Vous êtes sur la page 1sur 16

TUGAS PRAKTIKUM 4

DASAR PEMOGRAMAN KOMPUTER


AKHLAK-AKHLAK KEPADA MAKHLUK

NAMA : TANTI RESTIYANTI


NIM : 2411131067

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2013
1) AKHLAQ KEPADA NABI / ROSUL

Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada
Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun
keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana
keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun
demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam
bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah
melakukannya.

a) Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul

Iman kepada Rasul Saw merupakan salah satu bagian dari rukun iman. Keimanan akan
terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa ridha dalam keimanan
sehingga membuktikan konsekuensi iman merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan.
Karenanya membuktikan keimanan dengan amal yang shaleh merupakan bukan suatu
beban yang memberatkan, begitulah memang bila sudah ridha. Ridha dalam beriman
kepada Rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi Saw:

Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi
dan Rasul (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, NasaI dan Ibnu Majah).

b) Mencintai dan Memuliakan Rasul

Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah
mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan
kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah yang
artinya:

Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta


kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-
rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-
Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS
9:24).
Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih mencintai yang
lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakuinya sebagai
orang yang beriman, beliau bersabda:

Tidak beriman seseorang diantara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya
sendiri, orang tuanya, anaknya dan semua manusia (HR. Bukhari, Muslim dan Nasai).

c) Mengikuti dan Mentaati Rasul

Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang orang
yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada
Rasul, bahkan Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam
derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-
orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-
orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-
baiknya (QS 4:69).

Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul Saw, Allah Swt akan
mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala
kita melakukan kesalahan, Allah berfirman yang artinya: Katakanlah: jika kamu (benar-
benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni
dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31)

Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah Saw diutus memang untuk ditaati, Allah
Swt berfirman yang artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati
dengan izin Allah (QS 4:64).

Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan
mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt.
Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang
yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa
mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari
ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS
4:80).

d) Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul


Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti doa, istighfar dan
rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan
rahmat kepada Nabi, inilah salah satu makna dari firman Allah yang artinya: Sesungguhnya
Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS
33:56).

Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu justeru akan membawa keberuntungan
bagi kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul Saw:

Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akan
bershalawat kepadanya sepuluh kali (HR. Ahmad).

Manakala seseorang telah menunjukkan akhlaknya kepada Nabi dengan banyak


mengucapkan shalawat, maka orang tersebut akan dinyatakan oleh Rasul Saw sebagai
orang yang paling utama kepadanya pada hari kiamat, beliau bersabda:

Sesungguhnya orang yang paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa
yang paling banyak bershalawat kepadaku (HR. Tirmidzi).

Adapun orang yang tidak mau bershalawat kepada Rasul dianggap sebagai orang yang kikir
atau bakhil, hal ini dinyatakan oleh Rasul Saw:

Yang benar-benar bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku dihadapannya, ia tidak
mengucapkan shalawat kepadaku (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

e) Menghidupkan Sunnah Rasul

Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau
wariskan adalah Al-Quran dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik
kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah (hadits) agar tidak
sesat, beliau bersabda:

Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang
teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR. Hakim).

Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bidah dengan
segala bahayanya, beliau bersabda:
Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh
karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para
penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu
kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bidah dan setiap bidah itu sesat,
dan setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan
Tirmidzi).

Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting
sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.

f) Menghormati Pewaris Rasul

Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni
para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut
kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.

Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.


Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).

Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw:

Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan
uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka
barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang besar (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi).

Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak
hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan
kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang
harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya
yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama
yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya.

g) Melanjutkan Misi Rasul

Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini
harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan
mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan
kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari
Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:

Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada
larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia
mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu
Umar).

Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki
akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.

2) AKHLAQ KEPADA ORANG TUA

Orang tua adalah penyebab perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak ada, kitapun
tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan
kenikmatan yang tak terhingga banyaknya., plus berbagi rizki yang kita peroleh dan
kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka
untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa
beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita
raih sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang
sulit kita bayangkan.
Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak
mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa
diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk
allah mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapa tahu pula bagaimana harus
berbuat baik kepada orang yang semestinya diperlakukan dengan baik., bersikap mulia
terhadap orang yang telah membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah
memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah
melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah
orang\orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan
yang akan diterimanya.
a) Kewajiban kepada ibu
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak
pun merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan
menyekolahkannya, disanping dusaha ibu. Kalau mulai menganduna sampai masa muhariq
(masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka
setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya dan
mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas
ibu dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan
ayah terhadap putranya, maka secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih
berat tugas ibu dari pada tugas ayah. Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa
dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat
mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh seorang ibu.
Barangkali karena demikian inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan
berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada
mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan orang tua.
b) Berbuat baik kepada ibu dan ayah, walaupun keduanya lalim
Seorang anak menusut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan
ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak menyinggung
perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat lalim kepada anaknya,
dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak
baik, atau membalas, mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, allah tidak
meridhainya sehingga orang tua itu meridhainya.
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan aniaya kepada
ananya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan kepada orang tua kepada anaknya adalah
disebakan perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan aniayanya orang tua
kepada anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si orang tua marh kepada anaknya
dan berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha kepada anaknya, allah pun tidak meridhai si
anak tersebut lantaran orang tua.
c) Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah
Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si
anak. Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus
kepada anaknya, si anak pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering
mempergunakan kata-kata yang kasar, si anakpun akan mempergunakan kata-kata kasar,
sesuai yang digunakan oleh ibu dan ayahnya. Sebab si anak mempunyai insting menir yang
lebih mudah ditiru adalah orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya.
Agar anak berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi
contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan berbicara.
Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut ajaran islam harus berbicara sopan, lemah-
lembut dan mempergunakan kata-kata mulia.
d) Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada.
Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran islam sebagaimana yang disiarkan oleh rasulullah
dari Abu usaid :
Artinya : Abu usaid berkata
:kami pernah berada pada suatu majelis bersama nabi, seorang bertanya kepada
rasulullah: wahai rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah keduanya meninggal dunia
yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada kedua orang tuaku. rasulullah bersabda:
ya, ada empat hal :mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati /
melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan
bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua orang
tua.
Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-
beliau itu sudah tiada yaitu:

Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada allah dari
segala dosa orang tua kita.
Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji
kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji
tersebut. Umpamanya beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya.
Maka kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua tersebut.
Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah
mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya
dalam bermasyarakat. Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita
yang telah tiada, selain tersebut di atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu
semasa ia masih hidup.
Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang
tua. Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih
hidup, maka hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah
meninggal dunia.

Tetapi bagaimana jikalau kita ingin berbuat baik kepada ibu dan ayah serta patuh
terhadapnya, terkadang perintah yang di berikannya tidak sesuai dengan ketentuan islam.

Adapun cara menghadapi perintah kedua orang tua yang bertentanga dengan ajaran islam:

Jika suatu saat kamu disuruh berbohong oleh ibu atau ayah, sebaiknya katakan
kepada keduanya bahwasanya allah melihat kita.
Jangan sekali-kali membantah perintah orang tua dengan nada kesal dan ngotot,
sebab tidak akan mambuahkan hasil. Akan tetapi hadapi dengan tenang dan penuh
keyakinan dan percaya diri.
Ayah dan ibu itu manusia biasa yang tak luput dari kesalaha dan kekurangan.
Jangan posisikan kedua orang tua seperti nabi yang tak pernah berbuat salah.
Maafkan mereka, bila kita anggap cara dan perintah orang tua bertentangan dari hati
nurani atau nilai-nilai yang kamu yakini kebenarannya.

3) AKHLAQ KEPADA GURU

Guru merupakan orang yang bejasa terhadap sang murid.dengan kata lain guru
merupakan orang yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid diluar
bimbingan orang tua dirumah,sehingga akhlakul karima terhadap guru perlu di rerapkan
sebagaimana akhlak kita terhadap orang tua.
Adapun kode etik terhadap guru meliputi :
Ibn jamaah menyusun kode etik yaitu:

Murid harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian,
berwibawa, santun dan penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya tetapi
tidak saleh, tidak waras, atau tercela akhlaknya.
Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jamaah rasa hina dan kecil
di depan guru merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia memberikan
umpama lain, yaitu penuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari
singa ganas. Ia percaya kepada orang penunjuk jalan lari.
Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang
berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti
menghormati guru.
Murid harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafa. Ia
menghormati sepanjang hidup guru, meski wafat. Murid tetap mengamalkan dan
mengembangkan ajaran guru.
Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya
berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat
untuk guru.
Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah
ia mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan
dunia dan akhirat. Meskipun guru menyampaikan informasi yang sudah di ketahui
murid, ia harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap informasi.
Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri
maupun bersama orang lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak
boleh mengulangi minta izin. Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa
mengulanginya paling banyak tiga kali.
Harus duduk sopan didepan guru. Missalnya, duduk bersila dengan tawadu, tenang,
diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap
perkataan guru sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan. Tidak di
benarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru
berbicara kepadanya.
Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik
khilaf atau karena tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga
perasaan agar tidak terlihat perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai
guru menyadari kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru menyadari
kekeliruan, murid mengingatkan secara halus.
Jika guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah
dihafal murid, ia harus tetap mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum
pernah mendengar.
Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru
memberi isyaratia memberi jawaban.
Murid harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan). Ketika memberi
sesuatu kepada guru. Harus menjaga sikap wajar, tidak terlalu dekat hingga jaraknya
terkesan mengganggu guru. Tidak pula terlalu jauh hingga harus merentangkan
tangan secara berlebihan yang mengesankan kurang serius

4) AKHLAQ KEPADA SUAMI / ISTRI

Wajib mentaati suami, selama bukan untuk bermaksiat kepada Allah SWT.
Al Bazzar dan Ath Thabrani meriwayatkan bahwa seorang wanita pernah datang kepada
Rasulullah SAW lalu berkata, Aku adalah utusan para wanita kepada engkau: jihad ini telah
diwajibkan Allah kepada kaum laki-laki; jika menang diberi pahala, dan jika terbunuh mereka
tetap hidup diberi rezeki oleh Rabb mereka, tetapi kami kaum wanita yang membantu
mereka, pahala apa yang kami dapatkan? Nabi SAW menjawab, Sampaikanlah kepada
wanita yang engkau jumpai bahwa taat kepada suami dan mengakui haknya itu sama
dengan jihad di jalan Allah, tetapi sedikit sekali di antara kamu yang melakukannya.

Menjaga kehormatan dan harta suami


Allah SWT berfirman, Maka wanita-wanita yangbaik itu ialah yang mentaati suaminya dan
menjaga hal-hal yang tersembunyi dengan cara yang dipelihara oleh Allah. (QS. An
Nisa:34)

Menjaga kemuliaan dan perasaan suami. Ketika Asma bin Kharijah Al-Fazariyah
menyerahkan anak perempuanya kepada suaminya di malam pernikahannya, ia
berkata,Wahai anakku, sesungguhnya engkau telah keluar dari kehiduoan yang selama ini
engkau kenal. Sekarang engkau akan berada di ranjang yang belum pernah engkau
ketahui, bersama pasangan yang belum sepenuhnya engkau kenali. Karena itu, jadilah
engkau bumi baginya dan dia akan menjadi langit bagimu, jadilah engkau hamparan
baginya dan dia akan menjadi hamba sahaya bagimu. Janganlah engkau menentangnya,
sehingga ia membencimu. Jangankah engkau menjauh darinya, sehingga ia melupakanmu.
Jika ia menjauh darimu, maka menjauh pulalah engkau darinya, dan jagalah hidungnya,
pendengarannya dan matanya; jangan sampai ia mencium darimu kecuali yang harum,
janganlah ia mendengar kecuali yang baik, dan jangan ia memandang kecuali yang cantik.

Melaksanakan hak suami, mengatur rumah dan mendidik anak Anas r.a berkata, Para
sahabat Rasulullah SAW apabila menyerahkan pengantin wanita kepada suaminya, mereka
memerintahkan agar melayani suami, menjaga haknya, dan mendidik anak-anak.

Tidak boleh seorang istri menerima tamu yang tidak disenangi suaminya.

Seorang istri tidak boleh melawan suaminya, baik dengan kata-kata kasar maupun dengan
sikap sombong.

Tidak boleh membanggakan sesuatu tentang diri dan keluarganya di hadapan suami, baik
kekayaan, keturunan maupun kecantikannya.

Tidak boleh menilai dan memandang rendah suaminya.

Tidak boleh menuduh kesalahan atau mendakwa suaminya, tanpa bukti-bukti dan saksi-
saksi.

Tidak boleh menjelek-jelekkan keluarga suami.

Tidak boleh menunjukkan pertentangan di hadapan anak-anak.

Agar perempuan (istri) menjaga iddahnya, bila ditalak atau ditinggal mati oleh suaminya,
demi kesucian ikatan perkawinannya.

Apabila melepas suami pergi bekerja, lepaslah suami dengan sikap kasih, dan apabila
menerima suami pulang bekerja, sambutlah kedatangannya dengan muka manis/tersenyum,
pakaian bersih dan berhias.

Setiap wanita (istri) harus dapat mempersiapkan keperluan makan, minum, dan pakaian
suaminya.

Seorang istri harus pandai mengatur dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangganya.
5) AKHLAQ KEPADA TETANGGA
Tetangga pada zaman kita sekarang ini, memiliki pengaruh yang tidak kecil terhadap
tetangga di sebelahnya. Karena saling berdekatannya rumah-rumah dan berkumpulnya
mereka dalam flat-flat, kondominium atau apartemen.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan, empat hal termasuk kebahagiaan, di
antaranya tetangga yang baik. Beliau juga menyebutkan empat hal termasuk kesengsaraan,
di antaranya tetangga yang jahat. Karena bahayanya tetangga yang jahat ini, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam berlindung kepada Allah daripadanya dengan berdoa:
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari tetangga yang jahat di rumah tempat tinggal,
karena tetangga nomaden akan pindah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan umat Islam untuk berlindung pula
daripadanya dengan mengatakan:
Berlindunglah kalian kepada Allah dari tetangga yang jahat di rumah tempat tinggal, karena
tetangga yang nomaden akan berpindah daripadamu.
Dalam buku kecil ini, tentu tak memadai untuk menjelaskan secara rinci tentang pengaruh
tetangga jahat terhadap suami istri dan anak-anak, berbagai gangguan menyakitkan
daripadanya, serta kesusahan hidup bersebelahan dengannya. Akan tetapi dengan
mempraktekkan hadits-hadits yang telah lalu (dalam masalah bertetangga) sudah cukup
bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
Mungkin di antara jalan pemecahannya yang kongkret, yaitu seperti yang dipraktekkan oleh
sebagian orang dengan menyewakan rumah yang bersebelahan dengan tetangga jahat
tersebut kepada orang-orang yang sekeluarga dengan mereka, meski untuk itu harus
merugi dari sisi materi, karena sesungguhnya tetangga yang baik tak bisa dihargai dengan
materi, berapa pun besarnya.
Memuliakan Tetangga
Berbuat baik kepada tetangga juga menjadi perhatian serius dalam ajaran Islam. Perhatikan
firman Allah Taala:




) 6




Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,. (An-Nisa:36)
Nabi SAW dalam beberapa hadits mengingatkan kita agar selalu berbuat baik kepada
tetangga, di antaranya adalah:
Ibnu Umar dan Aisyah ra berkata keduanya, Jibril selalu menasihatiku untuk berlaku
dermawan terhadap para tetangga, hingga rasanya aku ingin memasukkan tetangga-
tetangga tersebut ke dalam kelompok ahli waris seorang muslim. (H.R. Bukhari-Muslim)
Abu Dzarr ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Hai Abu Dzarr jika engkau
memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya, dan perhatikan (bagilah) tetanggamu (H.R.
Muslim)
Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda, Demi Allah tidak beriman, demi Allah
tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanya: Siapa ya Rasulullah? Jawab Nabi, Ialah
orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya (H.R. Bukhari-Muslim)
Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda, Siapa yang beriman kepada Allah dan
hari Akhir hendaklah memuliakan tetangganya. (H.R. Bukhari-Muslim)
Hak-hak ketetanggaan tidak ditujukan bagi tetangga kalangan muslim saja. Tentu saja
tetangga yang muslim mempunyai hak tambahan lain lagi yaitu juga sebagai saudara
(ukhuwah Islamiyah). Tetapi dalam hubungan dengan hak-hak ketetanggaan semuanya
sejajar:
Berbuat baik dan memuliakan tetangga adalah pilar terciptanya kehidupan sosial yang
harmonis. Apabila seluruh kaum muslimin menerapkan perintah Allah Taala dan Nabi SAW
ini, sudah barang tentu tidak akan pernah terjadi kerusuhan, tawuran ataupun konflik di
kampung-kampung dan di desa-desa.
Beberapa kiat praktis memuliakan tetangga adalah:
a. Sering bertegur sapa, tanyailah keadaan kesehatan mereka.
b. Berikanlah kepada mereka sebagian makanan
c. Berikan oleh-oleh buat mereka, apabila kita bepergian jauh.
d. Bantulah mereka apabila sedang mengalami musibah ataupun menyelenggarakan
hajatan.
e. Berikanlah anak-anak mereka sesuatu yang menyenangkan, berupa makanan ataupun
mainan.
f. Sesekali undanglah mereka makan bersama di rumah.
g. Berikanlah hadiah kaset, buku bacaan yang mendorong mereka untuk lebih memahami
Islam.
h. Ajaklah mereka sesekali ke dalam suatu acara pengajian atau majelis talim, atau
pergilah bersama memenuhi suatu undangan walimah (apabila mereka juga diundang)
6) AKHLAQ KEPADA ORANG YANG LEBIH TUA
Nabi yang mulia, Muhammad Rasulullah bersabda, Sesungguhnya Allah melingkupi Islam
dengan akhlak yang mulia dan perbuatan baik. Menurut Imam Al Ghazali di antara
perbuatan baik adalah: pergaulan yang baik, perbuatan yang mulia, perkataan yang lembut,
mendermakan kebaikan, memberi makan, menyebarkan salam, mengunjungi orang yang
sakit, mengantarkan jenazah orang Muslim, menghormati orangtua, mendamaikan di antara
manusia, memenuhi undangan, bertetangga dengan baik, bermurah hati, memulai salam,
menahan marah dan memaafkan kesalahan.
Sahabat, dari sederet perbuatan baik yang diuraikan tadi, adakah kita telah
mengamalkannya barang satu atau dua dengan sungguh-sungguh? Misalnya saja
menghormatiorangtua.
Menghormati orangtua, tentu bukan hanya orangtua kita di rumah, tetapi juga orangtua yang
kita temui di tempat-tempat umum. Sudahkah kita mengikhlaskan tempat duduk kita di atas
kendaraan umum yang penuh sesak untuk mereka? Sudahkah kita membantu mereka
menyeberangi jalan di tempat yang benar? Sudahkah kita berkata dengan lemah lembut
pada mereka dan mendahulukan mereka dari pada kepentingan kita?
Pada suatu hari Ali bin Abu Thalib pernah terlambat shalat jamaah, dan ketika Rasulullah
bertanya,Mengapa engkau terlambat, hai Ali? Ali menjawab, Maaf ya Rasulullah, di
depanku tadi ada seorang tua yang berjalan tertatih-tatih, aku tidak mau mendahuluinya,
karena bukankah engkau meneladani kami untuk menghormati orangtua?
7) AKHLAQ KEPADA ORANG YANG LEBIH MUDA
Orang yang lebih muda adalah semua orang yang umurnya lebih muda dari kita. Mereka
diantaranya : adik kandung, adik kelas di madrasah atau teman-teman bermain yang lebih
muda umurnya. Terhadap adik-adik kita harus membimbing dan menyayangi mereka. Kita
harus memberikan contoh dengan tingkah laku yang baik. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya : Bukanlah termasuk umatku orang yang tidak menyayangi kepada yang lebih muda
dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Adab bergaul yang baik terhadap orang yang lebih muda antara lain :
a. Memberikan kasih sayang dan bimbingan kepada mereka
b. Memberikan contoh dengan berbuat sesuai ucapanmu
c. Berbicara dengan sopan kepadanya
d. Menolong bila ia dalam kesulitan
e. Bersabar menghadapi kemauannya
Apabila kita membiasakan bergaul dengan yang lebih muda dengan adab yang baik,
mereka akan menghargai kita sebagaimana kasih sayang dan bimbingannya yang mereka
rasakan (Tim Bina Karya Guru, 2009:88-89).
8) AKHLAQ KEPADA TEMAN SEBAYA
Adab Bergaul dengan Teman Sebaya
Teman sebaya adalah teman yang sederajat dengan kita. Contoh teman sebaya adalah
teman sekelas di sekolah, teman belajar atau teman bermain. Sesama teman sebaya harus
saling menolong, saling menghormati, dan saling peduli satu sama lainnya. Kalau kita
bergaul baik dengan teman sebaya, kita akan mempunyai banyak teman di mana saja kita
berada.
Adab bergaul dengan teman sebaya antara lain :
a. Mengucapkan assalamualaikum setiap kali bertemu teman
b. Menghormati teman sebaya dan selalu berbaik baik kepada mereka
c. Memaafkan kesalahan teman bila mereka lupa atau tidak sengaja melakukan
kesalahan
d. Tidak menghina dan meremehkan teman
e. Tidak pelit dan tidak sombong kepada teman
Anak yang bagus adabnya akan disukai oleh teman-temannya. Oleh karena itu, agar dicintai
dan dihormati teman-teman sebaya, kita harus bergaul kepada mereka dengan adab yang
baik.
Hormat Kepada Teman
Untuk mencapai kehormatan dalam hidup diperlukan cara-cara tertentu yang harus
dilakukan oleh orang-orang yang berada di dalam kelompok masyarakat tersebut. Cara-cara
tersebut ditunjukkan lewat sikap dan perilaku masing-masing orang dalam kelompok
masyarakat.
Islam memiliki konsep yang jelas, bagaimana hidup bermasyarakat yang baik, perhatikan
hadits rasul berikut :
) (
Artinya : Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah SAW bersabda barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tetangganya (HR. Muslim).
Beberapa adab yang harus dilaksanakan agar keharmonisan berteman tercapai antara lain :
1. Saling menghormati
Kamu harus sabar bahwa para teman yang ada di sekelilingmu itu berasal dari berbagai
latar belakang. Misalnya mereka mempunyai agama, tradisi dan kebiasaan yang berbeda
latar belakang sosial pendidikan yang berbeda, kondisi ekonomi yang berbeda pula, berasal
dari suku yang berbeda bahkan dari Negara yang berbeda. Di sinilah pentingnya saling
menghormati.
2. Saling bekerjasama dan tolong menolong
Ketika teman kita sedang mempunyai hajat ataupun kegiatan yang membutuhkan bantuan
maka sebisa mungkin kita membantunya kiat harus saling bekerja sama, tolong menolong
hingga melahirkan keharmonisan dalam bertemah, kita harus ingat bahwa saat nanti, kita
juga membutuhkan bantuan mereka.
Perhatikan hadits berikut.
) ( :
Artinya : Dari abu hurairah r.a aBerkat : Rosulullah SAW bersabda , Allah akan slalu
menolong hambanya selama hamba itu mau menolong saudaranya :, (H.R Muslim)
3. Saling Mengasihi
Kasih sayang antara anggota masyarakat ini amat penting. Ksasih sayang ini akan
melahirkan kekuatan yang amat besar dalam rangka terciptanya masyarakat yang rukun,
Solid dan kompak, juga akan melahirkan kepekaan sosial yang amat dalam, bahkan
seseorang yang mengasaihi temannya dengan tulus, melahirkan sebuah persaudaraan,
yanag lebih dari saudaranya sendiri.
4. Saling melindungi
Tatkala salah seorang teman kita mendapat ancaman serangan dari pihak lain misalnya,
kita wajib memberikan perlindungan, asal dia aberada di pihak yang benar. Tetapi bila dia
yang aslah kita wajib melindunginya
5. Saling menasehati
Ketika ada teman kita yang berselisih atau bertengkar ataupun melakukan perbuatan yang
tidak baik terhadap teman-teman yang lain maka kita wajib menasehatinya.
Berbuat baik kepada teman
Bergaul yang paling menyenangkan adalah dengan teman sebaya, kalian pasti setuju
dengan pendapat ini bukan ? ya pasti namun, ingat bahasa bergaul dengan teman sebaya
ini juga ada aturan-aturannya, sepeti saat kita bergaul dengan orang lain yang lebih tua.

Vous aimerez peut-être aussi