Vous êtes sur la page 1sur 17

1

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


PERHIMPUNAN DOKTER TRANSFUSI DARAH
INDONESIA

(PDTDI)

Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia


(PDTDI)
2009
KONGRES NASIONAL III
PERHIMPUNAN DOKTER TRANSFUSI DARAH INDONESIA
SURAKARTA, 6-8 NOVEMBER 2009

ANGGARAN DASAR REVISI


PERHIMPUNAN DOKTER TRANSFUSI DARAH INDONESIA

Mukadimah

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia yang telah
mencapai kemerdekaannya, maka setiap warga negara berkewajiban mengisi
kemerdekaan itu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia demi
menuju tercapainya kehidupan rakyat yang adil dan makmur.

Dokter Indonesia yang mengabdikan diri di bidang Transfusi Darah sebagai


warga bangsa yang sadar akan hak dan kewajibannya, serta peran dan tanggung
jawab kepada umat manusia dan bangsa, bertekad memberikan darma baktinya
untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
kehidupan profesinya.

Dalam mengemban tugas itu, maka perlu meningkatkan pengamalan profesinya


kepada masyarakat dengan berpegang teguh pada sumpah dokter dan kode etik
kedokteran Indonesia, serta melaksanakan prinsip-prinsip kemanusiaan,
kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan dan kesemestaan.

Bahwa pada hakekatnya, Transfusi Darah merupakan tindakan medik


transplantasi yang dapat menjadi penyelamat jiwa dan melibatkan petugas
medik, penyumbang darah dan penerima darah.

Bahwa dalam rangka mencapai tujuan organisasi atas petunjuk Tuhan Yang
Maha Esa disertai usaha-usaha teratur, terencana dan penuh kebijakan, maka
dibentuklah Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia sebagai wadah para
dokter yang berkarya dalam bidang Kedokteran Transfusi Darah Indonesia,
dengan berpedoman pada Anggaran Dasar, sebagai berikut:

2
3

BAB I

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1

Organisasi ini bernama Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia


disingkat PDTDI, didirikan pada hari Rabu 16 Juli 2003 di Manado.

Pasal 2

Pengurus Pusat Perhimpunan Transfusi Darah Indonesia berkedudukan di


Jakarta, Ibu kota Republik Indonesia.

BAB II

DASAR DAN SIFAT

Pasal 3

DASAR

Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia berdasarkan Pancasila.

Pasal 4

SIFAT

Organisasi ini bersifat sebagai Organisasi Seokupasi dan bernaung di bawah


Ikatan Dokter Indonesia.

BAB III

TUJUAN DAN USAHA

Pasal 5

TUJUAN

Memadukan segenap potensi dokter Indonesia yang mengabdikan diri di Bidang


Kedokteran Transfusi guna meningkatkan harkat, martabat, kehormatan diri dari
profesi kedokteran, mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kedokteran Transfusi serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 6

USAHA

1. Membina dan mengembangkan kemampuan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi Kedokteran Transfusi bagi anggotanya.
2. Mengadakan penelitian di bidang Kedokteran Transfusi.
3. Membantu pemerintah dalam pelaksanaan program kesehatan yang
berhubungan dengan Kedokteran Transfusi.
4. Memperjuangkan dan memelihara kepentingan serta kedudukan dokter
yang mengabdi di bidang Kedokteran Transfusi sesuai dengan harkat
dan martabatnya.
5. Mengadakan hubungan kerja sama dengan badan-badan atau organisasi
lain untuk membantu pengembangan organisasi.
6. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
7. Melaksanakan usaha-usaha untuk kesejahteraan anggota.
8. Melaksanakan usaha lain sepanjang tidak bertentangan dengan dasar
dan sifat organisasi untuk mencapai tujuan.

BAB IV

KEANGGOTAAN

Pasal 7

Anggota terdiri dari:

1. Anggota Biasa.
2. Anggota Muda.
3. Anggota Luar Biasa.
4. Anggota Kehormatan.

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 8

KEKUASAAN

Kekuasaan organisasi berada pada Kongres Nasional dan Musyawarah Wilayah.

4
5

Pasal 9

STRUKTUR KEPEMIMPINAN

1. Di tingkat Pusat adalah Pengurus Pusat.


2. Di tingkat Wilayah Pengurus Wilayah

BAB VI

PERBENDAHARAAN

Pasal 10

Keuangan Organisasi didapatkan dari:


1. Uang Pangkal.
2. Iuran Anggota.
3. Sumbangan dan usaha lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB VII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN

Pasal 11

Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dan diputuskan dalam


Kongres Nasional.

Pasal 12

Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres Nasional yang


diselenggarakan khusus untuk keperluan tersebut dan atas usul lebih dari
setengah jumlah wilayah yang ada.

BAB VIII

ATAS PERUBAHAN DAN PENGESAHAN

Pasal 13

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini dimuat dalam Anggaran
Rumah Tangga atau peraturan-peraturan lain sepanjang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar.
Pasal 14

Pengesahan Anggaran Dasar Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia


ditetapkan dalam Kongres Nasional.

Surakarta, 6 November 2009

6
7

ANGGARAN RUMAH TANGGA


PERHIMPUNAN DOKTER TRANSFUSI DARAH INDONESIA

BAB I

KEANGGOTAAN

Pasal 1

ANGGOTA BIASA

Anggota biasa adalah dokter warga negara Indonesia yang diakui oleh
Pemerintah Republik Indonesia, sudah pernah mengikuti pelatihan dokter
tentang Teknologi Transfusi Darah atau Pendidikan Kedokteran Transfusi,
bekerja di bidang Kedokteran Transfusi dan masih mengabdikan diri di bidang
Kedokteran Transfusi.

Pasal 2

ANGGOTA MUDA

Anggota muda adalah dokter warga negara Indonesia yang diakui oleh
Pemerintah Republik Indonesia, belum pernah mengikuti pendidikan dokter
tentang Teknologi Transfusi Darah, bekerja di bidang Kedokteran Transfusi dan
masih mengabdikan diri di bidang Kedokteran Transfusi.

Pasal 3

ANGGOTA LUAR BIASA

Anggota luar biasa adalah dokter warna negara asing yang mengabdikan diri di
bidang pelayanan Transfusi Darah di Indonesia atau dokter yang pernah
mengabdikan diri di bidang Transfusi Darah di Indonesia.

Pasal 4

ANGGOTA KEHORMATAN

Anggota kehormatan adalah mereka yang berjasa di bidang Kedokteran


Transfusi.
Pasal 5

TATA CARA PENERIMAAN ANGGOTA

Penerimaan Anggota Biasa, Anggota Muda dan Anggota Luar Biasa dilakukan
oleh Pengurus Wilayah setempat melalui pendaftaran tertulis dan pernyataan
persetujuan terhadap AD/ART Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia.

Pasal 6

Anggota Kehormatan diusulkan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus Wilayah dan
pengesahannya dilakukan di Kongres Nasional.

Pasal 7

HAK ANGGOTA

1. Anggota Biasa berhak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau


pertanyaan dengan lisan dan atau tertulis kepada pengurus, mengikuti
semua kegiatan organisasi dan memiliki hak dipilih dan memilih.
2. Anggota Muda, Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan berhak
untuk mengeluarkan pendapat, mengajukan usul, pertanyaan lisan atau
tertulis kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan organisasi, tapi
tidak mempunyai hak dipilih.
3. Tiap anggota berhak mendapat perlindungan dan pembelaan dalam
melaksanakan tugasnya di bidang Kedokteran Transfusi.

Pasal 8

KEWAJIBAN ANGGOTA

1. Membayar uang pangkal dan iuran anggota.


2. Anggota Biasa, Anggota Muda dan Anggota Luar Biasa berkewajiban
menjunjung tinggi dan mengamalkan sumpah dokter dan kode etik
kedokteran Indonesia, Anggaran Dasar dam Anggaran Rumah Tangga serta
segala peraturan dan keputusan Perhimpunan Dokter Transfusi Darah
Indonesia.
3. Anggota Kehormatan berkewajiban mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga dan segala peraturan dan keputusan organisasi.

Pasal 9

KEHILANGAN KEANGGOTAAN

8
9

Anggota dinyatakan kehilangan keanggotaan karena:

1. Meninggal dunia.
2. Atas permintaan sendiri secara tertulis yang ditujukan kepada Pengurus
Wilayah dengan tembusan kepada Pengurus Pusat.
3. Diberhentikan sementara.
4. Diberhentikan tetap.

Pasal 10

PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN TETAP

1. Anggota diberhentikan sementara dan diberhentikan tetap karena:


a. Bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Organisasi.
b. Bertindak bertentangan dengan ketentuan lain yang ditetapkan
Organisasi.
c. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi.
2. Anggota yang diberhentikan sementara diberikan kesempatan membela diri
di Kongres Nasional.
3. Pemberhentian tetap keanggotaan dilaksanakan oleh Kongres Nasional.
4. Tata cara pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap akan diatur
dalam ketentuan dan peraturan sendiri.

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI

A. STRUKTUR KEKUASAAN

KONGRES NASIONAL

Pasal 11

STATUS

1. Kongres Nasional merupakan kekuasaan tertinggi organisasi.


2. Kongres Nasional merupakan musyawarah utusan wilayah.
3. Peserta Kongres Nasional terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah,
Peninjau dan Undangan Khusus Pengurus Pusat.
4. Kongres Nasional diadakan 3 (tiga) tahun sekali.
5. Dalam keadaan luar biasa, Kongres Nasional dapat diselenggarakan
sewaktu-waktu atas inisiatif 1 (satu) wilayah dan mendapat persetujuan
sekurang-kurangnya lebih dari setengah jumlah wilayah yang ada.
6. Kongres Nasional dapat menyelenggarakan sidang ilmiah di luar sidang
organisasi.

Pasal 12

KEKUASAAN DAN WEWENANG

1. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaraan Rumah Tangga, Garis-Garis


Besar Haluan Organisasi.
2. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat mengenai amanat yang
diberikan oleh Kongres Nasional sebelumnya.
3. Memilih Pengurus Pusat.
4. Menetapkan tempat pelaksanaan Musyawarah Kerja Nasional dan Kongres
Nasional.
5. Mengesahkan Anggota Kehormatan.

Pasal 13

TATA TERTIB

1. Pengurus Pusat adalah penanggung jawab penyelenggaraaan Kongres


Nasional sedangkan utusan wilayah adalah perserta utusan.
2. Kongres Nasional dihadiri oleh utusan Wilayah, Pengurus Pusat, Peninjau
dan Undangan Khusus Pengurus Pusat.
3. Peserta dengan mandat resmi mempunyai hak bicara dan hak suara,
sedangkan Pengurus Pusat dengan mandat resmi dan Peninjau hanya
mempunyai hak bicara.
4. Banyaknya suara wilayah dalam Kongres Nasional menggunakan acuan
sebagai berikut:
a. 1 sampai 5 anggota 1 (satu) suara.
b. 6 sampai 10 anggota 2 (dua) suara.
c. 11 sampai 15 anggota 3 (tiga) suara.
d. 16 sampai 20 anggota 4 (empat) suara.
e. lebih dari 20 anggota 5 (lima) suara.
5. Jumlah Peserta Peninjau ditetapkan oleh Pengurus Pusat.
6. Sidang Kongres Nasional dipimpin oleh 3 (tiga) orang dipilih dari Peserta
dan oleh Peserta sidang. Pengesahan Kuorum, pembahasan dan pengesahan
agenda acara, tata tertib sidang dan pemilihan Pimpinan Sidang Kongres
Nasional dipimpin oleh Panitia Pengarah Kongres Nasional.

10
11

7. Kongres Nasional dinyatakan sah bila dihadiri lebih dari setengah jumlah
wilayah yang ada pada saat penghitungan kuorum.
8. Apabila ayat (7) tidak terpenuhi, maka Kongres Nasional diundur paling
lama 24 jam dan setelah itu Kongres Nasional dianggap sah.
9. Setelah laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat diterima oleh Kongres
Nasional, maka Pengurus Pusat dinyatakan demisioner.

RAPAT ANGGOTA WILAYAH

Pasal 14

STATUS

1. Musyawarah wilayah merupakan Forum Pengambilan Keputusan tertinggi


di tingkat wilayah.
2. Musyawarah Wilayah adalah musyawarah anggota sebagai perorangan
dalam satu wilayah.
3. Penetapah suatu wilayah ditetapkan oleh Pengurus Pusat.
4. Penyelenggaraan Musyawarah Wilayah dilaksanakan selambat-lambatnya 6
(enam) bulan setelah Kongres Nasional.
5. Musyawarah Wilayah diadakan sekali dalam 3 (tiga) tahun.

Pasal 15

KEKUASAAN DAN WEWENANG

1. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Wilayah mengenai amanat yang


diberikan oleh Musyawarah Wilayah.
2. Menetapkan garis besar program kerja wilayah dengan berpedoman pada
garis-garis besar haluan organisasi dan program kerja nasional.
3. Memilih Pengurus Wilayah untuk periode berikutnya.

Pasal 16

TATA TERTIB

1. Pengurus Wilayah adalah penanggung jawab Musyawarah Wilayah.


Anggota Biasa, Anggota Muda adalah peserta, sedangkan yang lainnya
sebagai peninjau.
2. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh Pengurus Wilayah, Anggota Biasa,
Anggota Muda, Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan dan Undangan
Pengurus Wilayah.
3. Peserta mempunyai hak bicara dan hak suara, sedang Peninjau hanya
mempunyai hak bicara.
4. Jumlah peserta peninjau ditetapkan Pengurus Wilayah.
5. Sidang Musyawarah Wilayah dipimpin oleh tiga orang Pimpinan Sidang
yang dipilih dari peserta dan oleh peserta. Sidang pembahasan dan
pengesahan agenda acara, tata tertib serta sidang pemilihan sidang dipimpin
oleh ketua Panitia Pengarah Musyawarah Wilayah.
6. Musyawarah Wilayah dinyatakan sah bila dihadiri oleh lebih dari setengah
jumlah anggota biasa dan anggota muda.
7. Apabila ayat (6) tidak terpenuhi, maka Musyawarah Wilayah diundur
paling lama 1 x 24 jam dan setelah itu, Musyawarah Wilayah dianggap sah.
8. Setelah laporan pertanggungjawaban Pengurus Wilayah diterima oleh
Musyawarah Wilayah, maka pengurus wilayah dinyatakan demisioner.

MUSYAWARAH KERJA NASIONAL

Pasal 17

STATUS

1. Musyawarah Kerja Nasional adalah rapat Pengurus Pusat yang dihadiri oleh
segenap perangkat organisasi dari tingkat pusat dan tingkat wilayah.
2. Musyawarah Kerja Nasional diadakan sekurang kurangnya sekali dalam
periode kepengurusan Pengurus Pusat.

Pasal 18

KEKUASAAN DAN WEWENANG

1. Menilai Pelaksanaan Program Kerja Nasional yang diamanatkan Kongres


Nasional, menyempurnakan dan memperbaikinya untuk dilaksanakan pada
sisa periode kepengurusan selanjutnya.
2. Mengadakan pembicaraan pendahuluan tentang bahan-bahan Kongres
Nasional yang akan datang.

Pasal 19

TATA TERTIB

1. Pengurus Pusat adalah penanggung jawab penyelenggaraan Musyawarah


Kerja Nasional.
2. Musyawarah Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, Perangkat
Organisasi tingkat Pusat, Pengurus Wilayah dan Undangan Pengurus Pusat.

12
13

3. Sidang-sidang Musyawarah Kerja Nasional dipimpin oleh Pengurus Pusat.

B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN

PENGURUS PUSAT

Pasal 20

STATUS

1. Pengurus Pusat adalah instansi kepemimpinan tertinggi di tingkat pusat,


serta bertanggung jawab atas nama organisasi ke dalam dan keluar.
2. Masa jabatan Pengurus Pusat adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali untuk periode berikutnya sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali, kecuali
dalam keadaan yang sangat khusus dan diputuskan dalam Kongres
Nasional.

Pasal 21

PERSONALIA

1. Personalia Pengurus Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,


Ketua-Ketua Bidang, Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Wakil
Bendahara Umum dan beberapa orang Ketua Departemen yang secara
bersama-sama melaksanakan secara kolektif.
2. Yang dapat menjadi Pengurus Pusat adalah Anggota Biasa, aktif dan
berdedikasi tinggi terhadap organisasi.

Pasal 22

TUGAS DAN WEWENANG

1. Melaksanakan isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta


Keputusan yang telah ditetapkan Kongres Nasional.
2. Mengambil keputusan organisasi dan mempertanggungjawabkannya kepada
Kongres Nasional.
3. Membina hubungan baik dengan instansi lain guna kepentingan
pengembangan organisasi.
4. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui forum
Kongres Nasional.
5. Menyelenggarakan Kongres Nasional pada akhir periode kepengurusan.
6. Menyiapkan materi Kongres Nasional melalui Musyawarah Kerja Nasional.
7. Mengangkat dan mengesahkan Pengurus Wilayah dan perangkat organisasi
lainnya.
8. Menetapkan luasnya teritori satu Pengurus Wilayah.

Pasal 23

TATA CARA PENGELOLAAN

1. Pengurus Pusat disahkan di Kongres Nasional yang sedang dilaksanakan.


2. Pengurus Pusat menjalankan tugas setelah dilakukan serah terima dengan
Pengurus Pusat demisioner di Kongres Nasional yang sedang dilaksanakan.
3. Untuk menyelenggarakan kegiatannya Pengurus Pusat harus mengadakan
rapat-rapat berupa rapat Pengurus Harian dan Rapat Pleno.
4. Rapat Pengurus Harian dihadiri oleh Ketua Umum sampai Wakil Bendahara
Umum.
5. Rapat Pleno dihadiri oleh seluruh Pengurus Pusat.

PENGURUS WILAYAH

Pasal 24

STATUS

1. Wilayah merupakan kesatuan organisasi berdasarkan propinsi di Indonesia


yang dibentuk di tempat yang mempunyai sekurang-kurangnya 5 (lima)
Anggota Biasa dan Anggota Muda.
2. Apabila syarat pada ayat (1) belum terpenuhi, maka diharuskan untuk
bergabung dengan propinsi terdekat sesuai penetapan Pengurus Pusat.
3. Masa jabatan Pengurus Wilayah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali untuk masa jabatan periode berikutnya sebanyak-banyaknya 2
periode.
4. Dalam kepengurusan wilayah dapat dibentuk Dewan Penasehat dengan
fungsi memberi saran kepada Pengurus Wilayah diminta atau tidak diminta.
5. Pengurus Wilayah berkedudukan di tempat yang ditetapkan oleh Pengurus
Pusat.

Pasal 25

PERSONALIA

1. Personalia Pengurus Wilayah paling kurang terdiri dari Ketua, Sekretaris,


Bendahara dan Anggota.
2. Yang menjadi Ketua Pengurus Wilayah adalah Anggota Biasa.

14
15

Pasal 26

TUGAS DAN WEWENANG

1. Melaksanakan keputusan Kongres Nasional dan keputusan Musyawarah


Wilayah.
2. Memberikan laporan kepada Pengurus Pusat tentang kegiatan yang
dilakukan sekali dalam 3 (tiga) bulan.
3. Membina hubungan baik dengan instansi lain guna kepentingan
pengembangan organisasi.
4. Bertanggung jawab kepada anggota.

Pasal 27

TATA CARA PENGELOLAAN

1. Pengurus Wilayah dipilih oleh anggota melalui Musyawarah Wilayah dan


disahkan oleh Pengurus Pusat.
2. Pengurus Wilayah yang baru dapat menjalankan tugasnya setelah ada
pengesahan dari Pengurus Pusat dan serah terima jabatan dengan pengurus
demisioner.
3. Untuk penyelenggaraan kegiatannya Pengurus Wilayah harus mengadakan
rapat-rapat.

BAB III

KEUANGAN

Pasal 28

1. Besarnya uang pangkal dan iuran serta sumber lainnya ditetapkan oleh
Kongres Nasional.
2. Untuk kepentingan kegiatan wilayah, masing-masing wilayah dapat
menetapkan iuran tambahan dengan persetujuan anggota.

BAB IV

ATRIBUT LAMBANG DAN LOGO

Pasal 29

1. Atribut berupa lambang dan simbol lain ditetapkan oleh Kongres Nasional.
2. Ukuran, cara penggunaan atribut lambang dan logo diatur dalam ketentuan
tersendiri oleh Pengurus Pusat.
3. Kartu Anggota ditetapkan oleh Pengurus Pusat.

BAB V

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN


ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 30

1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dilakukan


oleh Kongres Nasional.
2. Rancangan perubahan tersebut diajukan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus
Wilayah.
3. Rancangan perubahan telah disampaikan kepada Pengurus Pusat selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum Kongres Nasional.

BAB VI

PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 31

1. Pembubaran hanya dapat dilakukan oleh Kongres Nasional yang


dilaksanakan khusus untuk itu.
2. Keputusan pembubaran harus disetujui oleh sekurang-kurangnya setengah
suara yang hadir di Kongres Nasional.
3. Sesudah pembubaran, maka segala hak milik diserahkan kepada Badan
Sosial yang ditetapkan oleh Kongres Nasional.
4. Tata cara pelaksanaan Kongres Nasional Khusus akan diatur tersendiri.

BAB VII

TAMBAHAN

Pasal 32

1. Setiap anggota telah mengetahui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah


Tangga.
2. Perselisihan dalam penafsiran AD/ART diputuskan oleh Pengurus Pusat.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini dibuat dalam
peraturan tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan AD/ART.

16
17

Pasal 33

Setiap anggota harus mentaati AD/ART ini dan bagi yang melanggarnya akan
dikenakan sanksi dengan ketentuan tersendiri.

Surakarta, 6 November 2009

Vous aimerez peut-être aussi