Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KANKER PARU
Oleh :
KELOMPOK 5/B9B
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum:
Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
b. Tujuan Khusus:
1. Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker paru
2. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru
3. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru
4. Menjelaskan patofisiologi kanker paru
5. Menjelaskan Stadium kanker paru
6. Menjelaskan manifestasi klinis kanker paru
7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada kanker
paru
8. Menjelaskan komplikasi pada kanker paru
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil sebagai berikut :
1. Mengetahui Penatalaksaan pada klien kanker paru
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien kanker paru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
I. Kanker
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel0sel abnormal yang cenderung
menginvasi jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh. Terdapar
beberapa kategori kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang
cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain
yang letaknya jauh. Kanker terjadi karena profilerasi sel tak terkontrol yang
terjadi tanpa batas dan tanpa tujuan bagi pejamu. Istilah kanker menagcu pada
lebih dari 100 bentuk penyakit. Meskipun setiap kanker memiliki ciri unik, kanker
muncul melalui beberapa proses yang sama yang pada akhirnya bergantung pada
perubahan genetik secara krusial. (elizabeth, 2008)
III. Klasifikasi histologist WHO 1999 untuk tumor paru dan tumor pleura
Epithelia tumors :
1. Benign
2. Preinsasive
3. Malignant
4. Large cell carcinoma
5. Adenosquamous carcinoma
6. Carcinoma woth pleomorphic sarcomatoid or sarcomatous element
7. Carcinoid tumor
8. Carcinomas of salicary gland tyepe
2.3 Etiologi
I. Merokok
Kejadian kanker paru-paru adalah sangat terkait dengan merokok, dengan
kira-kira 90% dari kanker-kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari
penggunaan tembakau. Risiko kanker paru-paru meningkat dengan jumlah rokok-
rokok yang dihisap melalui waktu; dokter-dokter merujuk risiko ini dalam hal
sejarah merokok bungkus tahunan (jumlah dari bungkus-bungkus rokok yang
dihisap per hari dikalikan dengan jumlah tahun-tahun penghisapan). Contohnya,
seorang yang telah merokok dua bungkus rokok per hari untuk 10 tahun
mempunyai suatu sejarah 20 bungkus tahunan. Ketika risiko kanker paru
meningkat bahkan dengan suatu sejarah merokok 10 bungkus tahunan, mereka
yang dengan sejarah-sejarah 30 bungkus tahunan atau lebih dipertimbangkan
mempunyai risiko yang paling besar mengembangkan kanker paru. Diantara
merek yang merokok dua bungkus atau lebih rokok per hari, satu dari tujuh akan
meninggal karena kanker paru.
Menghisap pipa dan cerutu dapat juga menyebabkan kanker paru,
meskipun risikonya tidak setinggi menghisap rokok. Dimana seorang yang
merokok satu bungkus rokok per hari mempunyai suatu risiko mengembangkan
kanker paru yang 25 kali lebih tinggi daripada seorang yang tidak merokok,
perokok-perokok pipa dan cerutu mempunyai suatu risiko kanker paru yang kira-
kira 5 kali daripada seseorang yang tidak merokok.
Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia,
banyak darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen. Dua
karsinogenik-karsinogenik utama didalam asap tembakau adalah kimia-kimia
yang dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic aromatic hydrocarbons.
Risiko mengembangkan kanker paru berkurang setiap tahun seiring dengan
penghentian merokok ketika sel-sel normal tumbuh dan menggantikan sel-sel
yang rusak didalam paru. Pada mantan-mantan perokok, risiko mengembangkan
kanker paru mulai mendekati yang dari seorang bukan perokok kira-kira 15 tahun
setelah penghentian merokok.
V. Penyakit-Penyakit Paru
Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive
pulmonary disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit
(empat sampai enam kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk
mengembangkan kanker paru bahkan setelah efek-efek dari menghisap rokok
serentak telah ditiadakan.
2.4 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup klien.
b. Paliatif
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
d. Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
e. Supotif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri
dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana
Asuhan Keperawatan, 2000)
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.
2. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
3. Pneumonektomi pengangkatan paru.
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
4. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
5. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
6. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru paru berbentuk baji (potongan es).
7. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris.
8. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
9. Kemoterafi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama klien, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, dan
alamat klien.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulent,
atau batuk darah
Malaise
Anorexia
Badan makin kurus
Sesak napas pada penyakit yang lanjut dengan
kerusakan paru yang makin luas
Nyeri dada dapat bersifat local atau pleuritik
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Terpapar asap rokok
Industri abses, uranium, kromat, arsen, besi dan oksida
besi
Konsumsi bahan pengawet
c. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan cairan
Kehilangan napsu makan, mual/muntah, kesulitan menelan
mengakibatkan kurangnya asupan makanan. Kurus kerempeng,
penurunan BB, rasa haus
2) Eliminasi
Diare, peningkatan frekuensi, jumlah urine
3) Hygiene/pemeliharaan kesehatan
Kebiasaan merokok, konsumsi bahan pengawet. Penurunan
toleransi dalam melakukan aktifitas personal hygiene
4) Aktivitas/istirahat
Kesulitan beraktivitas, mudah lelah, susah istirahat, nyeri,
sesak, kelesuan, insomnia
d. Pengkajian fisik
1) Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat
dilihat pada bibir atau ujung jari/dasar kuku
menandakan penurunan perfusi perifer
2) Kepala dan leher
Peningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea
3) Telinga
Biasanya tak ada kelainan
4) Mata
Pucat pada conjungtiva sebagai akibat anemia atau
gangguan nutrisi
5) Muka, hidung, dan rongga mulut
Pucat atau sianosis bibir/mukosa menandakan
penurunan perfusi
Ketidakmampuan menelan
Suara serak
6) Thorak dan paru-paru
Pernapasan takipnea (50/menit atau lebih pada saat
istirahat)
Napas dangkal
Pengguna otot aksesori pernapasan
Batuk kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan atau tanpa sputum
Peningkatan fremitus, krekels inspirasi atau ekspirasi
7) System CV
Frekuansi jantung mungkin meningkat/takikardia
(150/menit atau lebih pada saat istirahat)
Bunyi gerakan pericardial
8) Abdomen
Bising usus meningkat/menurun
9) System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine
10) System reproduksi
Ginekomastia, amenorrhea, impotensi
11) System limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak
12) System musculoskeletal
Penurunan kekuatan otot
Jari-jari tubuh
13) System persarafan
Perubahan status mental/kesadaran : apatis, letargi,
bingung, disorientasi, cemas dan depresi, kesulitan
berkonsentrasi
e. Data psikologis
Kegelisahan, pertanyaan yang di ulang-ulang, perasaan tidak berdaya,
putus asa, emosi yang labil, marah, sedih.
f. Pemeriksaan diagnostic
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru.Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan
pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi
b. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
jumlah secret, sekresi darah
c. Nyeri akut berhubungan dengan invasi sel kanker
d. Ketakutan berhubungan dengan ancama terhadap perubahan status
kesehatan, ancaman kematian
e. Perubahan nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolic, anoreksia, kesukaran menelan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1
1. Catat frekuensi, kedalaman pernapasan, kesukaran bernapas. Observasi
penggunaan otot bantu pernapasan, napas bibir, perubahan kulit,
misalnya pucat, sianosis.
R/ Pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme
kompensasi awal terhadap kerusakan jaringan paru.
2. Auskultasi paru
R/ Konsolidasi dan berkurangnya aliran udara pada sisi menunjukan
area paru yang terlibat
3. Selidiki perubahan status mental/tingkat kesadaran
R/ Dapat menunjukan peningkatan hipoksia atau komplikasi seperti
pergeseran mediastinal bila disertai dengan takipnea, takikardia,
deviasi trakea
4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan pemberian posisi,
penghisapan dan penggunaan alat bantu pernapasan.
R/ Obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi dan mengganggu
pertukaran gas.
5. Ubah posisi dengan sering, tempatkan pasien dalam posisi duduk, dan
atau berbaring.
R/ Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase secret
6. Dorong/bantu latihan napas dalam
R/ Meningkatkan ventilasi dan oksigenasi maksimal dan mencegah
atelectasis
7. Kaji respon klien terhadap aktivitas, dorong periode istirahat atau
batasi aktivitas sesuai toleransi klien
R/ Peningkatan konsumsi kebutuhan oksigen dan stress mengakibatkan
peningkatan dyspnea dan perubahan tanda vital
8. Berikan oksigen tambahan dengan humidifikasi sesuai indikasi
R/ Memaksimalkan sediaan oksigen
9. Pantau AGD, oksimetri nadi. Catat kadar Hb
R/ Penurunan PO2 atau peningkatan PCO2 dapat menunjukkan
kebutuhan untuk dukungan ventilasi.Kehilangan darah dapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa oksigen.
4. IMPLEMENTASI
Dx 1
1. Mencatat frekuensi, kedalaman pernapasan, kesukaran bernapas serta
mengobservasi penggunaan otot bantu pernapasan, napas bibir,
perubahan kulit, misalnya pucat, sianosis.
2. Mengauskultasi paru pasien
3. Menyelidiki perubahan status mental/tingkat kesadaran pasien
4. mempertahankan kepatenan jalan napas dengan pemberian posisi,
penghisapan dan penggunaan alat bantu pernapasan
5. Mengubah posisi dengan sering, menempatkan pasien dalam posisi
duduk, dan atau berbaring
6. Mendorong/membantu pasien cara latihan napas dalam
7. Mengkaji respon klien terhadap aktivitas, mendorong periode istirahat
atau membatasi aktivitas sesuai toleransi klien
8. Memberikan oksigen tambahan dengan humidifikasi sesuai indikasi
9. Memantau AGD, oksimetri nadi. Catat kadar Hb
5. EVALUASI
1. Klien tidak batuk lagi
2. Kemajuan kondisi klien berjalan cepat setelah dilakukan operasi
3. Nyeri tidak terasa
4. Klien bisa mempraktekkan napas dalam.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Paru adalah struktur elastic yang di bungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan.Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya,
yaitu diafragma.Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan
menurunkan kapasitas dada.Ketika kapasitas dalam dada meningkat udara masuk
melalui trakea, karna penurunan tekanan di dalam, dan mengembangkan
paru.Ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya semula, paru-paru
yang elastis tersebut mengempis dan mendorong udara keluar melalui bronkus
dan trakea.
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok.Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.
Kanker paru dapat menimbulkan berbagai gejala klinis dan sindrom yang
cukup beragam, tergantung dari lokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh
tumor dan metastasis ke organ yang dikenai.
Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada
penderita kanker paru adalah batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak
berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek,
sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan
selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas. Penatalaksanaan
medic yang bisa di lakukan adalah pembedahan, radiasi dan kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010
http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=19&I
temid=3, diakses 17 November 2010 jam: 19.26
Anonymous. 2010 http://www.totalkesehatananda.com/lungcancer2.html,diakses
17 November 2010 jam: 18.35
Anonymous. 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_paru-paru, diakses tanggal
17 November 2010 jam: 16.41
Carpenito, L. J. 1995. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi ke-6. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi ke-3. EGC:Jakarta
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses
Holistik. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran:
Bandung.
Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.
Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2.
EGC:Jakarta.Copyright (c) 2011-2016 Nuzulul Zulkarnain Haq. All rights
reserved.
Seluruh artikel di nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id dapat anda perbanyak, cetak,
modifikasi dan distribusikan secara bebas asal tetap mencantumkan nama penulis
dan URL lengkap artikel.
Powered by Universitas Airlangga