Vous êtes sur la page 1sur 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

R DENGAN DEMAM THYPOID


DI STELLA 3b RSU SARI MUTIARA MEDAN
TAHUN 2016

Oleh :
FADHILLAH
15.02.05.065

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya serta memberikan perlindungandan kesehatan sehingga penulis dapat
menyusun makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demam Typoid .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini masih banyak
menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan penulis sendiri.
Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya, Amin.

Medan, 15 Januari 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi ................................................................................................................ 3
B. Etiologi ................................................................................................................ 3
C. Patofisiologi ......................................................................................................... 3
D. Manifestasi Klinik ............................................................................................... 4
E. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................................... 5
F. Penatalaksanaan ................................................................................................... 5
G. Komplikasi ........................................................................................................... 6
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Biodata ................................................................................................................. 7
B. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika,
Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut
data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan
sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan
tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap
tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka
kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh
Salmonella Parathypii A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak
diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa.
Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan
seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan
makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan
bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang
tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia
kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya
kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa
mengakibatkan kebocoran usus.

B. Rumusan Masalah
Apa konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam thypoid ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya Demam Thypiod serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan

1
2. Tujuan khusus :
Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit Demam Thypoid

D. Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit Demam Thypoid
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam
Thypoid

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Demam Tifoid (entric fever) adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Thypii, parathypii A, B, C pada saluran
pencernaan. (Suratum, 2010)
Penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam
kurang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit
infeksi dari Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai
saluran pencernaan (Hasan dan Atlas, 1991). Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang
demam dengan dan memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut,
dan sakit kepala (batuk). Hal ini terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau
lebih dan penyakit lain sudah disisihkan (WHO,2005).

B. ETIOLOGI
Bakteri Salmonella Typhi
Wujud dari bakteri tersebut adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum
penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh
pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41C (optimum 37C) dan pH
pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah,
feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi, fomitus, etc.

C. PATOFISIOLOGI
1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh
asam HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral
mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel
M) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak
peyeri di ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika.

3
2. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus
dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang,
dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
3. Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di
organ ini, kuman S. Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental
koagulasi).
4. Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang
sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hinga
ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil
menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti
gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada
minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri.
Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada
minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan
ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari,
jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, masa tunas terlama berlangsung 30 hari,
jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodomal,
yaitu perasaan tidak enak badan, nyeri kepala, lesu, pusing, dan tidak bersemangat, yang
kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis seperti demam, gangguan pada saluran
pencernaan seperti napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor
(coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar, disertai
nyeri pada perabaan dan terjadi gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen.

4
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan
salmonella sero group D bakteri
2. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi
3. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leukopenia,
etc
4. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit
5. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya
perdarahan usus dan perforasi
6. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag
7. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin)
8. Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Thypoid
9. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
10. SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.

F. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
a) Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus
b) Mobilisasi sesuai dengan kondisi
c) Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah decubitus
2. Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa
peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita.
Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun
mineralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari makanan
yang iritatif. Pada penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih
di perhatikan
3. Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang, dosis
50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia
Obat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
a) Ampisilin
b) Amoxicillin

5
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan usus
2. Miokarditis
3. Peritonitis biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
4. Meningitis ensefalopati
5. Bronkopneumonia
6. Anemia

6
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Biodata
1. Identitas klien
Nama : An. R
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 18 oktober 2012
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : jln. Gaperta
Tanggal MRS : 07 januari 2016
Tanggal Pengkajian : 08 januari 2016
Diagnosa medik : typoid fever

2. Identitas Orang tua


Nama Ayah : Tn. L
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : pegawai
Alamat rumah : Jln.Gaperta

Nama Ibu : Ny. S


Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln.Gaperta

B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya demam sudah 5 hari.

7
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekaran
Ibu mengatakan anaknya demam, batuk dan beringus dan sudah diberikan
paracetamol tetapi demam anaknya tidak turun
2. Riwayat Kesehatan Lalu
tidak ada
3. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
- Pertama kali disusui : Saat lahir 2 jam setelah melahirkan
- Waktu dan cara pemberian : Tak tentu, Langsung
- Jumlah pemberian : Tergantung dengan kebutuhan bayi
- ASI diberikan sampai usia : 1 tahun 3 bulan
b. Pemberian susu formula
- Alasan pemberian : ASI masih kurang
- Jumlah pemberian : Tidak menentu
- Cara memberikan : Dengan memakai Dot
c. Pemberian makanan tambahan
- Pertama kali diberikan usia : 5 bulan
- Jenis : Bubur TIM
d. Pola perubahan nutrisi tahapan usia sampai nutris saat ini
Usia Jenis Nutrisi
0 5 Bulan ASI
5 12 Bulan ASI + Bubur TIM
> 1 Tahun Nasi

4. Riwayat Psikososia
Klien tinggal bersama dengan orang tua dalam satu rumah, hubungan kedua
orang tua klien baik, pola bermain berkelompok bersama-sama dengan teman-
teman klien merasa senang saat bermain.
5. Riwayat Spiritual
Klien sering diajari orangtua nya shalat.

8
6. Reaksi Hospitalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Orang tua membawa anaknya ke RS karena anaknya butuh pertolongan
segera, dan dokter menceritakan keadaan klien saat ini sehingga membuat
orang tua khawatir dengan kondisi anak saat ini.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Saat pengkajian klien hanya diam (acuh tak acuh).
7. Aktivitas Sehari-hari
a. Nutrisi
Dirumah : Frekwensi makan 3x sehari
Jenis : Nasi, ikan, sayur, buah (kalau ada) Porsi dihabiskan.
Di RS : Frekwensi makan 3 x sehari
Jenis : Bubur, ikan, buah
Porsi makan tidak di habiskan, klien mengatakant idak nafsu makan.
b. Cairan
Dirumah : Frekwensi 5-6 gelas / hari
Jenis : Air puth, susu
Di RS : Frekwensi 3-4 gelas / hari
Jenis : Air putih
c. Eliminasi
Dirumah : BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan
Di RS : BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan
d. Istirahat dan Tidur
Dirumah : Siang 1-2 jam/hari
Malam 7-9 jam
Di RS : Siang 3-4 jam/hari
Malam 8-10 jam
e. Aktivitas
Dirumah : Klien bermain bersama teman-teman
Di RS : - Klien tampak lemah
- Klien dianjurkan oleh dokter untuk bedrest.
f. Personal hygiene
Dirumah : Mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari.
Di RS : Klien hanya dibersihkan dengan lap sejak masuk RS.

9
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang BB saat dikaji 12 kg
Kes : Compos mentis
TTV : N. 128 x/I, RR: 20x/I, T: 390C
b. Pemeriksaan head to toe
Kepala
Inspeksi : Kebersihan kurang, distribusi rambut merata, warna hitam,
tidak ada ketombe
Palpasi : Tidak ada benjolan
Wajah
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Mata
Inspeksi : Sklera putih, konjungtifa merah muda, reflex pupil
mengecil saat terkenal sinar.
Palpasi : -
Telinga
Inspeksi : Tidak ada serumen, simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada benjolan
Hidung
Inspeksi : Terdapat sekret
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, benjolan
Mulut
Inspeksi : Bibir kering, lidah kotor, mukosa kering, gigi lengkap, tidak
ada pembesaran tonsil
Palpasi : tidak ada
Leher
Inspeksi : Tidak ada distensi vena jugularis
Palpasi : Tidak ada pembesaran firgio, kelenjar limfe
Dada
Inspeksi : Expansi paru simetris kiri dan kanan
Palpasi : Taktil fremitus teraba
Perkusi : Redup pada daerah jantung
Auskultasi : Tidak ada bunyi tumbukan, dll.

10
Perut
Auskultasi : Terdengar bising usus
Inspeksi : Tidak ada asites
Palpasi : Lemas
Perkusi : Splenomegali (pembesaran limfe)
Eksremitas Atas : Pergerakan baik kiri dan kanan
Bawah : Pergerakan baik kiri dan kanan
Kulit : Sawo matang, akral teraba panas
9. Data Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
HB : 12,6 9/%
Leukosit : 4500 9/%
Trombosit : 105.000 / mm3
Widal : - S. paratyoni 0 Group B +/dos (1:320)
- S. Tyeni 0 Group D +/Dos (1:640)
- S. Tyeni H Group D +/Dos (1:160)

Therapi Medik
Inj. Cefotaxime 500 mg 1 amp
Inj. Ranitidine 25 mg 1 amp
Inj. Norages 1 amp
Paracetamol syr 3 x 1
10. Pengelompokan Data
a. Data Subjektif
- Ibu mengatakan klien demam sudah 5 hari
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
b. Data Objektif
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Terdapat sekret di hidung
- Lidah kotor, mukosa kering
- Bibir pecah-pecah
- - Widal +/positif
- T : 390C

11
Analisa Data
No Sign Etiologi Problem
DS
1 : - Ibu mengatakan klien Inflamasi Hipertermi
demam sudah 5 hari

DO : - T : 390C
2 DS : - Ibu Klien anoreksia Nutrisi
mengatakan tidak kurang dari
nafsu makan kebutuhan
tubuh
DO :- Porsi makan tidak
dihabiskan

- Lidah kotor,
mukosa kering

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertensi b/d proses inflamasi
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh B/d anoreksia

12
Nama : An. R
Umur : 3 Tahun
Diagnosa Perencanaan
N
Keperawata Implementasi Evaluasi
o Tujuan Intervensi Rasional
n
1 Hipertermi Anak 1. Kaji tingkat1. Untuk09.30 S : Ibu
b/d proses terlihat pengeluhan melihat 1. Observasi TTV klien
inflamasi segar dan keluarga seberapa T: 390C mengata
ditandai tidak klien tentang banyak N:128x/mnt kan klien
dengan demam. hipertermi pengetahuan R : 28x/mnt masih
DS : - Ibu dengan keluarga 2. Memberikan panas
mengatakan kriteria 2. tentang minum yang
klien panas hasil : hipertermi. cukup O : SB
- T: 36- Observasi 2. 37.30C
Do : - T: 390C 370c suhu, nadi, Untuk 111.00
- Klien dan mengetahuai 3. Memberikan A :
tidak pernapasan perkembanga kompres air Masalah
mengelu 3. Beri minum n penyakit dingin belum
h panas yang cukup 4 11.15 teratasi
- 3. menganjurkan
Beri kepada keluarga P :
kompres air Mengganti agar mengganti Lanjutkan
biasa cairan yang baju klien dengan intervensi
5. keluar baju yang tipis
melalui
Pakai baju evaporasi 12.00
yang tipis 4. Memberikan obat
7. Mencegah antipetik
keringat Pct Syr 3x1
terserap Inj. Ranitidine 1
kembali amp
Pemberian dalam tubuh.
obat 6.

13
antipiretik U/
menurunkan
panas
II Gangguan Nutrisi 1. Menilai1. Untuk 09.00 S : Ibu
nutrisi terpenuhi status nutrisi mengetahui 1. Menjelaskan mengataka
kurang dari sesuai anak diet dari anak pentingnya intake n belum
kebutuhan kebutuha 2. Berikan2. Memberikan nutrisi yang ada nafsu
tubuh b/d n tubuh makanan energy yang adekuat untuk makan
anoreksia dengan yang disertai cukup bagi penyembuhan
kriteria dengan anak penyakit O :
hasil : suplemen 09.30 Porsi
- Tidak nutrisi untuk 2.Mempertahank makan
ada meningkatka an kebersihan belum
anoreksia n kualitas3. mulut anak dihabiskan
- Porsi intake 12.00
makan nutrisi Mengurangi 3. Memberikan A :
dihabiska 3. Berikan kerja dari makanan dengan Masalah
n makanan usus dan porsi sedikit tapi belum
- dengan porsi lambung sering teratasi
sedikit tapi 4. Memberikan
sering. makanan yang P :
4. Untuk disertai suplemen Lanjutkan
Pertahankan meningkatka nutrisi untuk intervensi
kebersihan n selera meningkatkan
mulut, onal makan kualitas intake
5. nutrisi
Menjelaskan Menambah
pentingnya pengetahuan
intake untuk
nutrisi yang wawasan
adekuat
mengenai
untuk
nutrisi
penyembuha
n penyakit

14
Catatan Perkembangan
Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Senin Hipertermi b/d proses 09.30 S : Ibu klien
11/1-16 inflamasi ditandai -Observasi TTV mengata kan klien
dengan T: 37,50C masih panas
DS : - Ibu mengatakan klien N:128x/mnt
demam R : 28x/mnt O : T: 37.50C
-Memberikan minum
Do : - T: 390C yang cukup A : Masalah
- 11.00 belum teratasi
-Memberikan
kompres air dingin P : Lanjutkan
12.30 intervensi
6. Memberikan obat
antipiretik
Pct Syr 3x1
Senin Gangguan nutrisi kurang 10.00 S : Klien
11/1/16 dari kebutuhan tubuh b/d -Menjelaskan mengatakan belum
anoreksia pentingnya intake ada nafsu makan
nutrisi yang adekuat
untuk penyembuhan O : Porsi makan
penyakit belum dihabiskan
12.00
-Memberikan A : Masalah
makanan dengan belum teratasi
porsi sedikit tapi
sering P : Lanjutkan
- Memberikan intervensi
makanan yang
disertai suplemen
nutrisi untuk
meningkatkan
kualitas intake nutrisi

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan
800/100.000 penduduk per tahun, tersebar dimana-mana, dan ditemukan hampir sepanjang
tahun.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak
besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan pengenalan
dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih
dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.

B. Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran untuk
selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus higiene dan perlunya
penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kusnanto, 2004. Pengantar dan Praktek Keperawatan Profesional. EGC : Jakarta.

Nursalam Susilaningrum, Rekawati Utami, Sri, 2005.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.


Rampengan, T.H 1993. Penyakit infeksi tropic pada anak, Jakarta : EGC.

Suriadi dan Yuliani Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI.

Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta : EGC


Widoyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, pencegahan dan
Pemberantasannya, Penerbit Erlangga.

Vous aimerez peut-être aussi