Vous êtes sur la page 1sur 18

Kota Malang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Malang beralih ke halaman ini. Untuk Kabupaten yang bernama-sama, lihat pula Kabupaten
Malang. Untuk kegunaan lain dari Malang, lihat Malang (disambiguasi).
Kota Malang

Kota Bunga
Parijs van Oost-Java
"Zwitserland van Java"
Kota di Indonesia

Dari atas searah jarum jam: Balai Kota Malang dan Alun-Alun Tugu, Masjid Agung Jami' Malang, Panorama
Malang dan Gunung Semeru, Gereja Katedral Ijen, Gedung Rektorat Universitas Brawijaya

Lambang
Semboyan: Malangkuewara


(Tuhan Menghancurkan Yang Bathil)
Peta lokasi Kota Malang

Kota Malang
Peta lokasi Kota Malang
Koordinat: 716LU 11243BT
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Timur
Hari jadi 1 April 1914
Dasar hukum UU No. 12/1950
Pemerintahan
Wali Kota Ir. H. Mochamad Anton[1]
Luas
Total 252.10 km2 (97.34 sq mi)
Peringkat luas 27
Ketinggian +444 m (1,457 ft)
Populasi (2015)
Total 911.891
Peringkat 16
Kepadatan 3,600/km2 (9,400/sq mi)
Peringkat 17
Demografi
Suku bangsa Jawa, Madura, Arab, Tionghoa, dll
Islam (63,73%), Protestan (22,70%), Katolik (8,90%), Buddha (0,49%),
Agama
Hindu (3,21%), Kong Hu Cu (0,03%), Lain-lain (0,01%)
Bahasa Jawa, Madura, Indonesia, Tionghoa, Inggris
Zona waktu WIB (UTC+7)
Kode telepon +62 341
Kecamatan 5
Kelurahan 57
Situs web www.malangkota.go.id

Kota Malang (Hanacaraka: ) adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Kota ini terletak 90 km sebelah selatan Surabaya dan merupakan kota terbesar
di kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, serta merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia
menurut jumlah penduduk. Selain itu, Malang juga merupakan kota terbesar kedua di wilayah
Pulau Jawa bagian selatan setelah Bandung. Kota Malang berada di dataran tinggi yang cukup
sejuk, dan seluruh wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Malang. Luas wilayah kota Malang
adalah 110,06[2] km2. Bersama dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang, Kota Malang
merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya (Wilayah
Metropolitan Malang). Wilayah Malang Raya yang berpenduduk sekitar 4,5 juta jiwa, adalah
kawasan metropolitan terbesar kedua di Jawa Timur setelah Gerbangkertosusila. Kawasan
Malang Raya dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia.

Malang dikenal sebagai salah satu kota tujuan pendidikan terkemuka di Indonesia karena banyak
universitas dan politeknik negeri maupun swasta yang terkenal hingga seluruh Indonesia dan
menjadi salah satu tujuan pendidikan berada di kota ini, beberapa di antaranya yang paling
terkenal adalah Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Terbuka (UT) dan Universitas Islam
Malang.

Sebutan lain kota ini adalah kota bunga, dikarenakan pada zaman dahulu Malang dinilai sangat
indah dan cantik dengan banyak pohon-pohon dan bunga yang berkembang dan tumbuh dengan
indah dan asri. Malang juga dijuluki Parijs van Oost-Java, karena keindahan kotanya bagaikan
kota "Paris" di timur Pulau Jawa. Selain itu, Malang juga mendapat julukan Zwitserland van
Java karena keindahan kotanya yang dikelilingi pegunungan serta tata kotanya yang rapi,
menyamai negara Swiss di Eropa. Malang juga berangsur-angsur dikenal sebagai kota belanja,
karena banyaknya mall dan factory outlet yang bertebaran di kota ini. Hal inilah yang
menjadikan kota Malang dikenal luas memiliki keunikan, yakni karena kemiripannya dengan
Kota Bandung di Provinsi Jawa Barat, di antaranya dari segi geografis, julukan, dan
perkembangan kotanya.[3]

Daftar isi
1 Sejarah
o 1.1 Makna lambang
2 Geografi
o 2.1 Keadaan geologi
o 2.2 Jenis tanah
o 2.3 Iklim
3 Demografi
o 3.1 Suku bangsa
o 3.2 Agama
o 3.3 Bahasa
4 Pemerintahan
o 4.1 Perwakilan
o 4.2 Pembagian administratif
5 Perekonomian
o 5.1 Pariwisata
5.1.1 Museum dan perpustakaan
5.1.2 Monumen dan tugu peringatan
5.1.3 Taman rekreasi dan pasar wisata
5.1.4 Kampung Wisata
5.1.5 Sarana olahraga
5.1.6 Mall dan pusat perbelanjaan
5.1.7 Bioskop
5.1.8 Angkutan pariwisata
5.1.9 Akomodasi
o 5.2 Industri
o 5.3 Industri manufaktur
o 5.4 Industri kecil dan mikro
o 5.5 Kompleks industri manufaktur dan sentra industri mikro
6 Pendidikan
o 6.1 Perguruan tinggi
o 6.2 Sekolah Menengah Atas (SMA)
o 6.3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
o 6.4 Madrasah Aliyah (MA)
7 Kesehatan
8 Kebudayaan
9 Lingkungan
o 9.1 Taman
o 9.2 Penghargaan
10 Transportasi
o 10.1 Darat
10.1.1 Jalan raya
10.1.2 Kereta api
10.1.3 Bus
10.1.4 Angkutan kota
10.1.4.1 Trayek angkutan kota
10.1.5 Angkutan Massal Cepat
o 10.2 Udara
11 Kuliner
o 11.1 Masakan
o 11.2 Jajanan
o 11.3 Idol Grup
o 11.4 Minuman
o 11.5 Oleh-oleh
12 Olahraga
13 Media
o 13.1 Televisi
o 13.2 Radio
o 13.3 Buletin dan media massa lokal
14 Rupa-Rupa
o 14.1 Tokoh Malang
15 Julukan
16 Kota kembar
17 Lihat pula
18 Referensi
19 Pranala luar

Sejarah
Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman.
Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan
pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman
prasejarah.[4] Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian
dan arca-arca, bekas-bekas fondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah
ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di
tempat yang berdekatan.[4][5]

Nama "Malang" sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli
sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal
usul nama "Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal usul nama
Malang tersebut.

Malangkuewara (baca: Malangkusheshwara) yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut
salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri
diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun
907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun
demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkuewara itu, para ahli sejarah
masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di
daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana
terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini
masih terus dilakukan karena ternyata, di sebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung
yang bernama Malang.

Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah
Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih
terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal
dari kata Malankua (baca: Malankusha) yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga
dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut,
seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan
Singasari.
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang
terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkuewara
itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di
sekitar daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan
Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut :
taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa
Makanagran I . Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : .. di sebelah timur
tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu
Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari
tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa
pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.

Nama Malangkuewara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kecurangan, kepalsuan, dan
kebatilan; angkua (baca: angkusha) yang berarti menghancurkan atau membinasakan; dan
Iwara (baca: ishwara) yang berarti "Tuhan". Sehingga, Malangkuewara berarti "Tuhan telah
menghancurkan kebatilan".

Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa
nama Malang berasal dari kata Membantah atau Menghalang-halangi (dalam bahasa Jawa
berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur
telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan
perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu
menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula
daerah tersebut bernama Malang.

Timbulnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal
pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah
berkembang menjadi Kota Malang.

Setelah kerajaan Kanjuruhan, pada masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di
daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-
tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun
1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah
kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang
maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa
bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan
Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614
setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.

Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern
tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum
direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif
masih berbekas hingga sekarang, misalnya ''Ijen Boullevard'' dan kawasan sekitarnya. Pada
mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara
penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang
memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi
oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.

Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente"
(Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; Malang namaku,
maju tujuanku terjemahan dari Malang nominor, sursum moveor. Ketika kota ini merayakan
hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah
menjadi : Malangkuewara. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng.
Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal usul kota Malang yang
pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar
atau dekat candi yang bernama Malangkuewara.

Kota Malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda,
terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan
masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan.
Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa
terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi
pertanian menjadi perumahan dan industri.

Lambang Kota Malang pada Masa Hindia Belanda

Tahun 1767 Hindia Belanda memasuki kota


Tahun 1821 kedudukan pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
Tahun 1824 Malang mempunyai asisten residen
Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat dan kota didirikan dan alun-alun dibangun.
1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai kotapraja
8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang
21 September 1945 Malang masuk wilayah Republik Indonesia
22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda
2 Maret 1947 pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
1 Januari 2001 menjadi Pemerintah Kota Malang.

Makna lambang
Logo Kota Malang (Pemerintah Kota Malang)

DPRDGR mengkukuhkan lambang Kotamadya Malang dengan Perda No. 4/1970. Bunyi
semboyan pada lambang adalah "MALANG KUEWARA". Motto "MALANG
KUEWARA" berarti Tuhan menghancurkan yang bathil, menegakkan yang benar. Arti
Warna :

Merah Putih, adalah lambang bendera nasional Indonesia


Kuning, berarti keluhuran dan kebesaran
Hijau adalah kesuburan
Biru Muda berarti kesetiaan pada Tuhan, negara dan bangsa
Segilima berbentuk perisai bermakna semangat perjuangan kepahlawanan, kondisi
geografis, pegunungan, serta semangat membangun untuk mencapai masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Semboyan tersebut dipakai sejak hari peringatan 50 tahun berdirinya Kotapraja Malang pada
1964, sebelum itu yang digunakan adalah : "MALANG NAMAKU, MAJU TUJUANKU", yang
merupakan terjemahan dari bahasa Latin "MALANG NOMINOR, SURSUM MOVEOR" yang
disahkan dengan "Gouvernement besluit dd. 25 April 1938 N. 027". Semboyan baru itu
diusulkan oleh Prof. DR. R.Ng.Poerbatjaraka dan erat hubungannya dengan asal mula Kota
Malang pada zaman Ken Arok.

Geografi
Kota Malang yang terletak di dataran tinggi yaitu pada ketinggian antara 440 - 667 meter diatas
permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan pariwisata karena keindahan alamnya yang
dikelilingi pegunungan. Letak kota Malang berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Malang
dan secara astronomis terletak 112,06 - 112,07 Bujur Timur dan 7,06 - 8,02 Lintang Selatan,
dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang


Sebelah Timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang
Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

Kota Malang juga dikelilingi beberapa pegunungan besar, di antaranya adalah pegunungan
Bromo-Tengger (berkisar 2.700 m dpl); Gunung Semeru (3.676 m dpl); Gunung Arjuno (3.339
m dpl); Gunung Butak (2.868 m dpl); Gunung Kawi (2.551 m dpl); Gunung Anjasmoro (2.277 m
dpl); serta Gunung Panderman (2.045 m dpl). Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di
Pulau Jawa. Selain itu, kota Malang juga dilalui salah satu sungai terpanjang di Indonesia serta
terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo, yaitu Sungai Brantas yang mata airnya
terletak di lereng Gunung Arjuno di sebelah barat laut kota.

Pemandangan kota Malang.

Kota Malang dengan latar belakang Gunung Semeru.

Keadaan geologi

Keadaan tanah di wilayah Kota Malang antara lain :

Bagian selatan merupakan dataran tinggi yang cukup luas, cocok untuk industri
Bagian utara merupakan dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian
Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang subur
Bagian barat merupakan dataran tinggi yang amat luas menjadi daerah pendidikan

Jenis tanah

Jenis tanah di wilayah Kota Malang ada 4 macam, antara lain :

Alluvial kelabu kehitaman dengan luas 6,930,267 Ha.


Mediteran coklat dengan luas 1.225.160 Ha.
Asosiasi latosol coklat kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha.
Asosiasi andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765,160 Ha
Struktur tanah pada umumnya relatif baik, akan tetapi yang perlu mendapatkan perhatian adalah
penggunaan jenis tanah andosol yang memiliki sifat peka erosi. Jenis tanah andosol ini terdapat
di Kecamatan lowokwaru dengan relatif kemiringan sekitar 15 %.

Iklim

Kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2006 okp[ercatat rata-rata suhu udara berkisar antara
22,2 C - 24,5 C. Sedangkan suhu maksimum mencapai 32,3 C dan suhu minimum 17,8 C .
Rata kelembaban udara berkisar 74% - 82%. dengan kelembaban maksimum 97% dan minimum
mencapai 37%. Seperti umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan
putaran 2 iklim, musim hujan, dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi
Karangploso curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April,
dan Desember. Sedangkan pada bulan Juni, Agustus, dan November curah hujan relatif rendah.
Kecepatan angin maksimum terjadi di bulan Mei, September, dan Juli.

Musim-musim di kota Malang: Musim gugur: Maret-Mei Musim dingin: Juni-Agustus Musim
semi: September-November Musim panas: Desember-Februari

Demografi
Jumlah penduduk Kota Malang 845.973 jiwa (2014), dengan tingkat pertumbuhan penduduk
0,70% pertahun dari 2010 - 2015, dan 0,63% pertahun dari 2014 - 2015[6]. Dengan luas Kota
Malang yang mencapai 110,06 km2, kepadatan penduduk Kota Malang mencapai 7.800
jiwa/km2.

Suku bangsa

Sebagian besar penduduk Kota Malang berasal dari suku Jawa. Namun, suku Jawa di Malang
dibanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya memiliki temperamen yang sedikit
lebih keras dan egaliter. Salah satu penyebabnya adalah tipologi arek Malang terinspirasi oleh
Ken Arok yang diceritakan sebagai raja yang tegas dan lugas meskipun lebih mengarah keras.
Terdapat pula sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura, Arab, Tionghoa, dan lain-lain.
Sebagai kota pendidikan, Malang juga menjadi tempat tinggal mahasiswa dari berbagai daerah
dari seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri.

Masjid Agung Jami' Kota Malang


Agama

Agama mayoritas adalah Islam, diikuti dengan Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Kong Hu Cu. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak zaman kolonial
antara lain Masjid Jami (Masjid Agung), Gereja Hati Kudus Yesus, Gereja Kathedral Ijen (Santa
Perawan Maria dari Gunung Karmel), Klenteng Eng An Kiong di Kotalama serta Candi Badut di
Kecamatan Sukun dan Pura di puncak Buring. Malang juga menjadi pusat pendidikan
keagamaan dengan banyaknya Pesantren, yang terkenal ialah Pondok Pesantren Al Hikam
pimpinan KH. Hasyim Muzadi, dan juga adanya pusat pendidikan Kristen berupa Seminari
Alkitab yang sudah terkenal di seluruh Nusantara, salah satunya adalah Seminari Alkitab Asia
Tenggara.

Bahasa

Lihat pula: Dialek Malang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi nasional di Kota Malang. Namun, Bahasa Jawa
dengan dialek Jawa Timuran merupakan bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Kalangan
minoritas Suku Madura menuturkan Bahasa Madura. Malang dikenal memiliki dialek khas yang
disebut Boso Walikan (Osob Kiwalan), yaitu cara pengucapan kata secara terbalik, misalnya
Malang menjadi Ngalam, bakso menjadi oskab burung menjadi ngurub, dan contoh lain seperti
saya bangga arema menang menjadi ayas bangga arema nganem . Gaya bahasa masyarakat
Malang terkenal egaliter dan blak-blakan, yang menunjukkan sikap masyarakatnya yang tegas,
lugas dan tidak mengenal basa-basi[7].

Pemerintahan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Wali Kota Malang

Balai Kota Malang


Kantor Wali Kota Malang

Secara administratif pemerintahan Kota Malang dipimpin oleh seorang wali kota dan wakil wali
kota yang dipilih langsung oleh rakyat Malang dalam pemilihan wali kota Malang setiap lima
tahun sekali. Wali Kota Malang membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan
yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi kelurahan-kelurahan yang
dikepalai oleh seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di
lingkungan pemerintah kota. Pemilihan wali kota dan wakil wali kota secara langsung pertama di
kota Malang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008, setelah sebelumnya wali kota dan
wakilnya dipilih oleh anggota DPRD kota. Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang saat ini
adalah Mochamad Anton dan Sutiaji yang berasal dari Partai Kebangkitan Bangsa.

Perwakilan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang
DPRD Kota Malang
2014-2019
Partai Kursi

PDI-P 11

6
PKB

Partai Golkar 5

Partai Demokrat 5

4
Partai Gerindra

4
PAN

Partai Hanura 3

3
PKS

PPP 3

1
Partai NasDem
Total 45
Sumber: Situs web DPRD Kota Malang[8]

Secara konstitusional, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang merupakan perwakilan
rakyat yang dipilih langsung oleh warga Malang pada pemilu legislatif setiap lima tahun sekali.
Anggota DPRD Kota Malang periode 2014-2019 adalah 45 orang yang didominasi oleh PDI
Perjuangan (11 kursi), PKB (6 kursi), dan Partai Golkar (5 kursi). Pimpinan DPRD Kota Malang
periode 2014-2019 terdiri dari Arief Wicaksono (Ketua; PDI-P), Zainudin (Wakil Ketua; PKB),
Rahayu Sugiarti (Wakil Ketua; Golkar), dan Wiwik Hendri Astuti (Wakil Ketua; Demokrat)
yang resmi menjabat sejak 16 Oktober 2014.[9]
Pembagian administratif

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Malang

Peta Pembagian Administratif Kota Malang.

Kota Malang terdiri atas 5 kecamatan dan 57 kelurahan. Berikut adalah daftar kecamatan di
Malang:

Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowokwaru

Perekonomian
Perekonomian Kota Malang ditunjang dari berbagai sektor, diantaranya industri, jasa,
perdagangan, dan pariwisata. Sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur, menjadikan laju
ekonomi Malang merupakan yang terpenting kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Kota
Malang juga merupakan tempat berdirinya dan berkembangnya perusahaan rokok Bentoel. Di
bidang pariwisata, suasana Malang yang sejuk dan terletak di dataran tinggi seperti saudaranya
Kota Batu, membuat wisatawan baik domestik maupun mancanegara tertarik untuk mengunjungi
Malang. Di Malang juga banyak dijumpai hotel dan rumah singgah / guest house mewah yang
mengakomodir kunjungan wisatawan.

Pariwisata

Museum dan perpustakaan

Museum Brawijaya Malang


Museum Bentoel
Museum Mpu Purwa
Museum Zoologi Frater Vianney
Museum Malang Tempo Doeloe
Perpustakaan Kota Malang (Jalan Ijen)

Monumen dan tugu peringatan

Monumen Tugu Malang pada malam hari dengan latar belakang Balai Kota

Monumen Tentara Genie Pelajar (TGP) Malang

Sebagai kota besar Kota Malang terlibat dalam berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi di
Indonesia. Untuk menandai peristiwa tersebut dibuat berbagai monumen dan tugu peringatan.

Monumen Tugu Malang. Lokasi Jalan Tugu


Monumen Adipura. Lokasi Jalan Semeru
Monumen TGP (Tentara Genie Pelajar). Lokasi Jalan Semeru.
Monumen Pesawat MIG-17 Fresco yang berperan dalam Operasi Trikora. Lokasi Jalan
Soekarno-Hatta.
Monumen Pahlawan TRIP. Lokasi Jalan Pahlawan TRIP.
Monumen Juang. Lokasi Jalan Kertanegara.
Monumen Hamid Rusdi. Lokasi Jalan Simpang Balapan
Monumen Panglima Sudirman. Lokasi Jalan Panglima Sudirman
Monumen Singo Edan. Lokasi Taman Bentoel Trunojoyo
Monumen Arema. Lokasi Jalan Lembang
Monumen KNIP Malang. Lokasi utara Alun-Alun Kota (Mall Sarinah)
Monumen Melati (Monumen Kadet Suropati). Lokasi Jalan Ijen
Monumen Chairil Anwar. Lokasi Jalan Basuki Rahmat (Kayutangan)
Monumen Patung Ken Dedes. Lokasi gerbang masuk Kota Malang di utara

Monumen Pesawat MIG-17 Fresco

Taman rekreasi dan pasar wisata

Taman Rekreasi Senaputra


Taman Wisata Tlogomas
Pasar Minggu Semeru (Jalan Semeru)
Pasar Minggu Vellodrome (lingkar luar arena Velodrome Sawojajar)
Wisata Kuliner Pulosari
Taman Kridha Budaya Jawa Timur
Taman Rekreasi Lembah Dieng
Playground
Malang Tempoe Doeloe 1 tahun sekali dan di adakan saat pertengahan tahun.
Taman Wisata Wendit

Kampung Wisata

Kampung Wisata Jodipan adalah kampung tematik pertama di Kel.Jodipan, Kota Malang.

Kampung Wisata Jodipan


Kampung Glintung Go Green
Kampung Budaya Polowijen
Kampung Bamboo Mewek Tunjungsekar[10][11][12][13]
Kampung Petik Organik Kelurahan Purwodadi[10][11][12][13]
Kampung Keramat Kelurahan Kasin[10][11][12][13]

Sarana olahraga

Stadion Gajayana Malang


GOR Ken Arok
GOR Bima Sakti
Arena Balap Vellodrome
Araya Golf & Family Club
Dieng Family Club
Lembah Dieng swimming pool
Futsal Champion, Futsal Arena, dll

Mall dan pusat perbelanjaan

Malang Town Square.

Pasar Oro-Oro Dowo, pasar tradisional terbersih di Kota Malang.

Mall Olympic Garden, Jalan Kawi


Malang Town Square, Jalan Veteran
Malang City Point CITYWALK, Jalan Terusan Dieng
Mall Sarinah, Jalan Basuki Rachmat
Mall Dinoyo City, Jalan M.T. Haryono
Plaza Malang, Jalan K.H. Agus Salim
Gajah Mada Plaza, Jalan K.H. Agus Salim
Carrefour Express, Jalan Ahmad Yani
Mall Matahari Dept. Store, Pasar Besar
Mall Alun Alun (Ramayana), Jalan Merdeka
Cyber Mall Malang, Jalan Raya Langsep
@MX Mall, Jalan Veteran
Plaza Araya, Jalan Pondok Blimbing Indah
Hartono Elektronik
Gunung Sari Intan
TREND Shop
Sardo Swalayan
Avia, Jalan J.A. Suprapto
Hypermart Veteran
Giant Ekspres Kawi
Giant Ekspres Dinoyo
Giant Ekspres Sawojajar
Giant Ekspres Plaza Araya
Giant Ekstra MOG
Giant Ekstra Sawojajar
Pasar Besar Malang
Pasar Rakyat Oro-Oro Dowo
Pasar Blimbing
Pasar Raya Dinoyo
Pasar Bunulrejo
Pasar Mergan
Pasar Tawangmangu
Pasar Bareng
Pasar Sukun
Pasar Gadang
Pasar Induk Gadang
Pasar Burung & Tanaman Hias
Pasar Comboran
Pasar Kasin
Pasar Kebalen
Pasar Madyopuro
Pasar Sawojajar
Pasar Klojen
Pasar Bandulan
Pertokoan Kayutangan
Pertokoan Arif Margono
Pusat Ruko Sawojajar
Pusat Ruko WOW, Jalan Raya Sawojajar
Pusat Ruko Sulfat
Sentra Industri Keripik Tempe Sanan
Sentra Kuliner Pulosari

Bioskop

Mandala 21
Dieng 21
Movimax Sarinah
Movimax Dinoyo
Cinemaxx Matos
Angkutan pariwisata

Bus Macyto.

Sejak awal tahun 2015, pemerintah kota Malang meluncurkan sistem angkutan bus tingkat
wisata yang dinamai Bus Macyto atau Malang City Tour. Bus ini beroperasi di Kota Malang dan
rutenya melewati beberapa titik-titik penting di tiap sudut kota di antaranya beberapa museum-
museum penting, kawasan Jalan Ijen, wisata kuliner, dan sebagainya.

Akomodasi

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar hotel di Malang

Sarana akomodasi di kota Malang terdapat beragam mulai hotel berbintang, apartemen, losmen,
hingga rumah singgah / guest house yang tersebar di seluruh penjuru kota.

Industri

Kota Malang memiliki pola pertumbuhan industri yang unik, dimana sebagian besar industrinya
disokong oleh sektor industri kecil dan mikro. Hanya terdapat beberapa industri manufaktur
besar yang terdapat di Kota Malang sebagian disusun atas industri manufaktur padat karya.

Vous aimerez peut-être aussi