Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Konsep Dasar
Urolitiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut Kalkuli.
Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap disuatu tempat sepanjang saluran perkemihan
yang tumbuh sebagai pencetus larutan urine. Kalkuli bervariasi dlam ukuran dari fokus mikroskopik sampai
beberapa sentimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu termasuk pH urine, konsentrasi zat terlarut urine, stasis
urine, beberapa infeksi, diet tinggi kalsium dan demineralisasi tulang. Kebanyakan batu mengandung
kalsium, sementara sisanya mengandung aminomagnesium fosfat atau struvit, asam urat atau sistin.
Perawatan dirumah sakit diperlukan sampai batu hilang dari saluran perkemihan dan komplikasi
teratasi. Rata-rata lama perawatan untuk klasivikasi Kegawatan daruratan Bedah dari batu ginjal dengan
litotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal (ESWL) adalah 3,0 hari (Lorenz, 1991)
Komplikasi paling serius dari batu ginjal adalah Obstruksi ginjal, yang dapat menimbulkan kerusakan
permanen bila tak diatasi, perdarahan dan infeksi adalah komplikasi lain.
1.1.Definisi
Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih (urolithiasis), Urolithiasis sudah
dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks
ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra.
1.2. Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih
yang dibedakan sebagai :
- Faktor Intrinsik
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur (paling sering pada usia 30 -50 tahun)
3. Jenis kelamin ( laki-laki 3X lebih banyak daripada perempuan)
- Faktor Ekstrinsik
1. Geografi ( kejadian lebih tinggi pada daerah stone belt/ sabuk batu
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air (kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih.
4. Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).
1.4. PATOFISIOLOGI
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih.
Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang
lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau
hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal,
pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat, oksalat, fosfat,
sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat
kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan
vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa
hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan
bakteria yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam
Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga menimbulkan kontraksi yang
kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan,
perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan.
Bila terjadi hydronefrosis dapat diraba pembesaran ginjal. Urin yang keruh dan demam akan juga
dialami penderita batu ginjal.
1.6. KLASIFIKASI
- Batu Kalsium
- Batu Struvit
- Batu Urat
1.7. KOMPLIKASI
Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih,
pylonetritis, yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan segala
akibatnya yang jauh lebih parah
1.9. PENATALAKSAAN
1. Pada kebanyakan kasus, tak ada tindakan karena batu dapat melewati saluran tanpa intervensi
medis.
2. Farmakoterapi :
a. Untuk mempertahankan pH urine :
- Natrium bikarbonat untuk membuat urine lebih alkalin, pada asam-pencetus batu.
- Asam askorbat untuk membuat urine lebih asam, pada alkalin pencetus batu
b. Untuk mengurangi ekskresi dari substansi pembentuk batu.
- Diuretik tiazid untuk menurunkan ekskresi kalsium
- Alupurinol untuk mengatasi batu asam dengan menurunkan kadar asam urat plasma
3. Pengangkatan Batu melalui Pembedahan
a. Pielolitotomi (batu diangkat dari pelvis ginjal)
b. Uretolitotomi (batu diangkat dari ureter)
c. Sistolitotomi (batu diangkat dari kandung kemih)
4. Litotripsi ultrasonik perkutan (PUL) dan Litotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal (ESWL)
menggunakan gelombang suara dan gelombang kejut secara berturut-turut, untuk memecahkan
batu menjadi potongan kecil untuk memudahkan ekskresi dalam urine. Metode ini terutama
bermanfaat untuk pasien dengan resiko terhadap pembedahan
5. Terapi pelarutan menggunakan larutan kimia khusus batu yang dimasikan melalui selang
nefrostomi untuk mengirigasi areacdan melarutkan batu.
Rasional : memberi kesempatan untuk pemberian analgetik dan membantu meningkatkan koping
klien.
Intervensi :
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan dapat membantu lewatnya batu
Rasional : penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe dan jenis batu untuk pilihan terapi.
Intervensi :
Rasional : membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam evaluasi
adanya kerusakan ginjal
2). Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter / hari dalam toleransi jantung
Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis tindakan mencuci yang
dapat membilas batu keluar.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap ke ekmpat dari proses keperawatan dimana rencana
perawatan dilaksanakan. Pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
5. Evaluasi
Pada penderita dengan ureterolithiasis, hasil evaluasi yang diharapkan meliputi :
a. Nyeri hilang / terkontrol.
b. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
c. Komplikasi dicegah / minimal
d. Proses penyakit / prognosis dan program terapi dipahami
- Barbara Engram (1999) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC
- Guyton, Arthur C (1994) Buku Ajar fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC
- Hudak & Gallo (1996). Pendekatan Holistik Keperawatan Kritis, Jakarta : EGC
- Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Edisi 4 Vol 2. EGC. Jakarta.
- Syarifuddin, (1992), Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.