Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2. Etiologi
a. Faktor Resiko Eksogen
Merupakan adenoma yang jinak dan adenokarsinoma yang ganas yang berasal dari sel
parenkim (asiner atau sel duktal) dan tumor kistik. Yang termasuk factor resiko eksogen
adalah makanan tinggi lemak dan kolesterol, pecandu alkohol, perokok, orang yang
suka mengkonsumsi kopi, dan beberapa zat karsinogen.
b. Faktor Resiko Endogen
Contohnya : Penyakit DM, pankreatitis kronik, kalsifikasi pankreas (masih belum jelas,
Setyono, 2001).
Penyebaran kanker/tumor dapat langsung ke organ di sekitarnya atau melalui pembuluh
darah kelenjar getah bening. Lebih sering ke hati, peritoneum, dan paru. Tapi agak
jarang pada adrenal, Lambung, duodenum, limpa. Kolestasis Ekstrahepatal. Kanker di
kaput pankreas lebih banyak menimbulkan sumbatan pada saluran empedu disebut
Tumor akan masuk dan menginfiltrasi duodenum sehingga terjadi perdarahan di
duodenum. Kanker yang letaknya di korpus dan kauda akan lebih sering mengalami
metastasis ke hati, bisa juga ke limpa. (Setyono, 2001).
3. Manifestasi Klinis
a. Tipe obstruksi
Biasanya adenokarsinoma hulu pankreas sama sekali tidak bersengaja atau bertanda
sampai terjadi ikterus obstrusi. Tanda lambat lainnya ialah menurutnya berat badan,
nyeri epigastrium, dan massa di epigastrium. Kehilangan berat badan dapat sampai 10
kg. Nyeri hebat di punggung terdapat pada 25% penderita. Kandung empedu yang
teraba tidak nyeri, dan sering ditemukan ikterus obstruksi karena sumbatan di duktus
koledokus menurut hukum courvoisier. Bila terdapat ikterus, hampir selalu disertai
pruritus, dan 5-10% disertai kolangitis.
b. Tipe nonobstruksi
Adenokarsinoma pankreas pada korpus dan ekor pankreas jarang disertai ikterus.
Gejala yang menonjol ialah kehilangan berat badan, nyeri epigastrium dan pinggang,
dan hepatomegali bila terdapat metastatis ke hati.
4. Patofisiologi
Kanker pancreas hampir 90% berasal dari duktus, dimana 75% bentuk klasik
adenokarsinoma sel duktal yang memproduksi musin. Sebagian besar kasus (70%), lokasi
kanker pada kaput pancreas, 15-20% pada badan dan 10% pada ekor. Pada waktu di
diagnosis, ternyata tumor pancreas relative sudah besar. Tumor yang dapat direseksi
biasanya besarnya 2,5-3,5cm. Pada sebagian besar kasus tumor sudah besar (5-6cm), dan
atau telah terjadi infiltrasi dan melekat pada jaringan sekitar, sehingga tidak dapat
direkseksi.
Pada umumnya tumor meluas ke retroperitoneal ke belakang pankreas, melapisi dan
melekat pada pembuluh darah, secara mikroskopik terdapat infiltrasi di jaringan lemak
peripankreas, saluran limfe, dan perineural. Pada stadium lanjut, kanker kaput pancreas
sering bermetastasis ke duodenum, lambung, peritoneum, hati dan kandung empedu.
Kanker pancreas pada bagian dan ekor pancreas dapat metastasis ke hati, peritoneum,
limpa, lambung dan kelenjar adrenal kiri. Karsinoma di kaput pancreas sering
menimbulkan sumbatan pada saluran empedu sehingga terjadi kolestasis ekstra-hepatal.
Disamping itu akan mendesak dan menginfiltrasi duodenum, yang dapat menimbulkan
peradangan di duodenum. Karsinoma yang letaknya di korpus dan kauda, lebih sering
mengalami metastasis ke hati danke limpa.
Kanker pankreas merupakan tumor yang relatif sering. Sekarang insidennya mendekati
kanker lambung. Tumor ini lebih sering pada pria dibandingkan wanita dengan rasio 2:1
atau 3:1. Insiden tertinggi pada usia lanjut. Sekitar 60% berasal dari kaput pankreas,
biasanya menyumbat saluran empedu dan menyebabkan ikterus dan kandung empedu dapat
teraba, sedangkan tumor yang berasal dari korpus dan kauda sering tetap tenang sampai
lanjut sekali. Tanda dan gejala lain adalah sakit perut, BB menurun, anoreksia, dan nausea
(mual).
Diagnosis banding terhadap pankreatitis kronik mungkin sukar. Karena diagnosis sukar
dilakukan, tumor ini biasanya tidak di temukan sampai tumor telah menyebar di luar batas
kemampuan reaksi lokal.
Kemungkinan hidup rata-rata setelah diagnosis ditegakkan adanyana kanker hati, kandung
empedu, atau pankreas adalah kurang dari 1 tahun.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Karsinoma pankreas merupakan tumor ganas sistem pencernaan yang sering
ditemukan. Namun dibandingkan tumor ganas sistem pencernaan lain, efek terapi dan
prognosisnya belum memuaskan, terutama karena lokasi pankreas yang dalam di
retroperitoneal tidak mudah dideteksi dini. Selain itu, karsinoma pankreas sangat ganas dan
progresinya cepat. Maka banyak ahli tengah berupaya menemukan teknologi diagnosis
karsinoma pankreas yang lebih peka dan spesifik, agar karsinoma pankreas dapat dideteksi
dini, didiagnosis dini, sehingga dapat ditentukan metode terapi yang lebih baik untuk
meningkatkan survival pasien. Dewasa ini kebanyakan diagnosis kanker pankreas adalah
berdasarkan gejala klinisnya, yaitu nyeri abdomen, ikterus, penurunan berat badan, massa
abdominal, dll; pemeriksaan laboratorium; pengukuran CA 19-9 serum; USG; CT; dll.
Pada pemeriksaan laboratorium, ketika kanker kaput pankreas menimbulkan ikterus
obstruktif, dapat ditemukan kadar bilirubin serum meninggi. Pasien juga dapat mengalami
hiperglikemia puasa, dan uji toleransi glukosa positif. Pemeriksaan CEA pada stadium awal
angka positif rendah (sekitar 30%), dan tidak spesifik, secara klinis umumnya digunakan
untuk menilai hasil operasi dan memonitor tindak lanjut. Antigen terkait saluran cerna (CA
19-9) dianggap sebagai parameter diagnostik kanker pankreas, angka positif pada serum
kanker pankreas mendekati 85%, spesifisitas sekitar 70%.
a. Laboratorium
Anemia karena terjadi defisiensi zat besi, nutrisi, perdarahan per anal.
1) Amylase serum meningkat.
2) TES faal hati bilirubin, serum, SGPT, SGOT
3) Kadar glukosa darah > 20 %.
b. Pemeriksaan Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen akan terasa suatu massa epigastrium. Letak tumor pada
peritoneal. Pada beberapa pasien dapat di raba adanya pembesaran kandung empedu,
hepatomegali (akibat bermetastasis). Bila ditemukan asites maka akan terjadi invasi ke
peritoneum.
c. Pemeriksaan Radiologi
Yang paling baik adalah ongdengan menggunakan ERCP (Endoscopic Retrogade
Cholangi Pancreatography).
Dengan memasukkan media control ke dalam canula melalui merupakan tindakan
Duodenoskop papilla vateri ke dalam duktus pankreatikus. lain yang dapat
dilakukanPTC (Percutaneous Transhepatic Cholangiography) untuk mengenali
obstruksi saluran empedu oleh tumor pankreas. Apabila ada tanda kolestasis
ekstrahepatik di ujung duktus koledikus yang tumpul.
6. Diagnosis Banding
a. Kolelitiasis
b. Pankreatitis kronis
c. Hepatitis
Keluhan utama berupa rasa tak enak abdomen atas ataupun nyeri abdomen dari
kanker pankreas perlu dibedakan dari kelainan kronis lambung, kolelitiasis, pancreatitis
kronis, dan hepatitis. Kanker pankreas berprogresi cepat, efek sistemik relatif besar, dan
dalam jangka pendek pasien jelas mengurus. Dengan pemeriksaan laboratorium penunjang
dan pencitraan, sebagian besar dapat dibedakan. Tapi dengan penkreatitis kronis
pembedaan sulit, bahkan bila perlu harus dilakukan biopsi jarum halus perkutan atau biopsi
jarum halus intraoperatif untuk memastikannya.
7. Komplikasi
Pankreas memroduksi sejumlah enzim yang berfungsi memecahkan makanan sehingga
tubuh Anda dapat menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan. Tetapi tumor
pankreas seringkali menghambat produksi atau penyaluran enzim ini.Akibatnya, tubuh
Anda tidak bisa dengan mudah menyerap nutrisi, yang kemudian membuat Anda terkena
diare dan kehilangan berat badan yang drastis.
8. Penatalaksanaan
Seperti tumor sistem pencernaan lainnya, terapi kombinasi berbasis operasi merupakan
prinsip terapi karsinoma pankreas. Deteksi dini dan operasi radikal dini terhadap karsinoma
pankreas diharapkan dapat menurunkan mortalitas. Tapi pada kenyataannya pasien yang
ditemukan umumnya termasuk stadium lanjut, dengan keberhasilan reseksi rendah dan
masa survival paska operasi singkat, sehingga survival 5 tahun tidak sampai 10%. Pada lesi
yang tidak dapat direseksi, masa survival adalah 3-6 bulan, maka sangat diperlukan terapi
kombinasi, diantaranya kemoterapi yang merupakan bagian tak terpisahkan dari terapi
kombinasi.
a. Reseksi Bedah
Walaupun cara terapi kanker pankreas terutama adalah operasi, tetapi banyak
pasien ketika datang sudah stadium lanjut dan tidak dapat dioperasi radikal.
Keberhasilan reseksi bedah kanker kaput pankreas sekitar 15%, sementara kanker
korpus dan kauda pankreas lebih rendah, yaitu sekitar 5%.
1) Reseksi Radikal
Pada kanker kaput pankreas, eksisi pankreatikoduodenal merupakan teknik operasi
radikal pilihan pertama untuk kanker kaput pankreas, ditemukan oleh Whipple dkk
pada tahun 1935. Cara rekonstruksi empedu, pankreas, dan gastrointestinal pasca
eksisi bervariasi, dimana dewasa ini terdapat cara Whipple dan Child. Belakangan
ini, terhadap tumor yang menginvasi langsung vena portal dan vena mesenterika
superior, untuk meningkatkan keberhasilan reseksi, sebagian pakar menganjurkan
memperluas operasi eksisi. Perihal pasca reseksi karsinoma kapur pankreas masih
mungkin terdapat lesi residif dan mungkin timbul fistulasi pankreas, ada pakar
menganjurkan total pankreatikektomi untuk terapi karsinoma kaput pankreas.
Pada karsinoma korpus dan kauda pankreas, dilakukan tindakan eksisi korpus dan
kauda pankreas, serta splenektomi. Pada karsinoma seluruh pankreas, diupayakan
dilakukan pankreatikektomi total.
2) Operasi Paliatif
Operasi paliatif kanker pankreas stadium lanjut terdapat dekompresi drainase
duktus koledokus dan anastomosis gastrojejunal. Operasi drainase duktus
koledokus dibagi menjadi drainase eksternal (drainase tube T duktus koledokus,
fistulasi kandung empedu, dll), dan drainase internal (anastomosis kandung empedu
atau duktus koledokus ke jejunum).
Endoprostesis biliaris metal ekspandibel (EMBE) adalah terapi intervensi
nonvaskular yang dikembangkan dari basis teknik drainase internal saluran empedu
dan teknik dilatasi saluran empedu serta teknik pemasangan sten logam internal
ekspandibel. Teknik ini efektif untuk ikterus obstruktif yang tak lagi dapat
dioperasi, tetapi dapat meredakan ikterus obstruktif, sebagai bagian dari terapi
kombinasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, dan memperpanjang survival
sebagian pasien. Pada obstruksi duodenum dapat dilakukan anastomosis
gastrojejunal. Operasi debulking dalam eksisi paliatif membantu memperbaiki
kondisi bagi kemoterapi, radioterapi, ataupun imunoterapi pasca operasi. Tetapi
dewasa ini hal tersebut masih kontroversial.
b. Kemoterapi
Karsinoma pankreas adalah tumor yang kurang peka terhadap obat kemoterapi.
Selama ini operasi menjadi metode terapi tunggal, tetapi angka kesembuhan pasca
operasi kurang memuaskan. Untuk meningkatkan kesembuhan pasca operasi dan
meningkatkan kualitas hidup serta masa survival pasien karsinoma pankreas stadium
lanjut, para ahli aktif mencari obat yang efektif. Dahulu sering memakai 5-FU atau
dikombinasi dengan DDP, tapi efektivitasnya sedang. Sejak tahun 1990-an gemsitabin
digunakan di klinis, dengan efektivitas, masa survival median, dan angka survival 1
tahun yang lebih tinggi, maka dijadikan obat lini pertama untuk karsinoma pankreas
stadium lanjut. Kemoterapi kombinasi gemsitabin dengan taksotere, irinotekan, dan
oksaliplatin juga meraih efektivitas tertentu. Kemoterapi kombinasi dapat
meningkatkan dengan jelas ratio respon karsinoma pankreas dibandingkan obat
tunggal, namun saat ini belum terdapat formula baku kemoterapi.
c. Radioterapi
Karsinoma pankreas adalah tumor yang kurang peka terhadap radioterapi, juga
karena pembatasan oleh lokasi anatomisnya maka selama ini radioterapi sangat jarang
digunakan dalam terapi karsinoma pankreas. Dengan semakin majunya teknik
radioterapi, peranannya dalam terapi kombinasi terhadap karsinoma pankreas semakin
mendapat perhatian, bahkan secara bertahap telah menjadi bagian penting integral dari
terapi kombinasi karsinoma pankreas. Khususnya radioterapi konformal 3 dimensi dan
radioterapi modulasi intensitas terencana retrograd memiliki keunggulan, sepeti cepat
meredakan gejala, ratio survival jangka pendek tinggi, dan efek samping ringan,
sehingga menjadi metode pilihan pertama dalam radioterapi karsinoma pankreas.
d. Terapi Simptomatik
Pasien karsinoma pankreas stadium lanjut umumnya menderita nyeri yang
hebat dan sering disertai gizi buruk berat, kekacauan metabolik, dan komplikasi
gangguan fungsi system organ lainnya. Maka terapi tertuju pada keluhan (terapi
simptomatik) dan suportif dalam terapi karsinoma pankreas khususnya stadium lanjut
sangatlah penting. Obat analgesik dan teknik anti nyeri dewasa ini (mencakup teknik
injeksi alkohol absolut ke saraf secara intraperitoneal perkutan) dapat secara efektif
mengatasi nyeri pasien karsinoma pankreas. Dengan mengendalikan nyeri dapat
memperbaiki kondisi umum dan kualitas hidup, sehingga memperpanjang masa
survival. Selain itu, dukungan gizi yang tepat, mengoreksi kekacauan metabolik, dan
menjaga fungsi faal organ vital memiliki efek terapetik tertentu. Sejalan perkembangan
ilmu terapi tumor, semakin banyak metode terapi dihasilkan, seperti terapi biologis dan
terapi hormonal dimanfaatkan dalam terapi karsinoma pankreas. Walaupun berbagai
metode terapi itu masih dalam taraf penelitian dan eksperimen, tapi dapat diestimasikan
bahwa strategi terapi kombinasi multidisipliner akan menjadi arah utama
perkembangan terapi terhadap karsinoma pankreas ke depan.
9. Prognosis
Prognosis karsinoma pankreas buruk, dan survival 5 tahun keseluruhan tak sampai
10%. Karsinoma terlokalisasi kaput pankreas tanpa metastasis pasca reseksi memiliki
angka survival jangka panjang hanya 20%, dengan masa survival median berkisar 13-20
bulan. Walaupun dilakukan operasi radikal pankreatikoduodenektomi, rekurensi tetap
tinggi. Pasien yang hanya dioperasi memiliki rekurensi lokal mencapai 85%, sedangkan
dari yang mendapatkan radioterapi dan kemoterapi selain operasi, terdapat 50-70%
menderita rekurensi lokal serta metastasis terutama ke hati. Karsinoma invasif lokal tapi
tanpa metastasis paska operasi memiliki masa survival median 6-10 bulan, tetapi bila
dengan metastasis masa survival lebih pendek, hanya 3-6 bulan, ditentukan dari kondisi
umum dan keparahan penyakitnya.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Keperawatan adalah kegiatan pemeriksaan atau peninjauan terhadap situasi
atau kondisi yang dihadapi oleh klien untuk tujuan perumusan masalah. Pengkajian
merupakan fase awal dan dasar utama dari proses keperawatan, pengkajian yang
komprehensif, sistematis dan logis merupakan dasar dan mendukung bagi indentifikasi
klien.
Pengkajian terdiri dari:
1. Identitas klien
Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status, alamat,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama ruangan dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan saat didata
Klien mengalami nyeri pada abdomen, klien mengalami ikterus, hepatomegali,
pembesaran kandung empedu, terjadi penurunan berat badan, dan adanya massa
abdomen
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
3. Data Sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan dengan masyarakat serta dengan
tim kesehatan lainya.
4. Data Biologis
a. Nutrisi
Intake nutrisi klien berkurang sehingga klien mengalami penurunan berat badan
hebat, dan klien mengalami anoreksia, mual, muntah.
b. Istirahat tidur
Penderita biasanya kurang tidur akibat nyeri yang dirasakan
c. Eliminasi
BAB klien 3 hari sekali, akibat intake makanan yang kurang
d. Pola aktifitas
Klien mengalami kelemahan dan keletihan sehingga aktifitas terhambat akibat
penyakit yang diderita
e. Pemeriksaaan Fisik
1) Keadaan umum klien
Keadaan umum penderita lemah dan pucat
2) Kesadaran klien
Kesadaraan penderita composmentis
3) Observasi TTV
TTD normal , Suhu normal, nadi klien meningkat
4) Keadaan kulit
Tampak adanya kekuning-kuningan akibat hiperbilirubin
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan pada klien kanker pankreas yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi dan kerusakan organ pankreas
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan berkurangnya
pengeluaran enzim pencernaan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubin oleh obstruksi
saluran empedu
4. Resiko pendarahan berhubungan dengan peradangan pada duodenum
C. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi dan pembesaran tumor pankreas
Tujuan : kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum
KH : Klien mengungkapkan tidak ada nyeri
Intervensi :
a. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas
Rasional :
Untuk mengetahui lokasi, tingkat nyeri, frekuensi, durasi, serta intensitas nyeri
yang dialami klien
b. Selidiki keluhan nyeri, pantau skala nyeri menggunakan angka 0-10
Rasional :
Mengetahui skala nyeri dan kebutuhan pemberian analgetik
c. Lakukan tehnik pengurangan nyeri nonfarmakologi yang tepat yaitu tehknik
relaksasi atau distraksi
Rasional :
Sebagai analgetik non farmakologi
d. Berikan obat-obatan analgetik
Rasional :
Untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi pasien
Rasional :
Untuk mengetahui status nutrisi klien saat ini
b. Kaji membran mukosa dan turgor kulit setiap hari untuk monitor hidrasi
Rasional :
Untuk mengetahui adanya dehidrasi atau tidak
c. Timbang BB pada interval yang tepat
Rasional :
Untuk mengetahui ada atau tidaknya penurunan berat badan
d. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang sesuai
Rasioanal :
Untuk mengetahui makanan yang tepat untuk klien dan yang sesuai dengan
kebutuhan klien saat ini
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubin oleh obstruksi
saluran empedu
Tujuan:
Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil :
- Kulit klien tidak tampak kuning
- Kulit klien tidak terdapat lessi
- Kulit klien tidak kering
Intervensi:
a. Kaji keadaan kulit klien
Rasional : untuk mengetahui keadaan kulit klien termasuk warnanya
b. Monitor keadaan bilirubin direct dan indirect
Rasional : untukmengetahui keadaan bulirubun dan laporkan jka dakelainan
c. Jaga kebersihan dan kelembaban kulit
Rasional : untuk mencegah infeksi dan alergi
d. Kolaborasi pemberian obat topica
Rasioanl : sebagai pengobatan ifarmakologi
4. Resiko pendarahan berhubungan dengan peradangan pada duodenum
a. Kaji tanda-tanda pendarahan
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini
perawat mempertimbangkan efektif tidaknya tindakan yang dilakukan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi yang dapat dilakukan pada kanker pankreas yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas