Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Asma merupakan penyakit kronik yang paling sering dijumpai pada anak
dinegara maju.Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma
meningkat pada anak maupun dewasa. Asma memberi dampak negatif bagi
kehidupan pengidapnya, seperti menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan
membati kegiatan olahraga serta aktivitas seluruh keluarga.1
Masalah epidemiologi yang lain saat ini adalah morbiditas dan mortalitas asma
yang relatif tinggi. WHO memperkirakan saat ini terdapat 250.000 kematian akibat
asma.Serangan asama bervariasi mulai dari ringan sampai berat dan mengancam
kehidupan. Berbagai faktor dapat menjadi pencetus timbulnya serangan asma, antara
lain adalah olahraga (exercise), alergen, infeksi, perubahan suhu udara yang
mendadak, atau pajanan terhadap iritan repiratorik seperti asap rokok, dan lain-lain.
Selain itu, berbagai faktor turut mempengaruhitinggi rendahnya prevalensi asma
disuatu tempat, misalnya usia, jenis kelamin, ras, sosio-ekonomi, dan faktor
lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi prevalensi asma, derajat
penyakit asama, terjadinya serangan asma, berat ringannya serangan dan kematian
akibat penyakit asma.2
Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang heterogen dengan dasar
inflamasi kronik yang bervariasi luas dalam manifestasi klinis, mekanisme inflamasi,
patogenesis, dan perjalanan alamia dengan banyak sekali faktor yang berperan.
Diagnosis asma pada anak tidak mudah, hal ini seringkali mengakibatkan under-
diagnosis danunder-treatment. Tujuan dari pengobatan asma adalah untuk mencapai
dan mempertahankan kondisi dan menjamin tercapainya tumbuh kembang anak
secara optimal. Tatalaksana serangan asma ditujukan untuk mengatasi segala
penumbatan yang terjadi, sedangkan tatalaksanan jangka panjang utnuk mencegah
agar anak terbebas dari serangan asma.3
Global Initiative for Asthma (GINA), suatu program yang dihasilkan pada
tahun 1993 atas kerjasama antara National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI)
dan WHO, mengeluarkan definisi asma yang menggambarkan konsep inflamasi
sebagai dasar mekanisme terjadinya asma. Definisi tersebut kemudian direvisis
beberapa kali dan revisi terakhir pada tahun 2006 mendefinisikan asma sebagai
gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang disertai oleh peranan berbagai sel,
khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan, inflamasi ini
menyebabkan episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk,
khususnya malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas yang berulang dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap
berbagai stimuli.3
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. I
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Hindu
Tanggal masuk : 7 April 2017
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak nafas
Riwayat sosial-ekonomi :
Menengah ke atas, tinggal di rumah yang beratapkan seng dan plafon,
berdindingkan tembok dan lantai yang bertehel, yang dihuni oleh 4 orang
anggota keluarga.
Anamnesis Makanan :
ASI diberikan sejak lahir hingga usia 2 minggu. Susu formula sejak usia
2 minggu sampai 2 tahun. Bubur sejak 6 bulan dan makan nasi pada usia 1 tahun.
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
2. Pengukuran Tanda vital :
Nadi : 128 x/menit, reguler
Suhu : 36,7 C
Respirasi : 32x/menit
Berat badan : 19 kg
Tinggi badan : 117 cm
Status gizi : Gizi Baik(CDC = 90 %)
3. Kulit : Tidak sianosis, tidak ikterik, turgor < 2 detik, petekie (-).
4. Kepala : Noemocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut.
5. Mata : Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : hiperemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Cekung : (-/-)
6. Hidung : Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
7. Mulut : Bibir :tidak sianosis, tidak kering
Gigi : tidak ada karies
Gusi : tidak berdarah
8. Lidah : Tidak kotor
9. Leher
Pembesaran kelenjar leher : Getah bening -/-,
Pembesaran kelejar di ketiak : Getah bening -/-,
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis
10. Toraks
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk simetris bilateral, retraksi dinding intercostal (+)
Palpasi : Vokal fremitus meningkat kiri dan kanan sama
Perkusi : Hipersonor pada lapang paru +/+
Auskultasi : Bronchovesikular(+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (+/+)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas atas pada SIC II para sternal sinistra,
Batas kiri jantung pada SIC V midclavicula sinistra
Batas kanan pada SIC IV para sternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular. Murmur (-),
Gallop (-)
11. Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan(-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
12. Ekstremitas : Akral hangat(+/+), edema (-/-), Rumple leede test (-)
13. Genitalia : Dalam batas normal
14. Otot-otot : eutrofi (+), kesan normal
15. Refleks : fisiologis +/+, patologis -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan
V. RESUME
Sesak nafas dirasakan sejak tadi pagi sebelum masuk rumah sakit. Pasien
masih bisa untuk baring atau tidur dalam keadaan sesak, pasien juga dapat
berbicara dengan kalimat-kalimat yang jelas. Sebelum sesak, pasien
mengalami batuk-batuk yang terus-menerus sehingga pasien merasa sesak
nafas. Pasien memiliki riwayat sesak nafas, serangan terakhir 7 bulan yang lalu.
Dalam setahun bisa minimal 2 kali serangan. Sebelumnya pasien sudah pernah
sesak sejak usia 1 tahun.Keluhan disertai dengan batuk yang dialami sejak
kemarin pagi sebelum masuk rumah sakit, berlendir (+). Ibu pasien juga
mengeluhkan, pasien muntah sudah 3 kali sejak kemarin, muntah berisi
makanan yang setiap pasien makan.
Pemeriksaan fisik didapat keadaan umum compos mentis, tampak
sakitsedang. Pemeriksaan tanda vital didapatkan Nadi128 x/menit, reguler, kuat
angkat,pernapasan 32 x/menit, reguler,suhu 36,7oC. Pada pemeriksaan thoraks
didapatkan retraksi intercosta (+), suara napas bronkovesikular (+/+), wheezing
(+/+).
VII. TERAPI
- Nebulisasi (ventolin) 1 kali.
- GG65 mg
- Salbutamol 2mg 3 x 1 pulv
- Metilprednisolon 5mg
VIII. ANJURAN
- Spirometer
- Foto rontgen thorax
IX. FOLLOW UP
Tanggal : 7 April2017 (30 menit setelah nebulisasi)
Subjek (S): Demam(-), sakit kepala (-), sesak (-), batuk (+) berlendir (+),flu (-),
mual (-), Muntah (-), BAB dan BAK lancer.
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 122 x/menit
- Respirasi : 30 x/menit
- Suhu : 36,7 0C
Dinding dada/paru :
Patofisiologi asma.
Sejalan dengan proses inflamasi kronis, perlukaan epitel bronkus merangsang
proses reparasi/perbaikan saluran respiratori yang menghasilkan perubahan struktural
dan fungsional yang menyimpang pada ssaluran respiratori. Perubahan ini dikenal
dengan istilah remodeling saluran respiratori (airway remodeling AR).3
Secara umum faktor risiko asma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor
genetik danfaktor lingkungan. Faktor genetik meliputi: hiperreaktivitas, atopi/alergi
bronkus, faktor yangmemodifikasi penyakit genetik, jenis kelamin, ras/etnik. Faktor
lingkungan meliputi: allergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,
alternaria/jamur), alergen di luar ruangan(alternaria, tepung sari), makanan (bahan
penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang,makanan laut, susu sapi, telur), obat-
obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID,beta-blocker, dll), bahan yang
mengiritasi (misalnya parfum,household spraydll), ekspresiemosi berlebih, asap
rokok dari perokok aktif dan pasif, polusi udara di luar dan di dalamruangan,exercise
induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitastertentu,
dan perubahan cuaca.7
Penyempitan saluran nafas yangterjadipada pasien asma dapatdisebabkan
olehbanyak faktor.Penyebab utamanya adalah kontraksiototpolos bronchial yang
dipicu olehmediator agonis yang dikeluarkan oleh sel
inflamasi.Akibatnyaterjadihiperplasia kronik dari ototpolos, pembuluh darah,
sertaterjadideposisimatriks pada saluran
nafas.Selainitu,dapatpulaterjadihipersekresimukus dan pengendapan protein plasma
yang keluar dari mikrovaskularisasi bronchial dan debris seluler.4
Mekanisme terhadap reaktivitas yang berlebihan bronkus yangmenyebabkan
penyempitan saluran napas sampai saat ini tidak diketahui, namundapat berhubungan
dengan perubahan otot polos saluran nafas yang terjadisekunder serta berpengaruh
terhadap kontraktilitas ataupun fenotipnya. Sebagaitambahan, inflamasi pada dinding
saluran nafas yang terjadi akibat kontraksi otot polos tersebut.4
Pada penderita asma ditemukan pemendekan dari panjang otot
bronkus.Kelainan ini disebabkan oleh perubahan pada aparatus kontraktil pada
bagianelastisitas jaringan otot polos atau pada matriks
ektraselularnya.Peningkatankontraktilitas otot pada pasien asma berhubungan dengan
peningkatan kecepatan pemendekan otot. Sebagai tambahan, terdapat bukti bahwa
perubahan pda struktur filamen kontraktilitas atau plastisitas dari sel otot polos dapat
menjadi etiologihiperaktivitas saluran nafas yang terjadi secara kronik.4
Hiperplasia kelenjar submukosa dan sel goblet sering kali ditemukan
padasaluran nafas pasien asma dan penampakanremodelingsaluran nafas
merupakankarakteristik asma kronis. Obstruksi yang luas akibat penumpukan mukus
salurannafas hampir selalu ditemukan pada asma yang fatal dan menjadi penyebab
ostruksisaluran nafas yang persisiten pada serangan asma berat yang tidak mengalami
perbaikan dengan bronkodilator.6
Penegakkan diagnosis asma ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis,
dan pemeriksaan penunjang.Anamnesis memegang peranan sangat penting meningat
diagnosis asma pada anak sebagian besar ditegakkan secara klinis.
Anamnesis
Sama halnya pada Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004 yang telah
disempurnakan mendefinisikan sebagai asma adalah mengi berulang dan/atau
batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secra episodik,
cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik,
serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau
keluarga.Walaupun informasi akurat mengenai hal-hal tersebut tidak mudah didapat,
beberapa pertanyaan berikut ini sangat berguna dalam pertimbangan diagnosis asma
(consider diagnosis of asthma):
Pada kasus, pasien ini memiliki keluhan berupa sesak nafas. Batuk berlendir
mulai dari kemarin pagi, pasien tidak mengalami kesulitan untuk tidur karena
sesaknya dan tetap merasa nyaman kalau dalam posisi baring atau tidur, pasien
juga dapat berbicara kalimat-kalimat dengan jelas. Sebelum sesak, pasienmengalami
batuk-batuk yang terus-menerus. Dari keluhan tersebut ini merupakan beberapa
gejala respiratori dari asma dan aktivitas yang berat, merupakan faktor pencetus pada
serangan asma pada kasus ini.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Gejala Karakteristik
Wheezing, batuk, sesak nafas, dada Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
tertekan, produksi sputum Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring
waktu
Gejala memberat pada malam atau
dinihari
Gejala timbul bila ada pencetus
Intermiten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antara serangan 6mgg
Persisten sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari
Prognosis dalam jangka panjang asma anak secara umum baik.Sebagian besar
asma anak hilang atau berkurang dengan bertambahnya umur. Informasi mengenai
perjalanan klinis asma menyatakan bahwa prognosis baik ditemukan pada 50-80%
pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan dan timbul pada masa kanak-
kanak.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmono, P,S,S., Garna, H., Hadinegoro, S,R,S., 2002. Buku Ajar Ilmu
1985. Imu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Universitas Indonesia
3. National Institute of Health. National Heart, Lung and Blood Intitute. Global
Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention.
5. Penyakit Tropik Dan Infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran, Ed III jilid 2
FKUI. 2004
Saunders Company
7. Direktorat Jenderal PPM & PLP, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan RI
;2009; 5-11.
8. Pusponegoro HD, HadinegotoSRS, Firmanda D, Pujiadi AH,Kosem MS,
Rusmil K,dkk, penyunting.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta:Badan PenerbitIDAI; 2005.