Vous êtes sur la page 1sur 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem
kardiovaskuler. Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan
pembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini
adalah jantung yang juga merupakan organ besar dalam tubuh. Fungsi utama
jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara
mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya
rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada organ-organ
yang lain, jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi.
Sehingga munculah penyakit jantung yang dapat dibedakan dalam dua
kelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan penyakit jantung bawaan.
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural jantung yang
kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan dan beberapa waktu setelah bayi
dilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong penyakit jantung
bawaan adalah Ventricular Septal Defect (VSD).
VSD adalah kelainan jantung bawaan dimana terdapat lubang
(defek/inkontinuitas) pada septum ventrikel yang terjadi karena kegagalan
fusi septum interventrikel pada masa janin. VSD merupakan kelainan jantung
congenital tersering dengan prevalensi 20-25% dari seluruh prevalensi
jantung kongenital. Septum ventrikel terbagi menjadi 2 bagian, yaitu pars
membranacea (bagian membran) dan pars muscularis (bagianotot).
Sedangkan septum muscularis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu inlet,
trabecular, dan outlet (infundibulum). VSD yang terletak di pars membrane
sering kali meluas kebagian muscular sehingga sebagian besar ahli menyebut
VSD ini dengan istilah VSD perimembranous (PM). VSD PM merupakan
jenis tersering (70%), selanjutnya trabecular (5-20%), infundibular, dan inlet.
Kejadian VSD di Amerika Serikat dan di dunia sebanding, kira-kira
satu samapai dua kasus perseribu bayi yang lahir. Riset menunjukkan bahwa
prevalensi VSD di Amerika Serikat meningkat selama tiga puluh tahun
terakhir. Sebuah peningkatan ganda terjadi pada prevalensi VSDyang
dilaporkan oleh Centers for Disease Control and Prevention dari tahun 1968-

1
1980. The Baltimore-Washington Infant Study (BWIS) juga melaporkan
sebuah peningkatan ganda pada VSD dari tahun 1981-1989.Riset BWIS
melaporkan bahwa peningkatan ini terjadi karena makin sensitifnya deteksi
penyakit ini oleh echocardiography. Di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit
Jantung Harapan Kita, tipe perimembranus adalah yang terbanyak ditemukan
(60%), kedua adalah subarterial (37%), dan yang terjarang adalah tipe
muskuler (3%). VSD sering ditemukan pada kelainan-kelainan kongenital
lainnya, seperti Sindrom Down.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalah
Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk,
ibu yang alkoholik, usia ibu diatas 40 tahun, dan ibu penderita diabetes.
Pencegahan VSD dapat dilakukan pada awal masa kehamilan terutama tiga
bulan pertama dimana terjadi pembentukan organ tubuh antara lain jantung,
sebaiknya ibu tidak mengkonsumsi jamu berbahaya dan obat obat yang dijual
bebas di pasaran, menghindari minuman beralkohol, dan memperbanyak
asupan makanan bergisi terutama yang mengandung protein dan zat besi juga
asam folat tinggi. Pencegahan infeksi pada masa hamil dapat dilakukan
dengan melakukan imunisasi MMR untuk mencegah penyakit morbili
(campak) dan rubella selama hamil yang merupakanfaktorresikoterjadinya
VSD.
Penyakit kelainan jantung bawaan dapat di diagnosa sejak masa
kehamilan yakni memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu dengan
pemeriksaan USG kandungan. Semakin dini diagnose dapat di ketahui maka
harapan untuk proses penyembuhan akan semakin besar. Oleh karena itu
sebagai perawat harus berusaha memberikan nasehat terutama pada ibu yang
sedang hamil untuk dapat menghindari hal - hal yang dapat menimbulkan
penyakit VSD, sehingga turut membantu menurunkan prevalensi kejadian
VSD di Indonesia pada khususnya, dan juga perawat harus menerapkan
asuhan keperawatan secara tepat kepada pasien dengan VSD.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut : Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan Ventricular
Septal Defect (VSD) ?

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan
Ventricular Septal Defect (VSD).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian Ventricular Septal
Defect (VSD).
2. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi Jantung.
3. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi Ventricular Septal
Defect (VSD).
4. Mahasiswa mampu memahami etiologi Ventricular Septal Defect
(VSD).
5. Mahasiswa mampu memahami patifisiologi Ventricular Septal
Defect (VSD).
6. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis Ventricular
Septal Defect (VSD).
7. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik Ventricular
Septal Defect (VSD).
8. Mahasiswa mampu memahami komplikasi Ventricular Septal
Defect (VSD).
9. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan
Ventricular Septal Defect (VSD).
1.1 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka bagi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan mengenai konsep dasar penyakit dan konsep
dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan Ventricular Septal
Defect (VSD).
1.4.2 Bagi Mahasiswa Keperawatan
Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan
kepada masyarakat tentang konsep dasar penyakit dan konsep dasar
asuhan keperawatan pada pasien dengan Ventricular Septal Defect
(VSD).
.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Anatomi Fisiologi
Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua
bilik yang terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah
disebut Ventrikel. Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian kanan yang bertugas memompa darah ke paru-paru, dan bagian
kiri yang bertugas memompa
darah ke seluruh tubuh manusia.
Atrium dan ventrikel masing-
masing akan dipisahkan oleh
sebuah katup, sedangkan sisi
kanan dan kiri jantung akan
dipisahkan oleh sebuah sekat
yang dinamakan dengan septum.
Katup jantung berfungsi
terutama agar darah yang telah
terpompa tidak kembali masuk
ke dalam lagi.
Pembuluh yang
mengembalikan darah dari jaringan ke atrium disebut dengan vena,
dan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel dan menuju
ke jaringan disebut dengan arteri. Kedua belahan jantung dipisahkan
oleh septum atau sekat, yaitu suatu partisi otot kontinue yang
mencegah percampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini
sangat penting karena separuh jantung kjanan menerima dan
memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan sisi
jantung sebelah kiri memompa darah yang mengandung oksigen
tinggi.
Jantung itu sendiri yang mempunyai fungsi sebagai pompa
yang melakukan tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan
darah dapat mengalir ke seluruh tubuh. Pembuluh darah yang

4
mempunyai fungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan darah dari
jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya kembali ke
jantung sendiri.Perjalanan darah dalam organ tubuh dimulai melalui
jantung dimulai di vena kava superior. Kemudian darah akan
memasuki atrium kanan, mengalir melalui katup trikuspid menuju ke
ventrikel kanan. Dari sana darah melanjutkan perjalanan melalui katup
pulmonal ke dalam arteri pulmonalis, dan kemudian memasuki paru-
paru. Setelah darah melakukan pertukaran udara di paru-paru, darah
kembali menuju jantung melalui vena pulmonalis dan masuk ke dalam
atrium kiri. Darah kemudian mengalir melalui katup mitral masuk ke
ventrikel kiri yang merupakan bilik jantung yang paling kuat. Dari
sana, darah akan dipompa melalui katup aorta dan ke aorta lalu keluar
menuju ke seluruh tubuh.
2.1.2 Pengertian VSD
Defek septum ventricular (VSD) adalah suatu keadaan
abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel
kanan.(Rita &Suriadi, 2001). VSD adalah adanya hubungan (lubang)
abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel
kiri. (Heni dkk, 2001).
Ventricular septal defect (VSD) adalah kelainan
jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler. Lubang
tersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fusi
septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Kebocoran ini
terjadi karena kelambatan dalam pertumbuhannya.
2.1.3 Klasifikasi VSD
Berdasarkan lokasi defek, VSD terbagi atas 4 yaitu :
1. Defek subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal.
2. Defek membranous, terletak dibelakang septum dari katup
tricuspid.
3. Defek Atrioventrikular (AV), disebabkan karena kekurangan
komponen endokardial dari septum interventrikuler.
4. Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot.
Berdasarkan ukuran defek, VSD terbagi atas 3 yaitu :
1. Defek kecil, tidak didapatkan gejala dan murmur jantung pada
pemeriksaan rutin.

5
2. Defek sedang, menyebabkan timbul gejala pada bayi ( muncul pada
bulan pertama kehidupan).
3. Defek besar, gejala mulai muncul pada minggu pertama kehidupan.
2.1.4 Manifestasi Klinik
Defek kecil asimtomatik, defek sedang hingga besar
menimbulkan keluhan seperti kesulitan waktu minum atau makan
karena cepat lelah atau sesak dan sering mengalami batuk serta infeksi
saluran napas berulang. Ini menyebabkan pertumbuhan yang lambat.
Pada pemeriksaan fisik biasanya terlihat takipneu, aktivitas
ventrikel kiri meningkat, dapat teraba thrill sistolik, bunyi jantung II
mengeras bila telah terjadi hipertensi pulmonal, terdengar bising
pansistolik di SIC 3-4 parasternal kiri yang menyebar sepanjang
parasternal dan apeks. Pada pirau yang besar dapat terdengar bising
middiastolik di apeks akibat aliran berlebihan, dapat ditemukan gagal
jantung kongestif. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru dan
sindrom eisenmenger, penderita tampak sianosis dengan jari tabuh,
bahkan mungkin disertai tanda gagal jantung kanan (Purwaningtyas,
2008; Rilantono, 2003)
1. Ventricular septal defect (VSD) Kecil
Biasanya asimtomatik. Jantung normal atau sedikit
membesar dan tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi
jantung biasanya normal, dapat ditemukan bising sistolik dini
pendek yang mungkin didahului early systolic click. Ditemukan
pula bising pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising
dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri
dan menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke seluruh
prekordium.
2. Ventricular septal defect (VSD) Sedang
Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat
minum atau memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu
menyelesaikan makan dan minum, kenaikan berat badan tidak
memuaskan, dan sering menderita infeksi paru yang lama
sembuhnya. Infeksi paru ini dapat mendahului terjadinya gagal
jantung yang mungkin terjadi pada umur 3 bulan. Bayi tampak
kurus dengan dispneu, takipneu,serta retraksi. Bentuk dada

6
biasanya masih normal. Pada pasien yang besar, dada mungkin
sudah menonjol. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran bising
dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri
yang menjalar ke seluruh prekordium.
3. Ventricular septal defect (VSD) Besar.
Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I
sampai III dapat terjadi pirau kiri ke kanan yang bermakna dan
sering menimbulkan dispneu.Gagal jantung biasanya timbul
setelah minggu VI, sering didahului infeksi saluran napas bawah.
Bayi sesak napas saat istirahat, kadang tampak sianosis karena
kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan
pertumbuhan sangat nyata. Biasanya bunyi jantung masih normal,
dapat didengar bising pansistolik, dengan atau tanpa getaran
bising, melemah pada akhir sistolik karena terjadi tekanan sistolik
yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid-diastolik di
daerah mitral mungkin terdengar akibat flow murmur pada fase
pengisian cepat.
2.1.5 Etiologi VSD
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25%
dari seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel
tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi
dapat pula terjadi karena trauma.VSD lebih sering ditemukan pada
anak-anak dan seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan.
Pada anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala
dan seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18
tahun. Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi
ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan dengan
kelainan jantung lainnya.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD:
1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil.
2. Gizi ibu hamil yang buruk , ibu yang alkaholik.
3. Usia ibu di atas 40 tahun.
4. Ibu yang menderita diabetes.
5. Ibu peminum obat penenang.
Faktor genetik (endogen)

7
1. Anak yang lahir sebelumnya PJB.
2. Ayah atau ibu PJB
3. Kelainan kromosom (sindrom down)
4. Lahir dengan kelainan bawaan lain.

8
2.1.6 Pathway

Faktor Endogen FaktorEksogen

VSD Pembedahan

Pirau ventrikel Luka Insisi Resiko


Pirau ventrikel
kanan ke kiri infeksi
kiri ke kanan

Nyeri
Tek.ventrikel
kanan CO2

Vol. Darah Vol. Darah


keparu Penurunan
sistemik
Curah
Jantung
Perubahan
pdendotel&Tunika
muskularis arteri
kecil paru O2 kejaringan
(-)

Gg.metabolism
e nutrisi BB

Gg. Gg.
Tumbuh Pemenuha Kelemahan
nnutrisi<k
Perubahan ebutuhan
permeabilitas Kemampuan
dari membran difusi
alveoli kapiler
Intolerans
iaktifitas
Hipoksia

Gg.
pertukaran gas Sesak Cemas

9
2.1.7 Patofisiologi
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
melalui defek pada septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang
besar membuat darah mengalir dengan deras dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan menimbulkan bising. Darah dari ventrikel kanan
didorong masuk ke arteri pulmonalis. Semakin besar defek, semakin
banyak darah masuk ke arteri pulmonalis. Tekanan yang terus-
menerus meninggi pada arteri pulmonalis akan menaikan tekanan
pada kapiler paru. Mula-mula naiknya tekanan kapiler ini masih
reversibel (belum ada perubahan pada endotel dan tunika muskularis
arteri-arteri kecil paru), tetapi kemudian pembuluh darah paru menjadi
sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang permanen.
Bila tahanan pada arteri pulmonalis sudah tinggi danpermanen,
tekanan pada ventrikel kanan juga jadi tinggi dan permanen. VSD
ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah
mengalir langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke kanan.
Diameter defek bervariasi dari 0,5 3,0 cm. Kira kira 20% dari
defek ini pada anak adalah defek sederhana, banyak diantaranya
menutup secara spontan. Kira kira 50 % - 60% anak anak
menderita defek ini memiliki defek sedang dan menunjukkan gejala
pada masa kanak kanak. Defek ini sering terjadi bersamaan
dengandefek jantung lain. Perubahan fisiologi yang terjadi sebagai
berikut :
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan mengakibatkan aliran
darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat di pompa ke dalam paru,yang
akhirnya dipenuhi darah dan dapat menyebabkan naiknya tahanan
vaskuler pulmonar.
3. Jika tahanan pulomonar ini besar, tekanan ventrikel kanan
meningkat menyebabkan pirau terbalik, mengalirkan darah miskin
oksigen dari ventrikel kanan ke kiri menyebabkan sianosis
( syndrome isenmenger)
Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel
kiri meningkat dan resestensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi

10
dibandingkan dengan resistensi pulmonal melalui defek septum.
Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh
darah paru. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat
akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan menyebabkan
resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertropi otot
ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload
sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya
workload, maka terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi
resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak
sempurna
2.1.8 Komplikasi VSD
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. Kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan
kardiomegali dengan pembesaran LA, LV, dan kemungkinan
RV.Terdapat peningkatan PVM. Derajat kardiomegali dan
peningkatan PVMsesuai dengan bertambahnya besar defek VSD.
Bila telah terjadi PVODmaka gambaran lapangan paru akan
iskemik dan segmen PA akan membesar
6. Kelainan fungsi ventrikel
7. Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
8. Aritmia
9. Henti jantung
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang VSD
1. EKG : Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan
besar kecilnya defek dan hubungannya dengan hemodinamik yang
terjadi :
a. Pada VSD kecil,gambaran EKG biasanya normal,namun
kadang-kadang di jumpai gelombang S yang sedikit dalam
dihantaran perikardial atau peningkatan ringan gelombang R
di V5 dan V6.
b. Pada VSD sedang, EKG menunjukkan gambaran hipertrofi
kiri.Dapat pula ditemukan hipertrofi ventrikel kanan,jika
terjadi peningkatan arteri pulmonal.

11
c. Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi
ventrikel kiri dan kanan.Tidak jarang terjadi hipertrofi
ventrikekl kiri dan kanan disertai deviasi aksis ke kanan
(RAD).Defek septum ventrikel membranous inlet sring
menunjukkan deviasi aksis ke kiri. (LAD).
2. Gambaran Radiologi Thorax :
a. Pada VSD kecil,memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung
normal dengan vaskularisasi peru normal atau sedikit
meningkat.
b. Pada VSD sedang,menunjukkan kardiomegali sedang dengan
konus pulmonalis yang menonjol,hilus membesar dengan
vaskularisasi paru meningkat.
c. Pada VSD besar yang disertai hipertrofi pulmonal atau
sindroma eisenmenger tampak konus pulmonal sangat
menonjol dengan vaskularisasi paru yang meningkat di daerah
hilus namun berkurang di perifer
3. Echocardiografi :
a. Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-
Mode,dua dimensi doppler.Pada doppler berwarna dapat
ditemukan lokasi,besar dan arah pirau.
b. Pada defek yang kecil,M-Mode dalam batas normal
sedangkan pada dua dimensi defek kecil sulit dideteksi.
c. Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan
ekokardigrafi dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran
ventrikel kiri atau atrium, kontraktilitas ventrikel masih baik.
Pada defek besar,ekokardiografi dapat menunjukkan
adanya pembesaran ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri
pulmonalis.
2.1.10 Penatalaksanaan
1. Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup
secara spontan. Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis
infektif.
2. Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat
ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan
ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan

12
digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada
umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
3. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum
permanen: biasanya pada keadaan menderita gagal jantung
sehingga dalam pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada
anemia diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan
terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan
spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6
bulan.
4. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi
paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena
arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup,
ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya
akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan
tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri
melalui efek.

13
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Biodata
Nama, Umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, agama, tanggal lahir
dll.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke
dokter tergantung dari jenis defek yang terjadi baik pada
ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak,
pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya mengalami sesak nafas berkeringat banyak
dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada
derajat dari defek yang terjadi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan
ibu (infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat
pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM
pada ibu.
a) Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
b) Riwayat Neonatus
Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
Anak rewel dan kesakitan
Tumbuh kembang anak terhambat
Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegaly
Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
1) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang
mengalami kelainan defek jantung
2) Penyakit keturunan atau diwariskan
3) Penyakit congenital atau bawaan
e. Pola Aktivitas dan latihan

14
1) Keletihan/kelelahan
2) Dispnea
3) Perubahan tanda vital
4) Perubahan status mental
5) Takipnea
6) Kehilangan tonus otot
f. Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
1) Riwayat hipertensi
2) Endokarditis
3) Penyakit katup jantung.
g. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Ansietas, khawatir, takut
2) Stress yang berhubungsn dengsn penyakit
h. Pola nutrisi dan metabolik
1) Anoreksia
2) Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
i. Pola persepsi dan konsep diri
1) Kelemahan
2) pening
j. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1) Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga
3. Pengkajian Fisik :
a) B1 (Breathing) / Pernafasan
Pernafasan dengan ETT dibantu dengan ventilator
mode IPPV, FiO2 60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2 50-60
% dan makin turun, Ronchi positif (+), tidak ada whezing,
tidak ada stridor, Retraksi intercostal positif (+), Pernafasan
cuping hidung positif (+).

b) B2 (Bleeding) / sirkulasi
Perfusi jaringan dingin, klien tampak biru, sianosis,
Capilary refill time 3 detik, pemeriksaan TTV (Suhu,
Tekanan Darah, Suhu), bunyi jantung tambahan (mur-mur).
c) B3 (Brain) / Kesadaran

15
Kesadaran menurun , somnolen, usia 3 bulan
GCS 2 dan 6, gerakan sangat lemah
Kejang tidak ada (-)
Pupil isokor, diameter sama
Sklera putih
Kemampuan buka mata lemah
d) B4 (Blader) / Perkemihan :
Bayi menggunakan kateter
Kateter menates
Produksi urine 3 cc/jam
e) B5 (Bowel) / Pencernaan :
Bising usus positis (+), kembung posistif (+)
Terpasang sonde susu 120 cc/24 jam
BAB encer berlendir, warna hijau kehitaman, jumlah 50
cc/BAB
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Pre op
1) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi
jantung.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya
kebutuhan anak.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4) Cemas berhubungan dengan ketidak tahuan terhadap
penyakitnya
5) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke
jaringan.
6) Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak
adekuatnya ventilasi.
b. Post op
1) Gangguan rasa nyamam nyeri berhubungan dengan luka post
op
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan

16
2.2.3 Rencana Keperawatan
a. Pre op
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
O keperawatan kriteria keperawatan
hasil
1 Penurunan Setelah 1. Observasi 1. Memberikan data
curah jantung diberikan kualitas dan untuk evaluasi
yang asuhan kekuatan denyut intervensi dan
berhubungan keperawatan jantung , nadi memungkinkan
dengan diharapkan perifer, warna deteksi dini
malformasi penurunan dan kehangatan terhadap adanya
jantung curah jantung kulit komplikasi.
2. Tegakkan 2. Mengetahui
tidak terjadi
derajat cyanosis perkembangan
dengan
(misal : warna kondisi klien serta
kriteria hasil:
membran menentukan
1. Tanda-
mukosa derajat intervensi yang
tanda vital
finger) tepat.
dalam
3. Berikan obat 3. Obat obat
batas
obat digitalis digitalis
normal
sesuai order memperkuat
4. Berikan obat kontraktilitas otot
obat diuretik jantung sehingga
sesuai order cardiak outpun
meningkat /
sekurang
kurangnya klien
bisa beradaptasi
dengan
keadaannya.
4. Mengurangi
timbunan cairan
berlebih dalam
tubuh sehingga
kerja jantung akan

17
lebih ringan.
2 Perubahan Setelah
1. Hindarkan 1. menghindari
nutrisi kurang diberikan
kegiatan kelelahan pada
dari kebutuhan asuhan
perawatan yang klien
tubuh keperawatan
tidak perlu pada
berhubungan diharapkan
2. klien
klien
dengan kebutuhan
diharapkan lebih
kelelahan pada nutrisi
2. Libatkan termotivasi untuk
saat makan dan terpenuhi
keluarga dalam terus melakukan
meningkatnya dengan
pelaksanaan latihan aktifitas
kebutuhan kriteria hasil :
aktifitas klien
kalori. makanan 3. jika
habis 1 porsi. 3. Hindarkan kelelahan dapat
Mencapai kelelahan yang diminimalkan
BB normal sangat saat maka masukan
Nafsu makan dengan akan lebih mudah
makan porsi kecil tapi diterima dan
meningkat. sering nutrisi dapat
terpenuhi
4. Pertahankan
nutrisi dengan 4. peningkatan
mencegah kebutuhan
kekurangan metabolisme
kalium dan harus dipertahan
natrium, dengan nutrisi
memberikan zat yang cukup baik.
besi.
5. Mengimbang
5. Sediakan i kebutuhan
diet yang metabolisme
seimbang, yang meningkat.
tinggi zat nutrisi
6. anak yang
untuk mencapai

18
pertumbuhan mendapat terapi
yang adekuat. diuretik akan
kehilangan cairan
6. Jangan
cukup banyak
batasi minum
sehingga secara
bila anak sering
fisiologis akan
minta minum
merasa sangat
karena kehausan
haus.

3 Intoleransi Setelah
1. Anjurkan 1. melatih klien
aktivitas diberikan
klien untuk agar dapat
berhubungan asuhan
melakukan beradaptasi dan
dengan ketidak keperawatan
permainan dan mentoleransi
seimbangan diharapkan
aktivitas yang terhadap
antara pasien dapat
ringan. aktifitasnya.
pemakaian melakukan
oksigen oleh aktivitas
2. Bantu klien 2. melatih klien
tubuh dan secara
untuk memilih agar dapat
suplai oksigen mandiri
aktifitas sesuai toleranan
ke sel. dengan
usia, kondisi terhadap aktifitas.
kriteria hasil :
dan
pasien 3. mencegah
kemampuan.
mampu kelelahan
melakukan 3. Berikan berkepanjangan
aktivitas periode istirahat
mandiri. setelah
melakukan
aktifitas

19
4 Cemas Setelah
1. Orientasika 1. Menyesuaika
berhubungan diberikan
n klien dengan n klien dengan
dengan asuhan
lingkungan lingkungan
ketidaktahuan keperawatan
sekitar.
terhadap diharapkan
2. Ajak
penyakit. cemas
keluarga untuk 2. Peran
berkurang
mengurangi keluarga dalam
dengan
cemas klien jika mengatasi cemas
kriteria hasil :
kondisi sudah pasien sangat
Pasien tidak
stabil penting.
bertanya-
tanya. 3. Jelaskan 3. Untuk
Cemas keadaan yang mempersiapkan
berkurang. fisiologis pada klien lebih awal
Pasien tidak klien post op dalam mengenal
tampak situasinya.
bingung.
5 Gangguan Setelah
1. Monitor 1. mengetahui
pertumbuhan diberikan
tinggi dan berat perubahan berat
dan asuhan
badan setiap badan
perkembangan keperawatan
hari dengan
berhubungan diharapkan
2. tidur dapat
timbangan yang
dengan tidak pertumbuhan
mempercepat
sama dan waktu
adekuatnya dan
pertumbuhan dan
yang sama dan
suplai oksigen perkembanga
perkembangan
didokumentasik
dan zat nutrisi n tidak
anak.
an dalam bentuk
ke jaringan. terganggu
grafik.
dengan
kriteria hasil :
2. Ijinkan
BB dan TB

20
mencapai
anak untuk
ideal
sering
beristirahat dan
hindarkan
gangguan pasa
saat tidur.

6 Resiko Setelah
1. Berikan 1. Untuk
gangguan diberikan
respirasi support meminimalkan
pertukaran gas asuhan
( 24 jam post op resiko
berhubungan keperawatan
) kekurangan
dengan tidak diharapkan
oksigen.
adekuatnya gangguan
2. Analisa gas
ventilasi pertukaran
darah 2. Untuk
gas tidak
mengetahui
terjadi 3. Batasi
adanya
dengan cairan
hipoksemia dan
kriteria hasil :
hiperkapnia.
4. Kaji status
Pertukaran
pernafasan
gas tidak 3. Untuk
setiap 15 menit
terganggu. meringankan
Pasien tidak kerja jantung.
5. Lakukan
sesak.
suction
4. Pastikan
apakah klien
6. Atur posisi
masih dalam
yang nyaman
gangguan
untuk klien
pertukaran gas
7. Kolaborasi
5. membebaska
terapie
n jalan nafas
pemberian obat
diuretik sesuai
6. Posisi yang

21
indikasi : Lasix nyaman
diharapkan
membantu
mencegah
gangguan
pernafasan

7. Menurunkan
kongesti alveolar

b. Post op
NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria keperawatan
hasil
1 Gangguan rasa Setelah 1. Untuk
1. Periksa
nyaman nyeri diberikan mempermudah
sternotomi
berhubungan asuhan status nyeri.
dengan luka keperawatan 2. Untuk menilai
2. Catat lokasi
post op diharapkan status nyeri.
dan lamanya
nyeri 3. Untuk
nyeri
berkurang menentukan
dengan 3. Bedakan intervensi yang
kriteria hasil : nyeri insisi dan tepat.
nyeri dengan angina 4. Untuk mengatasi
skala 0- nyeri yang tidak
4. Kolaborasi
3pasien tidak tertangani.
dengan dokter
tampak
dengan
meringis.
memberikan
obat obat
analgetik

2 Resiko infeksi Setelah 1. Dorong teknik 1. Mencegah infeksi

22
berhubungan diberikan mencuci tangan nosokomial saat
dengan asuhan dengan baik perawatan.
2. Kaji kondisi 2. Mengetahui
tindakan keperawatan
luka pasien apakah terjadinya
pembedahan diharapkan
3. Berikan
tanda-tanda
infeksi tidak
antibiotik sesuai
infeksi
terjadi
dengan indikasi 3. Pemberian
dengan
antibiotik dapat
kriteria hasil :
mecegah
Tanda-tanda
terjadinya infeksi.
infeksi
berkurang

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan diharapkan pada Nursing aders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan yang mencangkup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan mempalisitai koping. Ada tiga tahap dalam tindakan keperawatan
yaitu : Persiapan, intervensi, dan dokumentasi. ( Nursalam, 2001 )
Impelentasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. ( Nursalam, 2001 )
2.2.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan. ( Nursalam,2001 )
Adapun komponen tahap evaluasi adalah pertama pencapaian
kreteria hasil, kedua keefektifan tahap-tahap keperawatn, ketiga revisi
atau terminasi keperawatn.
Evaluasi perencanaan kreteria hasil tulis pada catatan
perkembangan dalam bentuk SOAPIER :

23
S ( Subyektif ) : Keluhan-keluhan klien
O ( Obyektif ) : Apa yang dilihat, dicium, diraba dan dapat
diukur oleh perawat.
A ( Analisa ) : Kesimpulan tentang keadaan klien
P ( Plan of care ) :Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
diagnosa/ masalah keperawatan klien.
I ( Intervensi ) : Tindakan yang dilakukan perawat untuk kebutuhan
klien
E ( Evaluasi ) :Respon klien terhadap tindakan perawat
R ( Ressesment ) :Mengubah rencana tindakan keperawatan yang
diperlukan.
Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan. Hal ini bias dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat
dapat mengambil keputusan:
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan ).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan )
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan ( kilen memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan )

24
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ventrikel septum defek ditandai dengan adanya hubungan septal yang
memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, yang biasanya dari
kiri ke kanan.
Pada anak dengan ventrikel septum defek sederhana gambaran
klinisnya dapat meliputi adanya murmur, intoleransi latihan ringan, keletihan,
dispnue selama beraktivitas dan infeksi saluran nafas yang berulang ulang
dan berat.
Keseriusan gangguan ini tergantung dari pada ukuran dan derajat
hipertensi pulmonar, jika anak asimptomatik masih tidak diperlukan
pengobatan tetapi jika timbul gagal jantung kronik diperlukan untuk
penutupan defek atau pembedahan.Resiko bedah kira kira 3 % idealnya
pada anak umur 3 sampai 5 tahun.
3.2 Saran
Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari ventrikel septum
defek sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada
keluarga dengan anak yang menderita VSD.

25
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Cecily & Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Hidayat,Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cetakan
Ketiga. Jakarta: Salemba Medika
Muscari E Mary.2005. Keperawatan Pediatrik.Jakarta.EGC
Roy & Simon. 2002. Lecture Notes Pediatrik. Jakarta : Erlangga.
Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II. Jakarta,EGC
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

26

Vous aimerez peut-être aussi