Vous êtes sur la page 1sur 29

Lab/SMF Ilmu Saraf REFERAT

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

HERNIATED NUCLEUS PULPOSUS CERVICAL

MAULINDA PERMATASARI
1610029016

Pembimbing:
dr. Susilo, Sp. S

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Lab/SMF Ilmu Saraf
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan hidayah-Nyalah tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari pembelajaran
saya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini. Pertama-tama saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Susilo, Sp. S selaku pembimbing tugas referat ini.
2. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu memberikan informasi dan
sumber bacaan.
Saya sengaja menyelesaikan tugas ini untuk memenuhi salah satu tugas
pendidikan kepaniteraan klinik. Tentunya saya selaku penyusun juga
mengharapkan agar tugas ini dapat berguna baik bagi penyusun sendiri maupun
bagi pembaca di kemudian hari.
Tentunya tugas ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran serta
kritik yang membangun sangat saya harapkan demi tercapainya kesempurnaan
dari isi laporan tugas ini.

Samarinda, Mei 2017

Maulinda Permatasari

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
2.1 HNP CERVICALIS.................................................................................................. 3
2.1.1 Definisi ................................................................................................................ 3
2.1.2 Epidemiologi ....................................................................................................... 3
2.1.3 Anatomi Vertebra Cervicalis .............................................................................. 3
2.1.4 Etiologi Dan Faktor Predisposisi ........................................................................ 9
2.1.5 Patogenesis........................................................................................................ 10
2.1.6 Derajat dan Tipe ................................................................................................ 11
2.1.7 Manifestasi Klinis ............................................................................................. 13
2.1.8 Diagnosis........................................................................................................... 16
2.1.9 Diagnosis Banding ............................................................................................ 20
2.1.10 Penatalaksanaan ................................................................................................ 22
2.1.11 Komplikasi ........................................................................................................ 23
2.1.12 Prognosis ........................................................................................................... 23
2.1.13 Pencegahan ....................................................................................................... 23
BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................ 24
1.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 24
1.2 Saran ................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cukup banyak orang mengalami nyeri pada leher, bahu, dan lengan.
Nyeri tersebut bisa tumpul maupun tajam yang bersifat menjalar dari leher
hingga ke lengan dan jari, dan kadang juga disertai dengan rasa tebal dan
kesemutan. Gejala-gejala tersebut sering disebut dengan nyeri radix cervikal
(Radicular Cervical Pain) yang paling sering disebabkan oleh herniasi diskus
intervertebralis cervikalis sehingga menekan radix (akar saraf) pada cervikal
dan menyebabkan nyeri pada daerah yang dipersarafi radix tersebut. Keadaan
ini disebut sebagai HNP Cervikalis (Hernia Nukleus Pulposus Cervikalis).1,2
HNP cervikalis dapat terjadi akibat proses degeneratif maupun trauma
yang mencederai vertebra cervikalis. Proses degeneratif dan trauma ini
menyebabkan perubahan pada struktur diskus intervertebralis yang terletak
diantara masing-masing badan (corpus) vertebra cervikalis, sehingga
fungsinya sebagai penahan tekanan (shock absorbers) terganggu dan
menyebabkan substansi diskus keluar (herniasi) hingga menekan radix saraf
bahkan medula spinalis dan menyebabkan gejala-gejala tersebut.1,2,3
HNP secara umum dapat terjadi pada semua columna vertebralis, dari
cervikal hingga lumbal. HNP cervikalis merupakan HNP tersering kedua
setelah kasus HNP lumbalis. Sekitar 51% dari orang dewasa pernah
mengalami periode nyeri pada leher dan lengan sepanjang hidupnya. 25%
diantaranya terdapat gambaran herniasi diskus pada hasil MRI (Magnetic
Resonance Imaging) yang terjadi pada kelompok usia kurang dari 40 tahun,
dan 60% diantaranya terjadi pada kelompok usia lebih dari 60 tahun. Di
Indonesia angka kejadian HNP cervikalis sekitar 5-10% dari seluruh populasi
penderita HNP. Sekitar 60% diantaranya terjadi pada kelompok usia lebih dari
30-40 tahun.4,5

1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya referat ini adalah agar dokter muda mampu untuk
memahami tentang anatomi vertebra cervikalis, definisi, epidemiologi,
etiologi, faktor predisposisi, patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis,
penatalaksanaan, prognosis, komplikasi, diagnosis banding, dan pencegahan
dari HNP cervicalis. Referat ini juga diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan baik bagi penulis maupun teman-teman sejawat lainnya.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HNP CERVICALIS


2.1.1 Definisi
Hernia Nucleus Pulposus Cervicalis (HNP Cervicalis) atau
Cervical Disc Herniation adalah rupturnya atau penonjolan (bulge)
annulus fibrosus pada diskus intervertebralis cervikalis sehingga isi diskus
atau nukleus pulposus keluar (herniasi) dan menekan radix saraf pada
foramina intervertebralis atau medula spinalis pada kanalis vertebralis
sehingga menyebabkan nyeri radikuler sepanjang daerah yang dipersarafi
oleh saraf yang terjepit tersebut.3

2.1.2 Epidemiologi
Kejadian HNP cervikalis merupakan kejadian HNP terbanyak
kedua setelah HNP lumbalis, yaitu sekitar 5-10% dari populasi penderita
HNP di Indonesia. Secara umum, kejadian HNP bertambah seiring dengan
pertambahan usia, namun pada HNP cervikalis sekitar 60% penderita
berada pada kelompok usia 30-40 tahun. Lebih sering terjadi pada laki-laki
dari pada perempuan yaitu sekitar 2:1. 4-6

2.1.3 Anatomi Vertebra Cervicalis


Tulang belakang manusia (vertebra) merupakan salah satu struktur
penopang tubuh yang tersusun dari 33 ruas vertebra, yaitu: 7 ruas vertebra
cervikalis, 12 ruas vertebra thorakalis, 5 ruas vertebra lumbalis, 5 ruas
vertebra sakralis, dan 4 ruas coccigeus yang saling menyatu.7

3
Gambar 2.1 Vertebra

Vertebra cervikalis merupakan penyusun vertebra yang berada


tepat di bawah tulang tengkorak (Skull), yang terdiri dari 7 ruas, yaitu
cervikalis-1 (C1) hingga cervikalis-7 (C7), yang masing-masing memiliki
karakteristik yang berbeda.8

Gambar 2.2 Letak dan Posisi Vertebra Cervikalis

Secara umum seperti struktur vertebra yang lain, vertebra


cervikalis juga tersusun dari struktur yang berupa tulang (bone) dan
jaringan lunak (soft tissues). Struktur yang berupa tulang termasuk
diantaranya adalah bagian corpus dan processus-processus. Sedangkan
jaringan lunak berupa diskus intervertebralis, ligamen-ligamen, dan
persendian.9

4
Gambar 2.3 Vertebra Cervikalis

Tulang vertebra ini dihubungkan satu sama lainnya oleh


ligamentum dan tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri
dari corpus vertebra yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus
fibrokartilago yang disebut diskus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis
posterior. Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna
vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat
dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai
bantalan sendi dan shock absorber agar columna vertebralis tidak cedera
bila terjadi trauma.5
Diskus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin
Cartilage Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat
setengah cair dari nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk
dan vertebra dapat menjungkit ke depan dan ke belakang di atas yang lain,
seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis. Diskus intervertebralis,
baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah bangunan yang
tidak peka nyeri. Stabilitas vertebra tergantung pada integritas korpus
vertebra dan diskus intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong
yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif).5

5
Gambar 2.4 Diskus Intervertebralis (terdiri dari Anulus Fibrosus dan Nucleus Pulposus)

Gambar 2.5 Ligamentum Penyokong Vertebra

Vertebra Cervikalis I (V.C1)


Vertebra cervikalis I disebut juga dengan tulang atlas. Terletak
tepat di bawah tulang tengkorak. Ciri khas pada tulang ini adalah tidak
memiliki corpus, sehingga hanya berupa arcus anterior dan posterior. Pada
masing-masing arcus anterior terdapat fovea articularis superior yang
berhubungan dengan condilus occipitalis. Sedangkan yang berhubungan

6
dengan vertebra cervikalis II adalah facies artikularis posterior atau disebut
juga fovea dentis. Pada medio sagital terdapat tuberculum anterior dan
posterior. Dan memiliki foramen vertebralis yang besar.5,10

Gambar 2.6 Vertebra Cervikalis I (Atlas), Dilihat dari Kranial (kiri) dan Kaudal (kanan)

Vertebra Cervikalis II (V. C2)


Vertebra cervikalis II disebut juga tulang axis yang ditandai oleh
adanya epistropheus. Ciri khas lain pada cervikalis II ini adalah adanya
dens atau processus odontoid. Memiliki corpus vertebra yang kecil, apex
dentis yang disertai facies articularis anterior dan facies articularis
posterior. Facies articularis lateralis berhubungan dengan facies articularis
inferior tulang atlas. Serta processus spinosus yang tidak selalu bercabang
dua.5,10

Gambar 2.7 Vertebra Cervikalis II (Axis) Dilihat dari Ventral (kiri) dan Dorsal (kanan)

7
Gambar 2.8 Atlas dan Axis pada Potongan Sagital

Vertebra Cervikalis III-VI (V. C3-C6)


Vertebra cervikalis III-VI memiliki komponen dan bentuk yang
sama, yaitu masing-masing memiliki Corpus vertebrae arcus vertebrae
yang terdiri dari pedicle dan lamina, processus articularis superior yang
menghadap ke posterior, processus articularis inferior yang menghadap ke
anterior, incisura vertebralis superior dan inferior, processus spinosus yang
bercabang dua, sepasang processus transversus pada sisi lateral, serta
foramen vertebralis.10

Gambar 2.9 Vertebra Cervikalis III-VI

Vertebra Cervikalis VII (V. C7)


Merupakan ruas terakhir dari vertebra cervikalis. Secara umum
komponen dan bentuknya sama dengan C3-C6, hanya ciri khas pada ruas
ini adalah processus spinosusnya panjang (prominent).10,11

8
Gambar 2.10 Vertebra Cervikalis VII

2.1.4 Etiologi Dan Faktor Predisposisi


Hal yang dapat menyebabkan HNP cervikalis adalah:
Trauma
Biasanya terjadi pada kelompok usia yang lebih muda. Trauma pada
vertebra cervikal dapat terjadi akibat adanya gerakan tiba-tiba pada
daerah leher, misalnya whiplash injury.12
Proses Degeneratif
Terjadi pada kelompok usia yang lebih tua. Proses degeneratif
menyebabkan perubahan komponen penyusun diskus intervertebralis
menjadi lebih tidak elastis atau kaku sehingga apabila mendapatkan
beban yang berlebihan atau tiba-tiba menyebabkan isi diskus keluar
atau secara langsung menyebabkan trauma pada vertebra servikalis.13
Faktor risiko yang dapat menyebabkan HNP cervikalis diantaranya
adalah:1,2,13
1. Genetik, individu dengan riwayat genetik kelainan vertebra (skoliosis,
spondilolistesis, dan ankylosing spondilitis) lebih mudah terjadi HNP.
2. Kebiasaan beraktivitas dengan posisi tubuh yang tidak tepat, misalnya
mengangkat beban berat dengan menopangkan pada kepala, dan lain-
lain.
3. Pola hidup tidak sehat, misalnya merokok, alkohol, kurang gizi, kurang
olah raga, yang akan berakibat penurunan kualitas tubuh sehingga lebih
mudah terjadi kerusakan pada vertebra.
4. Vibrational Stress

9
5. Aging, kejadian HNP cervikalis meningkat seiring dengan peningkatan
usia.

2.1.5 Patogenesis
HNP cervikalis terjadi akibat keluarnya komponen nukleus
pulposus dari diskus intervertebralis cervikalis yang menekan radix saraf
atau medula spinalis sehingga menimbulkan iritasi pada saraf yang
tertekan tersebut.1-4,12,13
Herniasi dari nukleus pulposus dapat terjadi akibat perubahan
penyusun komponen-komponen diskus intervertebralis, atau trauma.
Diskus intervertebralis terdiri dari nukleus pulposus yang tersusun dari
komponen gel dan anulus fibrosus dengan kolagen sebagai penyusunnya.
Pada proses degeneratif komponen gel nukleus pulposus dan kolagen dari
annulus fibrosus lambat laun akan berkurang sehingga diskus
intervertebralis yang seharusnya elastis dan befungsi sebagai bantalan atau
shock absorber menjadi kaku.1-4,12,13
Pada keadaan normal, apabila tubuh menerima beban, oleh gel
nukleus pulposus diskus intervertebralis beban tersebut akan disebarkan ke
segala arah sehingga vertebra dan tubuh tetap pada posisi seimbang dan
tidak terjadi prolaps atau keluarnya nukleus pulposus dari diskus. Namun
pada keadaan degeneratif, kondisi nukleus pulposus yang tidak lagi berupa
gel tidak dapat menyebarkan beban ke segala arah, namun hanya arah
tertentu saja, sehingga nukleus pulposus akan menonjol ke arah tertentu
saja, dan pada kondisi yang berat dapat sampai menembus anulus fibrosus
dan menimbulkan penekanan pada radix maupun medula spinalis.12,13
Pada kasus trauma, beban atau gerakan yang tiba-tiba akan
menimbulkan efek kejut bagi diskus intervertebralis, sehingga beban tidak
dapat diterima secara imbang dan tidak dapat disebarkan ke segala arah,
atau trauma tersebut secara lagsung merusak anulus fibrosus sehingga
dapat menyebabkan keluarnya nukleus pulposus.13

10
Gambar 2.11 Mekanisme Terjadinya HNP

Gambar 2.12 HNP Cervikalis pada Trauma (trauma menyebabkan kerusakan pada anulus
fibrosus sehingga nuleus pulposus keluar)

2.1.6 Derajat dan Tipe


Sesuai dengan anatominya, radix saraf cervikalis akan keluar
melalui foramina intervertebralis yang terletak lateral dari kolumna
vertebra, dan medula spinalis terletak pada kanalis vertebralis yang
terletak di sebelah posterior dari kolumna vertebralis. Karena pada sebelah
posterior terdapat ligamen longitudinal posterior yang tebal, herniasi dari
diskus intervertebralis paling sering terjadi ke arah postero-lateral dan
menekan radix saraf, sehingga gajala yang ditimbulkan bersifat radikuler
unilateral.6

11
Gambar 2.13 HNP Menekan Radix Saraf dan Menimbulkan Iritasi pada Radix

Gambar 2.14 HNP Cervikalis Menekan Medula Spinalis

Derajat HNP dijabarkan sebagai berikut: 1,2,4,14


Disc Degeneration, terjadi perubahan komposisi anulus pulposus
sehingga apabila ada beban nukleus pulposus menonjol ke salah satu
sisi dengan anulus fibrosus masih intak, dan belum terjadi herniasi.
Prolapse atau Bulging Disc atau Protrution Disc, terjadi penonjolan
nukleus pulposus dan anulus fibrosus, anulus fibrosus dan ligamen
longitudinal posterior masih utuh, sudah terjadi herniasi dan mulai
terjadi penekanan pada radix atau medula spinalis.
Extrusion, terjadi ruptur anulus fibrosus, sehingga gel nukleus
pulposus keluar dari diskus intervertebralis, tetapi ligamen

12
longitudinal posterior masih intak.
Sequestration atau Sequestered Disc, telah terjadi ruptur ligamen
longitudinal posterior, sehingga gel nukleus pulposus keluar melewati
celah ligamen menuju ke kanalis spinalis.

Gambar 2.15 Derajat HNP

Gambar 2.15 Derajat HNP (a. Normal; b. Degeneration; c. Prolapse atau Bulging; d.
Extrusion; e&f. Sequestered)

2.1.7 Manifestasi Klinis


HNP cervikalis paling sering terjadi pada segmen vertebra C5-C6,
C6-C7, dan C4-C5. Hal ini terjadi karena pada vertebra tersebut (C5-C6
dan C6-C7) merupakan daerah yang paling banyak menerima beban
diantara vertebra cervikal yang lain dan yang paling banyak mengalami
pergerakan. Apabila terjadi herniasi pada C5-C6 maka radix yang tertekan
adalah radix C6, sedangkan apabila terjadi herniasi pada C6-C7, efek yang
terjadi adalah gangguan pada radix C7, dan seterusnya. 4,6

13
Pada umumnya herniasi terjadi pada salah satu sisi (unilateral).
Gejala-gejala yang dapat timbul pada HNP cervikalis diantaranya adalah
nyeri yang dapat bersifat tajam maupun tumpul pada leher atau daerah
bahu, yang dapat memberat dengan suatu gerakan atau perpindahan posisi
leher. Terjadi cervical radiculopathy, yaitu nyeri yang menjalar dari lengan
hingga jari-jari tangan. Rasa tebal, kesemutan, hingga kelemahan dari
bahu hingga jari-jari tangan. Namun dapat juga herniasi terjadi dan
menekan medula spinalis sehingga terjadi gangguan bilateral, gangguan
dapat berupa nyeri dan kelemahan pada kedua tangan dan kaki
(tetraplegi).4
Beberapa gejala yang dapat muncul pada HNP cervikalis adalah
sesuai dengan radix yang terkena, yaitu:4
C4-C5 (gangguan pada radix C5), terjadi kelemahan pada muskulus
deltoideus dan nyeri pada bahu.
C5-C6 (gangguan pada radix C6), terjadi kelemahan pada muskulus
biseps dan wrist ekstensor, nyeri yang disertai rasa tebal dan
kesemutan pada ibu jari tangan.
C6-C7 (gangguan pada radix C7), terjadi kelemahan pada muskulus
triceps dan ekstensor jari-jari tangan, nyeri menjalar yang disertai rasa
tebal dan kesemutan dari muskulus triseps hingga jari tengah.

14
Gambar 2.16 Persarafan Radix Cervikalis

15
2.1.8 Diagnosis
1) Anamnesis
Menanyakan kepada pasien tentang gejala yang muncul dan
mencari faktor risiko maupun penyebab yang mungkin. Seperti
bagaimana sifat gejala yang muncul, hal-hal yang memperberat dan
memperingan gejala, hingga pengobatan yang telah dilakukan.
Ditanyakan juga tentang riwayat penyakit atau trauma sebelumnya dan
riwayat penyakit keluarga serta riwayat sosial dan kebiasaan-kebiasaan
penderita.1
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
neurologis secara obyektif dan untuk menentukan letak herniasi yang
terjadi. Pemeriksaannya seperti memeriksa sistem motorik, sensorik,
dan refleks-refleks yang ada pada regio yang dipersarafi oleh radix
cervikalis maupun medula spinalis segmen vertebra cervikalis,
sehingga dapat diketahui gejala tersebut kemungkinan merupakan
akibat dari adanya herniasi atau kelainan yang lain.1,2,15
a. Inspeksi
Yang perlu diperhatikan pada penderita yakni keterbatasan
gerak pada salah satu sisi arah. Normalnya, posisi kepala adalah
terangkat dan tegak lurus. Jika posisi kepala kaku ke sala satu sisi,
mungkin terdapat kondisi patologis yang menyebabkan posisi
tersebut. Inspeksi juga dilakukan untuk mencari abnormalitas,
seperti scar, diskolorasi, ataupun surgical scar di aspek anterior
leher, biasanya menunjukkan operasi vertebra atau thyroid. Jika
dasar dari tulang tengkorak menonjol ke depan dapat menunjukkan
kifosis servikal atau servikothorakal.
b. Palpasi
Palpasi tulang : os. Hyoid, kartilago tiroid, prosesus spinosus, facet
joint.
Palpasi soft tissue : otot sternocleidomastoid, kelenjar getah
bening, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, fossa supraclavicular.

16
c. Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena
membutuhkan perhatian dari penderita, dan penting dalam
membantu menemukan lesi HNP sesuai dermatom yang terkena.
Gangguan sensorik lebihbermakna dalam menunjukkan informasi
lokalisasi dibanding motorik.

d. Pemeriksaan Motorik
Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan seksama dan
membandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas
motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom
yang mempersarafinya.
e. Tes Provokatif
Tes ini dilakukan dengan mengubah-ubah posisi leher dan
lengan untuk memperburuk atau mengurangi gejala, yang
umumnya dilakukan pada pasien suspek radikulopati servikal
untuk membantu menegakkan diagnosis.
Neck Distraction
Tes ini juga dikenal dengan nama Axial Manual Traction
Test. Pemeriksa menempatkan tangan di bawah dagu dan
tangan lainnya di occipital di kepala pasien, kemudian kepala
pasien diberikan gaya traksi aksial sekitar 30 pound.sebagai
gaya traksi aksial. Tes ini positif jika saat kepala diangkat atau

17
di distraksikan, nyeri berkurang, dan hal ini menandakan
tekanan pada radiks saraf telah berkurang.
Manuver Valsava
Tes valsava umumnya digunakan untuk menunjukkan
adanya hernia diskus intervertebralis. Tes valsava akan
meningkatkan tekanan intrathecal. Untuk melakukan tes ini,
pasien diminta untuk menahan napasnya, dan mnegeluarkannya
dengan mengejan seperti saat buang air. Jika terdapat space-
occupying lesion (SOL) pada kanalis servikalis, seperti herniasi
diskus intervertebralis atau tumor, pasien akan merasakan nyeri
yang menjalar sesuai dermatomnya.
Upper Limb Tension Test (ULTT)
Pasien berbaring, dan pemeriksa menggerakan ekstremitas
atas: 1) Scapular Depression; 2) Abduksi bahu; 3) supinasi
lengan bawah; 4) Rotasi eksternal bahu; 5) Ekstensi sendi siku;
6) Fleksi lateral servikal kontralateral; dan 7) Ekstensi lateral
servikal ipsilateral.
Sperlings Manuver
Tes tekanan foramina spurling bisa mendiagnosa adanya
radikulopati servikal. Tes ini dilakukan dengan melenturkan
kepala ke depan dan pada satu sisi, sedangkan tekanan
diarahkan ke bawah dari arah puncak kepala. Jika
ditemukankeadaan mati rasa atau nyeri yang meningkat, maka
ada kemungkinan mengalami radikulopati servikal.

3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis antara lain:1,2,6,15-17
1. X-Ray, posisi AP (anteroposterior), Lateral, dan Obliq.
Pemeriksaan penunjang awal yang dapat dilakukan untuk melihat
adanya penyempitan diskus intervertebralis dan foramina
intervertebralis pada HNP. Selain itu juga untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebab yang lain misalnya tumor, infeksi,

18
spondilolistesis, fraktur, atau osteoarthritis.
2. Computed Tomography Scan (CT Scan), dapat menunjukkan
struktur tulang dan soft tissue vertebra, namun masih belum dapat
menunjukkan dengan jelas proses herniasi.

Gambar 2.17 Gambaran HNP pada CT Scan


3. Magnetic Resonance Imaging (MRI), merupakan gold standart
pemeriksaan untuk HNP. Karena dapat menunjukkan lebih jelas
keadaan soft tissue daripada CT Scan, sehingga gambaran
herniasi diskus dapat terlihat jelas.

Gambar 2.18 Gambaran HNP pada MRI


4. Myelography, merupakan suatu pemeriksaan X-ray dengan
kontras yang dapat menunjukkan adanya stuktur yang menekan
radix dan medula spinalis seperti HNP, tumor, ataupun spur.

19
Gambar 2.18 Gambaran HNP pada Myelography

2.1.9 Diagnosis Banding


Diagnosis banding HNP cervikalis diantaranya adalah:6
Spondilosis Cervikalis, yaitu penyakit yang menyerang usia
pertengahan dan usia lanjut, dimana diskus dan tulang belakang di
leher mengalami kemunduran (degenerasi).

Gambar 2.21 Spondilosis Cervikal

Spondilolistesis, merupakan salah satu bentuk kelainan tulang


belakang (vertebra) dimana salah satu atau beberapa segmen vertebra
berada lebih anterior daripada segmen vertebra di bawahnya.

Gambar 2.22 Spondilolistesis

20
Canal Stenosis, merupakan penyempitan kanalis spinalis (vertebra)
yang biasanya terjadi akibat proses degeneratif.

Gambar 2.23 Canal Stenosis

Abses atau Tumor, adanya massa yang berupa abses atau tumor pada
daerah sekitar vertebra cervikalis yang menekan saraf cervikal
sehingga menimbulkan gejala mirip HNP cervikalis.
Discitis, adalah keradangan yang terjadi pada diskus intervertebralis
yang disebabkan oleh inokulasi hematogen atau post operasi spinal.

Gambar 2.24 Discitis

Osteomyelitis, adalah proses inflamasi akut atau kronik pada tulang


dan struktur sekundernya karena infeksi oleh bakteri piogenik.

Gambar 2.25 Osteomyelitis

21
2.1.10 Penatalaksanaan
Prinsip terapi pada kasus HNP adalah meredakan nyeri,
mengembalikan fungsi sarafnya, dan mencegah kekambuhan. Terapi
berupa konservatif dan pembedahan atau kombinasi keduanya. Pemilihan
terapi dilakukan berdasarkan gejala dan stadium HNP yang terjadi.17
Non-Surgical Treatment (Konservatif)1,2,4,6,,15,17-19
Non-Farmakologis, antara lain:
- Cervical collar/bracing
- Rehabilitasi fisik (traksi dan exercise)
- Bed Rest
- Ice and Heat Therapy
Farmakologis, antara lain:
- Antiinflamasi (NSID, steroid injeksi)
- Analgesik
- Muscle Relaxan
Surgical Treatment1,2,4,15-17
Discectomy (Anterior Cervical Discectomy and Fusion)/ACDF
Berupa tindakan membuka dan membuang diskus
intervertebralis yang terjadi herniasi dari arah anterior cervikal,
kemudian tempat yang kosong tersebut dapat dilakukan bone grafting
dan selanjutnya dilakukan platting untuk menyatukan kedua segmen
vertebra.

Gambar 2.19 Anterior Cervical Discectomy and Fusion (ACDF)

Posterior Cervical Laminoforaminotomy


Berupa tindakan dengan cara melakukan insisi pada bagian
posterior cervikalis (laminotomy) yang kemudian menuju ke foramina
intervertebralis untuk mengevakuasi diskus intervertebralis yang

22
terjadi herniasi.

Gambar 2.20 Posterior Cervical Laminoforaminotomy


2.1.11 Komplikasi
Komplikasi pada kasus HNP cervikalis dapat terjadi apabila tidak
diterapi dengan baik dan tuntas. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain
adalah gangguang saraf permanen, nyeri kronik, paralisis, dan gangguan
postur tubuh yang permanen.6

2.1.12 Prognosis
Prognosis dari HNP cervikalis bergantung pada keadaan masing-
masing penderita, stadium yang terjadi, terapi yang dilakukan, serta faktor
penyebab. Semakin ringan stadium, dan dini serta tepat terapinya,
prognosis semakin bagus dan angka kekambuhan menurun. Begitu juga
sebaliknya.6
2.1.13 Pencegahan
Terjadinya HNP cervikalis dapat dicegah dengan cara merubah
faktor risiko yang dapat dirubah, seperti pola hidup yang sehat, kebiasaan
yang baik untuk kesehatan tulang belakang, seperti tidak membebani
kepala dengan beban berat, dan menghindari trauma leher.1,2,17

23
BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus
intervertebralis dengan protrusi dari nukleus ke dalam kanalis spinalis
mengakibatkan penekanan pada radiks saraf. Herniasi diskus servikalis terjadi
ketika annulus fibrosus robek, sehingga memungkinkan nukleus pulposus
keluar. Terdapat empat stage yaitu, protrusio diskus, prolapsus diskus,
ekstrusio diskus, dan sequestrasi diskus. Stage 1 dan 2 disebut sebagai
inkomplit, sedangkan 3 dan 4 adalah herniasi komplit.1
Gejala HNP cervical yaitu, radiculopathy, myelopathy, atau keduanya.
HNP cervical lebih sering terjadi pada usia 30-40 tahun, dan lebih banyak
terjadi pada pria daripada wanita.1
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu dalam penegakan
diagnosis yang tepat dan akurat seperti laboratorium, pencitraan,
elektrodiagnostik, serta somatosensory evoked potentials.1,6
Penatalaksanaan HNP servikal terdiri dari tata laksana non-
farmakologis (rehabilitasi), farmakologis seperti NSAID, anti depresan, dan
anti analgesik opioid, serta operasi.1,2,4
Pencegahan penyakit ini dengan modifikasi faktor risiko meliputi sikap
tubuh yang buruk dan gerak mekanis tubuh, otot leher yang lemah, merokok
serta obesitas.1,17

1.2 Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan atas penyusunan
tugas ini, sehingga diharapkan sekali kepada rekan-rekan sejawat sekalian atas
kritik dan saran yang membangun demi bertambahnya khazanah ilmu
pengetahuan kita bersama.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Back Pain & Spine Physicians. 2012. Explaining Spinal Disorders: Cervical
Disc Herniation. Colorado Comprehensive Spine Institute. Colorado.
www.spine-institute.com

2. Sasso Rich C, MD; Traynelis Vincent, MD. 2012. Cervical Herniated Disc or
Rupture Disc: From Diagnosis to Treatments. www.spine-universe.com

3. Cervical Disc Herniation: Condition Treated. 2012. San Diego. www.spine-


institute.com

4. Umana Cindya Y, SPT. 2012. Cervical Disc Herniation. www.wiki.com

5. Nurekawati. 2011. Referat HNP. SMF Ilmu Penyakit Saraf. Universitas


Wijaya Kusuma Surabaya

6. Spinal Disc Herniation. 2013. www.wikipedia.com

7. Skeletal Spine. 2012. www.MedinePlusMedicalEncyclopedia.com//htm

8. Cervical Vertebra. 2013. www.wikipedia.com

9. Micheav Antoine, MD; Hoa Denis, MD. 2009. Section: Anatomy of The
Spine and The Spinal Cord. www.e-anatomy.com

10. Njoto Ibrahim, dr., M.Hum., M.Ked., PA. 2013. Anatomi II: Vertebra
Cervikalis. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya

11. www.cervicalspineanatomy.com

12. Gill Nav B.Sc, DC. 2008. The Causes of Severe Neck Pain Resulting from
Cervical Radiculopathy. www.neckpainsupport.com

13. Humpreys Craig S, MD; Eck Jason C, MS. 1999, American Family Physicion
Journal on: Clinical Evaluation & Treatment Option for Herniated Disc

14. Pate Deborah, DC, DACBR. 1999. Radiographic Terms for Disc Herniating
Dynamic Chiropractic Journal. Vol.31. No.6

15. Alanay Ahmet, dr., Prof. 2011. Cervical Disc Hernia (Neck hernia).
www.ALeadingExpertinPediatricandAdultSpineSurgery.com

16. Herniated Cervical Disc. 2006. North American Spine Society Public
Education Series. Pages: 3. www.spine.org

25
17. Finch Greg, FRACIS. Herniatd Cervical Discs-a Summary.pdf

18. Herniated Cervical Disc. www.BuffaloNeuroSurgeryGroup.com

19. Herniated Cervical Disc: Basic level. www.MayFieldClinic.com

26

Vous aimerez peut-être aussi