Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pivot
Oleh: Restituta Ajeng Arjanti*
Pivot biasanya terpaksa dilakukan oleh startup yang gagal. Strategi ini
dilakukan agar startup dapat beradaptasi dengan pasar. Dalam melakukan
pivot, ada banyak elemen dari startup yang bisa diubah, seperti teknologi,
target pengguna, produk, bahkan ide dasar. Pada intinya, pivot sangat
bergantung pada kondisi setiap startup serta kejelian para pendirinya
dalam melihat peluang baru.
Banyak perusahaan digital besar yang kita kenal saat ini menjadi berhasil
setelah melakukan pivot. Contohnya, Nokia, Hewlett Packard (HP),
Nintendo, PayPal, dan Twitter.
1. Nokia
Produsen smartphone ini memang tengah disorot karena bisnisnya yang
sedang menurun. Tetapi, Nokia yang kita kenal sekarang masih menjadi
pemain besar dalam industri telekomunikasi. Padahal, saat pertama kali
dirintis pada tahun 1865 di Tampere, Finlandia, Nokia merupakan sebuah
pabrik kertas.
2. Hewlett Packard
Pertama kali berdiri pada tahun 1947, HP adalah perusahaan yang
bergerak di bidang engineering. Salah satu produk yang dikembangkan HP
adalah audio oscillator, semacam sirkuit elektronik untuk perangkat audio.
Target HP pada saat itu adalah pasar bisnis dan dunia pendidikan. Pada
tahun 1990-an, HP memisahkan lini produk non-komputernya ke
perusahaan baru yang bernama Agilent, dan mulai menyasar pengguna PC
rumahan sebagai targetnya.
3. Nintendo
Nintendo pertama kali berdiri pada tahun 1889 di Kyoto, Jepang, dengan
nama Nintendo Koppai. Pada masa itu, Nintendo terkenal sebagai
perusahaan pembuat hanafuda atau kartu khas Jepang.
4. PayPal
Asal Anda tahu, pada 1999, PayPal adalah nama sebuah aplikasi yang
dibuat oleh perusahaan bernama Confinity. Awalnya, PayPal dirancang
sebagai sistem pembayaran mobile yang memanfaatkan perangkat PDA.
Karena PayPal menggunakan sistem enkripsi yang kuat, Confinity
mendapatkan izin dari Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk
menawarkan sistem pembayarannya di luar AS.
5. Twitter
Pada tahun 2005, pendiri Twitter, Noah Glass dan Evan William
menciptakan startup bernama Odeo yang fokus pada layanan podcasting.
Tetapi mereka mengundurkan diri dari bisnis tersebut setelah iTunes Store
milik Apple muncul dengan layanan serupa.
Noah dan Evan kemudian berdiskusi dengan rekan mereka, Jack Dorsey,
yang saat itu tengah mengembangkan sebuah layanan messaging yang
unik. Tim inti Odeo, termasuk Biz Stone, akhirnya membangun sebuah
startup baru bernama Obvious Corp.
Pada tahun 2007, Twitter menjadi populer. Oleh Evan, Odeo dijual kepada
perusahaan Sonic Mountain yang berbasis di New York. Setelah pivot,
Odeo masih eksis hingga kini sebagai penyedia platform manajemen video
untuk kelas enterprise.