Vous êtes sur la page 1sur 11

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TINEA (DERMATOFITOSIS)

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT


Sistem integumen merupakan suatu masa atau jaringan terbesar di tubuh. Kulit adalah
lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan
tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga lubang-
lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
1. Kulit
terdiri atas lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis sel dan memiliki
fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, dermis
dan subkutis.
a. Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus
menerus mengalami mitosis, dan berganti dengan yang baru sekitar 30 hari.
Epidermis mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu,
getaran dan nyeri. Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang
dihasilkan oleh sel-sel yang disebut keratinosit. Keratin adalah bahan yang
kuat dan memiliki daya tahan yang tinggi, serta tidak larut dalam air. Keratin
mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis dari iritan dan
mikroorganisme penyebab infeksi.
Sel-sel imun, yang disebut sel langerhans, terdapat di seluruh epidermis. Sel
langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-saraf simpatis, yang
megisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat mempengaruhi
fungsi sel langerhans.
Melanosit terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit merupakan sel-sel
khusus epidermis yang trutama terlibat dalam produksi pigmen melamin yang
mewarnai rambut dan kulit. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan
melamin sebagai respon terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior,
hormon perangsang melanosit.
a) Stratum korneum
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng, kering,
tidak berinti, inti selnya sudah mati, dan megandung zat keratin.
b) Stratum lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel sudah
banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali
dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan
telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pipa yang bening, batas-
batas sel sudah tidak begitu terlihat disebut stratum lusidum.
c) Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan inti
ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau gabungan
keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi benda asing, kuman dan
bahn kimia masuk ke dalam tubuh.
d) Stratum spinosum/akantosum
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2
mm terdiri dari 5-8 lapisan . sel-selnya disebut spinosum karena jika
dilihat di bawah mikroskop, sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya
polygonal/banyak sudut dari mempunyai tanduk (spina). Lapisan ini
berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar. Bentuknya tebal
dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan
beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki. Disebut
akantosum sebab sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut
ada hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelulair bridges atau
jembatan interselular.
e) Stratum basal/germinativum
Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian basal/basis,
stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan
merupakan sel-sel induk.
Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya
terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut
disusun seperti pagar pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut terdapat
suatu membran disebut membran basalis, sel-sel basalis dengan membran
basalis merupakan batas terbawah dari pada epidermis dengan dermis.
Ternyata batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada waktu korium
menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit).
Dipihak lain epidermis menonjol kea rah korium, tonjolan ini disebut Rute
Ridges atau rete peg = prosessus inter papilaris.

b. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi
oleh membrane basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tapi
batas ini tidak jelas hanya diambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel
lemak. Dermis juga tersusun adalah pembuluh darah dan limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut.
Sel mast yang mengeluarkan histamin selama cedera atau peradangan. Dan
makrofag yang memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme juga terdapat
di dermis.
a) Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar).
b) Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).

c. Subkutis
Lapisan subkutis terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri dari lemak dan
jaringan ikat yang berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan kulit
dan struktur internal seperti otot dan tulang serta sebagai peredam kejut dan
insulator panas
2. Rambut
Rambut dibentuk dari keratin melalui proses diferensiasi yang sudah ditentukan
sebelumnya, sel-sel epidermis tertentu akan membentuk folikel-folikel rambut.
Pada kulit kepala kecepatan pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari.Rambut
dijumpai di seluruh permukaan tubuh kecuali pada permukaan tangan,permukaan
kaki, dan bibir. Rambut dibungkus oleh folikel rambut, yaitu suatuinvaginasi
epidermis yang terjadi selama periode pertumbuhan dengan suatupelebaran ujung
yang dinamakan bulbus rambut. Bagian rambut yang berada didalam folikel
rambut disebut akar rambut. Rambut dibentuk oleh mitosis sel-selepithelial
germinal yang mengalami deferensiasi menjadi sel-sel yang membentuk medula
rambut, korteks rambut, dan kutikula rambut. Sel-sel yang lebih tua
didesak menjauh dari daerah pertumbuhan ini, mereka mati dan mengalami
keratinisasi,membentuk bagian membesar dari pangkal rambut.Suatu rambut
terdiri dari tiga lapis, bagian pusat disebut medula, yangdikelilingi pertama-tama
oleh korteks pelindung dan kemudian oleh kutikula. Lukapada kutikula
menyebabkan ujung rambut terbelah. Folikel rambut dipisahkan daridermis oleh
membran hialin non seluler yang disebut membran glasi,yangmerupakan
penebalan dari membran
Bila struktur rambut diamati dengan cermat, akan nampak umumnya
tertanammiring pada kulit. Di bagian dalam dermis terdapat pita kecil dari otot
polos yang disebut pili arektor,menghubungkan salah satu sisi folikel rambut ke
lapisan papiladermis. Bila otot ini berkontraksi pada saat dingin atau takut, maka
batang rambutakan ditarik ke atas ke posisi yang lebih vertikal. Fenomena ini
pada manusia sering disebut tegak bulu roma. Aktivitas otot pili arektor juga
memberikan tekanankepada kelenjar minyak di sekitar folikel, menyebabkan
sejumlah kecil sebumdibebaskan.Data tentang rambut:
1. Kecepatan pertumbuhan sehelai rambut: rata-rata 0,3 mm/ hari.
2. Kedalaman rambut di bawah kulit kepala: 4mm.
3. Diameter sehelai rambut: 45 mikron.
4. Dalam keadaan normal, sehelai rambut yang kering dapat diperpanjang
30%,sedang rambut basah dapat diperpanjang 50%.
5. Jumlah rambut yang gugur setiap hari yakni 50- 100 helai.
6. Daya tahan rata-rat sehelai rambut: 100 gram.
7. Di atas 1 cm kulit kepala kira-kira terdapat 200 helai rambut basalis. Warna
rambut ditentukan oleh jumlah pigmen dalam korteks rambut
3. Kuku

Kuku merupakan derivat epidermis yang berupa lempeng-lempeng zat


tanduk terdapat pada permukaan dorsal ujung jari tangan dan jari kaki. Kuku
terdiri daribagian akar dan bagian badan. Dilihat dari atas, pada bagian proksimal
badan kuku terdapat bagian putih berbentuk bulan sabit yang disebut lunula.
Warna putih lunula disebabkan epitel yang lebih tebal dari epitel kasar kuku dan
kurang melekatnya epitel dibawahnya sehingga transmisi warna pembuluh darah
kurang dipancarkan Kuku hampir tidak berwarna tetapi nampak kemerahan
karena warna darah yang berada di dalam kapiler di bawah kuku. Bila seseorang
mengalami sianotik karena kekurangan oksigen dalam darah menyebabkan kuku
berwarna biru.
Bagian-bagian kuku adalah:
1. Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.
2. Dinding kuku (nail wall): merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi
bagian pinggir dan atas.
3. Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.
4. Alur kuku (nail groove) : merupakan celah antara dinding dan dasar kuku.
5. Akar kuku (nail root): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi
dindingkuku.
6. Lempeng kuku (nail plate) : merupakan bagian tengah kuku yang
dikelilingidinding kuku.
7. Lunula : merupakan bagian lempeng kuku berwarna putih dekat akar
kukuberbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit
8. Eponikium : merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya
menutupibagian permukaan lempeng kuku.
9. Hiponikium : merupakan dasar kuku, kulit ari di bawah kuku yang bebas
(freeedge) menebal.

4. Kelenjar pada kulit


1. Kelenjar sebasea
Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminyak yang disebut sebum ke saluran
sekitarnya. Kelenjar sebasea terdapat di wajah, dada dan punggung. Testoteron
meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan pembentukan sebum.
2. Kelenjar keringat
Kelenjar ini terutama terdapat di telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis,
bagian tepi bibir, telinga luar, dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar
keringat. Kelenjar keringat dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kelenjar
merokrin dan kelenjar apokrin
3. Kelenjar apokrin
Terdapat di axila, anus, skrotum dan labia mayora. Kelenjar apokrin
memproduksi keringat yang keruh seperti susu dan diuraikan oleh bakteri
untuk menghasilkan bau ketiak yang khas.
Kelenjar apokrin yang khusus dinamakan kelenjar seruminosa dijumpai pada
telinga luar, tempat kelenjar tersebut memproduksi serumen.
5. Fungsi kulit
Secara umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut:
1. Proteksi
2. Sensasi
3. Termoregulasi
4. Metabolisme, sintesis vitamin D
5. Keseimbangan air
6. Penyerapan zat atau obat
7. Penyimpanan nutrisi
Selain fungsi diatas, kulit juga memiliki peran dalam komunikasi nonverbal,
sebagai contoh dalam kaitannya dengan emosi, misalnya wajah kemerahan dalam
menahan marah atau malu petunjuk tentang kondisi usia seseorang dan status
kesehatan.
B. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Dermatofitosis

1. Dermatofitosis adalah adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat


tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang
disebabkan golongan jamur dermatofita.(Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, 2000:90)
2. Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, seperti kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang
disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.(Marwali Harahap, ilmu penyakit
kulit, 2000:75)
2. Etiologi
Jamur golongan :
a. Microsporum
b. Trichophyton
c. Epidermophyton

3. Klasifikasi berdasarkan lokasi


a. Tinea pedis
a) Definisi
Adalah infeksi jamur pada tangan dan kaki, mungkin merupakan infeksi
jamur yang paling sering terjadi. T.rubrum dapat menimbulkan bercak
berskuama disertai eritema pada telapak tangan dan kaki. Yang seringkali
tersering adalah kedua tangan dan hanya satu kaki.(Price,2005)
b. Tinea cruris
a) Definisi
Merupakan infeksi jamur pada lipat paha. Infeksi ini lebih sering dialami
laki-laki dan disertai rasa gatal yang hebat dan lesi berbentuk anular atau
berbentuk lengkung dengan eritema perifer dan skuama yang seringkali
meluas sampai ke paha.(Price,2005)
b) Etiologi

Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton rubrum (90%) dan


Epidermophython fluccosum Trichophyton mentagrophytes (4%),
Trichopyhton tonsurans (6%) (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003) Pria lebih
sering terkena daripada wanita. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha
menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan
memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran
infeksi dari bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui
benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi,
temapat tidur hotel dan lain-lain

c) Manifestasi klinik

1. Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal


lipat paha, danproksimal dari abdomen bawah dan pubis.
2. Daerah bersisik
3. Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif
4. Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya
dan disertailikenifikasi
5. Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula
eritematus yang tersebar dan sedikit skuama.
6. Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena.
7. Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan impetiginasi
mungkin munculkarena garukan.
8. Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal
sehingga tampak kuliteritematus, sedikit berskuama, dan mungkin
terdapat pustula folikuler.
9. Hampir setengah penderita tinea cruris berhubungan dengan tinea
pedis.
d) Penatalaksanaan

Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti
jamur topikal saja darigolongan imidazole dan allynamin yang tersedia
dalam beberapa formulasi. Semuanyamemberikan keberhasilan terapi yang
tinggi 70-100% dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan
pagi dan sore hari kira-kira 2-4 minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm
diluar batas lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi
menyembuh. Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan
dengan terapi topikal, intoleransi dengan terapi topikal.Sebelum memilih
obat sistemik hendaknya cek terlebih dahulu interaksi obat-obatan
tersebut.Diperlukan juga monitoring terhadap fungsi hepar apabila terapi
sistemik diberikan lebih dari 4mingggu

e) Epidemiologi
Tinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah
tropis. Angka kejadianlebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki
dibandingkan perempuan. Tidak adakematian yang berhubungan dengan
tinea cruris.Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang
memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan
lembab
f) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan diagnosis terdiri atas


pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan
mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis berupa
kerokan kulit yang sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%.a.
1. Pemeriksaan Dengan Sediaan BasahKulit dibersihkan dengan alkohol
70%
kerok skuama dari bagian tepi lesi denganmemakai scalpel atau
pinggir gelas
taruh di obyek glass
tetesi KOH 10-15 % 1-2tetes
tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan
lihat di mikroskop denganpembesaran 10-45 kali, akan
didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi olehsekat,
dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada
kelainan kulit yanglama atau sudah diobati, dan miseliumb.
2. Pemeriksaan Kultur Dengan Sabouraud AgarPemeriksaan ini
dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium
saborauddengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide
(mycobyotic-mycosel) untukmenghindarkan kontaminasi bakterial
maupun jamur kontaminan. Identifikasi jamurbiasanya antara 3-6
minggu (Wiederkehr, Michael. 2008)
3. Punch biopsi
Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun
sensitifitasnya danspesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc
Acid
Schiff, jamur akan tampakmerah muda atau menggunakan
pengecatan methenamin silver, jamur akan tampakcoklat atau
hitam (Wiederkehr, Michael. 2008).
4. Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya
eritrasma dimanaakan tampak floresensi merah bata(Wiederkehr,
Michael. 2008)

g) Prognosa
Baik

c. Tinea karporis
a) Definisi
Adalah infeksi jamur kulit di seluruh wajah, tubuh dan ekstremitas.
Seringkali skuama di perifer disertai dengan eritema dan pustula yang
terlihat dengan bentuk seperti cicncin.(Price,2005)
b) Etiologi
Penyebab tersering adalah T.rubrum, T.mentagrophytes, E.floccosum
c) Manifestasi klinik
1. Bentuk intertriginosa
Manifestasi klinisnya berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela
jari.Tampak warna keputihan basah dapat terjadi fisura yang terasa
nyeri bilatersentuh. Infeksi sekunder dapat menyertai fisura tersebut
dan lesi dapat,eluas sampai kuku dan kulit jari. Pada kaki, lesi sering
mulai dari sela jari III,IV, dan V. bentuk klinis ini dapat berlangsung
bertahun-tahun tanpa keluhansama sekali. Pada suatu ketika kelainan
ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga terjadi
limfangitis, limfadenitis, selulitis, dan erysipelasyang disertai gejala-
gejala umum.
2. Bentuk vesikuler akut
Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bula yang
terletak agak dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasi yang sering
adalah telapak kaki bagian tengah dan kemudian melebar serta
vesikulanya memecah. Infeksi sekunder dapat memperburuk keadaan
ini.
3. Bentuk moccasin foot
Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki,
terlihat kulit menebal dan beskuama. Eritem biasanya ringan terutama
terlihat pada tepi lesi

d) Penatalaksanaan
1. Kaus kaki yang dipakai dipilih kaus yang memungkinkan ventilasi dan
digantisetiap hari
2. Kaki harus bersih
3. Hindari memakai sepatu tertutup, sempit, sepatu
4. olahraga dan sepatu plasticsepanjang hari
5. Kaki dan sela-sela jari dijaga agar selalu kering
6. Sesudah mandi dapat diberikan bedak atau tanpa antijamur
Obat topikal
Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium
permanganat1/5.000 atau larutan asam asetat 0,25% selama 15-30
menit, 2-4 kali sehari. Atap vesikel dan bula dipecahkan untuk
mengurangi keluhan. Bilaperadangan hebat dikombinasikan
dengan obat antibiotic sistemik.Kalau peradangan sudah
berkurang, diberikan obat topikal antijamur berspektrum luas
antara lain, hal o progin, klotrimazol, mikonazol, bif onazol,atau
ketokonazol.Pada tinea pedis tipe papulo skuamosa dengan
hyperkeratosis,obat anti jamur topikal sukar menembus kulit.
Obat sistemik
Biasanya tidak digunakan. Namun, bila digunakan harus
dikombinasi dengan obat- obat antijamur topikal. Obat-obat
sistemik tersebut antara laingriseofulvin, ketokonazol, itrakonazol,
dan terbinafin
e) Epidemiologi
Terjadi pada semua umur, pria dan wanita, bangsa yang hidup di iklim
tropis
f) Pemeriksaan penunjang
1. Kerokan kulit + KOH 10%
2. Biakan agar sabouraud
3. Sinar wood
g) Prognosis
Baik

d. Tinea kapitis
a) Definisi
Adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik,
kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis
yang lebih berat disebut kerion.(Muttaqin,2011)
b) Etiologi
c) Manifestasi klinik
d) Pemerikasaan penunjang

4. PATOFISIOLOGI
5. TANDA DAN GEJALA
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
7. PENATALAKSANAAN
8. KOMPLIKASI
9. PROGNOSA
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. INTERVENSI
D. SAP
E. JURNAL

Vous aimerez peut-être aussi