Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
TINJAUAN TEORI
1. Anatomi Fisiologi
1. Lapisan seluler
2. Membrana basalis
3. Stratum kompaktum
4. Stratum fibroblas
5. Stratum spongiosum di bagian paling luar dan melekat dengan lapisan seluler korion
KORION : membran bagian paling luar dan menempel pada dinding uterus serta
menempel pada tepi plasenta Histologi Korion : terdiri dari 4 lapisan
1. Lapisan seluler
2. Lapisan retikuler padat
3. Pseudo-basement membrane
4. Trofoblas
CAIRAN AMNION
Komposisi :
1. Air ( 98 99% )
2. Karbohidrat ( glukosa dan fruktora ), protein ( albumin dan globulin ), lemak, hormon
(sterogen dan progesteron ) , enzym ( alkali fosfatase )
3. Mineral ( natrium, kalium dan klorida )
4. Material lain ( vernix caseosa, rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas dan mekonium )
Sirkulasi :
Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber sirkulasi dengan kecepatan 500 ml
setiap jamnya.
Asal :
Cairan amnion diabsorbsi melalui amnion kedalam sirkulasi maternal dan melalui
gastrointestinal janin (proses menelan pada janin.
Fungsi :
1. Selama kehamilan
1. Selama persalinan
2. Fore water ( cairan ketuban yang berada di depan bagian terendah janin ) membantu
proses dilatasi servik.
3. Antiseptik jalan lahir setelah ketuban pecah.
1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda
persalinan. (Mansjoer, Arif, dkk.2002)
Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan
<4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan
mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang
bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat kommplek,
bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS
(Respiration Dystress Syndrome). (Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan factor- factor yang berhhubungan erat dengan KPD, namun faktor
mana yang lebih berperan sulit di ketahui.
1. Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pad selaput ketuban maupun senderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
servik uteri (akibat persalinan, curettage).
3. Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebih (overdistensi uterus)
misalnya trauma, hidramnion, gamelli.
4. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karea biasanya disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
6. Keadaan social ekonomi
7. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak seuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kuit ketuban.
8. Faktor disproporsiantara kepala janin dan panggul ibu.
9. Faktor multi gravviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
10. Defisiensi gizi dari tembaga atau asa askorbat (Vitamin C).
Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Factor predisposisi ketuban pecah dini
ialah infeksi genitalia , serviks inkompeten ,gemeli , hidramnion , kehamilan preterm,
disproporsi sefalopelvik. (Mansjoer, Arif, dkk.2002)
Beberapa kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini, tetapi penyebab
pasti masih belum jelas. kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini adalah
sebagai berikut:
1. Infeksi pada vagina atau leher rahim, seperti streptokokus grup B dan bakteri vaginosis
2. Korioamnionitis, terutama masalah dengan PPROM
3. Kelainan janin atau malpresentation
4. Hydraminos
5. Kantung ketuban dengan struktur yang lemah
6. Prosedur terakhir seperti amniocentesis atau cerclage
7. Antercourse sexsual
8. Kekurangan gizi
9. Kelahiran prematur sebelumnya terkait dengan PPROM
10. Positif hasil fibronektin janin
e) Kehamilan kembar
f) Trauma
g) Serviks (leher rahim) yang pendek <25mm pada usia kehamilan 23 minggu.
Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara
local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa
dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan
produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor
nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-
paru janin dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga
akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian
prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya
ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host
yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan
rupture kulit ketuban . Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai
kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga
kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah
kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban
yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan
kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
(http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini)
1. Manifestasi klinis :
b) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah.
c) Cairan ini tidak akan berhenti atu kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawa
biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
d) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
beramba cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
Maniestasi klinis:
1. Keluar air ketuban warna putih keruh ,jernih ,kuning , hijau atau kecoklatan sedikit-sedikit
atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering
1. Komplikasi
4) Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
6) Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm .
kejadianya mencapai hamper 10 % apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 23 minggu.
Komplikasi :
1. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan laboratorium :
1. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna , kosentrasi , bau , PH nya
2. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan : air ketuban , urine atau secret vagina.
3. Secret vagina ibu hamil ph : 4-5 , dengan kertas nitrazin tidak berubah warna , tetap kuning.
4. Tes lakmus (tes nitrazin) , jika kertas lakmus jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya air ketuban (alkalis) . Ph Air ketuban 7-7,5 , darah dan ineksi vagina
dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
5. Mikroskopik (tes pakis) , dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis.
b) Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
1. Penatalaksanaan medis
d) Jika terdapat his dan lendir darah kemungkinn terjadi persalinan preterm
a) Jika ketuban telah pecah >18 jam berikan antibiotic profilaksis untuk mengurangi
resiko infeksi streptokokus gru B.
b) Nilai serviks, jika sudah matang induksi persalinan dengan ositosin, jika servik
belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infuse oksitosin.
(obgynacea, obstetri&ginekologi)
1. Asuhan keperawatan
2. 1. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan
penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban yang keluar pervaginan
secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit
kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien ( Depkes RI,
1993:66)
Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang
semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan
menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk
menyusui bayinya.
Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama
masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan
inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran
sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut
akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas ( Sharon J.
Reeder, 1997:285)
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu
dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien
dibantu oleh keluarganya.
1. Pemeriksaan fisik
kepala
Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses
menerang yang salah
Mata
Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan
yang keluar dari telinga.
Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan
papila mamae
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran
mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya
kelainan letak anak.( cristina ibrahim, 1993: 50)
Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
Ekstermitas
Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi
Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun.
1. Diagnose keperawatan
1. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan ototrahim.
3. Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature.
4. Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi lahir premature.
1. Intervensi
DJJ normal
Suhu 36-37
Pasien
mengatakan nyeri pada Untuk memberikan
perut berkurang. rasa nyaman.
1. Atur posisi pasien
Untuk mengurangi
tingkat stress pasien
1. Berikan lingkungan yang dan pasien dapat
nyaman dan batasi beristirahat.
pengunjung.
Untuk mengetahui
tentang pemahaman
1. Kaji apa pasien tahu pasien untuk
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan tentang tanda-tanda dan tindakan selanjutnya.
selama 324 jam di gejala normal selama
harapkan pasien kehamilan.
Defisit / kurang memahami pengetahuan Ajarkan tentang apa yang Mencegah terjadinya
2.
tentang penyakitnya . harus dilakukan jika tanda
pengetahuan b.d KPD muncul kembali. hal-hal yang tidak
3 pengakuan dengan criteria hasil : diinginkan terjadi
persalinan yang bisa
Pasien terlihat
premature membahayakan ibu-
tidak bingung lagi. janin.
Pasien
1. Libatkan keluarga agar
memantau kondisi pasien .
Untuk membantu
merencanakan
tindakan berikutnya.
Mansjoer, Arif , dkk.2008.Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I.Jakarta : Media
Aesculapius.
(http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini)
(http://www.scribd.com/doc/94946818/Pathway-KPD)
Iklan
Kategori: Uncategorized
mikimikiku