Vous êtes sur la page 1sur 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi manusia itu merupakan suatu keharusan, karena

pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang

berkembang (Munib, 2006:27). Agar dapat memiliki kemampuan dan

kepribadian yang berkembang hal itu diperlukan usaha, usaha untuk

memperbaiki sumber daya manusia agar menjadi lebih baik adalah dengan

menempuh jalur pendidikan. Baik jalur pendidikan formal maupun

nonformal.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik. Berpusat pada tujuan

pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan merumuskan

pembelajaran sebagai wujud dari kegiatan pendidikan di sekolah. Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan

tingkat atas yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). SMK

dituntut untuk bisa menghasilkan calon-calon tenaga kerja yang

sebelumnya terlebih dahulu dibekali dengan ketrampilan dan ilmu

pengetahuan di sekolah.

SMK Cut Nya Dien Semarang merupakan salah satu dari sekolah

SMK Swasta yang ada di Semarang. SMK Cut Nya Dien Semarang

memiliki empat program keahlian yaitu program keahlian Akuntansi,

program Administrasi Perkantoran, program Penjualan dan program Tata

busana. Salah satu kompetensi yang diberikan yaitu program keahlian

Administrasi
Perkantoran yaitu mengidentifikasi persyaratan personil administrasi

perkantoran. Kompetensi dasar ini sangat penting untuk dipelajari oleh siswa

program Administrasi Perkantoran karena tujuan pembelajaran kompetensi

dasar tersebut adalah siswa dapat mengidentifikasi persyaratan personil

kantor, mengetahui tahapan-tahapan pengadaan personil kantor. Ketuntasan

pada kompetensi dasar mengidentifikasi persyaratan personil administrasi

perkantoran sangat penting untuk siswa, guru perlu menyiapkan pembelajaran

yang sesuai sehingga tercipta suasana kegiatan belajar yang baik.

Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam

kegiatan belajar mengajar. Hal ini mengingatkan bahwa kegiatan belajar

mengajar diadakan dalam rangka memberikan pengalaman-pengalaman

belajar pada siswa. Jika siswa aktif dalam kegiatan belajar kemungkinan besar

siswa akan dapat mengambil makna dari pembelajaran tersebut. Kegiatan

belajar terjadi jika ada komunikasi antara guru dengan siswa.

Kegiatan belajar yang sedang berlangsung dipengaruhi oleh berbagai

faktor atau kondisi tertentu. Menurut Slameto (2010:54), faktor yang

mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan ekstern. Sedangkan

Gagne (Zunita, 2010:14), tiga komponen penting dalam kegiatan belajar yaitu

kondisi internal, eksternal dan hasil belajar. Kondisi internal meliputi keadaan

internal seperti jasmaniah, psikologis, kelelahan; kondisi eksternal meliputi

stimulus dari lingkungan siswa; hasil belajar yang dimiliki siswa setelah

melakukan kegiatan belajar. Menurut Anni (2006:5), hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas


belajar. Perubahan perilaku tersebut seperti ketrampilan, pengetahuan,

pemahaman, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa dari proses belajar

mengajar.

Pada proses belajar mengajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

internal, ekternal dan hasil belajar saja. Tetapi ada faktor lain yang dapat

mempengaruhi kegiatan dari hasil belajar siswa yaitu pemilihan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi yang

sedang diajarkan. Model pembelajaran merupakan konsep mewujudkan proses

belajar mengajar, yang berarti rencana yang akan atau dapat dilaksanakan

(Sugandi, 2005:103). Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan oleh

guru agar siswa dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan sehingga hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

Kompetensi dasar mengidentifikasi persyaratan personil kantor AP merupakan

kompetensi yang bersifat teori sehingga pembelajaran perlu melibatkan guru

dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat agar siswa lebih mudah

memahami materi.

Ada berbagai macam pendekatan metode atau model pembelajaran

pada saat ini, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif.. Menurut

Suprijono (2009:61) model pembelajaran

kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi

akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan ketrampilan

sosial.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar mata diklat mengidentifikasi persyaratan personil

AP adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray. Model dari pembelajaran

ini siswa dibentuk kelompok. Masing-masing kelompok anggotanya empat


orang. Siswa bekerja sama dalam kelompok dan setelah selesai dua orang

masing-masing kelompok menjadi tamu kelompok lainnya. Dua orang tinggal

dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu

mereka. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokkan dan

membahas hasil kerja mereka (Suprijono, 2009:93-94).

tidak bisa memodifikasi proses pembelajarannya. Pembelajaran yang bersifat

seperti ini, siswa lebih banyak menghafal dengan kata-kata tanpa memahami

makna yang terkandung didalamnya. Sehingga siswa hanya

memiliki pengetahuan dengan menghafal dan menjadi penerima pengetahuan

yang pasif, dimana siswa cenderung menunggu dijelaskan terlebih dahulu oleh

guru dari pada mencari dan menemukan sendiri informasi atau pengetahuan

yang mereka butuhkan.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, bahwa tingkat

pemahaman siswa terhadap konsep materi masih kurang, dimana masih

banyak siswa yang nilainya kurang dari batas minimal standar ketuntasan

belajar siswa atau masih dibawah KKM yaitu 75. Berikut ini adalah nilai

ulangan harian kompetensi dasar mengidentifikasi persyaratan personil kantor

Tabel 1.1 Daftar Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X AP

Kelas Jumlah siswa Belum Tuntas Tuntas


< 75 % 75 %
X AP 46 27 58,7% 19 41,3%
Sumber: Daftar Nilai pegangan guru kelas X AP.

Data tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar persyaratan

personil AP masih kurang optimal. Berdasarkan data tersebut menunjukkan

bahwa dari jumlah siswa yakni 46 siswa, sebesar 58,7% atau sebanyak 27

siswa dibawah standar KKM dan hanya 19 siswa atau 41,3% yang mampu
mencapai nilai ketuntasan. Hal ini menunjukkan siswa kelas X AP belum bisa

mencapai KKM yang telah ditetapkan di sekolah.

Pemahaman di atas selaras dengan penelitian terdahulu, yakni

penelitian yang dilakukan oleh Lutfiyah (2010) dengan judul penerapan

pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk


Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat

Melakukan Negosiasi (Studi Kasus pada Siswa Kelas X Pemasaran SMK

Negeri 1 Turen) menunjukkan bahwa pembelajaran dalam mata diklat

melakukan negosisasi mengalami peningkatan. Hasil analisis data bila ditinjau

dari hasil belajar siswa yang ditinjau dari aspek kognitif mengalami

peningkatan yaitu pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 24

siswa (72,72%) sedangkan yang belum tuntas belajar 9 siswa (27,27%), pada

siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 29 siswa

(87,87%) dan yang belum tuntas adala 4 siswa (12,12%). Bila ditinjau dari

aspek afektif juga mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I siswa yang

tuntas 19 siswa ( 57,57%) dan yang belum tuntas adalah 14 siswa (42,42%).

Pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu siswa yang tuntas adala

31 siswa (93,93%) dan yang belum tuntas adalah 2 siswa (6,06%). Sedangkan

analisis data terhadap keaktifan siswa juga mengalami peningkatan setiap

siklus. Pada siklus I rata-rata persentase untuk deskriptor (1) Saling

Ketergantungan Positif (75%), (2) Interaksi Langsung Antar Individu (62,5%),

(3) Akuntabilitas Individu (68,75%), (4) Ketrampilan Berinteraksi antar

Individu dan Kelompok (83,5%). Pada siklus II mengalami peningkatan untuk

tiap-tiap deskriptor yaitu (1) Saling Ketergantungan Positif (93,75%), (2)

Interkasi Antar Individu (100%), (3) Akuntailitas Individu (93,75%), (4)

Ketrampilan Berinteraksi antar individu dan Kelompok (100%). Kesimpulan

yang dapat diperoleh adalah penerapan pembelajaran kooperatif Two Stay Two

Stray dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.


7

Mengingat masih rendahnya kreatifitas siswa dan hasil belajar siswa

serta pentingnya pembelajaran yang tepat untuk meningkatkannya, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model

Two Stay Two Stray (TSTS) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Melalui Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Persyaratan Personil Kantor

Pada Kelas X AP di SMK Cut Nya Dien Semarang.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: Apakah penerapan model Two Stay Two Stray

dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui kompetensi dasar

mengidentifikasi persyaratan personil Administrasi Kantor kelas X AP di

SMK Cut Nya Dien Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan

model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar melalui

kompetensi dasar mengidentifikasi persyaratan personil Administrasi Kantor

kelas X AP di SMK Cut Nya Dien Semarang.

1.4 Kegunaan penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dalam

pengembangan ilmu pengetahuan secara umum dan khusus pada

pembelajaran kooperatif dengan model TSTS (Two Stay Two Stray), serta

sebagai pendorong bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian


8

yang lebih baik dan mendalam terhadap permasalahan yang sama sebagai

tindak lanjut dari penelitian ini.

1.4.2 Manfaat Bagi Siswa

Diharapkan meningkatkan peran aktif siswa dalam menumbuhkan

kemampuan dalam memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama dan

berkomunikasi, mengurangi kebosanan siswa pada saat menerima

pelajaran, belajar bersosialisasi, belajar mengemukakan pendapat,

menghargai pendapat orang lain serta dapat meningkatkan hasil belajar

mereka.

1.4.3 Manfaat Bagi Guru

Guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya

inovatif sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik

pembelajaran serta bahan ajaran yang dipakai.

Vous aimerez peut-être aussi