Vous êtes sur la page 1sur 12

ANALISI SWOT

Dalam analisis SWOT ada empat unsur pokok yang harus dipahami:
1. Kekuatan
Kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh
suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan berperan besar tidak hanya
dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh organisasi, tetapi
juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
2. Kelemahan
Kelemahan (weakness) adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki
oleh suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan berperan besar, tidak hanya
memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga
dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
3. Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi oleh
suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar peranannya dalam
mencapai tujuan organisasi.
4. Hambatan
Hambatan (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi oleh suatu
organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam mencapai
tujuan organisasi.

Dari uraian tentang keempat unsur ini, segera terlihat bahwa unsur kekuatan dan
kelemahan pada dasarnya bersifat internal, dalam arti berada di dalam organisasi.
Sedangkan unsur kesempatan dan hambatan bersifat eksternal, dalam arti berada di
luar organisasi. Kecuali itu, segera pula terlihat bahwa unsur kekuatan dan
kesempatan merupakan faktor positif yang bersifat menguntungkan bagi organisasi.
Sedangkan unsur kelemahan dan hambatan merupakan faktor negatif yang bersifat
merugikan bagi organisasi. Untuk keberhasilan pekerjaan perencanaan, keterangan
lengkap tentang keempat unsur ini perlu dimiliki.

Teknik analisis SWOT dapat dibedakan atas tiga tahap, yaitu:


1. Melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi
Untuk dapat melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menetapkan unsur-unsur organisasi yang akan dinilai
Unsur-unsur yang akan dinilai tersebut biasanya dibedakan atas dua macam.
Pertama, unsur perangkat organisasi yang terdiri dari tenaga (men), dana
(money), sarana (material), serta metoda (method). Kedua, unsur fungsi
organisasi yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, serta
pengawasan.
b. Memberikan nilai untuk setiap unsur yang akan dinilai
Nilai yang diberikan untuk setiap unsur yang dinilai secara umum dapat
dibedakan atas dua macam:
- Nilai penampilan yang dinyatakan dengan baik atau buruk
- Nilai kepentingan yang dinyatakan dengan penting atau tidak penting
c. Membuat matrik dari hasil penilaian yang dilakukan
d. Menarik Kesimpulan hasil penelitian

a. Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi)


Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan atas
peluang yang telah diidentifikasi. Misalnya bila kekuatan perusahaan adalah pada keunggulan
teknologinya, maka keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang
membutuhkan tingkat teknologi dan kualitas yang lebih maju, yang keberadaanya dan
kebutuhannya telah diidentifikasi pada analisis kesempatan.
b. Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi)
Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan karena kelemahan
perusahaan. Misalnya jaringan distribusi ke pasar tersebut tidak dipunyai oleh perusahaan.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah bekerjasama dengan perusahaan yang
mempunyai kemampuan menggarap pasar tersebut. Pilihan strategi lain adalah mengatasi
kelemahan agar dapat memanfaatkan kesempatan.
c. Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min)
Dalam analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi ini
mencoba mencari kekuatan yang dimiliki perusahaan yang dapat mengurangi atau menangkal
ancaman tersebut. Misalnya ancaman perang harga.
d. Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini)
Dalam situasi menghadapi ancaman dan sekaligus kelemahan intern, strategi yang
umumnya dilakukan adalah keluar dari situasi yang terjepit tersebut. Keputusan yang
diambil adalah mencairkan sumber daya yang terikat pada situasi yang mengancam
tersebut, dan mengalihkannya pada usaha lain yang lebih cerah. Siasat lainnya adalah
mengadakan kerjasama dengan satu perusahaan yang lebih kuat, dengan harapan ancaman di
suatu saat akan hilang. Dengan mengetahui situasi yang akan dihadapi, anak perusahaan
dapat mengambil langkah-langkah yang perlu dan bertindak dengan mengambil kebijakan-
kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain perusahaan dapat menerapkan strategi
yang tepat.

Contoh Analisis SWOT Puskesmas Tahun 2009


1. Analisis Lingkungan Dalam Puskesmas
a. Strength (kekuatan)
i. Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk
menjangkau seluruh wilayah kerja, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas
Pembantu sereta Puskesmas Keliling. Kecuali itu untuk daerah yang jauh dari
sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.
Juga ditunjang oleh Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
berupa Posyandu, Pondok Bersalin Desa (Polindes), Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) -Desa Siaga, dan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)- Usia lanjut,
dan lain-lain.
ii. Pemerintah daerah telah menyediakan dana dari pengembalian
retribusi pendapatan Puskesmas dengan besaran yang bervariasi di setiap
kabupaten/kota, pengadaan tenaga, obat-obatan, alat kesehatan dan sebagainya.
iii. Adanya tenaga kesehatan Puskesmas yang telah ditempatkan di sarana
kesehatan baik di Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan
Desa, Pos Kesehatan Desa dan Bidan Desa di wilayah kerja Puskesmas.
iv. Adanya standard operating procedure (SOP) atau prosedur tetap dalam
Puskesmas.
v. Adanya sistem informasi manajemen Puskesmas yang bersumber dari
sitem pencatatan dan pelaporan Puskesmas, sistem informasi Posyandu, laporan
sarana kesehatan swasta, laporan lintas sektor, dan lain-lain.
vi. Adanya sistem Kesehatan Nasional dan UU tentang Kesehatan serta
peraturan perundang-undangan lainnya sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.

b. Weakness (kelemahan)
i. Visi, misi dan tujuan Puskesmas belum dipahami sepenuhnya oleh
pimpinan dan staf Puskesmas. Hal tersebut dapat melemahkan komitmen,
dukungan dan keikutsertaan pegawai dalam mengembangkan fungsi Puskesmas.
Mereka terperangkap oleh tugas-tugas rutin yang bersifat kuratif yang
kebanyakan dilakukan di dalam gedung Puskesmas. Akibatnya, kegiatan
Puskesmas di luar gedung yang bersifat promotif dan preventif kurang
mendapatkan perhatian.
ii. Beban kerja Puskesmassebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan
kabupaten atau kota terlalu berat. Pertama karena rujukan kesehatan dan dari
Dinas kesehatan kabupaten atau kota kurang berjalan. Keduakarena Dinas
kesehatan kabupaten atau kota yang sebenarnya bertanggungjawab penuh
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh di wilayah
kabupaten atau kota lebih banyak melaksanakan tugas-tugas administratif.
iii. Puskesmas masih bersifat sentralistis, dimana Puskesmas belum
memiliki keleluasaan menetapkan kebijakan program yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat.
iv. Waktu kerja pegawai Puskesmas kurang efektif dan kurang optimal.
v. Ketidakefisienan Puskesmas juga tampak dari pemanfaatan ruang
rawat inap di beberapa Puskesmas dengan tempat perawatan. Kurang tegasnya
pemisahan antara tugas pokok untuk melakukan perawatan pasien rawat inap
dengan pelayanan kesehatan masyarakat merupakam salah satu kendala
pengembangan upaya kesehatan promotif dan preventif di Puskesmas dengan
tempat perawatan.
vi. Citra Puskesmas masih kurang baik, utamanya yang berkaitan mutu,
penampilan fisik Puskesmas kurah bersih, nyaman, disiplin profesionalisme, dan
keramahan petugas dalam pelayanan kesehatan yang masih lemah.
vii. Belum tersedianya sumber daya Puskesmas yang memadai seperti
ketersediaan tenaga belum sesuai standar ketenagaan Puskesmas dan Penyebaran
tidak merata, kemampuan dan kemauan petugas belum memadai, penanggung
jawab program Puskesmas belum memiliki kemampuan manajerial program,
pengembangan sumber daya tenaga kesehatan tidak berorientasi pada kebutuhan
Puskesmas atau program, namun seringkali merupakan keinginan dari pegawai
yang bersangkutan: kurangnya tanggung jawab, motivasi, dedikasi,loyalitas dan
kinerja petugas Puskesmas.
viii. Ketersediaan obat-obatan baik jenis maupun jumlahnya terbatas, alat
kesehatan juga kurang memadai, dana operasional maupun program sangat
kurang dan hanya bersumber dari presentase pengembalian retribusi Puskesmas
dengan besaran yang bervariasi di setiap kabupaten atau kota.
ix. Belum tersedianya data dan informasi registrasi vital tentang
kependudukan dan program kesehatan yang sahid dan akurat.

2. Analisis Lingkungan Luar Puskesmas


a. Opportunity (kesempatan/peluang)
i. Amandemen UUD 1945 Pasal 28 H yang menyatakan bahwa setiap
warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal merupakan
dukungan landasan hukum sebagai peluang bagi pemerintah dan masyarakat
dalam mempercepat upaya pemerataan pelayanan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan.
ii. Kebijakan desentralisasi sebagaimana diberlakukan UU RI No. 1999
yang kemudian disempurnakan dengan UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah memberi peluang yang besar bagai Puskesmas untuk
memperbaiki sistem, rencana strategik, dan rencana operasional,
mengembangkan program dan kegiatan Puskesmas secara mandiri sesuai
kebutuhan masyarakat dan potensi yang tersedia.
iii. Kesepakatan para bupati atau walikota pada tanggal 28 Juli 2000 untuk
menyediakan alokasi dana kesehatan minimal 15 % dari APBD atau 15% PDRB
merupakan peluang yang besar bagi Puskesmas untuk mengembangkan program-
program kesehatan di wilayah kerjanya dengan dukungan anggaran yang
memadai.
iv. Adanya komitmen dan dukungan politis dari pemerintah daerah dan
DPRD kabupaten atau kota untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
v. Kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan
memberi peluang untuk mempercepat peningkatan pemerataan pelayanan serta
kualitas pelayanan Puskesmas.
vi. Adanya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatn berupa UKBM
antara lain Posyandu, Polindes, Poskesdes, Posbindu, dan lain-lain.
vii. Adanya sumber dana untuk pembiayaan kesehatan yang bersumber
dari masyarakat melalui program JPKM, Dana Kesehatan Masyarakat, Dana
Sekolah Sehat, Dana Sosial Ibu Bersalin, beras perelek atau jimpitan, dana
kematian dan sebagainya.
viii. Adanya dana stimulasi dari pemerintah daerah untuk dana sosial ibu
bersalin yang dapat dikembangkan menjadi Dana Sehat berpola JPKM.
ix. Adanya komitmen dan dukungan dari stakeholders serta tokoh
masyarakat terhadap program Puskesmas.
x. Adanya momentum program kesehatan yang strategis seperti Gerakan
Sayang Ibu, Desa Siaga, Gerakan Terpadu Nasional, dan lain-lain.
xi. Keadaan geografis yang dapat dijangkau oleh kendaraan serta
tersedianya sarana transportasi dan komunikasi yang sudah menjangkau seluruh
wilayah kerja Puskesmas.

b. Threat (ancaman/ rintangan/ tantangan)


i. Ketidakmampuan pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan kabupaten
ataukota untuk memanfaatkan era desentralisasi sebagai peluang dan kesempatan
untuk melakukan reformasi Sistem Pembangunan Kesehatan Daerah dapat
menjadi ancaman dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
wilayah kerja puskesmas
ii. Terjadinya transisi epidemiologi baik oleh pengaruh perubahan
struktur penduduk dan perubahan gaya hidup masyarakat menyebabkan beban
ganda pelayanan kesehatan yaitu tidak saja pada masalah penyakit infeksi tetapi
juga penyakit degeneratif. Selain itu pelayanan kesehatan juga menghadapi
masalah penyakit yang pada akhir ini cenderung meningkat seperti tuberculosa,
demam berdarah dengue. Fenomena-fenomena tersebut merupakan tantangan
sekaligus ancaman pengembangan Puskesmas.
iii. Terjadinya krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih tidak saja
menambahi jumlah penduduk miskin, tetapi juga menurunkan kemampuan
pemerintah dalam menyediakan anggaran untuk pembangunan kesehatan.
iv. Manajemen program Puskesmas belum dirumuskan oleh Dinas
Kesehatan kabupaten atau kota sebagai pedoman dan rujukan Puskesmas.
v. Kurangnya pembinaan dan bimbingan program dari Dinas Kesehatan
kabupaten atau kota.
vi. Kurangnya komitmen, dukungan dan keikutsertaan lintas sektoral
dalam program kesehatan.
vii. Kurangnya komitmen dan dukungan stakeholders Puskesmas terhadap
program Puskesmas.
viii. Jumlah kader kesehatan masih kurang, tingginya drop out kader,
adanya kejenuhan dari kader, sulitnya mencari kader baru, kurangnya dana
stimulasi kader, kurangnya sarana kegiatan kader seperti buku pegangan kader,
sarana pencatatan dan pelaporan kegiatan kader dan sebagainya.
ix. Sistem pembiayaan Puskesmas belum mengantisipasi arah
perkembangan masa depan, yakni sistem pembiayaan praupaya untuk pelayanan
kesehatan perorangan.
x. Puskesmas masih belum berhasil dalam menggali, menghimpun dan
mengorganisasi partisipasi masyarakat serta membina kemitraan dengan sektor
lain yang terkait.
xi. Berkembangnya pelayanan kesehatan swasta yang lebih profesional,
bermutu, dan bernuansa profit merupakan ancaman terhadap pelayanan
kesehatan pemerintahan termasuk Puskesmas.
xii. Kurangnya penggunaan obat generik karena banyaknya pasokan obat
pasien menyebabkan tingginya harga obat-obatan dan merupakan ancaman
pelayanan kesehatan terutama untuk masyarakat miskin.
xiii. Mobilisasi penduduk yang tinggi menyebabkan penularan penyakit
yang cepat serta perubahan lingkungan dan perilaku sosial budaya masyarakat
merupakan ancaman terhadap semakin meningkatnya masalah kesehatan.
xiv. Pemanfaat tenaga dan sarana kesehatan Puskesmas masih kurang,
termasuk pemanfaatan bidan desa, dimana bidan desa lebih banyak dimanfaatkan
dalam upaya promotif dan preventif.
xv. Masih adanya persalinan dukun paraji dan belum tejalin kemitraan
antara bidan desa dengan dukun paraji.
xvi. Perilaku Hidup Bersih dana Sehat (PHBS) masih belum memasyarakat
dan membudaya baik PHBS rumah tangga, sarana kesehatan, institusi
pendidikan, tempat kerja, mauoun tempat-tempat umum.

Berdasarkan analisis SWOT Puskesmas tahun 2009 tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa Puskesmas saat ini terdapat pada kuadran 4 yaitu menghadapi kondisi yang paling
buruk karena harus menghadpi ancaman/ rintangan/ tantangan (threat) besar yang bersumber
pada lingkungan luar dan pada saat yang bersamaan dilanda berbagai kelemahan internal
(weakness). Strategi yang tepat pada keadaan demikian ialah strategi defensif dalam arti
mengurangi atau mengubah bentuk perlayanan kesehatan yakni:
a. Mengubah paradigma yaitu dari paradigma sakit menjadi paradigma
sehat. Paradigma sehat yakni upaya kesehatan menitikberatkan pada upaya
promotif dan preventiftanpa mengesampingkan upaya promotif dan rehabilitatif.
b. Upaya kesehatan Puskesmas lebih menitikberatkan pada upaya
kesehatan yanjg mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan AKI dan AKB
seperti program keterpaduan KB-kesehatan di Posyandu
c. Upaya kesehatan Puskesmas menfokuskan pada program basic-six
Pembinaan dan pengembangan Puskesmas hendaknya diupayakan untuk
memaksimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang atau kesempatan (strategi SO
(strength-oportunitty) atau Strategi Kekuatan-Peluang) dengan meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman (strategi WT-weatness-threat atau strategi kelemahan-ancaman),
sehingga Puskesmas berada pada kuadran 1, dimana Puskesmas menghadapi berbagai
peluang-kesempatan lingkungan luar dan memiliki berbagai kekuatan yang mendorong
pemanfaatan berbagai peluang tersebut, sehingga strategi yang tepat yaitu strategi
pertumbuhan (agresif).

Contoh Analisis dari Kelompok Kami Mengenai Penanganan Penyakit Hepatitis


B pada Kalangan Mahasiswa:

Kekuatan Kelemahan
1. Perilaku yang 1. Akses ke
dianjurkan efektif untuk tempat-tempat kosan
menurunkan kejadian penyakit mahasiswauntuk
Hepatitis B. mempromosikan menjaga
2. Khalayak sasaran kesehatan tubuh agar
mempunyai pemahaman yang terhindar dari penyakit
baik mengenai manfaat ekonomis Hepatitis B masih terbatas
atas kesehatan mahasiswa. oleh transportasi dan jarak
3. Pendidikan antara masyarakat.
kesehatan diberikan sejalan 2. Kurangnya
dengan peningkatan infrastruktur program pelatihan yang baik
air dan sanitasinya serta untuk meningkatkan kualitas
kebersihan di daerah sekitarnya. kesehatan SDM.
4. Kampanye 3. Organisasi
mendapat dukungan politis yang kami belum terlalu dikenal
kuat. oleh departemen-departemen
5. Jumlah SDM yang pemerintah lainnya
cukup memadai untuk promosi
menjaga kesehatan tubuh agar
terhindar dari penyakit Hepatitis
B.
6. Penggunaan
teknologi informasi yang
memadai.
Peluang Ancaman
1. Khalayak dapat 1. Mahasiswa
dijangkau melalui media. kekurangan pendidikan dalam
2. Cuci tangan yang menerapkan kualitas hidup
benar merupakan satu langkah lebih sehat dan baik.
awal bagi pelaku untuk dapat di 2. Kesehatan
lakukan. tidak di anggap sebagai
3. Menggunakanberb kebutuhan yang paling
agai macam alat suntik yang penting.
steril.
4. Memilih warung
makan dan minum yang terjaga
kebersihan hidangannya.
5. LSM lainnya dari
wilayah kami akan mendukung
upaya kami.

1. Masalah Penyakit Hepatitis B


kesehatan yang menjadi
kepedulian kita.
2. Khalayak utama 1.Mahasiswa
potensial. 2. Penjual makanan dan
minuman
3. Bapak dan Ibu Kos
3. Tantangan kunci
yang harus kita fokuskan
a. Tantangan yang a. Khalayak kurang
berhubungan dengan mengetahui efektivitas cuci
pengetahuan, sikap dan tangan dan mengonsumsi
perilaku khalayak sasaran makan-makanan sehat dan
b. Tantangan yang bergizi untuk mencegah
berhubungan dengan penyakit Hepatitis B.
kemampuan berkomunikasi b. Kurangnya
secara efektif penerapan pendidikan
c. Tantangan yang komunikasi dalam menerapkan
berhubungan dengan kualitas hidup sehat untuk lebih
menciptakan suatu situasi baik bagi tubuh dengan
yang membuat khalayak masyarakat disekeliling.
lebih mudah mengambil c. Tekanan dari
tindakan yang diinginkan lingkungan keluarga dan sosial
yang memperkecil manfaat cuci
tangan.
Khalayak sasaran juga
menghadapi tantangan lainnya
seperti kurangnya air bersih dan
sanitasi lingkungan tidak
mendukung.
4. Peluang kunci
yang harus kita fokuskan
a. Peluang yang a. Khalayak
berhubungan dengan sasaran memahami manfaat
pengetahuan, sikap dan pengetahuan ekonomis tentang
perilaku khalayak sasaran menjaga kesehatan dengan cuci
b. Peluang yang tangan.
berhubungan dengan b. Berangkat dari
kemampuan berkomunikasi upaya pendidikan kesehatan
secara efektif yang sudah ada oleh LSM
c. Peluang yang c. Memberi contoh
berhubungan dengan cuci tangan yang baik,
menciptakan suatu situasi melakukan pola hidup sehat,
yang membuat khalayak menggunakan berbagai macam
lebih mudah mengambil alat suntik yang steril
tindakan yang diinginkan
5. Kenyataan (faktor 1. Penggunaan alat
yang tidak bisa di ubah hingga suntik yang tidak steril pada
bisa membatasi efektivitas kita). tindik telinga, tato dan
akupuntur
2. Kurangnya sadar
diri untuk menjaga kebersihan
tangan dan tubuh dari kotoran
disekeliling kita.
3. Kurang berhati-
hatinya dalam memilih untuk
membeli makanan dan
minuman sehari-hari di warung
sekeliling.
4. Banyak fasilitas
kesehatan tingkat rendah yang
tidak memiliki tempat, staf atau
perlengkapan untuk
memberikan pelayanan.
6. Menimbang 1. Meningkatkan
situasi di atas, kita berharap bisa praktek cuci tangan
memberikan kontribusi berikut 2. Menggerakkan
ini untuk mencapai peningkatan masyarakat untuk menjaga
kesehatan yang di inginkan. kebersihan lingkungan,
memilih makanan bernilai gizi
serta sadar akan pentingnya
kesehatan.

Berdasarkan analisis SWOT mengenai Penanganan Penyakit Hepatitis B pada


Kalangan Mahasiswa tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak mahasiswa yang
kurang sadar akan kebersihan menjaga tubuh, lingkungan dan konsumsi makanan di sekitar
untuk mencukupi kebutuhan hidup sehatnya. Strategi yang tepat pada keadaan demikian ialah
strategi defensif dalam arti mengurangi atau mengubah bentuk perilaku mahasiswa dalam
menjaga kesehatan tubuhnya agar terhindar dari penyakit Hepatitis B, yakni menitikberatkan
kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Contohnya mengenalkan bahaya dan
pencegahan penyakit Hepatitis B seperti menyarankan mahasiswa untuk: tidak kontak
seksual sebelum waktunya, tidak menggunakan jarum suntik secara bersama, penggunaan
jarum yang steril pada tindik telinga, tato dan akupuntur, tidak saling meminjamkan peralatan
pribadi seperti alat cukur dan manicure, memilih mengonsumsi makanan sehat dan bernilai
gizi tinggi, menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih sehingga menimbulkan keadaan
yang sehat.

Vous aimerez peut-être aussi