HIGH ALERT MEDICATIONS)
RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN
----------------------------------------------------------------------------------
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI

Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Islam
Malahayati Medan, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Farmasi yang
bermutu tinggi,
b. Bahwa untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dibuat kebijakan tentang
Pengelolaan Obat Dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert Medications) dalam
Pelayanan Farmasi.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Malahayati.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012
tentang Akreditasi Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
Pertama : Kebijakan Direktur tentang Pengelolaan Obat Dengan Kewaspadaan
Tinggi (High Alert Medications) RSIM.
Kedua : Kebijakan Pengelolaan Obat Dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert
Medications) RSIM sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : di Medan
Pada Tanggal : 12 April 2015
RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI
MEDAN

(Dr. Muhammad Fahdhy, Sp.OG, MSc)


Direktur

Lampiran :
Surat Keputusan Direktur RS Islam Malahayati
Nomor : 72/SK/IV/RSIM/2015
Tanggal : 12 April 2015

KEBIJAKAN
TENTANG
PENGELOLAAN OBAT DENGAN KKEWASPADAAN TINGGI
(HIGH ALERT MEDICATIONS)
RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN

A. DEFINISI
Obat dengan kewaspadaan tinggi (High Alert Medications) adalah obat-obatan yang
mempunyai resiko lebih tinggi menyebabkan adanya komplikasi atau
membahayakan hingga kematian apabila diberikan secara tidak tepat kepada pasien.

B. TUJUAN
Untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat yang beresiko tinggi kepada
pasien sehingga meningkatkan jaminan terhadap keselamatan pasien di RSIM.

C. ISI KEBIJAKAN .
1. Obat High Alert yang ada di RSIM dan diatur dalam kebijakan ini adalah :

DAFTAR OBAT HIGH ALERT


NO. OBAT NO. OBAT
ANTIKOAGULAN ANASTETIK
1 Heparin 1 Midazolam
2 Fondaparinux 2 Propofol
3 Parnaparin 3 Ketamin
4 Enoxaparin 4 Bupivakain
5 Warfarin 5 Lidokain
INSULIN KARDIOVASKULAR & INOTROPIK
1 Insulin Glulisine 1 Digoksin
2 Insulin Gargline 2 Dopamin
3 Insulin Detemir 3 Dobutamin
4 Insulin Aspart 4 Epinefrin & Norepinefrin
5 Insulin Lisipro 5 Nicardipin
6 Biosintetik Human Insulin 6 Nitrogliserin
7 Amiodaron
AGEN KEMOTERAPI PENGGANTI PLASMA
KONTRAKSI UTERUS 1 Albumin
1 Metilergometrin 2 Hidroksi Etil Starch
2 Oksitosin 3 Modified Fluid Gelatine
NEUROMUSKULAR BLOCKER ELEKTROLIT KONSENTRAT
1 Atrakurium 1 Natrium Klorida 3%
NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA 2 Glukosa 20%
1 Morfin 3 Glukosa 40%
2 Pethidin 4 Natrium Bikarbonat 8,4%
3 Fentanil 5 Kalium Klorida 7,46%
4 Codein 6 Magnesium Sulfat 20%
5 Alprazolam 7 Magnesium Sulfat 40%
6 Diazepam IMUNOGLOBULIN & SERUM
7 Papaverine, Chlordiazepokside 1 Human Tetanus Imunoglobulin
8 Clobazam 2 Hepatitis B Imunoglobulin
9 Lorazepam 3 Serum Anti Tetanus
10 Estazolam HEMATOPOETIK
11 Phenobarbital 1 Eritropoetin Alfa
BAHAN KIMIA 2 Eritropoetin Beta
1 Formalin GROWTH STIMULATING FACTOR
2 Hidrogen Peroksida 1 Filgastrim
3 Gliserin OBAT-OBAT NORUM

2. Peresepan
a. Jangan berikan instruksi hannya secara verbal mengenai high alert
medications.
b. Instruksi ini harus mencakup minimal :
- Nama pasien dan nomor rekam medis
- Tanggal dan waktu instruksi dibuat
- Nama obat, dosis, jalur pemberian dan tanggal pemberian setiap obat
- Kecepatan atau durasi pemberian obat.
c. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap
high alert medications secara tertulis.
d. Sistem instruksi elektronik akan memberikan informasi terbaru secara
periodik mengenai standar pelayanan, dosis, dan konsentrasi obat.
e. Instruksi kemoterapi harus ditulis pada Formulir Instruksi Kemoterapi yang
termasuk regimen terapi obat, jumlah dan dosis, riwayat alergi pasien, tinggi
badan, berat badan, dan luas permukaan tubuh pasien dan ditandatangani
oleh spesialis onkologi serta diketahui oleh Ketua Tim Kanker Rumah Sakit.
Hal ini memungkinkan apoteker dan perawat untuk melakukan pengecekan
ganda terhadap penghitungan dosis berdasarkan berat badan dan luas
permukaan tubuh.

3. Penyimpanan dan Penandaan


a. High alert medications disimpan di Instalasi Farmasi. Obat high alert tidak
disimpan di ruang rawat, kecuali yang membutuhkan obat high alert secara
klinis. Penyimpanan ditempatkan pada area terpisah, akses terbatas serta
ditandai label HIGH ALERT berwarna merah.
b. Semua tempat penyimpanan harus diberi label yang jelas dan dipisahkan
dengan obat-obatan rutin lainnya. Jika high alert medications harus disimpan
di area perawatan pasien, kuncilah tempat penyimpanan dengan diberikan
label Peringatan: high alert pada tutup luar tempat penyimpanan.
c. Khusus untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika menggunakan lemari
terkunci dan syarat lainnya sesuai dengan kebijakan Pengelolaan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi di Instalasi Farmasi RSIM.
d. Penyimpanan obat-obat NORUM (LASA) diberi stiker LASA berwarna
kuning pada kotak obat. LASA dengan nama obat yang sama atau memiliki
lebih dari satu (1) kekuatan obat yang berbeda diatur penyimpanannya
minimal diberi jarak satu (1) kotak obat lain.
4. Pemberian Obat

a. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-check) terhadap


semua high alert medications sebelum diberikan kepada pasien.
b. Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan high alert medications
dan di saat pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien.
c. Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau pada

catatan pemberian medikasi pasien.

d. Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang untuk

menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-obatan, antara lain:

perawat, farmasis, dan dokter.

e. Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang, teknisi,

atau perawat lainnya. (petugas tidak boleh sama dengan pengecek pertama).

f. Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda/verifikasi oleh

orang kedua dilakukan pada kondisi-kondisi seperti berikut:

Setiap akan memberikan injeksi obat


Untuk infus:
- Saat terapi inisial
- Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
- Saat pemberian bolus
- Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
- Setiap terjadi perubahan dosis obat
g. Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari dokter.

5. Pemantauan dan Pengendalian


a. Jumlah stok fisik obat high alert sama dengan jumlah kartu stok/stok
komputer.
b. Dilakukan stok opname sesuai dengan kebijakan Stok Opname Instalasi
Farmasi RSIM.
c. Insiden keselamatan pasien yang terjadi dilaporkan dengan mekanisme
pelaporan medication error.
6. Edukasi Staf
Staf farmasi dan non farmasi diberikan edukasi terkait obat high alert secara
berkesinambungan mengenai jenis dan pengelolaannya.

Ditetapkan : di Medan
Pada Tanggal : 12 April 2015
RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI
MEDAN

(Dr. Muhammad Fahdhy, Sp.OG, MSc)


Direktur

Vous aimerez peut-être aussi