Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dosen Pendamping:
Kristiawati,S.Kp., M.Kep. Sp.Kep.An
Disusun oleh :
Kelas A 1 Kelompok 4
Syarif Hidayatullah 131411131088
Pratama Soldy Izzulhaq 131411131091
Indah Febriana Nila 131411131094
Ainun Saananiyah 131411131097
Ridha Cahya Prakhasita 131411131100
Tessa Widya Kosati 131411131103
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
2.4.8 Komplikasi Akromegali .................................................................. 26
2.4.9 Prognosis Akromegali ...................... Error! Bookmark not defined.
BAB III ................................................................................................................. 28
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM ................................................................. 28
3.1 Asuhan Keperawatan Umum pada Klien Gigantisme ............................ 28
3.2 Asuhan Keperawatan Umum pada Pasien Akromegali.......................... 33
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ... Error! Bookmark not defined.
4.1 Asuhan Keperawan Kasus pada Pasien Gigantisme .............................. 39
4.2 Asuhan Keperawatan Kasus pada Pasien Akromegali . Error! Bookmark
not defined.
BAB V................................................................................................................... 39
PENUTUP ............................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Growth Hormon (GH) merupakan hormon yang merangsang pertumbuhan dan
replikasi sel dengan cara meningkatkan laju sintesis protein (Sylvia & Lorraine,
2006). Hormon ini menyebabkan pertumbuhan semua jaringan tubuh yang
mampu tumbuh, meningkatkan penambahan ukuran sel, dan meningkatkan
mitosis bersama peningkatan jumlah sel. Aktivitas GH yang baik akan
menjadikan pertumbuhan seseorang menjadi normal.
Akromegali berasal dari bahasa Yunani, akros (ekstremitas) dan magas
(besar), pembesaran ekstremitas. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang
ditandai oleh pertumbuhan tulang ekstremitas, muka, rahang, dan jaringan lunak
secara berlebihan dan kelainan metabolik sekunder akibat hipersekresi hormon
pertumbuhan yang berlebihan dan kelainan metabolik sekunder akibat
hipersekresi hormon pertumbuhan yang berlebihan sesudah terjadi penutupan
lempeng epifiseal. (Janti Sudiono, 2008) Gigantisme atau somatomegali
merupakan kasus yang sangat jarang. Gigantisme lebih sering pada anak laki-laki
ketimbang perempuan. Pada gigantisme, seorang anak bertumbuh secara ekstrem
jauh melebihi anak sebayanya. Tidak hanya pertumbuhan linier panjang tulang,
tetapi juga disertai pertumbuhan otot dan organ tubuh, sehingga pada gigantisme,
postur tubuh tetap tampak proporsional antara lengan, tungkai, badan, dan kepala.
Meskipun tangan dan kaki tampak relatif besar terhadap tinggi tubuh. Berbeda
dengan gigantisme, akromegali muncul akibat hipersekresi hormon pertumbuhan
(growth hormone) saat masa pertumbuhan telah terhenti atau lempeng epifisis
telah menutup. Lantaran laju pertumbuhan tulang tidak diimbangi oleh
pertumbuhan otot, maka postur tubuh tampak tidak proposional.
Angka prevalensi Akromegali diperkirakan mencapai 70 kasus dari satu juta
populasi, sementara angka kejadian Akromegali diperkirakan mencapai 3-4 kasus
setiap tahunnya dari satu juta penduduk. Usia rata-rata pasien yang mengalami
Akromegali adalah 40-45 tahun. (Cahyanur, 2010). Frekuensi Gigantisme di
Amerika Serikat sangat jarang, diperkirakan ada 100 kasus yang dilaporkan
hingga saat ini. Insiden kejadian Gigantisme tidak jelas. (Eugster & Pescovitz,
2002). Gigantisme biasa terjadi di Negara barat karena di Negara barat
4
Gigantisme bisa terdiagnosis secara dini, sedangkan di Afrika, Amerika selatan
dan Asia jarang terdiagnosis secara dini. (Herder, 2008).
Kelainan aktivitas hormon pertumbuhan dapat mengakibatkan beberapa
gangguan keseimbangan tubuh. Penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang
tepat sangat diperlukan untuk mengatasi masalah yang muncul akibat gangguan
hipofisis yang terjadi. Oleh karena itu melalui makalah ini kami akan membahas
mengenai Akromegali, Gigantisme dan asuhan keperawatannya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami gangguan pada kelenjar
Hipofisi Anterior terutama GH dan memberikan asuhan keperawatan yang
tepat pada pasien Dwafirsme
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi kelenjar
hipofisis.
2. Mahasiswa mampu memahami definisi gigantisme dan akromegali.
3. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi gigantisme dan akromegali.
4. Mahasiswa mampu memahami etiologi gigantisme dan akromegali.
5
5. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis gigantisme dan
akromegali.
6. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi gigantisme dan
akromegali.
7. Mahasiswa mampu memahami pemerikasaan diagnostik pada
gigantisme dan akromegali.
8. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada gigantisme dan
akromegali.
9. Mahasiswa mampu memahami komplikasi gigantisme dan akromegali.
10. Mahasiswa mampu memahami prognosis gigantisme dan akromegali.
11. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan
pada gigantisme dan akromegali.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat institusi
Sebagai bahan masukan dalam menentukan arah kebijakan terutama yang
berhubungan dengan kasus dwafirsme
1.4.2 Manfaat ilmiah
Menjadi informasi dan bahan bagi pengembangan ilmu keperawatan
khususnya keperawatan endokrin metabolik
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis merupakan struktur kompleks pada dasar otak, terletak
dalam sela tursika di rongga dinding tulang sfenoid dan terbentuk sejak awal
perkembangan embrional dari penyatuan dua tonjolan ektofermal yang berongga
(Sylvia & Lorraine, 2006). Kantung Rathke (terdiri dari sel-sel rongga mulut),
suatu invaginasi dari atap daerah mulut primitif yang meluas ke atas menuju dasar
otak dan bersatu dengan tonjolan dasar vertrikel ketiga yang akan menjadi
neurohipofisis. Kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior atau
neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus dan lobus anterior atau
adenohipofisis yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis.
Suatu sistem vaskular, yaitu sistem portal hipotalamo-hipofisis, juga
menghubungkan hipotalamus dengan bagian anterior kelenjar hipofisis. Terdapat
jaringan sinus kapiler yang luas mengelilingi sel-sel hipofisis anterior, sebagian
besar darah yang masuk ke sinus-sinus ini mula-mula mengaliri plekus kapiler
lain di bagian bawah hipotalamus atau eminensia mediana (John E., 2010). Darah
dari pleksus kapiler eminensia mediana berasal dari arteri hipofisialis superior dan
mengalir melalui pembuluh porta hipotalamus-hipofisis di tangkai hipofisis untuk
membasuh sel-sel adenohipofisis (John E., 2010). Melaui sistem vaskular ini,
hormon pelepasan dari hipotalamus dapat mencapai sel-sel kelenjar untuk
mempermudah pelepasan hormon.
7
2.1.1 Hipofisis Anterior/Adenohipofisis
Hormon hipofisis anterior meliputi hal berikut ini.
1. Growth hormone (GH) atau hormon pertumbuhan. Organ targetnya adalah
seluruh tubuh. Fungsi:
a. Pertumbuhan sel dan tulang
b. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
a) Meningkatkan sintesis protein
b) Meningkatkan lipolisis (memecahkan lemak menjadi asam
lemak dan gliserol)
c) Meningkatkan retensi elektrolit dan volume cairan ekstraselular
2. Prolaktin (PRL). Organ targetnya adalah payudara dan gonad. Fungsi:
a. Perlu untuk perkembangan payudara dan laktasi
b. Pengatur organ reproduksi wanita dan pria
3. Thyroid-stimulating hormone (TSH). Organ targetnya adalah kelenjar
tiroid. Fungsi:
a. Perlu untuk pertumbuhan dan fungsi tiroid
b. Mengendalikan semua fungsi tiroid
4. Adrenocorticotrophic hormone (ACTH). Organ targetnya adalah korteks
adrenal. Fungsi:
a. Perlu untuk pertumbuhan dan mempertahankan besarnya korteks
adrenal
b. Mengendalikan keluarnya (release) glukokortikoid (kortisol) dan
adrenal androgen (sifat kejantanan)
5. Gonadotropin, terdiri atas follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Organ targetnya adalah gonad. Fungsi:
a. Menstimulasi gametogenesis dan produksi steroid seks pada pria dan
wanita
Tabel 1. Sel adenohopofisis dan Hormon-hormonnya
8
(kortikotropin; ACTH) korteks adrenal; mempertahankan
ukuran zona fasikulata dan zona
retikularis korteks adrenal
Mamotrop,
Prolaktin (PRL) Merangsang sekresi dan produksi susu
laktotrop
10
somatotropik hypophysis anterior. Sekresi Gh dirangsang oleh faktor pelepas
hormon pertumbuhan (GRF), yang disintesis dalam neuron hypothalamus
parviselular. Somatostatin, juga dikenal sebagai faktor penghambat hormon
pertumbuhan (GIH=growth inhibiting hormone factor), suatu faktor hypothalamus
lain, langsung menghambat sekresi GH. Sekresi hormon pertumbuhan meningkat
selama masa latihan fisik, stres, hipoglikemia atau depresi protein serta setelah
pemberian berbagai obat, seperti L-dopa, epinefrin, insulin, glukagon dan turunan
morfin. Sekresi Gh hypothalamus timbul secara periodik sepanjang hari, dengan
gelora menonjol selama pagi hari.
2.2.2 Hipersekresi Hormon Pertumbuhan
Hipersekresi hormon pertumbuhan bisa disebabkan oleh disfungsi
hipotalamus atau yang lebih sering adalah adenoma hipofisis. Adenoma hipofisis
ditemukan pada pasien dengan akromegali. Akromegali bisa terjadi pria dan
wanita. Umur rata-rata gangguan ini diketahui adalah 40 tahun, dan penyakitnya
berlangsung selama 5-10 tahun. Akromegali adalah penyakit kronis, progresif,
dan menimbulkan cacat badan. Penyebab kematian akromegali adalah
kardiomiopati dengan kegagalan jantung kogestif, hipertensi, diabetes mellitus,
dan infeksi paru.
Keluarnya hormon pertumbuhan yang terlalu banyak mengakibatkan
produksi somatomedin yang terlampau banyak. Somatomedin yang sangat banyak
akan mengakibatkan sel tulang, jaringan ikat, kartilago, dan jaringan lunak
menjadi sangat banyak. Gangguan ini disebut akromegali atau gigantisme.
Akromegali timbul apabila hipersekresi hormon pertumbuhan terjadi pada masa
dewasa dan mengenai pertumbuhan jaringan lunak dan struktur tulanh, misalnya
hidung, bibir, rahang, dahi, tangan, dan kaki, karena pertumbuhan atau
pembesaran berlangsung secara progresif. Gigantisme terjadi pada masa kanak-
kanak dan masa pubertas sebelum lapisan epifis menutup, sehingga pertumbuhan
tulang adalah proporsional.
2.2.3 Efek Fisiologis
Menurut John E. Hall (2010), GH memiliki berbagai efek di seluruh tubuh,
yaitu:
a. Meningkatkan pertumbuhan linier
11
GH merangsang kartilago hipofisis atau lempeng pertumbuhan tulang-
tulang panjang. Di bawah pengaruh GH, kondrosit di lempeng
pertumbuhan terangsang sehingga sel-sel ini berproliferasi dan
megendapkan tulag rawan baru yang diikuti oleh perubahan tulang
rawan ini menjadi tulang. Proses ini memperpajang batang tulang
pajang. Pada akhir masa remaja, ketika tidak ada lagi tulang rawan
epifisi (penutupan epifis), GH tidak lagi dapat memperpanjang tulang
panjang. GH juga meningkatkan aktivitas osteoblas, sehingga masssa
tulang total akan meningkat oleh GH meskipun epifisi telah menutup.
b. Mendorong pengendapan protein di jaringan
GH adalah suatu hormon anabolik protein dan menyebabkan
keseimbangan nitrogen positif. Hormon ini meningkatkan penyerapan
asam amino di sebagian besar sel dan sintesis asam amino menjadi
protein.
c. Mendorong pemakaian lemak untuk energi
GH menyebabkan mobilisasi asam lemak dan meningkatkan
kecenderungan pemakaian asam lemak bebas untuk energi. Efek GH
tersebut bersama dengan efek anabolik proteinnya, menyebabkan
peningkatan lean body mass (masa tubuh tanpa lemak). Efek lipolitik
GH memerlukan waktu beberapa jam untuk muncul. Paling tidak
sebagian dari efek ini disebabkan oleh efek GH yang menimbulkan
gangguan penyerapan glukosa ke dalam sel lemak. Karena
menigkatnya kadar asam lemak bebas dan ketoasid dalam plasma, GH
bersifat ketogenik.
d. Mengganggu pemakaian karbohidrat untuk energi
GH menurunkan penyerapan dan pemakaian glukosa oleh banyak sel
peka-insulin, misalnya otot dan jaringan lemak. Akibatnya, konsentrasi
glukosa darah cenderung meningkat dan sekresi insulin juga
meningkat untuk mengompensasi terjadinya resistensi insulin yang
dipicu oleh GH. Oleh karea itu, GH bersifat diabetogenik.
2.2.4 Somatomedin dan Efek Anabolik GH
Efek GH pada pertumbuhan linier dan metabolisme protein bersifat tak
langsung dan diperantarai melalui pembentukan polipeptida yang dinamai
12
somatomedin atau faktor pertumbuhan mirip insulin (IGF). Somatomedin
disekresikan oleh hati dan jaringan lain. Somatomedin C atau IGF-1 adalah suatu
protein 70 asam amino yang dihasilkan oleh hati dan mencerminkan kadar GH
plasma (John E., 2010). Efek pemicu pertumbuhan GH disebabkan oleh
somatomedin yang diproduksi baik secara lokal maupun sirkular di tulang rawan
dan otot, somatomedin yang diproduksi secara lokal bekerja secara otokrin atau
parakrin untuk merangsang pertumbuhan.
2.2.5 Rangsangan Metabolik Sekresi Hormon Pertumbuhan
Sekresi hormon pertumbuhan berada di bawah pengaruh suatu hormon
pelepas (GHRH) hipotalamus dan inhibiting hormon (somatostatin) hipotalamus
(John E., 2010) . Regulasi umpan balik sekresi GH diperantarai oleh somatomedin
C darah melalui kerja di hipotalamus dan hipofisis. Kadar somatomedin C yang
tinggi di plasma akan menurunkan pelepasan GH dengan menigkatkan sekresi
somatostatin dari hipotalamus dan dengan bekerja langsung pada hipofisis untuk
mengurangi kepekaan terhadap GHRH.
Sekresi hormon pertumbuhan paling tinggi selama masa pubertas dan
berkurang pada masa dewasa (John E., 2010) . Hal ini mungkin ikut berperan
menurunkan massa tubuh non lemak dan meningkatkan massa lemak yang khas
bagi usia lanjut. Menurut John E. Hall (2010) terdapat tiga kategori umum
rangsangan yang menigkatkan sekresi GH, yaitu:
a. Berpuasa, kekurangan protein kronik, atau keadaan lain dengan penurunan
mendadak substrat-substrat metabolik, misalnya glukosa dan asam lemak
bebas dalam plasma.
b. Meningkatkan kadar asam amino plasma, seperti terjadi setelah
megkonsumsi makanan berprotein.
c. Olahraga dan rangsangan stres, misalnya nyeri dan demam.
2.3 Gigantisme
2.3.2 Etiologi
14
Tabel 1. Penyebab Sekresi GH yang berlebihan (Erica dan Ora, 1999)
2.3.3 Patofisiologi
Secara anatomi, kelenjar hipofise terdiri dari 3 bagian yaitu bagian anterior
yang disebut adenohipofisis, lobus intermedia, dan bagian posterior yang
disebut neurohipofisis. Bagian anterior memproduksi antara lain
adrenocorticotropic hormone, thyroidstimulating hormone, hormon
pertumbuhan, endorfin, dan gonadotropin.
Sementara, lobus intermedia mensekresi melanocyte-stimulating hormone
(MSH). Sedangkan bagian posterior menghasilkan hormon oksitosin dan
vasopresin. Secara garis besar, fungsi kelenjar hipofisis mengarah pada upaya
tubuh mempertahankan homeostasis agar pertumbuhan dapat berlangsung
secara optimal.
Pada kondisi tubuh normal, faktor yang mempengaruhi sekresi hormon
pertumbuhan dari hipofisis anterior adalah usia, jenis kelamin, diet, olahraga,
tidur nyenyak, berpuasa, kadar hormon androgen pada pria, dan estrogen pada
wanita.
Sebaliknya, kondisi stres, sulit tidur, hiperglikemia, asam lemak bebas yang
tinggi dalam darah, penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
dehidrotestosteron, dan kadar IGF-1 yang tinggi, bersifat menghambat sekresi
hormon pertumbuhan dari kelenjar hipofisis. (Suryadjaja, 2014)
15
Sekresi GH berlebihan memiliki beberapa penyebab potensial dan mungkin
terjadi dalam konteks sejumlah gangguan heterogen. Di antaranya, berbagai
mekanisme patofisiologi spesifik telah dijelaskan atau diusulkan, semua yang
mengakibatkan GH berlebih sebagai kelainan umum akhir.
Kasus GH hipersekresi dapat dibagi menjadi dua kategori utama: yang
berasal dari hipofisis primer sumber dan orang-orang yang tampaknya
disebabkan oleh peningkatan GHRH sekresi atau disregulasi. Sebuah spektrum
morfologi hipofisis patologis ada, mulai dari adenoma hipofisis terisolasi
biasanya terlihat dalam kasus-kasus hipofisis primer GH hipersekresi
hiperplasia pituitari, yang biasanya ditemukan dalam konteks berkepanjangan
GHRH kelebihan.
Meskipun gigantisme biasanya terjadi sebagai gangguan terisolasi, itu juga
mungkin fitur dari kondisi medis yang mendasari seperti multiple endokrin
neoplasia (MEN) tipe-1, sindrom McCune-Albright (MAS), neurofibromatosis,
atau kompleks Carney. Itu berbagai etiologi dari GH berlebih bersama dengan
terkait. (Erica dan Ora, 1999)
2.3.4 Manifestasi
16
Gambar 1. Penderita gigantisme dengan orang normal (Erica dan Ora,
1999)
2.3.6 Penatalaksanaan
17
Kemajuan terbesar dalam beberapa tahun terakhir dalam pengobatan GH
berlebih telah berada dalam bidang terapi medis adalah pengembangan analog
somatostatin, seperti octreotide, mewakili utama selain armamentarium
farmakologis untuk GH hipersekresi. Respon terapi untuk octreotide,
ditemukan sangat efektif dalam mayoritas pasien dengan gigantisme atau
akromegali, dapat diprediksi dengan penurunan kadar serum GH setelah dosis
satu sc (Lamberts, 1992).
Efek samping dari analog somatostatin terutama terdiri dari keluhan
gastrointestinal ringan dan peningkatan risiko batu empedu. Terapi
farmakologis tambahan terdiri dari bromokriptin dopamin agonis, yang dapat
memberikan adjuvant perawatan medis dari gigantisme dan telah ditemukan
untuk menjadi aman bila digunakan pada anak untuk jangka waktu. (Moran,
1994)
2.3.7 Komplikasi
Bila gigantisme yang tidak terdiagnosis dan tidak mendapat terapi, dalam
jangka panjang dapat memunculkan kondisi serius berupa hipertensi, diabetes
melitus tipe 2, dan penyakit jantung termasuk hipertrofi dan gagal jantung.
(Suryadjaja, 2014)
2.3.8 Prognosis
Hanya sekitar 100 kasus gigantisme di dunia hingga saat ini. Gigantisme
dapat melanda pada usia berapapun sebelum lempeng epifisis menutup, tetapi
sering terjadi pada usia anak 5-15 tahun. Dengan terapi pengangkatan
mikroadenoma hipofise (ukuran tumor kurang dari 10mm), angka kesembuhan
total dari gigantisme mencapai 80-85 persen. Sedangkan untuk makroadenoma
(ukuran tumor 10mm atau lebih) mencapai 50-60 persen.
Prevalensi mikroadenoma hipofisis sesungguhnya jauh lebih tinggi
ketimbang makroadenoma. Lantaran mikroadenoma pituitari sering tidak
terdiagnosis dan umumnya ditemukan secara insidental saat medical check up,
maka mikroadenoma sering disebut insidentaloma pituitari. (Suryadjaja, 2014)
18
2.4 Akromegali
2.4.1 Definisi
2.4.2 Epidemiologi
2.4.3 Etiologi
19
keadaan yang tidak dapat dibedakan secara klinis dari akromegali ini dapat
ditemukan pada individu dengan kadar hormon pertumbuhan basal dan dinamis
yang normal dengan sekret hipofisis yang tidak terdeteksi. Kasus semacam ini
mempunyai faktor pencetus pertumbuhan yang unik, dan didiagnosis sebagai
akromegaloidisme. Secara umum, kadar hormon pertumbuhan berhubungan
secara proporsional dengan ukuran adenoma dan keparahan penyakit secara
menyeluruh.
Kelainan serupa yaitu gigantisme, terjadi pada anak dengan terjadinya
pertumbuhan berlebih dari tulang panjang tubuh. Defisiensi pembentukan
hormon pertumbuhan menyebabkan kekerdilan yang ditandai oleh
perkembangan tulang yang abnormal pendek.
Terdapat sekresi GH berlebihan akibat adenoma hipofisis, seringkali oleh
sel eosinofil. GH menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari jaringan lunak,
termasuk kulit, lidah, dan visera serta tulang. Hormon ini memiliki sifat
antiinsulin.
2.4.4 Patofisiologi
Bila tumor sel hormon pertumbuhan terjadi setelah pubertas yaitu setelah
epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang, orang tidak dapat tumbuh
lebih tinggi lagi, tetapi jaringan lunaknya dapat terus tumbuh, dan tulang dapat
tumbuh menebal. Keadaan ini dikenal dengan akromegali. Pembesaran
khususnya nyata pada tulang-tulang kecil tangan dan kaki serta pada tulang-
tulang membranosa, rahang bawah dan bagian-bagian vertebra, karena
pertumbuhannya tidak berhenti pada pubertas. Akibatnya rahang menonjol ke
depan, kadang-kadang sebesar 0,5 inci, dahi miring ke depan karena
pertumbuhan samping supraorbital yang berlebihan, hidung bertambah besar
sampai mencapai 2 kali ukuran normal, kaki memerlukan sepatu ukuran lebih
besar dari pada keadaan normal. Dan jari-jari menjadi sangat tebal sehingga
ukuran tangan hampir 2 kali normal. Selain efek-efek ini perubahan pada
vertebra, biasanya menyebabkan punggung bungkuk. Akhirnya, banyak organ
jaringan lunak seperti lidah, hati, dan khususnya ginjal menjadi sangat besar.
Setelah pertumbuhan somatis selesai, hipersekresi GH tidak akan
menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan penebalan tulang-tulang dan
20
jaringan lunak, keadaan ini disebut dengan akromegali dan penderita
akromegali memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki (Sylvia Price, 2005).
Akromegali, suatu penyakit proliferasi jaringan penyambung, dijumpai pada
individu dewasa dengan kelebihan GH, karena pertumbuhan tulang panjang
berhenti pada individu dewasa, kelebihan GH tidak dapat menyebabkan
pertumbuhan skelet. Akromegali berkaitan dengan pertumbuhan kartilago
tangan, kaki, hidung, rahang, dagu, dan tulang wajah. Proliferasi jaringan
penyambung di organ internal, termasuk jantung juga terjadi. Pada akromegali,
jari, rahang, dahi, tangan, dan kaki menebal. Tangan tidak saja menjadi lebih
besar, tetapi bentuknya akan menyerupai persegi empat (seperti sekop) dengan
jari-jari tangan lebih bulat dan tumpul. Penderita mungkin membutuhkan
ukuran sarung tangan yang lebih besar. Kaki juga menjadi lebih besar dan lebih
lebar, dan penderita menceritakan mereka harus mengubah ukuran sepatunya.
Pembesaran ini biasanya disebabkan oleh pertumbuhan dan penebalan tulang
dan peningkatan pertumbuhan jaringan lunak (Sylvia Price, 2005).
Selain itu, perubahan bentuk raut wajah dapat membantu diagnosis pada
inspeksi. Raut wajah menjadi semakin kasar, sinus paranasalis, dan sinus
frontalis membesar. Bagian frontal menonjol, tonjolan supraorbital menjadi
semakin nyata, dan terjadi deformitas mandibula disertai timbulnya
prognatisme (rahang yang menjorok ke depan), dan gigi geligi tidak dapat
menggigit. Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang. Lidah
juga membesar sehingga penderita sulit berbicara. Suara menjadi lebih dalam
akibat penebalan pita suara.
Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang yang berlebihan,
mengakibatkan timbulnya nyeri di punggung dan perubahan fisiologik
lengkung tulang belakang (Sylvia Price, 2005). Pemeriksaan radiografik
tengkorak pasien akromegali menunjukkan perubahan khas disertai
pembesaran sinus paranasalis, penebalan kalvarium, deformitas mandibula
(yang menyerupai bumerang), dan yang paling penting ialah penebalan dan
destruksi sela tursika yang menimbulkan dugaan adanya tumor hipofisis.
Bila akromegali berkaitan dengan tumor hipofisis, maka pasien mungkin
mengalami nyeri kepala bitemporal dan gangguan penglihatan disertai
hemianopsia bitemporal akibat penyebaran supraselar tumor tersebut, dan
21
penekanan kiasma optikum (Sylvia Price, 2005). Pasien dengan akromegali
memiliki kadar basal GH dan IGF-1 yang tinggi juga dapat diuji dengan
pemberian glukosa oral. Pada subjek yang normal, induksi hiperglikemia
dengan glukosa akan menekan kadar GH. Sebaliknya, pada pasien akromegali
dan gigantisme kadar GH gagal ditekan.
2.4.5 Manifestasi Klinis
1. Perubahan pada bentuk wajah: hidung, bibir, dahi, rahang, serta lipatan kulit
menjadi besar dan menonjol ke depan sehingga gigi renggang. Jaringan
lunak juga tumbuh sehingga wajah kelihatan seperti ada edema.
2. Kedua tangan dan kaki membesar secara progresif.
22
3. Lidah, kelenjar ludah, limpa, jantung, ginjal, hepar, dan organ lainnya juga
membesar.
4. Gangguan toleransi glukosa bisa berkembang sampai timbul diabetes
mellitus.
5. Gangguan metabolisme lemak dengan akibat hiperlipidemia.
6. Cepat lelah dan letargi.
Manifestasi Oral
Pembesaran maksila dan mandibula dengan spacing gigi disebabkan oleh
pertumbuhan alveolar yang berlebihan.
Hiperplasia kondil bersama dengan pembentukan tulang pada bagian depan
mandibula dan penambahan sudut mandibula yang jelas, menghasilkan
maloklusi gigi yang agak tipikal dan prognati. Gigitan silang (crossbite)
posterior yang menyeluruh merupakan temuan yang umum ditemukan.
23
Penebalan mukosa mulut, hipertrofi jaringan kelenjar liur, makroglosia, dan
bibir yang menonjol ditemukan pada hampir semua kasus. Bersamaan dengan
perubahan pada struktur mandibula, dapat terjadi sindrom disfungsi nyeri
miofasial dan kelainan bicara.
2.4.7 Penatalaksanaan
1. Tes diagnostik
Tes diagnostik yang spesifik seperti kadar hormon pertumbuhan yang
tertekan oleh pengikatan dengan glukosa. Harus digunakan tomografi dari
sella tursica untuk melengkapi kriteria biokimiawi. Pemeriksaan
radioimmunoassay dengan somatomedin C juga dapat digunakan sebagai tes
rutin dan untuk menentukan korelasi antara aktivitas penyakit dengan tes
lainnya.
24
Uji diagnostik untuk gangguan ini meliputi computed tomography (CT
scan), magnetic resonance imaging (MRI), pemeriksaan sekresi hormon dari
hipofisis dan organ target, serta pemeriksaan mata.
2. Terapi
Terapi berhubungan dengan normalisasi kadar hormon pertumbuhan dan
mengembalikan fungsi normal hipofisis. Paling sering digunakan terapi bedah
transfenoidal yang memberi respon cepat, yaitu pembuangan jaringan yang
hiperfungsi, radiasi kelenjar hipofisis, dan obat untuk menekan hormon
pertumbuhan.
Radioterapi konvensional pada daerah ini selama 4-6 minggu
menghasilkan 70% normalisasi fungsi hipofisis, meskipun dapat
mengakibatkan terjadinya hipohipofisis.
Keberhasilan perawatan terlihat dengan menghilangnya jaringan lunak
abnormal, meskipun cukup banyak deformitas muka yang tetap ada. Pada
kasus ini, deformitas perlu dikoreksi dengan bedah maksilofasial, termasuk
mandibular osteotomi dan glosektomi parsial.
3. Medikasi
Untuk gangguan prolaktinoma, obat yang sering dipakai adalah
Bromocriptine. Bromocriptine dapat mengembalikan kadar hormon ke
normal, memulihkan fertilitas, dan memperkecil tumor. Somatostatin
(Sandostatin) juga berhasil memperbaiki akromegali karena bisa menekan
pengeluaran hormon pertumbuhan. Obat ini diberikan subkutan 3-4 kali
sehari.
4. Pembedahan
Pembedahan dan radiasi merupakan dua macam pengobatan yang juga
bisa menjadi pilihan pasien. Radiasi dipakai apabila tumor sudah besar dan
tidak bisa semua diangkat dengan pembedahan. Radiasi diberikan selama 4-6
minggu. Pengobatan pilihan untuk adenoma penyekresi hormon pertumbuhan
adalah reseksi transfenoidal. Krainotomi frontal dilakukan apabila tumor
sudah besar. Komplikasi pembedahan adalah transien diabetes insipidus (dari
beberapa hari sampai dua minggu), meningitis, infeksi, rinorea serebrospinal,
dan hipopituitarisme.
5. Diet
25
Perubahan diet perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarga karena
intoleransi karbohidrat dapat mengakibatkan diabetes mellitus. Diet pasien
diabetes melitus dapat dipakai sebagai patokan. Pembatasan natrium dan lipid
diperlukan bagi pasien dengan gagal jantung kongestif karena akromegali.
2.4.8 Prognosis
Angka harapan hidup turun setengahnya karena komplikasi kardiopulmonal.
Penatalaksanaan disebut berhasil jika terjadi penghancuran jaringan yang
memproduksi GH berlebih. Pembedahan diindikasikan pada kemunduran
penglihatan yang progresif (pemeriksaan perimetri regular wajib dilakukan)
dan sebagian akan menganjurkannya pada semua penderita akromegali yang
keadaannya cukup sehat untuk menjalani operasi. Hipofisektomi transsfenoidal
adalah pengobatan terpilih.
2.4.9 Komplikasi
Komplikasi akromegali dapat berupa hipopituitarisme, hipertensi,
intoleransi glukosa / DM, kardiomegali dan gagal jantung.
Carpal tunnel syndrome dapat menyebabkan kelemahan ibu jari dan atrofi
thenar. Pasien dapat sangat terganggu oleh artritis panggul, lutut dan tulang
belakang. Gangguan lapangan pandangan dapat menjadi berat dan progresif.
Komplikasi yang menyertai penyakit gigantisme dan akromegali, antara
lain:
1) Hypopituitarism
Hypopituitarism dapat terjadi akibat efek pendesakan tumor maupun akibat
pengobatan. Penderita dengan terapi radiasi perlu monitor jangka panjanh
terhadap fungsi hipofise, karena kelainan dapat terjadi setelah 15 tahun atau
lebih (Cook, 2004).
2) Kelainan pernafasan
Kelainan pernafasan pada akromegali terjadi karena pertambahan massa
jaringan lunak di daerah saluran napas sehingga menyebabkan terjadinya
gangguan tidur.
3) Penyakit kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskular yang terjadi pada pasien akromegali biasanya
adalah gangguan fungsi sitolik dan diastolic (hipertensi) dan juga
26
pembesaran kedua ventrikel jantung. Hipersekresi hormone pertumbuhan
dapat mengakibatkan retensi cairan natrium oleh ginjal yang akan
menyebabkan peningkatan volume plasma dan berperan dalam terjadinya
hipertensi.
4) Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dapat terjadi akibat kecenderungan HP untuk
meningkatkan glukosa darah dan menurunkan sensitivitas insulin (Corwin,
2009).
27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
28
Apakah klien mengalami pembesaran pada lingkar kepala dengan
mengukurnya sesuai umur klien. Observasi apakah klien mengalami
pembesaran hidung, apakah mandibula tumbuh berlebihan, apakah
klien memiliki struktur gigi yang renggang, apakah jari dan ibu jari
tumbuh menebal dan besar, serta apakah klien mengalami kifosis.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Breath (B1)
Biasanya pada pasien gigantisme tidak terjadi perubahan pola napas,
bunyi napas normal. Gangguan napas biasanya terjadi akibat adanya
proses pembesaran tumor jinak (adenoma) atau hiperplasia pada kelenjar
hipofisis anterior.
2. Blood (B2)
Pada gigantisme biasanya tidak terjadi perubahan dalam kerja jantung.
Namun apabila riwayat penyakit semakin buruk, maka nadi bisa turun
(N=60-100x/menit), hipertensi, hipertrofi jantung, atau bahkan gagal
jantung.
3. Brain (B3)
Pada tumor hipofisis anterior yang mengakibatkan gigantisme biasanya
sering mengalami sakit kepala serta gangguan penglihatan bila
makroadenoma pituitari telah menekan saraf mata (nervus opticus)
4. Bladder (B4)
Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak sempurna
Pola BAK biasanya normal.
5. Bowel (B5)
Pada gigantisme biasanya pola BAB normal, namun dapat terjadi
pembesaran deformitas mandibula disertai timbulnnya prognatisme
(rahang yang menjorok ke depan) serta struktur gigi yang renggang
membuat pasien tidak dapat menggigit sehingga meyulitkan dalam
mengunyah makanan. Selain menyebabkan struktur gigi yang renggang,
pembesaran mandibula juga menyebabkan lidah membesar sehingga
penderita sulit berbicara atau disfagia (Price, 2005).
6. Bone (B6)
29
Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal sangat cepat sehingga dapat
terjadi pembesaran pada kaki dan tangan perubahan bentuk yang terjadi
membesar. Pembesaran tersebut dapat menyebabkan kelemahan, lipatan
kulit kasar dan tebal, serta memiliki turgor yang jelek.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan kadar GH
2. MRI Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menemukan adanya
adenoma pituitari.
3. Juga Computed Tomography (CT) scanning untuk evaluasi tumor pada
organ pankreas, adrenal, indung telur, organ paru (bronchogenic
carcinoma) yang mensekresi hormon pertumbuhan.
3.1.2 Masalah Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh
2. Harga diri rendah situasional
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.1.3 Intervensi
Diagnosa 1 : Gangguan citra tubuh (00118)
Domain 6. Self-Perception
Class 3. Body Image
NOC NIC
30
120008 Penyesuaian terhadap perubahan tanggapan mereka terhadap perubahan
dalam fungsi tubuh (3-5) tubuh dan penyesuaian masa depan
yang akan dialami anak
120003 Deskripsi bagian tubuh yang
terkena (3-5)
Self-Awareness Enhancement (5390)
120016 Ajarkan sikap terhadap bagian 1. Kaji pemahaman klien bahwa setiap
tubuh yang terkena (3-5) individu itu unik
2. Kaji perasaan pasien terhadap kondisi
diri
3. Bantu klien mengungkapkan secara
verbal rasa ketidakterimaan terhadap
kenyataan
4. Fasilitasi pasien untuk
mengidentifikasi respon yang salah
terhadap situasi
5. Bantu klien menerima diri sendiri
pada kondisi yang berbeda dengan
yang lain
31
mengidentifikasi kekuatan dan
kemampuan sendiri
5. Menilai dampak dari situasi kehidupan
pasien pada peran dan hubungan
6. Menilai pemahaman pasien dari proses
penyakit
32
100903 Asupan lemak (3-5) 4. Tawarkan makanan ringan padat gizi
100904 Asupan karbohidrat (3-5)
100908 Asupan kalsium (3-5) Swallowing Therapy (1860)
100910 Asupan serat (3-5) 1. Kolaborasi dengan tim medis lain,
terapi okupasi (speech patologys) dan
ahli gizi dalam rencana rehabilitasi
pasien secara berkesinambungan
2. Tentukan kemampuan pasien untuk
fokus perhatian dalam proses latihan
makan dan cara menelan
3. Kolaborasi dengan terapi wicara untuk
menginstruksikan keluarga pasien
bagaimana cara makan dan menelan
4. Ajarkan pasien untuk membuka dan
menutup mulut dalam memanipulasi
makanan
33
Tanyakan kepada pasien apakah pernah mengalami penyakit yang
sama, tentang riwayat obat, misalnya kontrasepsi oral dan obat
psikotropik
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Akromegali tidak diturunkan dari riwayat keluarga yang memiliki
penyakit akromegali.
5) Riwayat Psikososial
Status mental dan emosional Perubahan pada tingkah laku, misalnya
cepat marah, cemas, dan khawatir tentang citra diri
c. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing) : Pembesaran organ, terutama jantung dan hati serta
tanda-tanda yang timbul
B2 (Blood) : Hipertensi
B3 (Brain) : Fungsi saraf kranial II, III, IV, dan VI, Perubahan
retina bisa menunjukkan papiledema (edema pada
saraf optik)
B4 (Bladder) :
B6 (Bone) : Mobilitas dan perubahan pada sendi
Sistem Endokrin
1. Penderita menunjukkan hipertiroidisme, lemah otot, parestesia,
terutama sindrom carpal tunnel, dismenorea, dan penurunan libido.
2. Diabetes melitus dan menurunnya toleransi glukosa
Sistem Integumen
1. Jerawat, hirsutisme, keluar keringat berlebihan
2. Ginekomastia dan galaktorea (kelebihan prolaktin)
3. Hipogonadisme, oligomenorea
d. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas yang berhubungan dengan tidak ada kepastian penyebab
hipersekresi dan tumor, tidak ada kepastian hasil pengobatan,
perubahan struktur tubuh, serta disfungsi seksual.
2. Nyeri (sakit kepala) yang berhubungan dengan tekanan intrakranial
tumor.
34
3. Gangguan kenyamanan yang berhubungan dengan nyeri pada sendi
dan vertebra (pertumbuhan tulang yang abnormal).
4. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan pada
struktur tubuh, kebutaan, disfungsi seksual, masalah mobilitas, dan
masalah kemandirian.
5. Defisit pengetahuan tentang gangguan hormonal, pengobatan, dan
komplikasi pengobatan yang berhubungan dengan kurang informasi
yang tepat.
e. Intervensi Keperawatan
1. Mengurangi rasa cemas
a) Kaji tingkat kecemasan, stresor yang ada, dan strategi yang dipakai
pasien untuk mengatasi stressor
b) Jelaskan dengan rinci mengenai uji diagnostik dan pengobatan
c) Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan masalah
yang dialaminya dan gunakan sumber yang bisa membantunya.
Tingkat kecemasan yang dialami pasien dengan hipersekresi
kelenjar hipofisis karena tumor bisa berbeda pada setiap individu.
Respons individu terhadap perubahan tubuhnya, ketidakpastian
pemeriksaan diagnostik dan pengobatan, tidak mungkin bisa sama.
Stressor seperti gangguan penglihatan yang bisa berakhir pada
kebutaan, infertilitas, disfungsi seksual, dan imobilitas pasti dapat
mengguncang stabilitas emosional seseorang. Perawat bisa banyak
membantu pasien dengan memperhatikan dampak emosional
penyakitnya. Salah satu intervensi keperawatan yang banyak
membantu pasien adalah penyuluhan kesehatan. Ketidaktahuan dan
keraguan dapat menambah rasa cemas. Pasien juga perlu mengetahui:
a) Kaitan tanda-tanda yang dialaminya dengan tumor hipofisis dan
hipersekresi hormon
b) Bahwa tidak semua tumor adalah ganas. Tumor hipofisis seringkali
tidak ganas
c) Uji diagnostik yang akan dilaksanakan: CT scan, MRI, dan
pengkajian visual
35
d) Biasanya, dokter menjelaskan pengobatan yang ada dan perawat
memberi penekanan
e) Apa yang diharapkan dari pengobatan, termasuk masalah yang
reversibel dan ireversibel
2. Memberi rasa nyaman
a) Pantau rasa nyeri setiap empat jam. Pakai skala untuk menilai rasa
nyeri. Minta pasien memberi tau secara spesifik rasa nyeri dan
menunjuk lokasi rasa nyeri.
b) Tentukan waktu rasa nyeri itu timbul dan beri obat analgesik yang
telah dipesan dokter sebelum rasa nyeri memuncak. Kaji efek
analgesik.
c) Bantu pasien memakai tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi
rasa nyeri, misalnya mengubah posisi dengan kepala ditinggikan,
masase, mendengar lagu yang bisa menyenangkannya,
mengalihkan perhatian (distraksi), modifikasi lingkungan, kompres
hangat atau dingin, dan lain-lain.
d) Konsultasikan dengan dokter apabila rasa nyeri tidak berkurang
e) Lakukan tindakan yang bisa membantu pasien istirahat dan tidur.
3. Menangani perasaan harga diri rendah
a) Kaji faktor-faktor yang bisa mengancam harga diri dan ungkapan
pasien yang negatif mengenai dirinya.
b) Buat pasien merasa bahwa reaksinya terhadap stressor adalah
normal dan reaksi itu tidak sama pada setiap individu.
c) Bantu pasien mempertahankan seoptimal mungkin kemandirian
dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan kontrol pribadi
d) Bantu pasien mencari makna pengalaman penyakitnya dan
mengatasi situasi
4. Mencegah kekurangan volume cairan
a) Kaji faktor risiko kekurangan cairan dan memperbaikinya apabila
memungkinkan
b) Timbang berat badan setiap hari sebelum sarapan pagi setelah
vesika urinaria dikosongkan. Pakai timbangan yang sama.
36
c) Pantau setiap delapan jam adanya tanda defisit cairan, misalnya
turgor kulit buruk, mukosa kering, hipotensi postural dan
takikardia
d) Asupan cairan sebanyak 2500-3000 ml per hari, kecuali apabila
ada kontraindikasi
e) Pertahankan terapi parenteral
f) Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya
mempertahankan cairan yang seimbang dan tindakan untuk
mencegah defisit cairan.
37
5. Menjelaskan gangguan yang dialaminya, bisa mengaitkan tanda-
tanda dengan gangguan kelenjar hipofisis, pengobatan, efek dan
efek sampingnya, serta modifikasi diet.
38
BAB IV
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a) Identitas
Nama : An. S
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Surabaya
Status perkawinan: Lajang
b) Keluhan utama
Pasien mengatakan bahwa dia merasa sakit kepala dan kesulitan untuk
tidur. Pasien juga mengeluh bahwa tinggi badannya bertumbuh
dengan cepat dan merasa malu karena berbeda dari teman sebayanya.
39
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit serupa.
f) Riwayat psikososial
Pasien menjadi pendiam sehingga jarang berinteraksi dengan teman-
temannya maupun dengan orang lain.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Breath (B1)
Tidak terjadi gangguan pernafasan, pola nafas normal.
b) Blood (B2)
N: 49 x/menit, TD : 100/60 mmHg
c) Brain (B3)
Nyeri kepala
d) Bladder (B4)
Pola BAK normal
e) Bowel (B5)
Pola BAB normal.
f) Bone (B6)
Pertumbuhan tulang cepat, deformitas tulang.
B. Analisa Data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
40
temannya. tubuh cepat
DO:
Tubuh menjadi semakin tinggi
Klien tampak diam saat
ditanya.
41
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh b.d postur tubuh yang tidak sama dengan anak
seusianya
2. Harga diri rendah situasional b.d perilaku dan pandangan orang lain.
NOC NIC
42
rasa ketidakterimaan terhadap kenyataan
4. Fasilitasi pasien untuk mengidentifikasi
respon yang salah terhadap situasi
5. Bantu klien menerima diri sendiri pada
kondisi yang berbeda dengan yang lain
Diagnosa 2 : Harga diri rendah situasional b.d perilaku dan pandangan orang lain (00120)
Domain 6. Self-Perception
Class 2. Self-Esteem
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki harga diri yang tinggi dan
merasa percaya diri
NOC NIC
43
intimidasi atau ejekan
E. Evaluasi
1. Klien dan keluarga dapat menerima perubahan kondisi tubuh yang dialami
klien
2. Klien memiliki harga diri yang tinggi dan merasa percaya diri
3. Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat
A. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Identitas
Nama : Tn N
Usia : 42tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Suku : Jawa
44
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Surabaya
b) Keluhan utama
Pasien mengeluh sakit kepala bagian depan , kedua jari-jari kedua
tangan membesar , Pasien juga mengatakan nyeri punggung dan juga
cepat lelah serta mengeluh pada penglihatannya
B. Pemeriksaan Fisik
g) Breath (B1) : Pembesaran jantung, hati dan tiroid.
h) Blood (B2) : N : 91 x/menit, TD : 110/80 mmHg
i) Brain (B3) : Nyeri kepala bagian depan dan mengalami
gangguan penglihatan
j) Bladder (B4) :-
k) Bowel (B5) : Penurunan nafsu makan, mengalami kesulitan
dalam mengunyah makanan dan berbicara
l) Bone (B6) : jari-jari kedua tangan membesar, sakit kepala
bagian depan, nyeri punggung, lidah tampak membesar dan giginya
meregang.
C. Analisa Data
NO. Data Etiologi Masalah Keperawatan
45
DS: klien mengeluh Akromegali Nyeri kronis
nyeri pada
bagian
punggung dan Penebalan tulang
kepala.
Q : tertekan atau
terimpa benda
berat
R : tulang belakang
(punggung)
S:6
T : nyeri kronis
sejak penebalan
tulang belakang
terjadi
(sebelum
berumur 42
tahun)
46
kelebihan hormon
pertumbuhan
DO :
-Tangan, wajah,
mengalami pertumbuhan dan
perubahan bentuk. penebalan tulang dan
peningkatan
- Lidah klien tampak pertumbuhan jaringan
membesar dan lunak
giginya meregang.
Merasa malu
DS
3 : Akromegali Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Klien mengatakan kebutuhan tubuh
adanya pembesaran
lidah dan giginya Poliferasi pada wajah
meregang. Klien
juga merasakan
adanya perubahan Lidah membesar
pada wajah
Lidah tampak
membesar dan
Nafsu makan menurun
giginya meregang
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
47
kebutuhan tubuh
4. Diagnosa Keperawatan
1. Intervensi
Diagnosa 1
Domain 12. Comfort Cronic Pain
Class 1. Physical Comfort
Code 00133
Nyeri kronik berhubungan dengan deformitas tulang belakang: punggung
NOC NIC
48
3. Ajarkan prinsip-prinsip dalam
memanajemen nyeri
4. Memilih dan menerapkan
berbagai langkah-langkah
(misal menggunakan non
farmakologi) untuk
memfasilitasi nyeri
Diagnosa 1
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan pandangan tentang tubuh seseorang
(misalnya struktur tubuh) (00118)
Domain 6. Persepsi Diri
Kelas 3. Citra tubuh
NOC NIC
Domain Kesehatan Psikososial (III) Domain 1 physicologycal : basic
Kelas- Kesejahteraan Psikologis (M) Class E Physical confort promotion
Citra tubuh (1200) Peningkatan Citra Tubuh (5220)
Indikator: Aktivitas-aktivitas
120001 Gambaran internal diri (3-5) 2. Tentukan jika terdapat perasaan
120002 kesesuaian antara realitas tubuh dan ideal tidak suka terhadap karakteristik
tubuh dengan penampilan tubuh (3-5) fisik
120005 Kepuasan dengan penampilan tubuh (3-5) 3. Bantu pasien untuk mendiskusikan
120006 Kepuasan dengan fungsi tubuh (3-5) perubahan-perubahan (bagian
120007 Penyesuaian terhadap perubahan tampilan tubuh) disebabkan adanya penyakit
fisik (3-5) 4. Bantu pasien menentukan
120008 Penyesuaian terhadap perubahan fungsi keberlanjutan dari perubahan-
tubuh (3-5) perubahan aktual dari tubuh atau
120009 Penyesuaian terhadap perubahan status tingkat fungsinya
kesehatan(3-5) 5. Monitor apakah pasien bisa melihat
bagian tubuh mana yang berubah
Tingkat rasa takut (1210)
121003 kekurangan kepercayaan diri (3-5) Pengurangan kecemasan (5820)
121011 penurunan lapang persepsi (3-5) Aktivitas-aktivitas:
49
121028 kelelahan (3-5) 1. Gunakan pendekatan yang
121033 ketakutan (3-5) tenang dan meyakinkan
2. Berikan informasi faktual
Harga Diri (1205) terkait diagnosis, perawatan
120502 Penerimaan terhadap keterbatasan diri (3-5) dan prognosis
120505 gambaran diri (3-5) 3. Berada di sisi klien untuk
120511 tingkat kepercayaan diri (3-5) meningkatkan rasa aman dan
120519 Perasaan tentang nilai diri (3-5) mengurangi ketakutan
4. Dengarkan klien
5. Dorong verbalisasi perasaan,
persepsi dan ketakutan
6. Identifikasi pada saat terjadi
perubahan tingkat kecemasan
Diagnosa 2
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (00002)
Domain 2. Nutrisi
Kelas 1. Makanan
NOC NIC
50
Domain-Kesehatan Fisiologi (II) Manajemen Nutrisi (1100)
Kelas Pencernaan dan Nutrisi (K) Aktivitas-aktivitas:
Status Nutrisi: Asupan Makanan dan 6. Tentukan status gizi pasien dan
Cairan kemampuan pasien untuk memenuhi
Indikator kebutuhan gizi
100801 Asupan makanan secara oral (3-5) 7. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
100802 Asupan makanan secara tube yang dibutuhkan untuk memenuhi
feeding (3-5) persyaratan gizi
100803 Asupan cairan secara oral 8. Monitor kalori dan asupan makanan
5. Evaluasi
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
GH atau hormon somatotropin mempunyai pengaruh metabolik utama baik
pada anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak, hormon ini diperlukan
untuk pertumbuhan somatik dan pada orang dewasa untuk mempertahankan
ukuran orang dewasa normal serta berperan dalam pengaturan sisntesis protein
dan pembuangan zat makanan (Sylvia & Lorraine, 2006). GH memproduksi
faktor pertumbuhan mirip insulin (IGF-1) yang memperantarai efek perangsang
pertumbuhan. Tanpa IGF-1, GH tidak dapat merangsang pertumbuhan (Sylvia &
Lorraine, 2006). Sekresi GH diatur oleh growth hormone releasing hormone
(GHRH) dari hipotalamus dan oleh somatostatin, suatu hormon penghambat.
Pelepasan GH dirangsang oleh hipoglikemia dan oleh asam amio seperti arginin,
serta stres dan latihan berat.
Kelainan sekresi GH dapat berupa hyperactivity yang menyebabkan
gigantisme dan akromegali atau underactivity yang mengakibatkan dwarfisme
atau kretinisme. Kedua kelainan ini mengakibatkan kelainan struktur tubuh sesuai
dengan jenis kelainan sekresi GH. Dan dapat pula mnegakibatkan gejala sistemik
seperti hiperglikemia.
Banyak hal yang dapat menyebabkan kelainan sekresi GH, salah satunya dan
yang paling sering ditemukan adalah adanya massa yang mendesak atau tumbuh
di kelenjar hipofisis yang berakibat pada kelainan sekresi GH. Kedua penyakit ini
sebaiknya ditangani sedini mungkin untuk menghindari terjadinya komplikasi
lebih lanjut dan dapat mengakibatkan kematian.
52
DAFTAR PUSTAKA
Beers, Mark H., Robert Berkow, and Mark Burs. 2004.Pituitary Dwarfism.
InMerckManual. Rahway, NJ: Merck & Co., Inc.
David Rubenstein, dkk. 2007. Lecture Notes on Clinical Medicine. Sixth Edition.
Erlangga Medical Series
53
Eastman RC, Gorden P, Glatstein E, Roth J. 1992. Radiation Therapy of
Acromegaly. Endocrinol Metab Clin North Am. 21:693712.
Erica AE dan Ora HP. 1999. Commentary: Gigantism. The Journal of Clinical
Endocrinology & Metabolism Vol. 84, No. 12.
54