Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antara traktus genitalis dan traktus urinarius pada wanita ada hubungan
yang erat, berhubung dengan pertumbuhan alat-alat tersebut dalam masa
embrional dan foetal, dan berhubung dengan lokasi alat-alat genital dan
beberapa bagian traktus urinarius berdekatan di pelvis. Maka gangguan dan
penyakit pada sistem yang satu dapat mempengaruhi keadaan sistem yang
lain.
Ada beberapa macam gangguan pada sistem urogenikologi seperti
prolaps organ pelvis,overactive bladder, inkontinensia urin/alvi,gangguan
senggama, fistula rectovaginalis,infeksi saluran kemih serta PMS yang lazim
terjadi.
Bidan berperan dalam melakukan pengkajian serta melakukan asuhan
kebidanan apabila ditemukan masalah- masalah/gangguan dalam sistem
uroginekologi dan segera merujuk atau melakukan kolaborasi dengan dokter
yang berwenang. Dengan itu masalah akan dapat segera teratasi sehingga ibu
merasa nyaman dan selalu memberi dukungan dalam proses adaptasi yang
dilalui ibu. Wewenang dan tanggung jawab bidan untuk memberikan asuhan
yang sesuai dengan keb utuhan setiap individu sesuai dengan kompetensi yang
dimilikinya.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi adanya
tanda, gejala gangguan pada sistem uroginekologi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Peralatan sampling
Pastikan semua peralatan sampling telah disiapkan sesaat sebelum
sampling. Penting untuk diperhatikan bahwa semua peralatan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. bersih
b. kering
c. tidak mengandung detergent atau bahan kimia
g. wadah spesimen tidak retak atau pecah, mudah dibuka atau ditutup
rapat, besar/ukurannya sesuai dengan volume spesimen yang diambil.
3. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk
mencegah pembekuan darah. Umumnya yang digunakan adalah EDTA
(ethylendiamintetraaceticacid), natriumcitrat, heparin dan natrium fosfat.
Pemilihan antikoagulan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan dan takaran
volumenya harus tepat. Mengenai antikoagulan akan dibahas pada
postingan yang lain.
4. Lokasi sampling
a. Darah vena umumnya diambil dari vena median cubiti pada daerah
lengan di lipatan siku bagian dalam. Vena ini besar, cukup terlihat,
paling sedikit sakit dan kecil kemungkinanmemarnya.
b. Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di
daerahpergelangan tangan.
c. Darah kapiler diambil dari ujung jari tangan, yaitu jari tengah atau
jari manis. Pada bayi diambil pada tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki.
e. Sumsum tulang orang dewasa diambil pada tulang dada dan crista
iliaca anterior dan posterior. Pada anak-anak diambil pada bagian
proksimal tibia.
c. Stadium 4
harus operasi karena rahim dan dinding vagina telah keluar dari lubang
vagina
2. Overactive bladder
3. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah keluarnya air seni tanpa sadar sehingga
menimbulkan masalah higiene dan sosial bagi penderitanya. Angka kejadian
10-25 % pada kelompok wanita usia < 65 th dan 15-30 % pada kelompok
wanita usia > 65 tahun.
Faktor resiko :
a. Usia
b. Kehamilan dan persalinan
c. Menopause
d. Histerektomi
e. Obesitas
f. Peningkatan tekanan intra abdominal kronis
g. Merokok
Dikatakan oleh berbagai penulis bahwa sebenarnya angka kejadian
yang dilaporkan itu baru merupakan 80 % dari kejadian yang sesungguhnya
karena sebagian dari mereka tidak terdeteksi, hal ini karena pasien
menganggap penyakit yang dialami ini merupakan hal yang wajar atau
mereka enggan menceritakan kepada dokter karena takut mendapatkan
pemeriksaan yang berlebihan.
Inkontinensia urine diklasifikasikan :
1) Stress urinary incontinence
Stress urinary incontinence adalah keluarnya air seni secara tidak
terkendali pada uretra yang intak dan terjadi akibat peningkatan mendadak
tekanan intra abdominal dan tidak terjadi kontraksi kandung kemih
a) Tingkat 1 : terjadi pada stress yang berat seperti batuk, bersin dan
joging
b) Tingkat 2 : terjadi pada stres yang sedang seperti bergerak cepat,
mendaki atau menuruni tangga
c) Tingkat 3 : terjadi pada stress ringan seperti berdiri lama.
2) Urge urine incontinence
Urge urine incontinence adalah keadaan dimana pasien mengeluh
tidak dapat menahan kencing segera setelah timbul sensasi ingin kencing.
Gejala yang sering dijumpai meliputi :
a) Sering merasa ingin buang air kecil
b) Sering buang air kecil
Inkontinensia urine merupakan gejala atau manifestasi klinis dari
suatu kelainan yang ada di buli-buli, uretra atau organ lain. Pada
inkontinensia urine urge atau srtess, pilihan terapi tergantung dari derajat
keparahan inkontinensia. Terapi yang dipilih berupa:
latihan/rehabilitasi, medikamentosa, dan operasi.
4. Gangguan senggama
Fistula ialah hubungan yang abnormal antara satu visera berlubang dan
visera lain atau dari satu visera berlubang ke bagian luar. Fistula genitalia
dapat timbul di antara kandung kemih serta traktus genitalia (vesiko
vaginalis), antara ureter dan vagina (ureterovaginalis), serta antara rektum
atau kolon sigmoid dan struktur lain (entero vesikalis). Fistula-fistula ini
mungkin timbul akibat anomali kongenital, bedah ginekologis, trauma
obstetri, terapi radiasi, trauma ginekologik atau infeksi.
D. Identifikasi tanda dan gejala Infeksi Saluran Kemih serta PMS yang
lazim terjadi
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
a. Pengertian
b. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
3) Prostat (prostatitis)
4) Ginjal (pielonefritis)
b) Mobilitas menurun
d. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui :
kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen.
Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.
2) Secara hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa
hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan
total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang
efektif.
2) Mobilitas menurun
c) Hematuria
a) Demam
b) Menggigil
e) Malaise
f) Pusing
2) Bakteriologis
a) Mikroskopis
b) Biakan bakteri
5) Metode tes
g. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah
agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari
traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan
atas:
1) Terapi antibiotika dosis tunggal
2) Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
h. Infeksi Saluran Kemih yang sering terjadi pada ibu hamil dan
nifas:
1) Bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik )
Bakteriuria asimptomatik akan meningkatkan morbiditas ibu
dan bayi yang dikandung. Semua wanita hamil sebaiknya
dilakukan pemeriksaan Laboratorium urin, secara mikroskopik
terjadi peningkatan jumlah leukosit, eritrosit, bakteri pada spesimen
urin.
Wanita hamil dengan Bakteriuria harus diobati dengan
seksama sampai urin bebas dari bakteri dibuktikan dengan
pemeriksaan beberapa kali. Terapi yang diberikan Amoksillin, atau
ampisillin atau nitrofurantoin.
2) Bakteriuria dengan gejala (Simptomatik)
a) Sistitis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai
radang bagian atas saluran kemih. Sering ditemukan pada ibu
hamil dan nifas. Penyebab : E.coli. Predisposisi : uretra wanita
yang pendek, adanya sisa air kemih yang tertinggal, penggunaan
cateter dalam proses persalinan. Tanda dan gejala khas : kencing
skit (disuria) pada akhir berkemih,meningkat nya frekuensi
berkemih disertai nyeri atas simpisis,perasaan berkemih yang
tidak dapat ditahan, kadang-kadang urin terasa panas, nyeri
suprasimfisis. Penanganan: perhatikan kebersihan regio genital,
ANC teratur, terapi sedini mungkin, perbanyak minum air putih,
obat obat nya antara lain sulfonamid, ampisillin, eritromisin.
b) Pielonefritis akuta
Merupakan salah satu komplikasi tersering ditemukan dalam
kehamilan. Penyebab: E.coli, kuman Stapilokokus aureus, basilus
proteus. Tanda dan gejala: biasanya timbul mendadak,
demam,menggigil, mual dan muntah, nyeri kostovertebra,
pemeriksaan urin menunjukan banyak sel leukosit dan bakteri.
Hasil biakan urin menunjukan banyak mikroorganisme patogen.
pengobatan : penderita harus dirawat,istirahat berbaring,diberikan
Cukup cairan atau rehidrasi IV, pemberian antibiotik seperti:
ampisillin atau sulfanamid.
1) Faktor dasar
a) Adanya penularan penyakit
b) Berganti-ganti pasangan seksual
2) Faktor medis
a) Gejala klinis pada wanita dan homoseksual yang asimtomatis
b) Pengobatan modern
c) Pengobatan yang mudah, murah, cepat dan efektif, sehingga
resiko resistensi tinggi yang bila disalahgunakan akan
meningkatkan resiko penyebaran infeksi
d) Kontrasepsi modern
3) IUD dan Pil KB hanya bermanfaat bagi pencegahan kehamilamnya
saja, berbeda dengan kondom yang juga dapat digunakan sebagai
alat pencegahan terhadap penularan infeksi PMS.
4) Faktor sosial
a) Mobilitas penduduk
b) Prostitusi
c) Waktu yang santai
d) Kebebasan individu
e) Ketidaktahuan
1) Usia
a) 20-34 tahun pada laki-laki
b) 16-24 tahun pada wanita
c) 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin
2) Pelancong
3) Pekerja seksual komersial atau wanita tuna susila
4) Prinsip umum pengendalian
a) Tujuan utama
Untuk memutuskan rantai penularan infeksi PMS dan untuk
mencegah komplikasinya.
b) Tujuan tersebut dapat dicapai melalui
(1) Mengurangi pajanan PMS dengan program penyuluhan
untuk menjauhkan masyarakat terhadap perilaku resiko
tinggi.
(2) Mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi
yang berperilaku resiko tinggi
(3) Meningkatkan kemampuan diagnosis dan pengobatan serta
anjuran untuk mencari pengobatan yang tepat.
(4) Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini
dan efektif baik yang simtomatik maupun asimtomatik
antara lain:
1) Sifilis
a) Penyebab
Bayi yang lahir dari ibu yang menderita sifilis boleh tetap
mendapat ASI dari ibu nya. Bila ibu nya masih ada lesi pad
kulit,kontak dengan bayinya harus dihindarkan.
Pasangan penderita juga sebaiknya diperiksa untuk memastikan
sudah tertular atau penderita
2) Gonorea
b) Gambaran Klinis:
e) Diagnostik:
f) Penanganan
3) Herpes Simpleks
a) Penyebab: Virus
servik
4) Kondiloma Akuminata
a) Penyebab: HPV ( Human Papiloma Virus )
didaerah genital
d) Penanganan:
hamil)
A. Kesimpulan
1. Setiap bidan segera tanggap dengan keluhan ibu hamil pada saat
melakukan ANC sehingga keluhan tersebut dapat teratasi dan mengurangi
morbiditas pada ibu dan bayi
2. Setiap bidan untuk terus meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti
pelatihan,membaca sumber- sumber yang berkaitan dengan tugas dan
fungsinya sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif dan bermutu .
DAFTAR PUSTAKA