Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja
dan dewasa muda adalah jerawat atau Acne Vulgaris.1 Acne vulgaris (AV) adalah
Acne sering terjadi khususnya pada remaja dan dewasa muda dengan manifestasi
klinis berupa komedo, papul, nodus serta kista dengan berbagai tingkat keparahan
yang berbeda-beda.2
Acne vulgaris adalah suatu kelainan dari folikel sebasea khusus yang
berkaitan dengan folikel rambut dan kelenjar sebasea yang tersering dijumpai pada
wajah, dada, dan punggung.1 Etiologi acne belum diketahui. Beberapa etiologi
yang diduga terlibat, berupa faktor intrinksik, yaitu genetik, ras hormonal; dan
obatan.2
acne vulgaris dan biasanya dimulai ketika pubertas, dari survey di kawasan Asia
vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum terjadi sekitar 85 hingga 100 persen
menunjukan yaitu 60% penderita acne vulgaris pada tahun 2006, 80% terjadi pada
1
Pada umumnya AV dimulai pada usia (12-15 tahun), dengan puncak
tingkat keparahan pada usia 17-21 tahun. AV adalah penyakit terbanyak remaja
usia 15-18 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria yaitu pada
menimbulkan fatalitas dan pada beberapa kasus dapat sembuh sendiri serta
gejala sisa dari AV dapat seumur hidup. Acne dapat cukup merisaukan karena
2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Defenisi
Acne Vulgaris (AV) atau jerawat merupakan penyakit yang dapat sembuh
sendiri.2 AV adalah suatu kondisi inflamasi umum pada unit polisebaseus yang
terjadi pada remaja dan dewasa muda yang ditandai dengan komedo, papul,
pustul, dan nodul. AV sering ditemukan pula skar pada daerah predileksi seperti
muka, bahu bagian atas dari ekstremitas superior, dada dan punggung.4
B. Epidemiologi
muda umur 12-25 tahun. Jerawat konsisten mewakili tiga kondisi kulit yang
paling umum pada populasi umum, seperti yang ditemukan dalam penelitian
60% penderita acne vulgaris pada tahun 2006, 80% terjadi pada tahun 2007 dan
90% pada tahun 2009. Prevelansi tertinggi yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana
pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun
berkisar 95-100%.4 Onset acne pada perempuan lebih awal daripada laki-laki
3
C. Etiologi
berupa faktor intrinksik, yaitu genetik, ras hormonal; dan faktor ekstrinsik
1. Sebum
2. Bakteria
ovale. Dari ketiga mikroba ini, yang terpenting yakni C. acnes yang
3. Herediter
4
4. Hormon
Hormone androgen berasal dari testis dan kelenjar anak ginjal. Hormone
meningkat.
5. Diet
manis, coklat, dll), alkohol, makanan pedas, dan makanan tinggi yodium
5
(garam). Lemak dalam makanan dapat mempertinggi kadar komposisi
sebum.4
karbohidrat dan zat lemak tidak dapat dipastikan akan terjadi perubahan
6. Iklim
panas.
permukaan kulit selain itu sinar ini juga dapat menembus epidermis
bagian bawah dan bagian atas dermis sehingga berpengaruh pada bakteri
acne, 20% tidak ada perubahan dan 20% bertambah hebat. Bertambah
tersebut.7
7. Psikis
6
belum diketahui. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi acne
androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum bahkan asam lemak dalam
8. Kosmetika
dalam jangka lama dapat menyebabkan suatu bentuk acne ringan yang
papulopustular pada pipi dan dagu bahan yang sering menyebabkan acne
ini terdapat pada berbagai krem muka seperti bedak dasar (foundation),
9. Bahan-bahan kimia
7
10. Faktor pekerjaan
pabrik dimana mereka selalu terpajan bahan-bahan kimia seperti oli dan
11. Reaktivitas
D. Patogenesis
2. Hiperproliferasi folikelpolisebasea
4. Proses inflamasi.2,8
kepermukaan kulit melalui pori pori folikel rambut. Sekresi sebum ini
8
sebum, serta menstimulasi proliferasi keratinosit pada duktus kelenjar
folikel rambut .4
Saluran Pilosebaseus
menjadi lebih tebal dan lebih melekat dan akhinya akan menimbulkan
lesi acne yang dapat berkembang menjadi lesi non- inflamasi maupun lesi
9
sebum menjadi asam lemak bebas yang berperan dalam menimbulkan
4. Inflamasi
rupture sehingga isi folikel (lipid dan komponen keratin) masuk dalam
Pathogenesis Acne
E. Gejala Klinis
(99%), punggung (60%), dada (15%) serta bahu dan lengan atas. Kadang
10
kadang pasien mengeluh gatal dan nyeri. Sebagian pasien merasa terganggu
secara estetis. Kulit AV cenderung lebih berminyak atau sebore, tetapi tidak
F. Diagnosis
Derajat Lesi
Acne ringan Komedo < 20, atau lesi inflamasi <
15, atau total lesi <30
11
1. Anamnesis
3. Pemeriksaan histopatologi
G. Diagnosis Banding
1. Erupsi Acneiformis
12
yodida dan bromida, vitamin B2, B6, B12, phenobarbital,
2. Folikulitis
13
a. Folikulitis Superfisialis
b. Folikulitis Profunda
3. Folikulitis pityrosporum
spp., berupa papul dan pustule folikular, yang biasanya gatal dan terutama
berlokasi dibatang tubuh, leher, dan lengan bagian atas. Biasanya mengenai
jarang di wajah.10
14
Gambar 3. Folikulitis pityrosporum
4. Rosasea
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah yang
penyebabnya masih belum di ketahui pasti akan tetapi ada beberapa yang
Rosasea sering di derita pada umur 30-40an. Ras kulit putih (kaukasia)
lebih banyak terkena dari kulit hitam (Negro) atau berwarna (Polinesia).
Predileksinya di sentral wajah, yaitu hidung, pipi, dagu, kening, dan alis.
Adanya eritema dan talangiektasia adalah persisten pada setiap episode dan
nyeri.10
15
Gambar 4. Rosasea
5. Dermatitis Seboroik
predileksi didaerah kaya kelenjar sebasea, scalp, wajah dan badan. Lesi
ditemui pada kelompok remaja dengan ketombe sebagai bentuk yang paling
16
Gambar 5. Dermatitis Seboroik
H. Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan :
1. Mempercepat penyembuhan
17
AV yang efektif adalah menurunkan atau mengeliminasi lesi primer secara
AV.
Terapi acne vulgaris secara medikamentosa ada 2 yaitu terapi topikal dan terapi
oral.
A. Terapi Topical :
1. Asam azaleat
menimbulkan resistensi.4
18
2. Retinoid
B. Terapi Oral
1. Tetrasiklin
tidak banyak digunakan lagi karena angka resistensi P.aknes yang cukup
2. Azitromisin
19
(3%), sakit kepala (1-2%), peningkatan enzim liver (<1%), dan
3. Isotretinoin
dosis kumulatif 120-150 mg/kg berat badan. Obat ini langsung menekan
UVB atau kombinasi UVB dan UVA dapat bermanfaat untuk acne
I. Pencegahan
pola hidup sehat mulai dari makanan, olah emosi dengan baik. Merokok
20
terdapat reseptor asetilkolin nikotinik keratinosit yang menginduksi
mengandung lemak jenuh dan sedikit lemak tidak jenuh sehingga asupan
memiliki dampak pada pengobatan acne dan bukti bukti yang ada belum
tahun 2007 bahwa restriksi kalori memiliki dampak pada pengobatan acne
bahwa produk olahan susu memperburuk acne vulgaris. Produk olahan susu
DHT lain yang merangsang kelenjar sebasea. Selain itu, acne vulgaris
faktor (IGF-1) yang bekerja pada kelenjar sebasea dan keratinosit folikel
rambut. Produk olahan susu mengandung enam puluh growth faktors, salah
21
peningkatan gula darah dan kadar insulin serum. Makanan dengan indeks
produksi sebum.11
ujungujung jari.11
J. Prognosis
sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi acne vulgaris yang menetap
sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu di rawat-Inap
di rumah sakit.2
22
BAB III
KESIMPULAN
Acne vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada pada unit
polisebaseus yang terjadi pada remaja dan dewasa muda ditandai dengan
predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada,
dan punggung, Berdasarkan klasifikasinya Acne vulgaris terdiri dari Acne vulgaris
vulgaris mencapai 60% pada tahun 2006, 80% terjadi pada tahun 2007 dan 90%
pada tahun 2009. Prevelansi tertinggi yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana pada
wanita berkisar 83-85% dan pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun berkisar 95-
100%.AV adalah suatu kondisi inflamasi umum pada unit polisebaseus yang
terjadi pada remaja dan dewasa muda yang ditandai dengan komedo, papul, pustul,
dan nodul. Etiologi acne belum diketahui. Beberapa etiologi yang diduga terlibat,
berupa faktor intrinksik, yaitu genetik, ras hormonal; dan faktor ekstrinsik berupa
mencegah pembentukan acne baru serta mencegah jaringan parut yang permanen.
dengan non higienis, memilih kosmetik yang non komedogenik, dan lakukan
23
perawatan kulit wajah. Sedangkan secara medikamentosa dibagi menurut derajat
24
DAFTAR PUSTAKA
5. Lynn DD, Umari T, Dunnick CA, Dellavalle RP. The epidemiology of acne
vulgaris in late adolescence. Adolescent Health, Medicine and Therapeutics
2016:7 1325.
10. Djuanda A. Hamzah M, Aisah S.(editors). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Ed. 5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2010.
25
26