Vous êtes sur la page 1sur 5

Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

EFEK SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN PATI KETAN TERHADAP


SIFAT FISIK COOKIES

Iffah Muflihati 1), Lukitawesa 2), Birgitta Narindri 3), Afriyanti 4), Reny Mailia 5)
1)
Fakultas Teknik, Universitas PGRI Semarang
email : iffah_0303@yahoo.com
2)
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada
3)
Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
4)
Fakultas Pertanian, Universitas Bangun Nusantara Sukoharjo
5)
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, Yogyakarta

Abstract

Cookies quality is influenced by material and processing. Wheat flour as major component of cookies
production has a role on volume expansion of cookies. The purpose of this research is to investigate the
effect of wheat flour substitution with waxy starch or modified waxy starch by HMT treatment and baking
temperature effect on physical properties of cookies. Cookies was made by ratio of wheat flour and waxy
starch or HMT waxy starch 50:50, this research was carried out including the analysis of texture, volume
expansion, and color. Substituted HMT waxy starch cookies resulted on the flakier texture. The highest
volume expansion was revealed by substituted waxy cookies with baking temperature 140oC and substituted
HMT waxy starch cookies with baking temperature 130oC. Higher baking temperature and substitution
cookies with HMT waxy starch were revealed on the higher intensity of the darkness of cookies color.

Keywords : cookies, waxy starch, HMT, physical properties

1. PENDAHULUAN pengembangan tidak terjadi lagi. Pemantapan


Makanan berbasis gandum atau tepung kerangka ini terjadi karena protein mengalami
terigu telah menjadi makanan pokok banyak koagulasi dan pati mengalami gelatinisasi yaitu
negara. Ketersediaan yang melimpah di pasaran terjadinya penggelembungan granula dan
dunia, kadar protein yang cukup tinggi, harga yang disorganisasi molekul pati. Di samping itu pada
relatif tidak mahal dan cara pengolahan yang bagian luar yang langsung berhubungan dengan
praktis mudah telah menjadikan makanan berbasis udara panas terbentuk crust atau kulit yang
tepung terigu merambah cepat ke berbagai negara. berwarna coklat. Ini disebabkan oleh terjadinya
Salah satu makanan berbasis tepung terigu adalah reaksi Maillard antara gugus reduksi dari gula
cookies. Cookies cukup populer untuk dikonsumsi dengan gugus amino dari protein dan terbatasnya
di masyarakat karena memiliki nilai lebih air yang ada di permukaan (Utami, 2001). Reaksi
diantaranya bergizi, rasa dan tekstur yang disukai, ini akan dipengaruhi oleh kadar protein terigu yang
serta praktis. (Anonim, 2012). digunakan.
Kualitas cookies dapat ditentukan oleh dua Tepung terigu sebagai bahan utama dalam
faktor yaitu bahan dan proses. Kualitas cookies pembuatan cookies memiliki peranan besar dalam
meliputi tingkat pengembangan dan tekstur yang tingkat pengembangan cookies. Pemilihan terigu
dihasilkan. Bahan baku yang digunakan dalam yang tepat merupakan salah satu hal yang paling
pembuatan cookies dapat digolongkan menjadi menentukan kedua parameter tersebut. Kadar
bahan utama dan bahan pembantu. Bahan utama protein ditentukan oleh jenis gandum yang
berupa tepung terigu, air, dan garam sedangkan digunakan. Tepung terigu yang berasal dari
bahan pembantu adalah bahan-bahan yang gandum jenis Hard wheat biasanya memiliki
menyertai bagian utama untuk mendapatkan kandungan protein yang lebih tinggi dari yang
aroma, rasa dan tekstur yang diinginkan. Bahan soft wheat. Terigu protein sedang merupakan
pembantu ini terdiri dari shortening, baking soda, hasil pencampuran antara terigu berprotein tinggi
susu skim, telur, gula, bahan pengisi serta flavoring dan rendah karena memang tidak ada gandum
agent. berjenis medium. Pada umumnya, cookies terbuat
Selain bahan, proses juga berpengaruh dari terigu protein rendah sampai sedang juga
terhadap pembuatan cookies. Proses yang sangat untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan
berpengaruh dalam pembuatan cookies adalah aplikasi jenis rotinya (Anonim, 2012).
baking atau pemanggangan. Pada proses Substitusi tepung terigu dengan pati umbi-
pemanggangan proses fiksasi terjadi yaitu mulai umbian, pati beras, dan pati- pati dari jenis
mantapnya kerangka adonan sehingga tanaman lain akan mempengaruhi tekstur cookies

ISBN 978-602-73690-3-0 355 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh Jalannya Penelitian


meningkatnya kadar pati yang tidak diiringi Penelitian dilakukan melalui 3 tahapan
dengan peningkatan kadar protein sehingga utama yaitu pembuatan pati ketan HMT,
kompleks pati-protein yang terbentuk lebih sedikit. pembuatan cookies, dan analisis sifat fisik.
Tekstur cookies tersubstitusi ini biasanya relatif Pembuatan pati ketan HMT dilakukan berdasarkan
lebih keras. Selain itu, tingginya kadar amilosa metode Adebowale et al. (2005) dengan sedikit
pada pati pensubstitusi terigu juga akan modifikasi. 200 gram pati ketan yang telah
mengakibatkan kerasnya tekstur cookies mengingat dianalisis kadar airnya diatur kadar airnya hingga
sangat kompaknya amilosa pada pati. Sifat mencapai 28% dengan menyemprotkan aquades.
higroskopis amilosa juga akan mempengaruhi Banyaknya aquades yang ditambahkan ditentukan
atribut sensoris dari cookies yang dihasilkan. berdasarkan perhitungan kesetimbangan massa.
Rendahnya nilai wetness atau tingginya tingkat Pati ketan dengan kadar air 28% selanjutnya
penyerapan air ketika cookies dikunyah didiamkan pada suhu 4oC selama 12 jam kemudian
menyebabkan cookies terasa susah ditelan. Untuk dipanaskan dalam oven bersuhu 110oC selama 2
mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh amilosa jam. Selanjutnya pati ketan dikeringkan dalam
pada pati tersebut, pati perlu dimodifikasi. Proses cabinet dryer dengan suhu 50oC selama 12 jam.
modifikasi pati secara fisik seperti Heat moisture Proses pembuatan cookies dilakukan dengan
treatment (HMT) dan pregelatinisasi dirasa cukup mengocok gula halus dan margarin selama 1 menit,
mampu mengubah struktur fisik amilosa sehingga kemudian ditambahkan telur ke dalamnya dan
diharapkan cookies yang dihasilkan sesuai harapan adonan kembali dikocok. Campuran antara tepung
yaitu tekstur renyah (tidak keras dan mudah patah). terigu (50%), pati substitusi (50%), dan susu bubuk
Heat Moisture Treatment adalah salah dimasukkan ke dalam adonan, kemudian dicampur
satu metode lain yang juga digunakan untuk hingga menjadi adonan yang kalis dan dicetak.
memodifikasi pati. Metode ini dapat menyebabkan Adonan yang telah dicetak kemudian dipanggang
perubahan sifat fisikokimia dari tepung tanpa dalam oven selama 10 menit dengan suhu yang
merusak granula patinya. Pati HMT dapat telah ditentukan sesuai rancangan percobaan.
diperoleh dengan cara menginkubasi tepung yang Analisis
berkadar air kurang dari 35% pada suhu tinggi 84 Tekstur
130o C selama 16 jam. Suhu ini merupakan suhu Cookies ditempatkan pada suatu wadah
di atas suhu glass transition tapi di bawah suhu dan pada bagian tengah cookies ditusukkan jarum
gelatinisasi. Dalam beberapa penelitian diperoleh atau penetrator dari UTM untuk menguji tingkat
hasil bahwa kombinasi panas dan kadar air akan kekerasan dari cookies. Tingkat kekerasan dilihat
menghasilkan struktur pati yang lebih kompak dan dari gaya maksimal yang digunakan jarum UTM
kristalin (Lorlowhakarn and Naivikul, 2006). untuk menembus cookies hingga mencapai alas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Posisi pengujian dengan UTM dapat dilihat pada
pengaruh substitusi tepung terigu dengan tepung Gambar 1.
ketan dan tepung ketan yang dimodifikasi secara
HMT terhadap sifat fisik cookies diantaranya jarum UTM
tekstur, volume pengembangan, dan warna yang cookies
dihasilkan.
alas
2. METODE Gambar 1. Posisi pengujian tekstur dengan UTM
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini Volume pengembangan
antara lain bahan utama untuk pembuatan cookies Pengukuran volume pengembangan
meliputi tepung terigu, tepung ketan, gula halus, dilakukan dengan metode millet seed displacement.
margarin, telur, dan susu bubuk. Sedangkan bahan Volume pengembangan cookies diukur dengan
untuk analisis digunakan sagu mutiara untuk cara : siapkan 2 buah gelas ukur 250 ml. Gelas
analisis volume spesifik. ukur yang pertama diisikan cookies dan gelas ukur
Alat yang kedua diisikan sagu mutiara. Sagu mutiara
Alat yang digunakan pada penelitian ini dituang dari gelas ukur kedua ke dalam gelas ukur
antara lain alat utama untuk pembuatan cookies yang berisi cookies hingga batas skala 250 ml pada
yang meliputi mixer dan oven, serta peralatan gelas ukur pertama berisi cookies tadi sambil
analisis yaitu Universal Testing Machine untuk digoyang-goyang agar sagu mutiara memenuhi
analisis tekstur, gelas ukur 250 mL untuk analisis setiap rongga yang tidak terisi oleh cookies. Baca
volume spesifik, dan kertas standar warna untuk skala gelas ukur untuk sisa sagu mutiara sebagai
analisis warna. volume cookies (ml).

ISBN 978-602-73690-3-0 356 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

Warna PK160 10,6161


Cookies dianalisa warnanya secara visual HT130 2,6498
menggunakan standar warna kertas dengan 5 HT140 4,2010
tingkatan warna coklat. Selanjutnya warna cookies HT150 7,8541
dibandingkan dengan warna kertas yang telah HT160 8,0157
disiapkan., kemudian ditentukan tingkatan warna Kontrol 12,3043
mana yang paling mendekati warna cookies.
Standar warna yang digunakan dapat dilihat pada Dari data dalam Tabel 2 terlihat bahwa
Gambar 2. dengan semakin meningkatnya suhu yang
digunakan dalam proses baking, tekstur yang
1 2 3 4 5 dihasilkan cookies semakin keras yang ditunjukan
dengan semakin tingginya nilai Fmax hasil analisa
UTM. Hal ini disebabkan karena dengan semakin
Gambar 2. Standar warna cookies tinggi suhu, maka tingkat dehidrasi juga semakin
Desain perlakuan tinggi sehingga kandungan air yang ada di dalam
Penelitian ini menggunakan 2 parameter adonan semakin berkurang dan cookies menjadi
yang diamati, yaitu pati ketan yang digunakan lebih keras.
untuk substitusi tepung terigu dan suhu Akan tetapi hal yang berbeda didapatkan
pemanggangan yang digunakan. Substitusi tepung dengan adonan berbahan tepung ketan dengan suhu
terigu dilakukan dengan mengganti 50% tepung 160oC. Jika dibandingkan dengan suhu 150oC,
terigu pada adonan dengan 50% pati ketan atau tekstur dengan suhu yang lebih tinggi bernilai lebih
50% pati ketan HMT, sehingga rasio tepung terigu tinggi. Hal ini terjadi karena suhu yang terlalu
dan pati ketan atau pati ketan HMT yaitu 50:50. tinggi membuat permukaan adonan membentuk
Variasi suhu pemanggangan yang dipilih yaitu crust sehingga bagian dalam belum kering
130, 140, 150, dan 160oC. Kontrol dibuat dengan sempurna sehingga tekstur yang teranalisis bernilai
formulasi adonan menggunakan 100% tepung rendah.
terigu. Desain perlakuan penelitian dapat dilihat Jika dibandingkan antara adonan yang
pada Tabel 1. menggunakan tepung ketan dan tepung ketan HMT
Tabel 1. Desain perlakuan penelitian terdapat perbedaan nilai tekstur. Pada cookies
Perlaku Perbandingan Suhu dengan tepung ketan HMT, tekstur yang terbentuk
an komponen pemanggang lebih lunak. Penurunan nilai tekstur ini disebabkan
Tepun Pati Pati an karena adanya perubahan struktur molekul pati
g keta keta ketan akibat proses HMT. Struktur pati ketan HMT
terigu n n lebih berongga akibat adanya perombakan oleh air
HM dalam proses pembuatan HMT, sehingga saat
T digunakan dalam adonan cookies, menghasilkan
PK130 50 50 - 130 tekstur yang lebih lunak.
PK140 50 50 - 140 Hal ini didukung dengan penelitian
PK150 50 50 - 150 Lorlowhakarn dan Naivikul (2006) yang
PK160 50 50 - 160 menyatakan bahwa proses HMT memicu adanya
HT130 50 - 50 130 percepatan perubahan molekuler, pembentukan
HT140 50 - 50 140 kompleks amilolipid, serta degradasi molekul
HT150 50 - 50 150 amilopektin. Proses HMT memicu penurunan
HT160 50 - 50 160 jumlah molekul yang besar seperti amilopektin
serta peningkatan jumlah molekul yang kecil
3. HASIL DAN PEMBAHASAN seperti amilosa. Amilopektin ini yang berpengaruh
Tekstur terhadap daya kunyah pati sehingga swelling
Pengujian tekstur cookies dilakukan power tepung HMT menurun.
dengan menggunakan penetrometer UTM dengan Permukaan dari bahan yang telah
tiga kali pengulangan. Hasil rata-rata tekstur mengalami modifikasi HMT mengalami retakan
cookies dapat dilihat pada Tabel 2. dan rekahan sehingga menunjukkan adanya lubang
di bagian tengah. Hal ini terjadi akibat adanya
Tabel 2. Hasil pengujian tekstur/ kekerasan cookies disrupsi dan disintegrasi partikel pati oleh molekul
Perlakuan Fmax (N) air selama proses HMT. Dengan adanya struktur
PK130 7,3422 berongga seperti ini menyebabkan granula pati
PK140 7,6072 memiliki ikatan antar molekul yang lebih lemah
PK150 14,7887 (Lee, 2012).

ISBN 978-602-73690-3-0 357 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

Volume pengembangan komponen lain yang dapat membentuk kompleks


Hasil pengukuran volume pengembangan warna saat proses pengovenan sehingga tingkat
cookies dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil reaksi pencoklatannya (Maillard) pun tidak terlalu
tersebut dapat dilihat bahwa substitusi tepung berbeda. Jika dibandingkan antar suhu
terigu dengan pati ketan dan pati ketan yang pengovenan, cookies yang dioven dengan suhu
dimodifikasi secara HMT akan meningkatkan yang lebih tinggi warnyanya semakin coklat akibat
volume pengembangan. Pati ketan memiliki dari semakin tingginya akan meningkatkan potensi
komponen utama berupa amilopektin. Amilopektin reaksi Maillard yang terjadi.
memiliki struktur yang mudah menyerap air dan
air akan tertahan di dalamnya jika sudah terserap
(Akubor, 2003). Adanya sifat tersebut akan
menjadikan struktur pati akan berongga ketika
dipanggang akibat menguapnya air dari dalam
5
molekul pati sehingga volume cookies akan lebih
besar. Proses modifikasi pati akan meningkatkan 4
volume pengembangan selama pemanggangan
akibat terbentuknya gugus karbonil dan gugus 3
karboksil pada pati hasil modifikasi, sehingga
proses hidrasi air ke dalam molekul pati akan 2
meningkat (Wang dan Wang, 2003). 1
Tabel 3. Hasil pengukuran volume pengembangan
cookies
Perlakuan Volume
pengembangan
cookies (ml/g)
PK 130 4,0
PK 140 6,6
PK 150 4,3
PK 160 5,1
HT 130 6,6 Gambar 3. Hasil analisa warna cookies
HT 140 4,3
HT 150 4,4 Hal ini sesuai dengan teori dasar reaksi
HT 160 4,3 Maillard yang telah diteliti lebih lanjut kinetika
Kontrol 4,0 reaksinya oleh Martins et al. (2001) yang
menyatakan bahwa suhu (dan pH) merupakan
Penggunaan suhu yang tinggi pada proses faktor yang krusial pada reaksi Maillard.
pemanggangan akan semakin meningkatkan Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan
jumlah air yang menguap. Namun suhu yang kecepatan reaksi Maillard sesuai dengan
terlalu tinggi dapat mengakibatkan case hardening persamaan Arrhenius antara reaksi Maillard dan
dimana kecepatan penguapaan air dari permukaan suhu yaitu,
cookies ke udara lebih cepat daripada kecepatan
penguapan air dari bagian dalam cookies ke bagian
permukaan cookies. Hal ini kemungkinan akan
berdampak pada tingkat volume pengembangan dimana k adalah konstanta kecepatan reaksi
cookies yang tidak begitu besar karena jumlah air Maillard; A adalah faktor frekuensi; Ea adalah
yang diuapkan tidak cukup banyak. energi aktivasi; R adalah kosntanta gas (8.3 Jmol-1
K-1) and T adalah suhu absolut (K) (Martins dkk.,
Warna 2001).
Hasil pengamatan warna cookies yang Jika dibandingkan dengan kontrol, warna
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3. Dari cookies HMT dan cookies pati ketan relatif lebih
Gambar 3, tidak tampak adanya perbedaan terang daripada cookies terigu. Kandungan protein
signifikan antara warna cookies berbahan pati pada terigu yang lebih tinggi dibanding pati ketan
ketan dan pati ketan HMT. Hal ini terjadi karena mengakibatkan perbedaan tingkat reaksi Maillard
dengan proses HMT, yang terjadi hanya perubahan yang terjadi karena reaksi ini juga dipengaruhi oleh
pada struktur granula pati bukan pada struktur konsentrasi substrat substratnya yaitu karbohidrat
kimia polimer dari glukosa yaitu pati ataupun dan protein (Martins et al., 2001).

ISBN 978-602-73690-3-0 358 Universitas PGRI Yogyakarta


Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015

Indyah S Utami, (2001). Pengolahan Roti Tawar.


4. KESIMPULAN Materi Training Pembuatan Roti dan Pastry.
Substitusi tepung terigu dengan tepung Jurusan TPHP Fakultas Teknologi Pertanian
ketan membuat tekstur cookies menjadi lebih keras UGM.
daripada substitusi dengan tepung ketan HMT, Lee, Chang Jo, Yang Kim, Seung Jun Choi, Tae
namun kekerasannya lebih rendah daripada Wha Moon. (2012). Slowly Digestible Starch
kontrol. Suhu yang tinggi akan meningkatkan from Heat-Moisture Treated Waxy Potato
kekerasan cookies. Volume pengembangan Satrch : Preparation, Structural Characteristic,
cookies akan meningkat dengan substitusi dengan and Glucose response in mice. Food
pati ketan dan pati ketan HMT sedangkan suhu Chemistry Journal 133: 1222-1229.
tinggi akan menurunkan volume pengembangan. Lorlowhakarn, K and Naivikul, O. (2006).
Substitusi dengan pati ketan dan pati ketan HMT Modification of Rice Flour by Heat Moisture
tidak menghasilkan perbedaan warna yang Treatment (HMT) to Produce Rice Noodles.
signifikan, namun semakin tinggi suhu warna Kasetsart Journal (Nat. Sci.) 40 (Suppl.) :
cookies yang dihasilkan makin gelap. 135 143.
Martins, S. I., Jongen, W. M., & van Boekel, M. A.
5. DAFTAR PUSTAKA (2001). A review of Maillard reaction in food
Adebowale, K.O., B.I. Olu-Owolabi, O. O. and implications to kinetic modelling. Trends
Olayinka dan O.S. Lawal. (2005). Effect of in Food Science & Technology , 11, 364373.
Heat Moisture Treatment and Annelaing on Wang, Y.J. and Wang, L. 2003. Physicochemical
Physicochemical of Red Sorgum Starch. properties of common and waxy corn starch
African Journal of Biotechnology 4 (9) : 928- oxidized by different level of sodium
933. hypochlorite. Carbohydrate Polymers 52 : 207-
Akubor, P., I., (2003). Functional Properties and 217.
Performance of Cowpea/ Plantain/ Wheat
Flour Blends in Biscuits. Plant Food for
Human Nutrition (Formerly Qualitas
Plantarum) 58 (3): 1-8
Anonim (2012). Terigu, Bahan Utama Pembuatan
Soft Bread dan Soft Cookies.
http://www.bakerymagazine.com/2012/02/29/
terigu-bahan-utama-pembuatan-soft-bread-
dan-soft-cookies/ diakses 24 September 2012

ISBN 978-602-73690-3-0 359 Universitas PGRI Yogyakarta

Vous aimerez peut-être aussi