Vous êtes sur la page 1sur 4

5 Perusahaan TI yang Bangkit Berkat

Pivot
Oleh: Restituta Ajeng Arjanti*

KOMPAS.com - Membangun sebuah startup atau perusahaan baru


bukanlah hal yang mudah. Sehebat apapun ide atau rencana awal dari
sebuah startup tidak akan menjamin startup tersebut bisa sukses 100
persen. Tak jarang, startup harus beberapa kali melakukan pivot agar
berhasil.

Pivot biasanya terpaksa dilakukan oleh startup yang gagal. Strategi ini
dilakukan agar startup dapat beradaptasi dengan pasar. Dalam melakukan
pivot, ada banyak elemen dari startup yang bisa diubah, seperti teknologi,
target pengguna, produk, bahkan ide dasar. Pada intinya, pivot sangat
bergantung pada kondisi setiap startup serta kejelian para pendirinya
dalam melihat peluang baru.

Banyak perusahaan digital besar yang kita kenal saat ini menjadi berhasil
setelah melakukan pivot. Contohnya, Nokia, Hewlett Packard (HP),
Nintendo, PayPal, dan Twitter.

1. Nokia
Produsen smartphone ini memang tengah disorot karena bisnisnya yang
sedang menurun. Tetapi, Nokia yang kita kenal sekarang masih menjadi
pemain besar dalam industri telekomunikasi. Padahal, saat pertama kali
dirintis pada tahun 1865 di Tampere, Finlandia, Nokia merupakan sebuah
pabrik kertas.

Memasuki tahun 1900-an, Nokia mulai menciptakan beragam produk,


seperti sepatu boots berbahan karet, kabel, plastik, perangkat elektronik
dan komputer, bahkan perlengkapan militer.
Pada tahun 1990-an, Nokia banting setir memasuki bisnis perangkat
telekomunikasi. Hingga saat kini, Nokia terkenal sebagai produsen
smartphone dan salah satu pemain besar dalam industri telekomunikasi.

2. Hewlett Packard
Pertama kali berdiri pada tahun 1947, HP adalah perusahaan yang
bergerak di bidang engineering. Salah satu produk yang dikembangkan HP
adalah audio oscillator, semacam sirkuit elektronik untuk perangkat audio.

HP memproduksi beragam perangkat uji elektronik, seperti voltmeter,


thermometer, generator sinyal, dan oscilloscope.

Pada tahun 1960-an, HP mulai memasuki bisnis komputer. HP


memperkenalkan produk personal computer (PC) pertamanya yang
diproduksi secara massal pada tahun 1968, dan mulai memproduksi
produk-produk pendukung komputer seperti printer dan scanner pada
tahun 1980-an.

Target HP pada saat itu adalah pasar bisnis dan dunia pendidikan. Pada
tahun 1990-an, HP memisahkan lini produk non-komputernya ke
perusahaan baru yang bernama Agilent, dan mulai menyasar pengguna PC
rumahan sebagai targetnya.

3. Nintendo
Nintendo pertama kali berdiri pada tahun 1889 di Kyoto, Jepang, dengan
nama Nintendo Koppai. Pada masa itu, Nintendo terkenal sebagai
perusahaan pembuat hanafuda atau kartu khas Jepang.

Satu abad kemudian, perusahaan ini memperluas bisnisnya dan


merambah beberapa bidang usaha lainnya. Namanya berubah menjadi
Nintendo Company, Limited. Perusahaan ini membangun beberapa anak
perusahaan, seperti perusahaan taksi, jaringan hotel, dan perusahaan
makanan yang menjual nasi instan.
Pada tahun 1966, Nintendo kembali mengubah bisnisnya dan mulai
memasuki pasar mainan. Pada tahun 1970-an, Nintendo mulai
memproduksi game elektronik Game & Watch dan konsol game
pertamanya, Famicom (Family Computer), yang kemudian didistribusikan
hingga keluar Jepang dengan nama Nintendo Entertainment System
(NES).

Hingga kini, Nintendo masih dikenal sebagai produsen konsol game


ternama.

4. PayPal
Asal Anda tahu, pada 1999, PayPal adalah nama sebuah aplikasi yang
dibuat oleh perusahaan bernama Confinity. Awalnya, PayPal dirancang
sebagai sistem pembayaran mobile yang memanfaatkan perangkat PDA.
Karena PayPal menggunakan sistem enkripsi yang kuat, Confinity
mendapatkan izin dari Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk
menawarkan sistem pembayarannya di luar AS.

Pada tahun 2000, Confinity melakukan merger dengan perusahaan jasa


keuangan online, X.com. Perusahaan hasil merger itu kemudian
menggunaka nama X.com yang dinilai lebih potensial ketimbang Confinity
ataupun PayPal.

Namun, pada perkembangannya, nama X.com justru mengundang asumsi


negatif dan kesan porno. Karena itu, setelah melakukan restrukturisasi,
perusahaan itu mengganti namanya menjadi PayPal Inc.

5. Twitter
Pada tahun 2005, pendiri Twitter, Noah Glass dan Evan William
menciptakan startup bernama Odeo yang fokus pada layanan podcasting.
Tetapi mereka mengundurkan diri dari bisnis tersebut setelah iTunes Store
milik Apple muncul dengan layanan serupa.

Noah dan Evan kemudian berdiskusi dengan rekan mereka, Jack Dorsey,
yang saat itu tengah mengembangkan sebuah layanan messaging yang
unik. Tim inti Odeo, termasuk Biz Stone, akhirnya membangun sebuah
startup baru bernama Obvious Corp.

Lewat startup baru ini, mereka mengembangkan beberapa aplikasi,


termasuk aplikasi messaging dengan kode nama Twttr. Mereka
menambahkan 2 huruf vokal ke dalam kode nama aplikasi itu, menjadi
Twitter, dan merilisnya pada tahun 2006.

Pada tahun 2007, Twitter menjadi populer. Oleh Evan, Odeo dijual kepada
perusahaan Sonic Mountain yang berbasis di New York. Setelah pivot,
Odeo masih eksis hingga kini sebagai penyedia platform manajemen video
untuk kelas enterprise.

Kelima perusahaan yang disebutkan di atas adalah contoh dari


perusahaan-perusahaan yang menjadi berhasil setelah melakukan pivot.
Tetapi, perjalanan mereka menuju sukses pun tidak bisa dikatakan instan.

Selain mereka, masih banyak startupdi dalam maupun luar negeriyang


melakukan pivot demi menyelamatkan usahanya. Tak jarang, pivot yang
harus dilakukan cukup ekstrem dan menuntut pendiri startup mengubah
ide dasar, tipe layanan, serta target pengguna layanannya.

*Restituta Ajeng Arjanti, Penulis buku Startup, Indonesia! (


Twitter: @tweetut)

Vous aimerez peut-être aussi