Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
D
DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG MARWAH
RSI.SITI KHADIJAH
PALEMBANG
DI SUSUN OLEH :
SEPTI MONALISA
A.11.11.076
1.1 Definisi
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.(Brunner & Suddarth, Buku ajar keperawatan
medikal-bedah, Jakarta, EGC)
Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metaboli akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan mikroskop
electron. (Soeparman, ilmu penyakit dalam, Jakarta, FKUI)
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. Diabetes Mellitus digolongkan sebagai penyakit
endokrin atau hormonal karena gambaran produksi atau penggunaan insulin (Barbara C. Long,
1996:4)
1.2 Patofisiologi
1.Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel ? pankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin
(glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan,
keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2. Diabetes Tipe II
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel ? tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat
danterjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II,
namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi,
gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,
luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
3. Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi
selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar
glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.
1.3 Patoflow
1.4 Etilogi
1. Diabetes Tipe I
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas. Kombinasi
factor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya, infeksi virus) diperkirakan
turut menimbulkan destruksi sel beta.
a. Faktor Genetik
penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri. Tetapi, mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadi diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human leucocyte antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu proses, suatu proses otoimun. Respons ini
merupakan respons abnormal dimana antigen terarah pada jaringan normal tumbuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan
penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal yang
dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa
virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes tipe II
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu teradapat pula faktor-faktor resiko
tertentu yang berhubungan prosses terjadinya diabetes tipe II, faktor-faktor ini adalah :
1. usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
2. obesitas
3. riwayat keluarga
4. kelompok etnik (di amerika serikat, golongan hispatik serta penduduk asli amerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan
golongan afro-amerika)
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang
sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi
1.8 Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk
dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), danhyperglycemic
hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah
retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
Komplikasi akut
a. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringan
adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap
kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
Komplikasi kronis
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula
bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik
retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat
rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa
mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang
tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular
dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson
ditemukan hanya pada DM.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling
sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
d. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi
hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa
memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
f. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis.
Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan
potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan
iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan
amputasi.
g. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang
merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab
hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.
1.9 Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
- Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
- Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
- Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
10. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat
kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini
tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum
latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti
program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya
hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau
berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk
para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi
fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan
emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin.
Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya
obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
e. Pendidikan
- Diet yang harus dikomsumsi
- Latiha
- Penggunaan insulin
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
2.1 Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
c. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah.
e. Integritas Ego
Stress, ansietas
f. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare.
g. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat).
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak).
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Mandiri
Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat Membantu dalam memperkirakan kekurangan
sehubungan dengan lamanya/intensitas volume total. Tanda dan gejala mungkin sudah
dari gejala seperti muntah, pengeluaran ada pada beberapa waktu sebelumnya (beberapa
urine yang sangan berlebihan. jam sampai beberapa hari). Adanya proses
infeksi mengakibatkan demam dan keadaan
hipermetabilik yang meningkatkan kehilangan
air tidak kasatmata.
Kolaborasi
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Timbang berat badan setiap hari atau Mengkaji pemasukan makanan yang
sesuai indikasi. adekuat (termasuk absorsi dan
ultilisasinya).
Berikan makanan cair yang mengandung Pemberian makanan melalui oral lebih
zat makanan (nutrient) dan elektrolit baik jika pasien sadar dan fungsi
dengan segera jika pasien sudah dapat gastrointestinal baik.
mentoleransinya melalui oral. Selanjutnya
mengupayakan pemberian makanan yang
lebih padat sesuai dengan yang dapat
ditoleransi.
Berikan pengobatan insulin secara teratur Insulin regular memiliki awitan cepat dan
dengan metode IV secara intermiten atau karenanya dengan cepat memindahkan
secara kontinu. glukosa kedalam sel.
Lakukan konsultasi dengan ahli diet. Untuk perhitungan dan penyesuaian diet.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Diskusikan dengan pasien kebutuhan Pendidikan dapat memberikan motivasi
akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan untuk meningkatkan tingkat aktivitas
dengan pasien dan identifikasi aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
yang menimbulkan kelelahan.
Identitas Klien
Nama : Tn. D
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan ABRI
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo No.37 D
Dx Medis : DIABETES MELITUS
Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SH (Sarjana Hukum)
Pekerjaan : PNS
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo No.37 D
Hubungan dengan klien : Anak kandung Tn. D
Pengakajian
Alasan utama dating kerumah sakit
- Awalnya klien datang ke RS dengan luka yang tidak sembuh-sembuh selama 3 minggu
dikaki kirinya. Kemudian klien juga megeluh mudah lelah dan buang air kecil terus-
menerus. Kadang klien juga merasa sulit berjalan.
- Saat kecil klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun kronis, kecuali sakit
kepala ringan. Klien tidak pernah dan tidak mengalami alergi terhadap berbagai makanan
dan minuman.
- Klien mengatakan bahwa bapaknya meninggal pada usia 75 tahun karena penyakit DM
dan ibunya meninggal tanpa dikenali jenis penyakitnya (diduga faktor keturunan). Klien
juga mengatakan bahwa saudara sepupunya juga mengidap DM.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:
Kelemahan diakibatkan kurangnya aktivitas karena pembatasan pergerakan, perubahan mood
terjadi karena merasa bosan di rumah bila tidak ada pekerjaan dan vital sign meliputi :
Kulit :
Kulit sudah mulai keriput, kering, terdapat ulkus pada ekstremitas bawah, edema (-)
Kepala :
Simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, tidak ada luka, kulit kepala bersih, rambut
beruban dan bentuk lurus.
Mata :
Ikterus (-), pupil isokhor kiri dan kanan, refleks cahaya (+), tanda-tanda anemis tidak dijumpai.
Telinga :
Bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak terganggu dan tidak ada nyeri, serumen
sedikit, tidak mengganggu pendengaran dan tidak ditemukan cairan.
Hidung :
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip(-), tidak ditemukan darah/cairan keluar dari
hidung, tidak ada tanda-tanda peradangan.
Leher :
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dan leher dapat digerakkan dengan bebas.
Dada :
Bentuk dada simetris, klavikula menonjol dan sternum terlihat rata, tidak ada nyeri yang timbul.
Sistem pernapasan :
Tampak kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi/tidak).
Sistem kardiovaskuler :
Klien tidak mengalami takikardia dan tidak terjadi peningkatan tekanan darah.
Sistem gastrointestinal :
Tidak ditemukan kelainan, mual ada, selera makan meningkat, nyeri epigastrium tidak ada,
kadang diare, dan konstipasi jarang.
Sistem genitourinaria :
Nyeri saat miksi (-), urine berwarna pucat, dan kekuning-kuningan, tidak dijumpai partikel-
partikel darah atau lainnya.
Sistem muskuloskeletal :
Klien mempunyai postur tubuh yang tinggi dengan massa otot yang sudah menurun (kurus).
Sistem neurologi :
Komunikasi lancar dan jelas, orientasi orang, waktu dan tempat baik, gelisah.
Pengelompokan data
1. Data subjektif
- lemah
- sulit berjalan/bergerak
- penyembuhan yang lama (ulkus pada kaki)
- stress
- perubahan pola berkemih
- haus
2. Data objektif
- takikardia
- penurunan kekuatan otot
- ansietas, peka rangsang
- urine encer, pucat, kuning, poliuri
- poliphagi
- polidipsi
- TD : 120/80 mmHg
- nadi : 86 x/menit
- pernapasan : 18 x/menit
- suhu : 37 derajat celcius
- penurunan BB tiba-tiba
AKTIVITAS SEHARI-HARI
No Aktivitas Sebelum MRS Sesudah MRS
1. Pola nutrisi
Makan
- Frekuensi 3x sehari 2x sehari
- Jenis Nasi, lauk-pauk, sayur, dll BB
- Jumlah 1 porsi 1-3 sendok
- Masalah Tidak ada masalah Kurangnya nafsu makan
Minum
- Frekuensi 3-4 gelas sehari 3-4 gelas sehari
- Jensi Air putih Air putih
- Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
2. Pola eliminasi
BAB
- Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
- Konsistensi Lunak (normal) Lunak (normal)
- Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
3. Pola istirahat dan tidur
- Lama 9-10 jam/hari 9-10 jam/hari
- Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
4. BAK
- Frekuensi 6 x sehari 3x sehari
- Warna Bening Kuning
- Masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah
5. Personal hygiene
Mandi 1 x sehari
- Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari
Gigi dan mulut
- Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari
ANALISA DATA
Volume sirkulasi
3. DS : Angiopati Infeksi
- Klien
mengeluh Mikroangiopati
lemah
DO : Perubahan kulit
- Adanya luka
yang tidak Ulserasi
sembuh-
sembuh. Infeksi
Diagnosa keperawatan
1. kekurangan volume cairan berhubungan dengan :
- diuresis osmotik ( dari hiperglikemia )
- kehilangan gastric berlebihan : muntah
- masukan dibatasi : mual, kacau mental
Ditandai dengan :
- Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu dan
kadar elektrolit dalam batas normal.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal Jam No Tujuan / NOC Intervensi / Nic Rasional
dx
16 juli 12.00 1. Setelah dilakukan Pain manajemen Mengetahui
2012 tindakan keperawatan a. kaji tingkat nyeri : subyektifitas klien
selama 6 hari klien dapat kualitas, frekuensi, terhadap nyeri untuk
pain control dan prepitalisasi, durasi, dan menentukan tindakan
mengidentifikasi tingkat lokasi. selanjutnya.
nyeri. b. berikan posisi yang Menurunkan
Dengan criteria hasil : nyaman. ketegangan.
a. penampilan rileks c. berikan lingkungan yang Menurunkan
b. klien menyatakan tenang. stimulasi, dapat
nyeri berkurang d. monitor respon verbal menurunkan
c. skala nyeri 0-2 dan non verbal nyeri. ketagangan,
e. monitor vital sign. mengetahui tingkat
f. kaji factor penyebab. nyeri untuk
g. berikan support emosi. menentukan
h. lakukan touch terapi. intervensi nyeri.
i. lakukan teknik distraksi Mempengaruhi TTV,
dan relaksasi. intervensi
disesuaikan dengan
penyebab
Emosi berpengaruh
terhadap nyeri, klien
merasa berpengaruh
terhadap nyeri, klien
merasa diperhatikan
mengalihkan
perhatian untuk
mengurangi nyeri.
16 juli 12.30 2 Setelah dilakukan Wound care Mengetahui keadaan
2012 tindakan keperawatan a. catat karekteristik luka : luka.
selama 6 hari wound tentukan ukuran dan Mengetahui isi luka.
healing meningkat : kedalaman luka, dan Mengurangi
dengan criteria luka klasifikasi pengaruh ulcers. transmisi.
mengecil dalam ukuran b. catat karekteristik cairan Mikroorganisme.
dan peningkatan secret yang keluar. Membersihkan luka.
granulasi jaringan. c. bersihkan dengan cairan Menghilangkan sel-
anti bacteri. sel yang mati.
d. bilas dengan cairan Menutup luka.
Nacl 0,9 % Melindungi luka.
e. lakukan nekrotomi Menjaga keseterilan.
f. dressing dengan kasa Mengetahui kondisi
steril sesuai kebutuhan. pembalutan.
g. lakukan pembalutan Mengamati secara
h. pertahankan tehnik seksama.
dressing steril ketika Perkembangan luka.
melakukan perawatan luka. Mencegah terjadinya
i. amati setiap perubahan nyeri tekan.
pada balutan.
j. bandingkan dan catat
setiap adanya perubahan
pada luka.
16 juli 13.00 3 Setelah dilakukan Manajemen nutrisi :
2012 tindakan keperawatan a. tanyakan pada pasien Mengetahui apa yang
selama 6 hari status apakah memiliki energy terjadi
nutrisi meningkat, makanan. Kelemahan pasien
Dengan criteria : b. kerja sama dengan ahli dalam makanan.
a. intake makan dan gizi dalam menentukan Mengetahui makanan
minuman adekuat. jumlah kalori, protein dan apa saja dan
b. intake nutrisi adekuat. lemak secara tepat sesuai kandungan yang
c. BB normal dengan kebutuhan pasien. seperti apa yang
c. anjurkan masukan kalori dibutuhkan oleh
sesuai dengan kebutuhan. pasien.
d. ajari pasien tentang diet Menjaga
yang benar berdasarkan keseimbangan dalam
kebutuhan tubuh. tubuh sehingga selalu
e. timbang berat badan homeostatis.
secara teratur Meningkatkan peran
f. anjurkan penambahan pasien untuk
intake protein, zat besi dan mengatur dietnya.
vitamin c yang sesuai. Mengetahui berat
g. pastikan bahwa diet badan ideal atau
mengandung makanan tidak.
berserat tinggi untuk Meningkatkan daya
mencegah sembelit. tahan tubuh.
h. berikan makanan Memperlancar
berprotein tinggi, kalori kebutuhan eliminasi
tinggi dan makanan bergizi daripada pasien
yang sesuai. menambah sumber
i. pastikan kemampuan energy menjaga
pasien untuk memenuhi intake makanan yang
kebutuhan gizinya. adekuat.
IMPLEMENTASI
1. Diagnosa Kep.1
Tanggal jam Implementasi Evaluasi Paraf