Vous êtes sur la page 1sur 17

PRAKTIKUM 1

Perencanaan 4G (LTE) di Kecamatan Selopuro,


Kabupaten Blitar
A. Dasar Teori
Atoll[3] merupakan sebuah software radio planning yang menyediakan satu set
alat dan fitur yang komperhensif dan terpadu yang memungkinkan user untuk
membuat suatu proyek perencanaan microwave ataupun perencanaan radio dalam
satu aplikasi. Berbagai[4] prediksi study dari cakupan dapat dikonfigurasikan
sesuai kehendak perancang. Study yang disuguhkan diantaranya adalah :
1. Coverage by signal level : Menghitung area yang tertutupi oleh level sinyal
dari tiap cell.
2. Coverage by C/(I+N) level (DL) : Menghitung area yang tertutupi oleh SINR
downlink. SINR adalah perbandingan antara kuat sinyal dengan kuat interferensi
ditambah noise yang dipancarkan oleh cell.
3. Coverage by C/(I+N) level (UL) : Menghitung area tertutupi SINR uplink.
4. Coverage by throughput (DL) : Menghitung area throughput downlink.
5. Coverage by throughput (UL) : Menghitung area yang tertutupi oleh throughput
uplink.
Proses tahapan perencanaan jaringan 4G LTE seperti terlihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 1. Proses RF planning menggunakan Atoll


Dari trainerkit pertama ini akan dihasilkan beberapa kegiatan praktikum sebagai
berikut :
Mengatur koordinat sistem
Informasi geografis -> import peta
Konfigurasi parameter antena
Konfigurasi jaringan meliputi konfigurasi frekuensi, konfigurasi cell LTE,
konfigurasi MIMO
Konfigurasi perangkat jaringan meliputi konfigurasi TMA, konfigurasi feeder,
konfigurasi eNodeB
Konfigurasi model propagasi
Coverage prediction
Alokasi neighbours
Menampilkan hasil RF planning pada google earth

Salah satu contoh hasil RF planning 4G LTE menggunakan Atoll seperti gambar di
bawah ini.

Hasil RF planning akan menganalisa coverage berdasarkan transmitter dan


berdasarkan level sinyal. Selain itu juga hasil planning ditampilkan pada google earth.

4G adalah singkatan dari Fouth Generation alias generasi keempat. Ada dua system
jaringan yang secara komersial digunakanpada teknologi 4G yaitu WiMAX dan
Standar LTE. Kali ini kita akan membahsa tentang LTE. Dimana pengertian LTE
sendiri adalah Long Term Evolution. LTE memiliki kecepatan yang didefinisikan dalam
beberapa kategori atau category disingkat cat sesuai dengan yang dirilis dari 3GPP,
tergantung pada maksimum tingkatan puncak kecepatan transfer data dan dukungan
kemampuan.Dalam hal kecepatan secara umum, LTE dapat memberikan kecepatan
data puncak hingga 300 Mbps pada downlink dan puncak kecepatan data 75 Mbps pada
uplink, tergantung pada kategori perangkat pengguna.[2]
Kategori kecepatan LTE:
LTE cat3 adalah teknologi LTE kategori 3 yang memiliki kecepatan hingga 102
Mbps untuk downlink dan 51 Mbps untuk uplink.
LTE cat4 adalah teknologi LTE kategori 4 memiliki kecepatan maksimal hingga
150,8 Mbps untuk downlink dan 51 Mbps untuk uplink.
LTE cat6 adalah teknologi LTE kategori 6 memiliki kecepatan maksimal hingga
301.5 Mbps untuk downlink dan 51 Mbps untuk uplink.

Konsep Dasar LTE[11] LTE mempunyai radio acces dan core network yang
dapat mengurangi network latency dan meningkatkan performansi sistem dan
menyediakan interoperability dengan teknologi 3GPP yang sudah ada dan non-
3GPP. Dalam LTE terdapat dua bagian, yaitu bagian Radio Acces Network dan
bagian Core Network. Fungsi seperti modulasi, handover, dan header compression
terdapat di bagian Radio Acces Network, sedangkan fungsi seperti Charging dan
Mobility management terdapat dibagian Core Network. Di dalam kasus LTE, Radio
Acces Network adalah E-UTRAN dan Core Network adalah EPC.[1]

1. E-UTRAN

E-Node B ( Evolved Node B ) Peran dari Radio Acces Network (RAN) yaitu
Node B dan RNC digantikan dengan ENB ini, sehingga dapat mengurangi
biaya perawatan dan operasional dari perangkat, selain itu arsitekturnya jauh
lebih sederhana. LTE tidak dimaksudkan hanya untuk digunakan melalui E-
UTRA, tetapi juga dimaksud untuk digunakan melalui jaringan IP lainnya,
termasuk WiMAX dan WiFi, dan bahkan jaringan kabel. Sistem E-UTRAN
menggunakan OFDMA untuk downlink dan Single Carrier FDMA (SC-
FDMA) untuk uplink.

2. EPC ( Evolved Packet Core Network )

MME ( Mobility Management Entity ) MME merupakan pengontrol setiap


node pada jaringan akses LTE. Pada saat UE dalam kondisi idle, MME
bertanggung jawab dalam melakukan prosedur tracking dan paging yang di
dalamnya mencakup retransmission. MME bertanggung jawab untuk
memilih SGW (Serving Gateway) yang akan digunakan UE saat intial attack
pada waktu UE melakukan intra-LTE handover.
PCRF ( Policy and Charging Rules Function) Untuk menangani QoS serta
mengontrol rating dan charging.
HSS ( Home Subscriber Server ) Untuk subscriber management dan
security.
SGW (Serving Gateway) - Mengatur jalan dan meneruskan data yang
berupa paket dari setiap user. - Sebagai penghubung antara teknologi LTE
dengan teknologi 3GPP lain (2G dan 3G).
PDN GW ( Packet Data Network Gateway ) - Menyediakan hubungan bagi
UE ke jaringan paket. - Menyediakan link hubungan antara teknologi LTE
dengan teknologi non-3GPP (WiMAX) dan 3GPP2 (CDMA2000 1X dan
EVDO).[2]

B. Alat dan Bahan


1. Laptop
2. Software Atoll
3. Software Google Earth

C. Langkah Kerja
1. Berdoalah sebelum melakukan praktikum.
2. Siapkan alat dan bahan.
3. Hidupkan laptop dan jalankan software Atoll.
4. Buat project LTE baru, pilih File>New>From a Document Template

dan pilih LTE.

5. Proses selanjutnya adalah setting project area yaitu menentukan koordinat dengan
cara pilih Document>Properties. Pada tab Coordinates > Projection pilih WGS
84/UTM zone 49S dengan pilihan Find in pilih WGS84 UTM zones.

6. Pada bagian Display use pilih WGS 84 yang terletak pada bagian atas.

Sedangkan pada Degree format pilih xx.xxxxx. Pilihan projection tergantung


letak atau daerah yang kita gunakan.
7. Untuk memasukkan data peta pilih File>Import>pilih data peta JAWA

Pastikan Coordinate system menggunakan WGS 84/UTM zone 49S. Kemudian


pilih Import sehingga muncul peta seperti di bawah ini.

8. Untuk menampilkan peta 3D digunakan 3 parameter diantaranya Clutter, Heights


dan Vector. Data clutter dimasukkan dengan cara pilih File>Import>pilih folder
Data Clutter>Index>Clutter Classes.

Sehingga tampilan peta berubah seperti ini

Untuk memasukkan data ketinggian pada peta pilih File>Import>Data


Clutter>Height>Index>Altitudes.
Tampilan peta berubah menjadi seperti di bawah ini

Selanjutnya memasukkan data vector dengan cara pilih File>Import>Data


Clutter>Vector>Index>Vectors.

Apabila muncul halaman Vector Import, pilih Import


9. Setelah itu kita dapat membuat data base (parameter side) dengan memunculkan 4
jendela yaitu map, side ,transmitter,dan cell.
10. Kemudian buatlah E-Node B sebanyak 2 dengan dengan memasukkan Longitude
dan Latitude yang berbeda-beda.
11. Tampilkan coverage dari setiap E-Node B, merubah tinggi E-Node B dan Azimuth
(, , ) yang telah ditentukan kemudian amati dan bandingkanlah.

D. Hasil Pengamatan
Pada perencanaan kali ini, penulis membuat 2 site:
Site A dengan azimuth =50, =150, =270
Site B dengan azimuth =90
High = 30, Mechanical Downtilt = 0, Power = 43dbm
High = 30, Mechanical Downtilt = 2, Power = 43dbm
High = 30, Mechanical Downtilt = 2, Power = 50dbm
High = 30, Mechanical Downtilt = 0, Power = 50dbm
High = 50, Mechanical Downtilt = 0, Power = 43dbm (Yang Disarankan)
High = 50, Mechanical Downtilt = 2, Power = 43dbm
High = 50, Mechanical Downtilt = 2, Power = 50dbm
High = 50, Mechanical Downtilt = 0, Power = 50dbm
Cover Attol pada Google Earth

Dari delapan Prediksi yang kami lakukan maka kami sebagai pihak operator menawarkan
kepada vendor untuk memilih prediksi yang ke 4 yaitu dengan Hight = 50, Mechanical
Downtilt = 0, Power = 43dbm. Dengan Cakupan area = 49,105 km/segi . Cakupan ini telah
mengcover seluruh daerah kec. Selopuro Kab. Blitar yang mempunyai luas daerah 33 km/segi
Google Maps
E. Analisa Data
Dari hasil pengamatan yang telah didapat, dapat penulis analisa bahwa

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa serta praktikum yang telah penulis kerjakan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Ukuran tinggi pada suatu E-Node B dapat memengaruhi daerah cakupan (coverage)
E-Node B tersebut, semakin tinggi suatu E-Node B maka semakin besar pula daerah
cakupan E-Node B tersebut.
2. Nilai mechanical downtilt juga dapat memengaruhi daerah cakupan (coverage) E-
Node B tersebut, semakin tinggi nilai mechanical downtilt maka semakin kecil
daerah cakupan E-Node B tersebut.
3. Nilai power dBm(daya pancar) juga dapat memengaruhi daerah cakupan (coverage)
E-Node B tersebut, semakin tinggi power dBm suatu E-Node B maka semakin besar
pula daerah cakupan E-Node B tersebut.
4. Di sini penulis melihat bahwa terdapat pemotongan pada E-Node B yang paling
tinggi yang disebabkan oleh permukaan/kontur bumi yang menghalangi daerah
yang seharusnya mendapat sinyal.
5. Perencanaan E-Node B di Kecamatan Selopuro cukup dengan hanya 2 site saja,
dengan pilihan prediksi ke empat yaitu dengan High = 50, Mechanical Downtilt =
0, Power = 43 dBm. Dengan Cakupan area = 49,105 km/segi . Cakupan ini telah
mengcover seluruh daerah kec. Selopuro Kab. Blitar yang mempunyai luas daerah
33 km2.

G. Daftar Pustaka
[1] Admin. Maret 3, 2017. Apa itu 4G LTE ? [online] available:
http://teknokita.com/apa-itu4g-lte/
[2] Gunawan. October 14, 2016. Apa pengertian 4G LTE, 4G, LTE ? [online]
available: https://haiwiki.info/teknologi/pengertian teknologi-jaringan-4g-lte/
[3] mte.pasca.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/03.dheny_-1.pdf
[4] prima.lecturer.pens.ac.id/Siskomnir/Modul%204.pdf

Vous aimerez peut-être aussi