Vous êtes sur la page 1sur 18

A FIRST LOOK AT COMMUNICATION THEORY

(CHAPTER 7)
THEORIES OF HUMAN COMMUNICATION
(CHAPTER 12 DAN 13)

OLEH

------------------------------------
------------------

PROGRAM MAGISTER (S2) ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
TAHUN 2016
THE RELATIONSHIP

Hubungan (bahasa Inggris: relationship) adalah kesinambungan interaksi antara dua


orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Hubungan
terjadi dalam setiap proses kehidupan manusia. Hubungan dapat dibedakan menjadi
hubungan dengan teman sebaya, orangtua, keluarga, dan lingkungan sosial. Di dalam buku
Littlejohn THEORIES OF HUMAN COMMUNICATION ada 5 tradisi yang berhubungan
dengan relationship. Berikut teorinya:

1. TRADISI SIBERNETIKA

Relational Patterns of Interaction

Teori ini menjelaskan pola-pola tertentu dibangun dalam komunikasi ketika


berinteraksi. Perilaku dan tindakan membentuk pola-pola yang menunjukkan bahwa interaksi
berlangsung komunikatif. Tanpa pola yang terbentuk akibat pengalaman, persepsi, tingkah
laku, dan perilaku tersebut, kita tidak dapat berkomunikasi. Dapat dikatakan, ketika kita
menghadirkan diri kita kepada orang lain, kita selalu mengepreksikan sesuatu tentang
hubungan kita dengan orang tersebut, sadar atau tidak. Aksioma ini kemudian membentuk
sebuah persepsi bahwa ketika ketika tidak mau berinterkasi dengan orang lain, kita
menunjukkan penolakan dengan pernyataan-pernyataan yang dapat dibaca lawan bicara
kita.
2. TRADISI SOSIOPSIKOLOGIS
Skema Hubungan dalam Keluarga

Mary Anne Fitzpatrick dan koleganya telah mengembangkan suatu penelitian dan
teori tentang hubungan keluarga khususnya antara suami dan istri. Penelitian dan teori yang
lebih baru, Ascan Koerner dan mary Anne Fitzpatrick selanjutnya memperluas karya tersebut
sehingga meliputi seluruh keluarga. Koerner dan Fritzpatrick mengartikan cara berpikir
tersebut sebagai suatu skema atau yang lebih tepat lagi skema hubungan. Skema hubungan
Anda terdiri atas pengetahuan Anda tentang diri Anda, orang lain dan hubungan sejalan
dengan pengetahuan mengenai bagaimana berinteraksi dalam hubungan itu, Pengetahuan ini
member gambaran hubungan berdasarkan pengalaman Anda sendiri dan selanjutnya
menuntun perilaku Anda dalam hubungan.
Skema hubungan terbagi menjadi tingkatan-tingkatan dari yang umum hingga yang
khusus, termasuk pengetahuan hubungan sosial secara umum, pengetahuan tentang tipe-tipe
hubungan dan pengetahuan tentang hubungan khusus. Beragam skema akan menciptakan
tipe-tipe keluarga yang berbeda.

Tipe pertama adalah konsensual yaitu tipe keluarga tersebut memiliki tingkat
percakapan dan kesesuaian yang tinggi. Dalam keluarga konsensual selalu sering bebrbicara,
namun seorang pemimpin keluarga, biasanya salah satu orang tua yang selalu yang membikin
keputusan.

Tipe kedua adalah pluralis. Jika keluarga Anda tinggi dalam percakapan akan tetapi
tidak banyak dalam hal kesesuaian, maka Anda akan tinggal dalam suatu keluarga dengan
tipe pluralis. Dalam tipe ini akan ada kebebasan percakapan akan tetapi setiap orang
selanjutnya membuat keputusan sendiri akan tindakan apa yang harus diambil berdasarkan
atas bercaka atau pan tersebut.

Tipe ketiga adalah protektif. Tipe ini cenderung rendah terjadi percakapan, tinggi
dalam kesesuaian, lebih banyak terjadi kepatuhan dan sedikit terjadi komunikasi. Orang tua
dalam tipe keluarga ini biasanya tidak memerlukan banyak waktu untuk membicarakan
segala sesuatu, dan orang tua tidak memberikan penjelasan kepada anak-anak mereka tentang
apa yang diputuskan.

Tipe keempat adalah laissez-faire menghargai/toleran. Ini akan terjadi apabila posisi
Anda rendah, baik dalam percakapan maupun dalam kesesuaian. Sifat dalam tipe ini
cenderung tidak ikut campur dab keterlibatan lebih rendah. Anggota keluarga ini biasanya
tidak peduli dengan anggota keluarga yang lain. Mereka cenderung tidak mau terlibat dalam
pembicaraan.

Teori Penetrasi Sosial

Teori ini didorong oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor di mana teori penetrasi
sosial mampu menggerakkan suatu tradisi penelitian dalam pengembangan hubungan.
Sebagian peneliti yang melakukan penelitian tentang penetrasi sosial lebih fokus pada
motivasi dan perilaku individu yang selanjutnya menanamkan model dalam tradisi
sosiopsikologis.
Teori Altman dan Taylor didasarkan atas suatu gagasan yang dikenal dalam tradisi
sosiopsikologis yakni masalah ekonomi yang membuat manusia membuat keputusan
berdasarkan biaya dan manfaat. Artinya, jika sesuatu menjadi mahal, maka kita akan berpikir
lagi untuk melakukannya

Dalam teori pertukaran sosial ini, interaksi manusia diibaratkan sebagai transaksi
ekonomi. Kita berusaha untuk memaksimalkan manfaat dan selanjutnya mengecilkan biaya.
Jika diterapkan dalam penetrasi sosial, Anda akan menguak tentang diri Anda ketia rasio
biaya manfaatnya sesuai bagi Anda. Menurut Altman dan Taylor, mitra dalam hubungan
tidak hanya menilai manfaat dan biaya dari hubungan tersebut pada saat tertentu tetapi juga
menggunakan informasi yang ada pada mereka untuk memperkirakan manfaat dan biaya
untuk yang akan datang. Menurut Altman dan Taylor ada empat dalam pengembangan
hubungan yaitu orientasi, pertukaran afektif eksploratif, pertukaran afektif dan pertukaran
seimbang.

3. TRADISI RETORIKA

Bakhtins Theory of Dialogies

Teori ini membahas mengenai ujaran, dialog (percakapan), dan tujauan yang menjadi
karakteristik dari dasar situasi retorika yang melibatkan teks, pembicara, dan pendengar. Jadi,
penulis sepakat untuk memetakan teori ke dalam tradisi retorika. Teori ini membantu kita
dalam memahami hubungan sosial yang sedang terjadi dari ujaran-ujaran yang
dikonstruksikan dan berhubungan dengan dialog lainnya.

Bakhtin menggunakan istilah fisika untuk mendiferensiasikan dua jenis teori


dialogisme yaitu; centripetal forces & centrifugal forces. Produk dan potensial dari dialog
tidak pernah berakhir karena dialog akan terus terjadi dan berkesinambungan.
Dialog merepresentasikan kontekstulisasi, proses yang sedang berjalan, dan
perkembangan subjek yang berkontribusi dalam mendefinisikan kembali dialog dari
partisipan. Dialog juga membentuk budaya, karena setiap interaksi dialog adalah pandangan
dari setiap budaya dari sudut-sudut yang penting
Aimee Carrillo Rowes Theory of Coalition and Alliance Building
Dalam bukunya, Power Line: On the Subject of Feminist Alliance, Aime Carrillo
rowe memberikan teori retorika dari aliansi feminimse yang didasarkan pada hubungan
(relationship).
Teori ini menunjukkan bagaimana feminis membentuk aliansi tindakan retorika,
penemuan-diri yang dipilih, strategis, dan produktif. Aliansi feminis menghubungkan
perempuan untuk satu sama lain dan sirkuit kekuasaan di akademi.
Kandungan dari pemikiran Rowe yang lain adalah bahwa perempuan sering tidak
menyadari bahwa pilihannya akan menjadi aliansi. Jika mereka menyadari bahwa asumsi dan
pilihan mereka dapat menjadi kekuatan isu yang kuat, mungkin mereka mengirimkan suatu
kekuatan dan fungsi dari proses tersebut.

4. TRADISI SOSIOKULTURAL

Identify Management Theory

Teori ini menunjukkan bagaimana identitas didirikan, dipertahankan, dan berubah


melalui suatu hubungan. Teori ini didesain untuk menjelaskan kompetensi komunikasi dalam
interkultural.

Relational Dialectics Theory

Teori ini menjelaskan kesinambungan mengenai hubungan dan dialog. Suatu


hubungan tercipta karena adanya dialog-dialog di dalamnya. Dialog muncul bersamaan
dengan percakpan. Terdapat dua dialog yaitu:
a. Dialogue is Aesthetic : dialog ini memfokuskan dirinya pada keseimbangan dalam
merasakan, koherensi, pembentukan, dan keseluruhan.
b. Dialogue discourse : dialog tercipta dan disusun di dalam komunikasi.

Communication Privacy Management


Teori menjelaskan mengenai keterbukaan dan privasi yang dimiliki oleh seseorang.
Kedua hal tersebut memiliki keterkaitan dengan hubungan publik dan privat.
5. TRADISI FENOMENOLOGI

Carl Rogers

Carl Roger adalah salah satu tokoh besar pada abad 20 yang mempelajari pendekatan-
pendekatan terhadap hubungan manusia. Kendati Rogers merupakan seorang psikolog, hasil
kajian Roger justru berlawanan dengan bidang dan lebih cenderung merupakan bagian dari
tradisi fenomenologio ketimbang tradisi sosiopsikologis.

Teori yang dihasilkan Roger lebih seruing disebut Teori Diri. Pendekatannya lebih
banyak membahas mengenai diri karena diri tidak dapat dipisahkan dalam hubungan.
Pendekatan Rogers dalam hubungan diawali adanya gagasan sesuatu yang fenomenal.

Rogers kemudian memformulasikan 10 hubungan yang disebut hubungan saling


tolong-menolong. Sepuluh sifat hubungan menurut Roger tersebut adalah:

1. Para pelaku komunikasi saling percaya dan dapat mendukung satu sama lain.

2. Pada dasarnya mereka dapat meceritakan dirinya dengan jelas

3. Mereka punya sikap positif tentang kenyamanan dan perhatian orang lain

4. Pasangan dalam sebuah hubungan yang saling bantu membantu menyimpan


identitas yang terpisah
5. Pasangan lainnya member izin pihak lain untuk melakukan sesuatu yang sama
6. Hubungan saling bantu ditandai oleh empati, masing-masing mencoba untuk
saling memahami perasaan satu sama lain
7. Pihak yang membantu menerima berbagai pengalaman orang lain pada saat
dihubungkan dengan orang lain

8. Pasangan akan memberi respons secara peka dari pihak yang menandai guna
membuat lingkungan yang aman terhadap perubahan pribadi.
9. Pelaku komunikasi bisa melepas diri mereka atas ancaman penialain orang lain

10. Setiap pelaku komunikasi sadar bahwa orang lain bisa berubah dan member
kesempatan orang lain berubah.
Martin Buber
Martin Buber merupakan tokoh penting di bidang keagamaan pada abad 20. Buber
member pandangan yang logis tentang manusia di era modern saat ini. Menurut Buber,
Tuhan hanya dapat dikenal dalam hubungan pribadi dengan Tuhan, dengan manusia lainnya,
dan dengan beberapa aspek yang ada di dunia. Maka dari itu, tidak ada definisi objektif dan
tepat mengenai Tuhan karena Tuhan benar-benar bersifat pribadi dan benar-benar merupakan
hubungan khusus yang disebut dialog.

Dalam sebuah dialog yang baik, Anda berada pada posisi yang menghormati diri
Anda dan orang lain kendati ada perbedaan-perbedaan yang mendasar. Namun sering kali
dalam sebuah hubungan Aku dan Engkau, kita sering tidak memperlakukan orang lain
sebagai orang-orang yang pantas. Kadan Anda menggap orang lain sebagai sebuah objek
untuk dinamai, dimanipulasi, dan diarahkan untuk kepentingan Anda sendiri.

Pada prinsipnya, teori-teori yang disampaikan oleh Roger dan Buber menyatakan
bahwa kita dapat mengenal dunia dengan pengalaman pribadi. Komunikasi adalah proses
yang kita gunakan untuk mengakui dan mengungkapkan pengalaman kita mengenai dunia.
Relational Dialectics
Leslie Baxter dan Barbara Montgomery

Kedua sarjana komunikasi ini menaruh perhatian lebih pada komunikasi intim yang
terjadi dalam hubungan dekat. Mereka menemukan bahwa dalam setiap hubungan percintaan,
persahabatan, maupun kekeluargaan, selalu ada konflik antara orang-orang di dalamnya.
Karenanya, relational dialectics menitikberatkan kajian pada tekanan, perjuangan, dan
kekacauan umum yang terjadi dalam ikatan pribadi dekat.

Dialektika Push-Me-Pull-You dalam Hubungan Dekat

Konsep sentral dari relational dialectics adalah kontradiksi. Kontradiksi adalah proses saling
mempengaruhi yang dinamis antara oposisi-oposisi yang bersatu. Kontradiksi terbentuk
ketika dua kecenderungan atau dua kekuatan yang saling terkait, juga saling meniadakan.
Maksudnya dalam hubungan, ikatan terjadi dalam kesalingterkaitan juga kemandirian satu
sama lain. Ada daya sentripetal yang mendorong seseorang untuk tetap bersama orang lain.
Namun ada pula daya sentrifugal yang mendorong seseorang untuk terpisah dari orang lain.

Tiga Dialektika dalam Hubungan

Tipe Ketegangan Dialektis yang Dilalui Orang-Orang dalam Sebuah Hubungan


Dialektika Internal (di dalam sebuah hubungan)
1. Connectedness-separateness
2. Certainty-uncertainty
3. Openness-closedness

Dialektika Eksternal(antara pasangan dengan komunitas)


1. Inclusion-seclusion
2. Conventionality-uniqueness
3. Revelation-concealment
Connectedness dan Separateness (keterkaitan dan perpisahan)

Menurut Baxter dan Montgomery, ketegangan utama dalam semua hubungan adalah
kontradiksi antara keterkaitan dan perpisahan. Setiap hubungan mengandung kontradiksi ini
karena di dalam hubungan terdapat individu-individu yang berbeda satu sama lain, dan
masing-masing memiliki individualitas masing-masing. Menurut kedua ahli ini, hubungan
tidak akan ada kecuali seluruh pihak mengorbankan beberapa otonomi individual. Meskipun
demikian, keterkaitan yang terlalu berlebihan justru akan menghancurkan hubungan itu,
karena identitas individu-individu di dalamnya, hilang.

Certainty dan Uncertainty (kepastian dan ketidakpastian)

Teori pengurangan ketidakpastian Berger menyatakan bahwa orang menginginkan


prediktabilitas dalam hubungan mereka. Menurut Baxter dan Montgomery, Berger membuat
kesalahan dengan mengabaikan keinginan orang untuk menemukan suatu novelty, sesuatu
yang baru, kejutan. Orang menginginkan sedikit misteri, spontanitas, ataupun kejutan yang
diperlukan untuk bersenang-senang. Tanpa variasi ini, suatu hubungan akan jadi
membosankan, rapuh, dan tanpa emosi.Namun tentu saja tidak semua kejutan menyenangkan.
Pasangan perlu memiliki ritual dan kebiasaan bersama selama tidak berlebihan. Apalagi tidak
semua kejutan disukai oleh kedua belah pihak. Terkadang suatu kejutan yang diharapkan oleh
salah satu pihak saja, justru dapat menyebabkan pertengkaran.

Openness dan Closedness (keterbukaan dan ketertutupan)

Teori penetrasi sosial dari Irwing Altman menyimpukan bahwa self-disclosure dalam
suatu hubungan terjadi seperti suatu siklus, seperti tren fesyen dari waktu ke waktu, ada
pasang dan surut. Diperjelas oleh Baxter dan Montgomery bahwa suatu hubungan tidak
berjalan seperti garis lurus menuju keintiman. Menurut mereka, keterbukaan dan ketertutupan
masing-masing pihak dalam suatu hubungan berlangsung seperti fase-fase bulan. Individu-
individu, dalam suatu hubungan, tidak selamanya terbuka dan tidak selamanya tertutup
terehadap pasangan mereka.
Tiga Dialektika Paralel antara Pasangan dengan Komunitas

Selain ketiga tipe dialektika internal hubungan di atas, pihak-pihak dalam suatu
hubungan juga harus menghadapai ketegangan yang munculnya dari luar hubungan-eksternal.
Dengan kata lain, ada dialektika-dialektika yang muncul dari komunitas di sekitar suatu
hubungan yang mempengaruhi hubungan itu, yaitu:

Inclusion dan Seclusion (penerimaan dan keterasingan)

Menurut Baxter dan Montgomery, suatu pasangan membutuhkan privasi yang


melimpah, sampai terbentuk suatu kode unik makna di antara mereka dan sampai tercapai
hubungan yang solid. Dalam budaya Amerika, secara sengaja menampilkan hubungan pada
orang luar, artinya mendeklarasikan bahwa mereka adalah pasangan yang menjadi suatu unit
sosial. Semakin banyak mereka menampilkan otonomi mereka dalam masyarakat, sebenarnya
mereka tengah membangun subudaya yang unik.

Individu-individu dalam suatu hubungan sering memiliki dunia sosial berbeda. Ketika
satu pihak berada di tengah dunia sosial pasangannya, ia merasakan keterasingan. Namun
ketika mereka mulai saling mengenal dan dunia sosial keduanya tidak banyak berbeda, di
situlah individu dalam suatu hubungan merasa diterima

Conventionality dan Uniqueness (kebiasaan dan keunikan)

Baxter dan Montgomery melihat bahwa masyarakat telah mencanangkan suatu tradisi
atau konvensionalitas dalam melihat pola-pola hubungan terbentuk berulang kali. Keunikan
yang berlebihan membuat orang lain merasa tidak nyaman. Namun keunikan dalam suatu
hubungan, diperlukan. Tidak ada yang ingin pola hubungannya dengan pasangannya sama
persis dengan pasangan-pasangan yang lain.

Misalnya, pria dan wanita menikah kemudian membentuk keluarga, membesarkan


anak-anak hingga mereka dewasa, adalah hal konvensional dalam masyarakat. Namun
keluarga lain punya keunikan, yaitu salah seorang anak mereka menderita cacat seumur
hidup. Karenanya, pasangan ini kemudian membangun sebuah keluarga di mana mereka
mampu menghadapi dan membesarkan anak yang cacat. Dan mereka mengajari anak-anak
mereka yang lain untuk memaklumi, menghormati dan membantu saudara mereka yang
cacat. Mereka punya sub-budaya sendiri.

Revelation dan Concealment (keterbukaan dan ketersembunyian)

Dalam jaringan sosial, memutuskan apa yang harus diberitahukan kepada masyarakat,
adalah dilema yang fundamental. Menurut kedua ahli teori ini, menyebarluaskan sesuatu
kepada publik tentang hubungan suatu pasangan, mengantarkan hubungan itu ke dalam
bahaya yang potensial. Maksudnya, apabila satu pihak ingin menyebarkan yang ini,
sedangkan pihak yang lain tidak setuju, ini bisa menimbulkan masalah dalam hubungan.

Public disclosure memang menunjukkan bahwa hubungan suatu pasangan itu kuat. Namun
ada harga yang harus dibayar untuk itu, yaitu kehilangan sebagian privasi. Jelas bukan
merupakan jalan keluar dari suatu masalah yang muncul dalam hubungan.

Cara-Cara Praktis Menghadapi Ketegangan Dialektikal

Ada 8 strategi yang bisa mempertahankan suatu hubungan dari kontradiksi-


kontradiksi di atas, yaitu:

1. Denial-penyangkalan. Yaitu latihan untuk terus-menerus merespons satu kutub


dari dialektika dan mengabaikan yang lain. Misalnya, ada pasanagan yang mengaku bahwa
mereka selalu terbuka pada pasangannya dan selalu tahu apa yang diinginkan pasangannya.
Namun cara ini, menurut Baxter, menimbulkan ketidakpuasan dalam individu dalam
hubungan tentang cara mereka mengatasi masalah otonomi dan keterkaitan dalam hubungan
mereka.

2. Disorientation. Yaitu respons yang tidak fungsional, yang muncul dari perasaan
kacau balau karena tidak ada pertolongan. Daripada menyangkal kontradiksi yang mereka
hadapi, individu-individu dalam hubungan, diliputi kontradiksi itu. Apapun hasilnya, entah
bertengkar, dingin, dsb, dialog atau mencoba untuk saling mengerti tentang dilema itu,
berhenti.
3. Spiraling Alteration antara kutub-kutub yang kontras. Artinya, memisahkan
dorongan dialektika berdasarkan waktu terjadinya. Yang terjadi sekarang, itu yang direspons.
Menurut Baxter dan Montgomery, tidakan first-one-then-the-other ini adalah yang paling
sering dilakukan oleh pasangan pada paradoks separateness-connection.

4. Segmentation-segmentasi. Yaitu taktik penggolongan di mana individu-individu


dalam hubungan mengisolasi aspek-aspek yang berbeda dalam hubungan mereka.

5. Balance-keseimbangan. Yaitu pendekatan kompromi yang mengajukan dialog


yang kontinyu, karena individu-individu melihat kedua kutub dialektika berkedudukan sama.
Namun yang dipandang baik oleh satu pihak belum tentu dipandang baik oleh pihak lain.

6. Integration-integrasi, menawarkan cara bagi individu-individu untuk bersama-


sama merespons pertentangan tanpa angan-angan yang berlebihan.

7. Recalibration-penyesuaian. Yaitu proses menyusun situasi tertentu sementara


waktu supaya tarikan atas individu-individu dalam suatu hubungan tidak lagi kelihatan
menuju arah yang berlawanan.

8. Reaffirmation-penegasan kembali. Yang melibatakan pengakuan aktif oleh kedua


belah pihak bahwa ketegangan dialektika tidak akan pernah hilang. Bukannya meratapi fakta
hubungan ini, mereka mengakui dan merayakan kompleksitas dalam hubungan mereka.

Kritik: Apa yang Kita Lakukan dengan Relational Mess?

Banyak sarjana komunikasi yang menganggap teori Baxter dan Montgomery ini
adalah teori relational mess. Mereka meragukan apakah relational dialectics bahkan harus
dianggap sebuah teori. Apalagi Baxter dan Montgomery menyatakan sendiri bahwa teori ini
punya keruwetan struktural dalam hal teori formal prediksi dan penjelasan. Tidak
menawarkan susunan hirarkial yang umum yang sifatnya aksiomatik ataupun argumen yang
proporsional.
Communication Privacy
Management Theory
Sandra Petronio

Relational Dialectics of Leslie Baxter & Barbara Montgomery

Leslie Baxter dan Barbara Montgomery adalah figurutama dari para sarjana
komunikasi yang mempelajari bagaimana komunikasi membentuk hubungan dekat yang terus
berubah. Baxter memimpin program penelitian di universitas Iowa, dan Montgomery adalah
wakil presiden dari hubungan akademik di Colorado State University-Pueblo. Sejak
penelitian pertamanya pada hubungan personal seseorang, baxter menjelaskan dia tidak
menemukan hukum ilmiah yang mengatur hubungan seseorang, menurutnya tak ada daya
tarik untuk memprediksi ketertarikan intrapersonal, dan tak ada koefisien dari perselisihan
yang dapat menjelaskan konflik manusia.

Yang dia temukan adalah bahwa seseorang berusaha untuk menginterpretasi beragam
pesan tentang hubungan mereka yang mereka ucap dan dengar. Penelitian independen yang
Montgomery lakukan juga menemukan hasil yang sama. Berdasarkan analisa tersebut maka
keduanya memfokuskan karya dan buku mereka dengan premis bahwa hubungan personal
adalah proses yang tak tentu dari aliran yang berjalan. relational dialetics menyoroti
ketegangan, perjuangan, dan kekacauan umum dari hubungan dekat personal. Merupakan
sebuah simpul dinamis dari kontradiksi dalam hubungan pribadi; sebuah keterikatan yang
terus menerus diantara tendensi yang berkebalikan atau berlawanan.

THE TUG-OF-WAR DIALECTICS OF CLOSE RELATIONSHIPS

Kontradiksi adalah konsep inti dari relational dialetics, kontradiksi adalah


keterkaitan dinamis dinatara pertentangan/oposisi yang tergabung kontradiksi terjadi
ketika dua tendensi atau kekuatan saling bergantung namun saling berlawanan satu sama
lainya. Baxter dan Montgomery terinspirasi dari pemikiran Mikhail Bakhtin, Bakthin
melihat tensi dialektikal sebagai skruktur dalam dari semua pengalaman manusia. Disatu
sisi, centripetal atau terpusat, menarik kita dengan yang lainya. di sisi lain, centrifugal, atau
tak terpusat, kekuatan yang memisahkan kita.Baxter menekankan bahwa oposisi fusion-
fission (tergabung-terpisah) Bakhtin tidak memiliki resolusi akhir. Berbeda dengan tahapan
tesis-antitesis-sintesis dialektika Hegelian atau Marxis, tidak ada sintesis akhir atau tahap
akhir dari ekuilibrum. Hubungan selalu mengalir/flux; satu hal yang pasti adalah perubahan
yang pasti. Pada awal interviewnya baxter menjelaskan prespektif dialektikal sebagai
metafora permainan tarik tambang (tug of war) dimana seseorang mengalami tarikan
tertentu pada arah yang berbeda. Metafora ini menjelaskan bahwa dalam komunikasi mereka
memberikan tarikan pada masing2 ujung tali mereka tali relasional dibawah ketegangan.

THREE DIALECTICS THAT AFFECT RELATIONSHIPS

Meskipin kita menganggap ideal tradisional dari closeness, certainty, dan openess
dalam hubungan kita, namun komunikasi kita dengan keluarga, pertemanan, dan percintaan
jarang mengikuti jalur lurus pada tujuan itu. Baxter dan Montgomery mempercayainya
karena ktia juga bergerak pada arah berlawananya yaitu autonomy, novelty, dan privacy.
Penelitian Baxter dan Montgomerys berfokus pada tiga poin relational dialetics yang
mempengaruhi hampir semua hubungan dekat: integrationseparation, stabilitychange, dan
expressionnonexpression.

Kolom Internal Dialectic menjelaskan tiga dialektika sebagaimana merkea berperan dalam
hubungan. Kolom External Dialetics menjelaskan tarikan sejenis yang menyebabkan tensi
diantara pasangan dan komunitas mereka
Integration and Separation

Adalah kelas dari relational dialetics yang termasuk connection-autonomy, inclusion-


seclusion, dan intimacy-dependence. Baxter dan Montgomerymenjelaskan kontradiksi
diantra connection dan autonomy sebagai tekanan utama dalam hubungan. Jika satu
sisi memenangkan tarik tambang saya-kita, maka hubungan hilang. menurut mereka
pasangan juga berjuang dengan masalah keintiman dalam hubunganya, Seclusion dari
kebersamaan pribadi yang dibutuhkan pada hubungan berlawanan dengan inclusion
pasangan dengan yang lain di komunitas

Stability and Change

Adalah kelas dari relational dialetics yang termasuk certainty-uncertainty,


conventionality-uniqueness, predictability-surprise, dan routine-novelty. Teori
ketidakpastian Berger menjelaskan bahwa seseorang berjuang untuk kejelasan dalam
hubungan mereka. Namun menurut Baxter dan Montgomery teori Berger membuat
kesalahan dimana dia mengabaikan upaya terus menerus pada arah berlawananya juga
yaitu novelty, dimana kita juga mengejar misteri/ketidakpastian dalam hubungan

Expression and Nonexpression

Adalah kelas dari relational dialetics yang termasuk openess-closedness, revelation-


concealment, candor-secrecy, dan transparency-privacy. Baxter dan Montgomery
mengambil penelitian Altman social penetration theory dimana hubungan tidak di
jalan lurus pada keintiman. Mereka melihat tekanan pada openess dan closedness
timbul tan tengelam. Seperti dialektika openness-closedness yang adalah sumber dari
tensi yang berjalan dalam hubungan, pasangan juga menghadapi dilema revelation-
concealment dari apa yang ingin mereka beri tahu pada orang lain.

RDT 2.0: DRILLING DOWN ON BAKHTINS CONCEPT OF DIALOGUE

Menurut Baxter teori seperti hubungan dan tidak stagnan, terus berubah dan berkembang
sepanjang waktu. Baxter sekarang mendasari bahasa dari kontradiksi dan dialektika, yang dia
sebut sebagai generasi kedua teorinya yaitu RDT 2.0, setelah dari relational dialetics. Dalam
buku barunya Voicing Relationships: A Dialogic Perspective, dia berfokus pada implikasi
relasional dari konsep dialog Mikhail Bakhtin. Dimana kata voice dalam judulnya adalah
menjelaskan bahwa hubungan mendapat makna melalui keterikatan aktif dari banyak
diskursus berlawanan atau suara RDT 2.0 menjelaskan 5 untaian dialog dari pemikiran
Bakhtin:

Dialogue as ConstitutiveRelationships in Communication

Dialog konstitutif adalah asumsi dimana komunikasi membuat, menjaga, dan


mengubah hubungan dan dunia sosial; konstruksi sosial. Baxter menjelaskan
pendekatan konstitutif pada komunikasi menanyakan bagaimana komunikasi
mendefinisikan atau mengkonstruksi dunia sosial, termasuk diri dan hubungan pribadi
kita perhatian dialog ini terdapat dalam komitmen utama dari interaksi simbolis dan
manajemen terkoordinasi dari makna. Seperti yang dijelaskan Mead dimana konsep
diri kita tebentuk dari interaksi dengan orang lain, dan Pearce dan Cornen yang
menjelaskan bahwa seseorang dalam percakapan mengkonstruksi kenyataan sosial
dan terus menerus membentuk dunia mereka.

Dialogue as Utterance ChainBuilding Block of Meaning

utterance/ucapan adalah bangunan utama dari pembuatan makna, di mana ucapan-


ucapan terkait dengan diskursus berlawanan yang sudah didengar maupun yang belum
diucapkan. ucapan adalah apa seseorang mengatakan pada satu giliran percakapan.
Baxter menyoroti empat hubungan yang mengikat di mana diskursus berlawanan
dapat didengar:

1. Cultural ideologies (melalui masa lalu)


2. Relational history (dari masa lalu yang dekat)
3. Not-yet spoken response of partner to utterance (masa depan yang dekat)
4. Normative evaluation of third party to utterance (masa depan yang jauh)

Dialogue as Dialectical FluxThe Complexity of Close Relationships

Bakhtin dan Baxter menjelaskan bahwa kehidupan sosial adalaj produk dari kesatuan
terkontradiksi dan penuh tensi dari dua keinginan yang berlawanan karena hubungan
dibuat berdasarkan dialog yang terus mengalir, Baxter menjelaskan bahwa kontruksi
pergerakanya selalu berantakan, dan kontradiksi yang tak beraturan ini menyanggah
bahwa komunikasi adalah rute satu arah pada kedekatan intrapersonal, makna yang
terbagi, atau peningkatan kejelasan. Baxter dan Montgomery mengindentifikasikan
dua strategi kontrovesial untuk merespon relational dialetics:
1. Spiraling inversion adalah bergerak maju mundur dalam dua suara yang
kontras, merespon pertama pada tarikan satu orang, kemudian yang lain.
2. Segmentation adalah menggolongkan taktik dimana pasangan mengisolasi
aspek yang berbeda dari hubungan mereka.

Dialogue as Aesthetic MomentCreating Unity in Diversity

Berdasarkan karya Bakhtin, Baxter menjelaskan dialog sebagai pecapaian estetika


"Rasa kesatuansesaat melalui hormat mendalam bagi suara-suara yang berbeda dalam
dialog." Semua pihak menjadari seutuhnya perjuangan diskursif mereka dan
menciptakan sesuati yang baru dari itu. Rasa bersama dari momen yang sesaat.
Namun kenangan dari momen tersebut membantu pasangan melewati hambatan
dalam hubungan dekat mereka.

Dialogue as Critical SensibilityA Critique of Dominant Voices

Sense kelima dari dialog adalah sesibilitas kritis, sebuah obligasi untuk mengkritisi
suara dominan, terutama yang menekan sudut pandang berlawanan; sebuah tanggung
jawab untuk mengadvokasi mereka yang di diamkan/bungkam. Dalam praktek
relasional, Baxter kritis pada mereka yang melihat pasanganya hanya sebagai objek
pengaruhnya. Dimana hubungan hanyalah dominasi yang mengolok atau
membungkam sudut pandang yang berlawananya.

ETHICAL REFLECTION: SISSELA BOKS PRINCIPLE OF VERACITY

Sissela Bok menjelaskan bahwa dia menolak larangan absolut untuk berbohong, dia percaya
setidaknya ada beberapa keadaan yang dapat membenarkan kebohongan, ketika nyawa
taruhanya dan hanya dengan berbohong dapat menghidarkan bahayanya. Dia juga meolak
etika konsensualis yang menilai tindakan berdasarkan apa yang kita pikir merugikan atau
menguntungkan. Bok tidak menilai kebohongan sebagai netral, dia percaya semua
kebohongan memiliki beban negatif dalam penilaian etika. Prinsip kejujuranya (principle of
veracity) menjelaskan bahwa pernyataan jujur lebih diutamakan dibandingkan kebohongan
di absensi dari konsiderasi spesial

CRITIQUE: MEETING THE CRITERIA FOR A GOOD INTERPRETIVE THEORY

Menurut Baxter dan Montgomery relational dialetics dipertanyakan apakah dapat disebut
teori atau tidak, karena kurang intrisik struktural dari teori formal atas prediksi dan
penjelasan; tidak memberikan berbagai hirarkis yang luas dari argumen aksiomatik atau
proposisional; tidak mewakili pernyataan tunggal dari prediksi tergeneralisasi. Menurut
mereka tujuan tradisi dari teori ilmiah tersebut bukanlah yang ingin mereka capai, karena
tujuan tersebut tidak bisa digunakan ketika menteorikan hubungan. Mereka menjelaskan
relational dialetics sebagai sensitizing theory, yang dapat dinilai berdasarkan kegunaanya
untuk membantu kita melihat hubungan dekat.

Berdasarkan pernayataan tersebut Griffin memberikan kritik yang tepat pada teori mereka
harus diterapkan pada standar untuk mengevaluasi interpretive theory,dia menjelaskanya
dalam 5 kriteria sebagai berikut:

1. Pemahaman baru tentang seseorang. Baxter dan Montgomery memberikan kita


wawasan baru untuk menjelaskan hubungan dekat kita. Membantu kita menyadari
tensi berjalan yang kita alami dengan teman, keluarga, atau pasangan.
2. Persetujuan komunitas. Karya relational dialetics Leslie Baxter mendapatkan
penghargaan dan dari sarjana yang mempelajari hubungan personal dan mengubah
pandangan mereka pada studi tersebut.
3. Klarifikasi dari nilai. Baxter dan Montgomery memodelkan nilai tingi yang Bakthin
tempatkan dalam mendengar berbagai suara. Namun terus megrkritisi penelitian
mereka yang sangat bergantung pada data laporan pribadi dalam survey dan
interview, dia menyesalkan kurangnya studi dialog yang berfokus pada pembicaraan
antara pihak relasional.
4. Reformasi dari masyarakat. Relational dialetics menciptakan sensibilitas kritis yang
mendukung dialog daripada monolog. Dengan cara ini teori adalah kekuatan untuk
perubahan-tidak hanya dalam hubungan pribadi, tapi di ruang publik juga.
5. Daya tarik estetika. Baxter memberikan harapan dari ideal estetika yang dapat kita
semua inginkan dalam menggambarkan kontradiksi relasional, gambaran yang
Mongomery menunjukan bahwa berurusan dengan dialektika dapat menyenangkan.

Vous aimerez peut-être aussi