Vous êtes sur la page 1sur 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DETEKSI DINI

KANKER LEHER RAHIM DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN


TANGGAMUS LAMPUNG

Christin Angelina Febriani


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Malahayati Bandar Lampung
Email: christin.angelinaf@gmail.com

Abstract: Related Factors with Early Detection of Cervical Cancer at Gisting Subdistrict,
Tanggamus District, Lampung. Cervical cancer is the second cancer issue which mostly found in
all over the world with more than 500.000 newcases. This study is aimed to know the factors that
influence the early detection of cervical cancer at Gisting subdistrict, Tanggamus district,
Lampung. This study is quantitative with cross sectional design. The data used primary data. The
population are all the fertile age couples which are 3795, and the samples are 362 couples. Data
were analized use logistic regression. Majority of the respondents did not do early detection of
cervical cancer are 295 respondents (81,5%) of all respondents. There are no relationship between
husbands support (p value 1,000), knowledge (p value 0,357), with the early detection of cervical
cancer at Gisting subdistrict, Tanggamus district, Lampung in 2016. The most dominant variable is
family economic social status (p value <0,0001; OR 6,8). Suggested for Puskesmas Gisting to
socialize about free payment for BPJS member to do IVA and paspsmear examination, and further
improve the elucidation through persuade friends or families who ever did the IVA or papsmear
examination to attend to elucidation, in order that raised the communities confidence to do the
early detection (IVA or papsmear examination).

Keywords: Early detection of cervical cancer, IVA, Papsmear

Abstrak: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim di
Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Lampung. Kanker leher rahim merupakan masalah
kanker kedua yang paling banyak ditemukan hampir diseluruh dunia dengan lebih dari 500.000
kasus baru dan 250.000 kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apakah yang
memengaruhi deteksi dini kanker leher rahim di wilayah kecamatan Gisting kabupaten
Tanggamus Lampung.Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif dengan rancangan cross sectional.
Populasi seluruh PUS berjumlah 3795 orang dan sampel yang digunakan berjumlah 362 orang.
Data dianalisa menggunakan uji regresi logistic. Sebagian besar reponden tidak melakukan deteksi
dini kanker leher rahim yaitu 295 responden (81,5%) dari 362 responden seluruhnya. Tidak ada
hubungan dukungan suami (p-value 1,000), pengetahuan (p-value 0,357) dengan deteksi dini
kanker leher rahim di wilayah kecamatan Gisting kabupaten Tanggamus Lampung tahun 2016.
Hubungan yang paling dominan pada kanker leher rahim dengan deteksi dini kanker leher rahim
di wilayah kecamatan Gisting kabupaten Tanggamus Lampung tahun2016 adalah status ekonomi
dengan p-value < 0,001; OR 6,8. Disarankan bagi puskesmas Gisting untuk menyosialisasikan
pemeriksaan IVA dan Papsmaer gratis bagi peserta BPJS dan lebih meningkatkan kegiatan sosial
dengan pemeriksaan IVA gratis bagi masyarakat serta lebih meningkatkan penyuluhan kepada
masyarakat sehingga timbul kepercayaan masyarakat agar mau melakukan pemeriksaan IVA dan
papsmear dengan menghadirkan teman atau kerabat yang sudah pernah melakukan deteksi dini
dengan IVA maupun papsmear.

Kata kunci: Deteksi dini kanker leher rahim, IVA, Papsmear

Kanker leher rahim adalah kanker yang Indonesia, hal tersebut dikarenakan tiap hari di
paling banyak ditemukan pada wanita di negara Indonesia dari 40 wanita yang terdiagnosa
berkembang, dimana sebanyak tiga perempat dari menderita kanker leher rahim, 20 diantaranya
estimasi setengah juta kasus baru terjadi setiap meninggal dunia karena kanker leher rahim
tahun (Direktorat Pengadilan Penyakit Tidak (Kementerian kesehatan RI, 2015).
Menular, 2013). Setiap tahun tidak kurang dari Insiden kanker leher rahim sebenarnya
15.000 kasus kanker leher rahim terjadi di dapat ditekan dengan melakukan upaya
Indonesia. Itu membuat kanker leher rahim pencegahan primer seperti meningkatkan atau
disebut sebagai penyakit pembunuh nomor 1 di intensifikasi kegiatan penyuluhan kepada

228
Febriani, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim 229

masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, berbagai alasan, yaitu alasan karena malu 20%,
menghindari faktor risiko terkena kanker, takut diperiksa 24,4%, takut ketahuan
melakukan immunisasi dengan vaksin Human penyakitnya 33,3%, tidak mendapat izin suami
Papillomavirus (HPV) dan diikuti dengan deteksi 33,3%, tidak mau 5,5%, tidak ada waktu 3,3%.
dini kanker leher rahim tersebut melalui Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pemeriksaan pap smear atau inspeksi visual faktor apakah yang memengaruhi deteksi dini
dengan menggunakan asam acetat (IVA) kanker leher rahim di wilayah kecamatan Gisting
(Sabrina, 2015). Saat ini cakupan deteksi dini kabupaten Tanggamus Lampung.
kanker leher rahim di Indonesia melalui pap
smear dan IVA masih sangat rendah (sekitar 5
%), padahal cakupan deteksi dini yang efektif METODE PENELITIAN
dalam menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian karena kanker leher rahim adalah 85 % Jenis penelitian ini adalah kuantitatif.
(Saslow, et al, 2012). Beberapa faktor hambatan Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-April
pemeriksaan pap smear diantaranya adalah 2015 di wilayah kerja UPT Puskesmas Gisting
perilaku wanita usia subur yang enggan untuk kabupaten Tanggamus. Rancangan penelitian
diperiksa karena kurangnya pengetahuan wanita yang digunakan adalah rancangan analitik
pasangan usia subur tentang pap smear rasa malu dengan pendekatan cross sectional.
dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi Populasi dalam penelitian ini sebanyak
kepada tenaga kesehatan, faktor biaya khususnya 3795 PUS, dan sampel sebesar 362 responden
pada golongan ekonomi lemah, sumber informasi ditentukan menggunakan teknik Quota
dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang sampling. Data yang digunakan adalah data
masih minim untuk melakukan pemeriksaan pap primer yang diambil secara langsung dengan
smear (Schiffman & Solomon, 2013). menyebarkan kuesioner kepada responden.
Pada tahun 2013 prevalensi kanker
serviks di Indonesia adalah 98.692 kasus,
propinsi Lampung 765 kasus, propinsi Sumatra
HASIL
Selatan 1500 kasus, propinsi Bangka Belitung
323 kasus, dibanding Sumatra Selatan propinsi
A. ANALISIS UNIVARIAT
Lampung masih rendah, tetapi hal tersebut
mungkin karena kasus kanker di Lampung tidak
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel
semua terdeteksi (Riskesdas 2013). Pada
Demografi pada Deteksi Dini
kabupaten Tanggamus masih sangat sedikit
Kanker Leher Rahim
sekali perempuan yang mau melakukan
pemeriksaan Papsmear dan IVA.Pada tahun 2014 Variabel Jumlah (%)
hanya sekitar 236 wanita yang mau melakukan Usia
pemeriksaan papsmear dan IVA. Sampai dengan - Tidak berisiko 128 (35,4%)
bulan September tahun 2015 peserta yang mau - Berisiko 234 (64,6%)
melakukan pemeriksaan IVA dan papsmear Pendidikan
hanya sekitar 246. Sebagai perbandingan di - SD 66 (16,2%)
wilayah kabupaten Pesawaran tahun 2015, 539 - SMP 119 (33,9%)
perempuan yang melakukan deteksi dini kenker - SMA 148 (40,9%)
leher rahim melalui pemeriksaan IVA dan yang - D3/PT 29 (8,0%)
dinyatakan positif sebanyak 37 perempuan. Pekerjaan
Pada Wilayah UPT Puskesmas Gisting - Tidak bekerja 158 (43,6%)
terdapat sasaran pasangan usia subur (PUS) - Bekerja 204 (56,4%)
379,5 dari bulan Januari sampai dengan Oktober
2015 terdapat kasus kanker leher rahim sebanyak Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa
4 perempuan yang terdeteksi sudah pada stadium sebaran responden yang memiliki usia berisiko
3, dari sasaran 3795 PUS pada wilayah kerja untuk terkena kanker leher rahim sebanyak
UPT Puskesmas Gisting yang melakukan 64,6% dengan pendidikan terakhir yang dimiliki
pemeriksaan IVA hanya sejumlah 39 orang dan ada pada SMP (33,9%) dan SMA (40,9%).
206 melakukan pemeriksaan papsmear. Distribusi pekerjaan memperlihatkan proporsi
Berdasarkan data yang diperoleh pada saat pra yang berimbang antara responden yang bekerja
survey dari 9 pekon di Kecamatan Gisting terdiri dengan tidak bekerja.
dari 90 orang responden alasan ibu tidak mau
ikut serta dalam deteksi dini kanker leher dengan
230 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 228-237

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel - Tidak 137 (37,8%)


Psikologi pada Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hambatan
Variabel Jumlah (%) Tindakan Preventif pada Deteksi
Status ekonomi keluarga Dini Kanker Leher Rahim
- > UMR 128 (35,4%) Variabel Jumlah (%)
- < UMR 234 (64,6%) Nilai-nilai (malu)
Dukungan suami - Tidak 200 (55,2%)
- Didukung 185 (51,1%) - Ya 162 (44,8%)
- Tidak didukung 177 (48,9%) Takut akan menerima diagnosa
Sikap penyakit 110 (30,4%)
- Positif (median) 174 (48,1%) - Ya 252 (69,6%)
- Negatif (< median) 188 (51,9%) - Tidak

Pada tabel yang terlihat di atas, diketahui Pada tabel lainnya, diketahui bahwa
bahwa status ekonomi keluarga responden responden yang memiliki nilai-nilai malu dan
penelitian ini masih berada di bawah UMR ketakutan menerima diagnosis penyakit masih
Kabupaten Tanggamus sebanyak 64,6%. cukup rendah, yaitu 44,8% dan 30,4%.
Responden yang mendapat dukungan suami
untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim Tabel 6. Distribusi Frekuensi Deteksi Dini
sudah cukup baik, yaitu sebanyak 51,1%, Kanker Leher Rahim pada Deteksi
sementara yang memiliki sikap positif hanya Dini Kanker Leher Rahim
sebanyak 48,1%. Variabel Jumlah (%)
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel - Melakukan deteksi dini 67 (18,5%)
Struktural pada Deteksi Dini - Tidak melakukan deteksi 295 (81,5%)
Kanker Leher Rahim dini
Variabel Jumlah (%)
Pengetahuan Tabel di atas menunjukkan bahwa
- Baik 355 (98,1%) partisipasi responden untuk melakukan deteksi
- Kurang 7 (1,9%) dini kanker leher rahim masih rendah, yaitu
sebanyak 18,5%.
Pada tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa
sebagian besar responden telah memiliki
pengetahuan yang baik tentang deteksi dini B. ANALISIS BIVARIAT
kanker leher rahim sebanyak 98,1%.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa responden Analisis bivariat yang dihasilkan seperti
yang mendapatkan informasi terkait deteksi dini yang terlihat pada tabel dibawah, menunjukkan
penyakit ini hanya sebanyak 58% dan peranan bahwa terdapat 9 dari 11 variabel ditemukan
kader kesehatan sebanyak 62,2%. adanya hubungan dengan keputusan responden
untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Isyarat untuk di wilayah Gisting. Dua variabel tidak ditemukan
Bertindak pada Deteksi Dini adanya hubungan dengan deteksi dini kanker
Kanker Leher Rahim leher rahim adalah variabel dukungan suami dan
Variabel Jumlah (%) pengetahuan.
Informasi yang didapat
- Ya 210 (58,0%)
- Tidak 152 (42,0%)
Peran kader kesehatan
- Ya 225 (62,2%)
Febriani, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim 231

Tabel 7. Analisis Bivariabel Faktor-faktor yang Berhubungan denganDeteksi Dini Kanker


Leher Rahim
Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim OR
Variabel Jumlah p-value
Deteksi Tidak (95% CI)
(%) Deteksi (%)
Usia
- Tidak berisiko 16 (12,5) 112 (87,5) 128 0,042 0,5
- Berisiko 51 (21,8) 183 (78,2) 234 (0,3-0,9)
Pendidikan
- Tinggi 45 (25,4) 132 (74,6) 177 0,001 2,5
- Rendah 22 (11,9) 163 (88,1) 185 (1,4-4,4)
Pekerjaan
- Tidak bekerja 43 (27,2) 115 (72,8) 158 <0,001 2,8
- Bekerja 24 (11,8) 180 (88,2) 204 (1,6-4,7)
Status ekonomi keluarga
- > UMR 48 (37,5) 80 (62,5) 128 <0,001 6,8
- < UMR 19 (8,1) 215 (91,9) 234 (3,8-12,2)
Dukungan suami
- Didukung 34 (18,4) 151 (81,6) 185 1,000 1,0
- Tidak didukung 33 (18,6) 144 (81,4) 177 (0,6-1,7)
Sikap
- Positif 41 (23,6) 133 (76,4) 174 0,025 1,9
- Negatif 26 (13,8) 162 (86,2) 188 (1,1-3,3)
Pengetahuan
- Baik 67 (18,9) 288 (81,1) 355 0,357 -
- Kurang 0 7 (100) 7
Informasi yang didapat
- Ya 51 (24,3) 159 (75,7) 210 0,001 2,7
- Tidak 16 (10,5) 136 (89,5) 152 (1,5-5,0)
Peran kader kesehatan
- Ya 51 (22,7) 174 (77,3) 225 0,013 2,2
- Tidak 16 (11,7) 121 (88,3) 137 (1,2-4,1)
Nilai-nilai (malu)
- Tidak 50 (25,0) 150 (75,0) 200 0,001 2,8
- Ya 17 (10,5) 145 (89,5) 162 (1,6-5,2)
Takut akan menerima
diagnosa penyakit
- Ya 46 (41,8) 64 (58,2) 110 <0,001 7,9
- Tidak 21 (8,3) 231 (91,7) 252 (4,4-14,2)

C. ANALISIS MULTIVARIAT Tabel 8. Analisis Multivariabel dengan


Pemodelan Akhir Faktor-faktor
Hasil akhir analisis multivariabel yang Berhubungan dengan Deteksi
menggunakan regresi logistk ini didapatkan Dini Kanker Leher Rahim
bahwa terdapat 7 variabel yang dinyatakan
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi Variabel p-value OR(95% CI)
keputusan responden untuk melakukan deteksi Usia
dini kanker leher rahim. Variabel yang paling - Tidak berisiko 0,155 0,6
dominan mempengaruhi deteksi dini adalah - Berisiko (0,3-1,2)
status ekonomi keluarga dengan odds sebesar 6,0
Pekerjaan
kali (95% CI: 2,9-12,2).
- Tidak bekerja <0,001 4,2
- Bekerja (2,1-8,6)
Status ekonomi
keluarga <0,001 6,0
232 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 228-237

obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor


Variabel p-value OR(95% CI) pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-
- > UMR (2,9-12,2) tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,
- < UMR dan sebagainya). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Adi (2011) sikap wanita
Informasi yang didapat
dewasa di wilayah Kabupaten Banyumas
- Ya 0,249 1,6
memiliki hubungan yang signifikan dengan
- Tidak (0,7-3,3)
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Sejalan
Peran kader kesehatan
pula dengan penelitian Martini yang mengatakan
- Ya 0,029 2,4
bahwasikap berhubungan kuat dengan tindakan
- Tidak (1,1-5,2)
pemeriksaan pap smear di puskesmas Sukawati
Nilai-nilai (malu)
II tahun 2013. Peneliti berasumsi bahwa sikap
- Tidak 0,019 2,5
positif dari individu tidak serta merta berujung
- Ya (1,2-5,3)
pada perilaku kesehatan yang baik pula, dalam
Takut akan menerima hal ini adalah melakukan IVA atau papsmear.
diagnosa penyakit Berbagai faktor perancu akan menghampiri dan
- Ya <0,001 5,1 dapat merubah sikap positif tadi menjadi perilaku
- Tidak (2,6-10,5) yang tidak positif. Faktor perancu tersebut terkait
dengan faktor status sosial ekonomi dan takut
jika di ketahui penyakitnya. Sehingga walaupun
PEMBAHASAN responden bersikap positif namun tetap enggan
melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
a. Hubungan Pengetahuan dengan Deteksi Namun, sebagian besar individu yang berangkat
Dini Kanker Leher Rahim dari pengetahuan, persepsi dan sikap yang positif
Penelitian terkait oleh Maharsie dan terhadap suatu topik masalah kesehatan. Maka,
Indarwati (2012) terhadap perempuan 30-50 kans untuk terjadi eksekusi perilaku kesehatan
tahun di kelurahan Jebres terhadap 66 responden yang positifpun akan lebih besar.
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan tentang kanker c. Hubungan Pendidikan dengan Deteksi
serviks dengan keikutsertaan ibu melakukan tes Dini Kanker Leher Rahim
IVA. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Pendidikan adalah proses di mana semua
dikatakan bahwa keputusan untuk melakukan kemampuan manusia (bakat dan kemampuan
deteksi dini kanker leher rahim tidak hanya yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh
berasal dari faktor pengetahuan, namun terdapat pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-
confounding factors yang dapat merancukan kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara
pengetahuan yang telah baik mengenai deteksi artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk
dini, menjadi eksekusi perilaku yang tidak tepat membantu orang lain atau dirinya sendiri
yaitu menolak melakukan deteksi dini berupa mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan
IVA atau Papsmear. Sehingga petugas kesehatan yang baik (Adler, 2011).
perlu lebih giat menjalankan tugas konselor bagi Pendidikan berkaitan erat dengan segala
PUS guna menimbulkan kepercayaan tentang sesuatu yang bertalian dengan perkembangan
pentingnya deteksi dini ini. Sebab banyak PUS manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan,
yang tahu (tingkat pengetahuan pertama dari keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial
individu) tetapi tidak mau; atau PUS yang tidak sampai kepada perkembangan iman. Berdasarkan
tahu dan tidak mau melakukan deteksi dini peneitian ini, peneliti berpendapat bahwa pada
kanker leher rahim. Konseling yang dilakukan responden dengan tingkat pendidikan tinggi yang
dengan pendekatan secara mendalam dan melakukan deteksi dini kanker leher rahim
memberikan penyuluhan kepada para perempuan karena perempuan yang berpendidikan tinggi
tentang pentingnya deteksi dini kanker leher cenderung lebih memperhatikan diri dan
rahim bagi kesehatan reproduksi dan bagi keluarganya. Pendidikan dapat mempengaruhi
kelangsungan hidupnya. sesorang dalam mengambil keputusan dalam
deteksi dini kanker leher rahim semakin tinggi
b. Hubungan Sikap dengan Deteksi Dini pendidikan semakin baik pengetahuan dan akan
Kanker Leher Rahim semakin bijaksana dalam mengambil keputusan
Menurut Notoatmodjo (2014) Sikap dalam deteksi dini kanker leher rahim .
merupakan reaksi atau respon seseorang yang sedangkan perempuan dengan pendidikan rendah
masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau yang melakukan deteksi dini kanker leher rahim
Febriani, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim 233

menurut pendapat peneliti pendidikan akan dengan usianya, justru menolak menyadari dan
mempengaruhi pengtahuan seseorang dan dengan rendah hati mau melakukan deteksi dini.
pendidikan dan pengetahuan tidak hanya bias di Oleh sebab itu dibutuhkan peran petugas
dapat dari pendidikan secara formal melainkan kesehatan untuk dapat memberikan informasi
ada yang didapat secara informal salah satunya yang benar, tepat dan sesuai dengan usia
pendidikan yang didapat responden berasal dari reponden sehingga respnden termotivasi untuk
kegiatan yang sering dilakukan secara rutin dapat melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
seperti pada kegiatan posyandu, pengajian,
pertemuan PKK yang secara tidak langsung e. Hubungan Pekerjaan dengan Deteksi
dapat meningkatkan pengetahuan perempuan. Dini Kanker Leher Rahim
Sedangkan pada hasil penelitian sebanyak 163 Menurut Notoadmodjo (2011) pekerjaan
responden berpendidikan rendah tidak melakukan akan berpengaruh terhadap sesuatu yang
deteksi dinikanker leher rahim karena dapat dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau
disebabkan karena pada pendidikan rendah pencaharian masyarakat yang sibuk dengan
dimana pengetahuan dan cara pandang seseorang kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan
lebih sempit dan tidak mudah untuk menerima memiliki waktu yang lebih untuk memperoleh
ide atau saran yang baru sehingga responden informasi. Hal ini berkaitan dengan tingkat
lebih memilih untuk tidak melakukan deteksi dini penghasilan seseorang. Dengan demikian dapat
kanker leher rahim. Tingkat pendidikan dikatakan bahwa mata pencaharian dapat
merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang pembangunan.
terhadap pentingnya suatu hal termasuk Hasil penelitian didapati bahwa ibu
pentingnya deteksi dini kanker leher rahim, yang tidak bekerja tidak melakukan pemeriksaan
disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi kanker leher rahim sebanyak 115 responden
akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah dikarenakan faktor, informasi tentang deteksi
menerima ide dan tata cara kehidupan baru. dini, sosial ekonomi, dan pendidikan sehingga
Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang yang ibu tidak melakukan deteksi dini kanker leher
berpendidikan tinggi akan melakukan deteksi rahim. Menurut hasil penelitian ini ibu yang
dini kanker leher rahim. bekerja akan memiliki waktu luang yang lebih
sedikit dengan ibu yang tidak bekerja dalam
d. Hubungan Umur dengan Deteksi Dini melakukan deteksi dini kanker leher rahim,
Kanker Leher Rahim untuk hal tersebut sebaiknya petugas kesehatan
Semakin dewasa dan bertambah umur memberikan pelayanan deteksi dini kanker leher
seseorang maka semakin bertambah pula daya rahim diwaktu-waktu dimana perempuan yang
tanggapnya, melalui perjalanan umurnya semakin bekerja memiliki waktu senggang, misalnya hari
dewasa individu yang bersangkutan akan libur atau sore hari. Sedangkan bagi ibu yang
melakukan adaptasi perilaku terhadap tidak bekerja (aktivitas penuh di rumah) namun
lingkungannnya. Pernyataan ini menunjukkkan enggan melakukan IVA atau papsmear dapat
bahwa dengan umur responden yang makin dikarenakan alasan keuangan. Ibu yang merasa
dewasa akan mudah beradaptasi dengan tidak memiliki penghasilan sendiri, akan sayang
lingkungan yang adadisekitarnya dimana mereka menggelontorkan uang hanya sekedar melakukan
mau mengikuti perilaku dalam mengikuti deteksi pemeriksaan, yang menurutnya tidak penting
dini kanker leher rahim dikarenakan keterpaparan sebab ia tidak merasa sedang sakit. Sebab
dengan sumber informasi, pengaruh suami dan pekerjaan dan penghasilan keluarga merupakan
teman yang akan bertambah sejalan dengan karakteristik pendukung individu untuk
bertambahnya umur. memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 183
responden yang berisiko, tetapi tidak melakukan f. Hubungan nilai-nilai (Malu) dengan
deteksi dini kanker leher rahim. Hal ini dapat Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
disebabkan oleh faktor sosial ekonomi, rasa malu Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dan rasa takut akan menerima diagnose suatu dilakukan oleh Sulistiowati (2014) malu
penyakit. Semakin dewasa umur seharusnya merupakan alasan kedua setelah alasan
semakin matang dalam berfikir dan akan semakin Sambungan Squama Kolumner (SSK) tidak
bijaksana dalam melakukan deteksi dini kanker kelihatan dimana wanita memiliki alasan untuk
leher rahim. Namun tidak menutup kemungkinan tidak dilakukan pemeriksaan deteksi dini kanker
bahwa usia individu yang diharapkan leher rahim melalui tes IVA dari 1055 wanita
kedewasaan dan pemikirannya pun sepadan
234 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 228-237

yang tidak dilakukan pemeriksaan IVA 248 Nurchayati (2015) Dukungan suami mempunyai
(23,5 %) karena alasan malu. hubungan dengan perilaku pencegahan kanker
Peneliti berasumsi bahwa malu adalah serviks pada wanita usia subur. Berdasarkan hasil
salah satu bentuk emosi manusia. Malu memiliki penelitian dimana pada responden yang didukung
arti beragam, yaitu sebuah emosi, pengertian, suami tetapi masih tetap tidak melakukan deteksi
pernyataan, atau kondisi yang dialami manusia dini kanker leher rahim, hal ini bisa dikarenakan
akibat sebuah tindakan yang dilakukannya walaupun mendapat dukungan suami, namun
sebelumnya, dan kemudian ingin ditutupinya. ketika responden tidak mau dan merasa tidak siap
Masih banyak perempuan yang enggan untuk melakukan deteksi dini, pada akhirnya akan
melakukan deteksi dini kanker leher rahim mempengaruhi keputusan responden dalam
karena berbagai alasan salah satunya adalah melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
malu untuk membuka vagina nya saat dilakukan
pemeriksaan IVA atau Pap smear untuk deteksi i. Hubungan Peran Kader Kesehatan
dini kanker leher rahim. dengan Deteksi Dini Kanker Leher
Rahim
g. Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga Seorang kader kesehatan harus bisa memberi
dengan Deteksi Dini Kanker Leher contoh, member informasi dan penyuluhan
Rahim kesehatan kepada masyarakat dilingkungan
Status sosial ekonomi adalah kedudukan tempat tinggalnya melalui pertemuan-pertemuan
atau posisi seseorang dalam masyarakat, status di desanya, baik itu informasi kesehatan dari
sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan puskesamas maupun dari dinas kesehatan
seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau langsung. Peran aktif kader dapat mempengaruhi
dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti mau atau tidaknya seorang perempuan untuk
tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. meakukan deteksi dini kanker leher rahim.
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau Kader kesehatan mempunyai tugas yang mulia,
keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan kader diharapkan dapat berperan sebagai pemberi
per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari informaasi kesehatan kepada masyarakat,
pendapatan yang disesuaikan dengan harga penggerak masyarakat untuk melaksanakan
barang pokok. Hal ini sejalan dengan analisa pesan-pesan kesehatan seperti mendatangi
Gustiana et all (2015) perempuan yang memiliki posyandu dan melaksanakan hidup bersih dan
pendapatan tingggi berpeluang lebih baik sehat, dan sebagainya. Selain dari pada itu kader
melakukan pencegahan terhadap kanker leher juga dapat berperan sebagai orang yang pertama
rahim, dibandingkan dengan perempuan yang kali menemukan jika ada masalah kesehatan di
berpenghasilan rendah. daaerahnya dan segeramelaporkan kesehatan
setempat. Kader merupakan penghubung antara
h. Hubungan Dukungan Suami dengan masyarakat dengan tenaga kesehatan karena
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim kader selalu berada di tengah-tengah masyarakat.
Menurut House dan Kahn dalam Friedman
(2010) dukungan keluarga adalah sebuah proses
yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan j. Hubungan Informasi yang Didapat
jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap- dengan Deteksi Dini Kanker Leher
tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat Rahim
berupa dukungan sosial internal, seperti Informasi yang diperoleh tentang kanker
dukungan dari suami, istri atau dukungan dari leher rahim dapat diperoleh melalui penyuluhan
saudara kandung dan dapat juga berupa oleh tenaga kesehatan melalui pertemuan di
dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. pengajian, pertemuan di tingkat desa, informasi
Dukungan keluarga membuat keluarga mampu dari teman atau tetangga maupun keluarga yang
berfungsi dengan berbagai kepandaian dana akal. pernah melakukan pemeriksaan deteksidini
Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kanker leher rahim selain itu informasi juga dapat
kesehatan dan adaptasi keluarga. diperoleh melalui poster-poster yang disediakan
Penelitian ini tidak sejalan dengan oleh pemerintah daerah. Selain itu pila dapat
penelitian yang dilakukan Linadi (2013), diperoleh melalui sarana komunikasi. Sebagai
menunjukkan bahwa dukungan suami memiliki sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa
hubungan yang signifikan dengan ke ikut sertaan seperti televisi, radio, surat khabar, majalah, dll.
PUS dalam deteksi dini kanker leher rahim di Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan
perumahan Pucung Gading Semarang. Juga opini dan kepercayaan orang. Dalam
penelitian yang dilakukan Gustiana, Dewi, penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
Febriani, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim 235

media masa membawa pula pesan-pesan yang l. Variabel yang paling dominan
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini Faktor yang paling dominan pada deteksi
seseorang. Adanya informasi baru mengenai dini kanker leher rahim di wilayah kecamatan
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru Gisting Kabupaten Tanggamus lampung tahun
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut 2016 adalah status sosial ekonomi keluarga.
apabila cukup kuat akan memberi dasar afekif Menurut analisa Gustiana et all (2015),
dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah perempuan yang memiliki pendapatan tingggi
arah sikap tertentu. Peneliti berasumsi bahwa berpeluang lebih baik melakukan pencegahan
sebagai sarana komunikasi, berbagai media terhadap kanker leher rahim, dibandingkan
massa seperti televisi, radio, mempunyai dengan perempuan yang berpenghasilan rendah.
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan Menurut Rasjidi, wanita di kelas sosioekonomi
kepercayaan orang. Adanya informasi baru yang paling rendah memiliki faktor risiko lima
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kali lebih besar daripada wanita di kelas yang
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan
hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh hubungan seksual dan akses ke sistem
informasi tersebut. pelayanan kesehatan.
Dapat dikatakan bahwa seseorang
k. Hubungan Takut Didiagnosa Penyakit dengaan sosial ekonomi yang baik akan lebih
Kanker Leher Rahim dengan Deteksi mudah memperoleh pendidikan yang cukup, dan
Dini Kanker Leher Rahim lebih mudah mendapat informasi yang
Menurut Husada (2011), ancaman suatu dibutuhkan, dengan demikian akan lebih mudah
penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap menentukan tindakan preventif apa yang akan
individu, seperti penyakit kanker leher rahim, ada dipilih dalam pemenuhan kebutuhan
yang takut tertular penyakit tersebut, tetapi ada kesehatannya karena dengan dukungan sosial
juga yang mengganggap penyakit tersebut tidak ekonomi yang baik akan mendukung semua
begitu parah, ataupun individu merasa tidak akan aspek yang mempengaaruhi dalam deteksi dini
tertular dikarenakan diantara anggota kanker leher rahim. Peran sosial ekonomi dalam
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit bidang kesehatan adalah salah satu upaya untuk
tersebut. Keputusan untuk mengambil tindakan/ membuat perilaku masyarakat itu kondusif untuk
upaya penanggulangan atau pencegahan penyakit kesehatan yang artinya sisioekonomidpapat
itu tergantung dari persepsi individu tentang mendorong seorang mendepat pendidikan dan
keuntungan dari tindakan tersebut baginya, pengetauan yang cukup tentang kanker leher
besar/kecilnya hambatan untuk melaksanakan rahim sehingga lebih mudah seseorang menerima
tindakan itu serta pandangan individu tentang informasi tentang kanker leher rahim yang dapat
kemampuan diri sendiri. mempengeruhi sikapnya dalam deteksi dini
Menurut hasil penelitian meskipun kanker leher rahim.
pendidikan tinggi, sosial ekonomi tinggi,
pengetahuan baik, mendapat dukungan suami,
mendapat informasi yang cukup, mendapat SIMPULAN
ajakan dari kader kesehatan. Akan tetapi jika
mempunyai rasa takut akan membuat seorang a. Sebagian besar reponden tidak melakukan
perempuan tidak mau melakukan deteksi dini deteksi dini kanker leher rahim yaitu 295
kanker leher rahim. Persepsi tentang ancaman responden (81,5%) dari 362 responden
penyakit dan upaya penanggulangannnya seluruhnya, dan usia responden yang
dipengaruhi oleh latar belakang sosio demografi beresiko sebanyak 245 (64,4%), pendidikan
individu. Untuk menguatkan keputusan rendah 104 (56,4 %) yang
bertindak, diperlukan faktor pencetus, jika faktor bekerja.Responden dengan status sosial
pencetus itu cukup kuat dan individu merasa ekonomi yang rendah sebanyak 234
tidak sia-sia, barulah individu itu benar-benar (64,6%), responden yang mendapat
melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna dukungan suami sebanyak 185 (51,5%) dan
mencegah penyakit tersebut. Untuk hal tersebut yang mempunyai sikap negatif sebanyak
diperlukan sikap dari petugas kesehatan untuk 188 (51,9%). Sebagian besar responden
tidak bosan memberikan penyuluhan tentang memiliki pengetahuan baik sebanyak 355
kanker leher rahim kepada masyarakat sehingga (98,1%). Sebanyak 210 (58,0%) responden
timbulah kesadaran tentang pentingnya deteksi mengatakan mendapat informasi tentang
kanker leher rahim. kanker leher rahim dan yang 225 responden
(62,2%) mengatakan kader kesehatan
236 Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 2, Agustus 2016, hlm 228-237

berperan dalam deteksi dini kanker leher c. Variabel paling dominan berhubungan
rahim. Sebanyak 200 (55,2%) responden dengan deteksi dini kanker leher rahim di
mengatakan malu dalam melakukan deteksi wilayah kecamatan Gisting kabupaten
dini kanker, dan 110 (30,4%) mengatakan Tanggamus Lampung tahun2016 adalah
takut jika melakukan deteksi dini kanker status ekonomi dengan p-value < 0,001; OR
leher rahim. 6,8.
b. Pada hasil analisa bivariat, menunjukkan ada
hubungan usia (p-value 0,042; OR 0,5),
pendidikan (p-value 0,001; OR 2,5), SARAN
pekerjaan (p-value < 0,001; OR 2,8), status
sosial ekonomi keluarga (p-value < 0,001; a. Mensosialisasikan kepada masyarakat
OR 6,8), sikap (p-value 0,025; OR 1,9), bahwa pemeriksaan IVA dan Papsmear bagi
informasi yang didapat (p-value 0,001; OR peserta BPJS kesehatan adalah gratis, dan
2,7 ), peran kader (p-value 0,013; OR 2,2), lebih banyak melakukan kegiatan bakti
rasa malu (p-value 0,001; OR 2,8), rasa sosial dengan mengadakan pemeriksaan
takut menerima diagnose kanker leher IVA gratis bagi seluruh masyarakat yang
rahim (p-value < 0,001; OR 7,9) dengan ada diwilayah kecamatan Gisting kabupaten
deteksi dini kanker leher rahim di wilayah tanggamus.
kecamatan Gisting kabupaten Tanggamus b. Lebih meningkatan penyuluhan dengan
Lampung tahun 2016. Tidak ada hubungan menghadirkan teman atau kerabat yang
dukungan suami (p-value 1,000), dikenal masyarakat yang sudah melakukan
pengetahuan (p-value 0,357) dengan deteksi deteksi dini kanker leher rahim atau
dini kanker leher rahim di wilayah penderita kanker leher rahim sehingga
kecamatan Gisting kabupaten Tanggamus timbul kepercayaan masyarakat untuk
lampung tahun 2016. melakukan deteksi dini kanker leher rahim.

DAFTAR PUSTAKA

Adi. 2011. Wanita dan Deteksi Dini Kanker Linadi. 2013. Dukungan suami mendorong
Serviks. Acta Diurna vol 7 No 2. keikutsertaan PapSmear Pasangan Usia
Adler. Mortimer J. 2011. How to read a Subur (PUS) di Perumahan Puncak Gading
book:The classic guide to intellegent Semarang. Jurnal Kesehatan Reproduksi
reading. United States. Vol 4 no 2, Agustus 2013: 61-71.
Direktorat Pengadilan Penyakit Tidak Menular. Mahaarsie, Lesse. Indarwati. 2012. Hubungan
2013. Pencegahan Kanker Payudara dan Pengetahuan tentang Kanker Serviks
Kanker Leher Rahim. Jakarta: dengan Keikutsertaan Ibu melakukan
Kementerian Kesehatan Republik IVAtest di Kelurahan Jebres Surakarta.
Indonesia Direktur Jenderal PP&PL. Gaster Vol 9 no 2 Agustus 2012.
Friedman, M.M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Martini. 2013. Hubungan karakteristik,
Keluarga Riset, Teori dan Praktik. Edisi pengetahuan dan sikap wanita pasangan
kelima. Jakarta: EGC. usia subur dengan tinakan pemeriksaan
Gustiana, Yulia Irvani Dewi, Sofiana Nurchayati. papsmear di Puskesmas Sukawati II.
2013. Faktor-faktor yang Berhubungan Tesis. Program Pasca sarjana Universitas
dengan Perilaku Pencegahan Kanker Udayana Denpasar.
Servix pada Wanita Usia Subur. Jurnal Notoatmodjo Soekidjo. 2011. Kesehatan
Kesehatan. Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Husada, Dian. 2011. Promosi Kesehatan Health Rineka Cipta.
Belief Model (Model Kepercayaan Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Kesehatan
Kesehatan). Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
http://ninikdianhusada.blogspot.co.id/p/hea Cipta.
lth-belief-model.html (online diakses pada Sabrina, Setiawati, Wahidin. 2015. Situasi
25 Maret 2016). Penyakit Kanker.. Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Situasi Penyakit Kesehatan.
Kanker. Pusat data dan Informasi Saslow,Et.al. 2012. American Cancer Society,
kementrian kesehatan RI 2015. Jakarta. American Society for coloscopy and
society for clinical pathology screenly
Febriani, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim 237

guidelines for the preventor and early Wanita di Kecamaatan Bgor Tengah kota
detection of cervical cancer. National Bogor. Pusat Teknologi Intervensi
Institutes of health. CA Cancer J Clin. Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian
2012;62(3):147-172. dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Doi:10.3322/caac.21139. Kesehatan RI. Buletin Peneliti Kesehatan
Schiffman & Solomon. 2013. Servical Cancer Vol 42, No 3, September 2014: 193-202.
Screamy with Homan Papilloma virus and Rasjidi. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.
Cytolocig Cotesting. The New England StudyPustaka Divisi Ginekologi Onkologi
Journal Of Medicine. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita
Sulistiowati, Eva, Anna Maria Sirait. 2014. Harapan Tanggerang. Indonesian Journal
Pengetahuan Tentang Faktor Resiko of Cancer Vol III, no 3 Juli-September
Perilaku dan Deteksi Dini Kanker Serviks 2009.
dengan Inspeksi Asam Asetat (IVA) pada

Vous aimerez peut-être aussi