Vous êtes sur la page 1sur 27

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Meningioma di ruang Gardena telah


disetujui dan disahkan pada:
Hari, tanggal : Juni 2017
Tempat : Ruang Gardena RSD dr. Soebandi Jember

Jember, Juni 2017


Mahasiswa

(Anton Suprayogi, S.Kep)


NIM 112311101055

Mengetahui,
Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik,

(Ns. Ari Wahyu Ana, S.Kep) (Ns. Muhamad Zulfatul Ala, S.Kep., M.Kep)
NIP NIP
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN BEDAH

Nama Mahasiswa :Anton Suprayogi


NIM :122311101055
Tempat Pengkajian :Ruang Gardena
Tanggal : Juni 2017

I. Identitas Klien
Nama :Ny.H No. RM : 14-13-67
Umur :44 th Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis :Perempuan Status :Kawin
Kelamin Perkawinan
Agama :Islam Tanggal MRS :11 juni 2017
Pendidikan :SMA Tanggal :13 juni 2017
Pengkajian
Alamat :Muncar, Banyuwangi Sumber Informasi :Keluarga pasien

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik:
Meningioma

2. Keluhan Utama:
Pasien merasakan setengah badannya sebelah kanan gemetar dan pusing.

3. Riwayat penyakit sekarang:


Keluarga mengatakan bahwa pasien langsung dilarikan ke Rumah Sakit
Al-Huda (Banyuwangi) setelah mengeluhkan badannya terasa gemetar
pada sisi sebelah kanan. Pasien dirawat selama satu minggu dengan
diagnosa awal diperkiraan gejala stroke. kemudian keluarga membawa
pasien pulang karna kondisinya dirasa sudah membaik namun lima hari di
rumha, pasien kambuh kembali. Keluarga membawa pasien ke Rumah
Sakit NU, Banyuwangi untuk melakukan pemeriksaan kembali. Rumah
sakit mengatakan bahwa pasien mengalami gangguan pada sistem
syarafnya dan kemudian memberikan rujukan untuk melakukan CT Scan
di Rumah Sakit Soebandi, Jember. Keluarga kemudian membawa pasien
ke RSD. dr.Soebandi, Jember untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan.
Hasilnya ditemukan adanya tumor dibagian selaput meningen otak pasien
tepatnya dibagian temporal. Keluarga mengatakan setelah masuk rumah
sakit pasien hanya terbaring lemah ditempat tidur, membuka mata jika
dipanggil tapi tidak bicara.

4. Riwayat kesehatan terdahulu:


a. Penyakit yang pernah dialami:
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah menderita penyakit
yang parah. Pasien hanya mengeluhkan pusing-pusing.

b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):


Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, ataupun plester

c. Imunisasi:
Riwayat imunisasi belum terkaji karena keluarga tidak mengetahui
pasien pernah mendapat imunisasi apa tidak

d. Kebiasaan/pola hidup/life style


Keluarga mengatakan bahwa pasien sangat menyukai makanan-
makanan yang terasa sedap sehingga setiap kali masak pasien selalu
menggunakan bumbu penyedap rasa. Pasien juga sangat menyukai
bakso dan sering mengkonsumsinya. Keluarga mengatakan pasien juga
jarang berolahraga.

e. Obat-obat yang digunakan:


Keluarga mengatakan bahwa pasien jarang mengkonsumsi obat-
obatan. Jika merasakan badannya sakit, pasien hanya pergi tidur.

5. Riwayat penyakit keluarga:


Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami tumor otak seperti
pasien saat ini.

Genogram:

Ket:
: Laki-laki : hubungan keluarga
: perempuan : meninggal
: pasien
: tinggal serumah

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Sebelum MRS Saat MRS

Pasien dan keluarga menganggap Keluarga mengatakan telah


penyakit adalah akibat dari pola menerima keadaan pasien, keluarga
hidup dan menjaga kesehatan yang sangat menyesalkan dampak dari
tidak baik. Jika sakit pasien dan tidak menjaga kesehatan dengan
keluarga hanya membeli obat baik dan memiliki pola hidup yang
diwarung tidak langsung tidak sehat.
memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan

Interpretasi :
Persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien dan keluarga belum baik
dibuktikan dengan pasien dan keluarga tidak menjaga kesehatan dengan
baik dan memiliki pola hidup yang tidak sehat serta keluarga baru merasa
menyesal letika pasien telah masuk rumah sakit

2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)(saat sebelum sakit dan saat di rumah


sakit)
- Antropometeri
Tinggi badan: 160 cm
Berat badan: 60 kg
60
IMT = = 23,4 (IMT Normal)
1,62

Interpretasi :
Dengan nilai IMT pasien yaitu23,4, maka antropometri pasien
dalam batas normal yaitu 18,5-5,0

- Biomedical sign :
Hemoglobin :13,1 gr/dL
Hematokrit : 38,7 %
Albumin : 3,4 gr/dL
Interpretasi:
Dari hasil biomedical sign diperoleh bahwa nilai hemoglobin,
hematokrit, dan albumin dalam rentang normal.

- Clinical Sign :
TD: 110/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 32x/m
S : 36,6o S
Interpretasi:
Dari hasil clinical sign didapatkan tanda-tanda vital berupa tekanan
darah, nadi, dan suhu dalam rentang normal namun respiration
rate pasien melewati rentang normal (18-20x/m).

- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):


Sebelum MRS : keluarga mengatakan bahwa pasien makan tiga
kali sehari. Pasien tidak memilih-milih makanan. Pasien minum
kurang dari delapan gelas sehari.
Setelah MRS : keluarga mengatakan bahwa pasien menghabiskan
makanan yang disediakan rumah sakit. Jika tidak habis hal tersebut
berarti pasien tidak cocok dengan makanannya bukan karena tidak
nafsu makan.
Interpretasi:
Intake makanan dan minuman pasien tidak terganggu selama MRS
, hal ini juga didukung pasien tidak mengalami penurunan nafsu
makan setelah MRS.

3. Pola eliminasi(saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit):


BAK
- Frekuensi : tidak dapat dikaji karena menggunakan kateter
- Jumlah : 500 cc
- Warna : kuning pekat
- Bau : khas urin (amoniak)
- Karakter : encer
- BJ : tidak terkaji
- Alat Bantu : kateter
- Kemandirian : dibantu dengan alat
- Lain :-

BAB
- Frekuensi : 2x/hari
- Jumlah : tidak terkaji
- Konsistensi : encer
- Warna : kuning pekat
- Bau : khas feces
- BJ : tidak terkaji
- Alat Bantu : pempers
- Kemandirian : dibantu
- Lain :-

Interpretasi :
Balance cairan:
Input: Output:
Injeksi : 30 cc Urin : 500 cc
Infus : 500 cc IWL : BB x 15 cc
Diet : 250 cc : 60 x 15 cc
WM : BB x 5 cc : 900 cc
: 60 x 5 cc = 300 cc
Balance cairan = input output
= 1080 1400 = -320 cc

4. Pola aktivitas & latihan(saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Sebelum MRS: Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien dapat bekerja
dan melakukan aktifitas sehari-hari, sesekali pasien juga sering berkumpul
bersama keluarga dan tetangga
Saat MRS: Keluarga mengatakan pasien hanya terbaring ditempat tidur
untuk segala aktivitas harian dibantu total

c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi / ROM V
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat, 4: mandiri

Status Oksigenasi :
Nafas spontan, RR 32x/m

Fungsi kardiovaskuler :
Pasien memiliki tekanan darah 110/80 x/m dan nadi 80 x/m

Terapi oksigen :
Pasien tidak terpasang oksigen

Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan aktivitas setelah masuk rumah sakit dimana
setelah sakit pasien hanya berbaring ditempat tidur dan sulit
menggerakkan tubuhnya. Pola nafas pasien mengalami gangguan dimana
RR 32x/m lebih dari rentang normal (18-20x/m).

5. Pola tidur & istirahat(saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Durasi :
sebelum MRS: 1 jam pada siang hari dan 7-8 jam pada malam hari
saat MRS: pola tidur pasien tidak terkaji
Keadaan bangun tidur : -
Lain-lain : -
Interpretasi :
Pola tidur dan istirahat pasien saat masuk rumah sakit pasien tidak terkaji

6. Pola kognitif & perceptual


Fungsi Kognitif dan Memori:
Sebelum MRS Saat pengkajian

Keluarga mengatakan pasien Keluarga mengatakan pasien


masih mampu berorientasi mengalami penurunan kesadaran
terhadap tempat, waktu, dan sehingga pasien belum mampu
orang sekitar. berbicara dan berorientasi terhadap
orang sekitar

Fungsi dan keadaan indera :


Penglihatan: isokor, reflek cahaya ++/++, pupil 3/3 mm
Penciuman: tidak terkaji
Pendengaran: masih dapat mendengar
Pengecapan: tidak terkaji
Peraba: masih dapat merasakan rangsang nyeri
Berbicara: pasien jarang menjawan pertanyaan dan mengeluarkan kata-
kata yang kurang jelas.
Interpretasi :
Pasien tidak mengalami gangguan fungsi indera namun terdapat beberapa
indera yang tidak dapat dikaji. Pasien mengalami gangguan dalam
berbicara.

7. Pola persepsi diri


Gambaran diri :
Tidak terkaji

Identitas diri :
Tidak terkaji

Harga diri :
Tidak terkaji

Ideal Diri :
Tidak terkaji

Peran Diri :
Keluarga pasien mengatakan pasien merupakan seorang ibu yang sangat
bertanggung jawab terhadap perannya.

8. Pola seksualitas & reproduksi


Pola seksualitas
Pasien memiliki hubungan baik dengan suami. Tidak ada dapat dikaji data
pola seksualitas pasien setelah sakit.

Fungsi reproduksi
Pasien memiliki dua orang anak.
9. Pola peran & hubungan
Sebelum MRS Saat MRS

Keluarga pasien mengatakan bahwa Keluarga mengatakan sejak sakit


pasien adalah seoarang ibu yang pasien sudah tidak dapat bekerja dan
menyayangi keluarganya. Pasien berhubungan rutin dengan sanak
memiliki hubungan baik dengan kelaurga keluarga dan tetangga
dan tetangganya. Pasien juga sering
berkumpul dan melakukan pengajian tiap
minggunya. Pasien bekerja untuk
membantu penghasilan keluarga.

Interpretasi :
Setelah masuk rumah sakit pasien tidak bisa bekerja dan berhubungan
dengan keluarga serta tetangganya.

10. Pola manajemen koping-stress

Sebelum MRS Saat MRS

Keluarga mengataka jika sedang ada Keluarga pasien mengatakan pasien


masalah pasien selalu bercerita kepada masih belum dapat bicara sehingga
anggota keluarga yang lain tidak mengetahui apa yang
dirasakan pasien saat ini

Interpretasi :
Koping pasien adalah adaptif dan pasien mampu mengelola stresor dengan
baik, namun saat keadaan sakit dan pasien mengalami penurunan
kesadaran ini keluarga tidak mampu mengetahui apa yang dirasakan oleh
pasien

11. System nilai & keyakinan


Sebelum MRS Saat MRS

Keluarga mengatakan bahwa pasien Pasien mengatakan bahwa pasien


memeluk agama islam memeluk agama islam
Sholat 5 waktu sebelum sakit masih Untuk kegiatan sholat sewaktu
dapat dilaksanakan MRS tidak bisa dilaksanakan.
Pasien dan keluarga meyakini bahwa Keluarga berusaha untuk bersabar
sakitnya ini adalah merupakan menghadapi sakit yang dialami
cobaan dari Allah oleh pasien karena mereka
meyakini bahwa sakitnya ini
adalah merupakan cobaan dari
Tuhan.

Interpretasi :
Pasien tidak dapat melakukan sholat 5 waktu seperti disaat pasien belum
sakit.

IV. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum:
Pasien lemah, composmentis, terpasang infus pada tangan sebelah kanan, dan
terpasang kateter, GCS 4 1 5
Tanda vital:
- Tekanan Darah : 110/80 mm/Hg
- Nadi : 80 X/mnt
- RR : 32 X/mnt
- Suhu : 36,6 C
Interpretasi :
Pernafasan pasien berada lebih dari rentang normal yaitu 18-20x/m

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1. Kepala
I: asimetris, kepala bersih, rambut terdistribusi normal, terdapat sedikit
ketombe
P: teraba keras, pasien merasakan kepalanya pusing ketika diraba.

2. Mata
I: simetris, pupil isokor 3/3 mm, reflek cahaya ++/++, konjungtiva jernih,
sklera putih, terdistribusi normal, alis terdistribusi normal, tidak ada
mata panda, kulit area mata terbebas dari iritasi, tidak menggunakan
kacamata.
P: tidak teraba adanya benjolan dan nyeri tekan.

3. Telinga
I: bentuk telinga simetris, telinga lengkap, tidak kotor, tidak ada jejas,
tidak terlihat benjolan
P: tidak teraba masa.

4. Hidung
I: simetris, terdapat bekas luka pada sisi kiri dan tidak ada benjolan, tidak
ada sekret, rambut hidung +
P: tidak teraba adanya edema

5. Mulut
I: gigi dan lidah kotor, mulut kotor, tidak terdapat perdarahan gigi, tidak
ada luka, tidak menggunakan gigi pasangan.
P: tidak ada benjolan
6. Leher
I: simetris, tidak ada jejas dan benjolan, leher tidak kotor
P: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7. Dada
Paru:
I : Dada pasien terlihat simetris, tidak ada jejas maupun lesi, otot bantu
nafas (-)
P : Ketika diperkusi sonor di bagian kiri dan sonor pada bagian kanan
P : Pengembangan paru kanan kiri sama, tidak ada edema
A : Suara nafas vesikuler

Jantung:
I : Tidak ada jejas, , iktus kordis tidak nampak
P : Iktus kordis tidak teraba
P : Pekak
A : Lup dup, S1 S2 tunggal

8. Abdomen
I : Simetris kanan kiri, tidak terdapat jejas dan lesi
A : Terdengar bising usus 9x per menit
P : Terdengar timpani di setiap lapang perut
P : tidak terdapat ansites

9. Urogenital
I : terlihat menggunakan kateter

10. Ekstremitas
Atas
I: tangan kotor, kuku sedikit panjang, tidak ada jejas dan benjolan,
terpasang infus disebelah tangan kanan pasien, crt <2 detik, jari tangan
lengkap
P: tidak ada benjolan atau deformitas

Bawah
I: bentuk kaki simetris, kulit kasar atau tidak lembab, tidak odema, jari
kaki lengkap, kaki kiri dan kaki kanan tidak dapat ditekuk dan
diluruskan.
P: tidak ada deformitas maupun benjolan, kuku panjang dan kotor, kaki
dapat digerakkan jika dibantu

Kekuatan otot 3 3

3 3

11. Kulit dan kuku


I: Kulit kering, kulit putih , terdapat kuku panjang dan kotor.
P: turgor kulit kering, CRT <2 detik

12. Keadaan lokal


Keadaan pasien lemah, terpasang infus di tangan kanan, pasien juga
terpasang kateter

V. Terapi
Dosis dan
Farmako dinamik dan Indikasi dan Kontra
NO Jenis terapi rute Efek samping
farmako kinetik Indikasi
pemberian
1 Ranitidin Histamin antagonis 2 x 50 mg Indikasi: Sakit kepala,
reseptor H2 yang Intravena Pasien dengan asam sulit BAB,
menghambat kerja lambung yang berlebihan diare, dan
histamin secara Kontraindikasi: mual
kompetitif pada Riwayat alergi terhadap
reseptor H2 dan ranitidin, ibu yang sedang
mengurangi sekresi menyusui, gagal ginjal.
asam lambung
2 Dexametason Glukokortikoid 4 x 1 amp Indikasi: a. Pengobatan
sintetik dengan Rute injeksi a. Mengatasi alergi yang
aktivitas melalui b. Mengobati inflamasi atau berkepanjan
imunosupresan dan selang infus peradangan gan dapat
anti-inflamasi. Sebagai c. Meredakan mengakibat
imunosupresan pembengkakan otak kan efek
Deksamethasone d. Mengatasi edema makula katabolik
bekerja dengan e. Mengatasi mual dan steroid
menurunkan respon muntah akibat seperti
imun tubuh terhadap kemoterapi kehabisan
stimulasi rangsang. f. Untuk mendiagnosis protein,
Aktivitas anti- penyakit Cushing osteoporosi
inflamasi g. Mengatasi hiperplasia s, dan
Deksamethasone adrenal kongenital penghambat
dengan jalan menekan Kontraindikasi: an
atau mencegah respon a. Penderita yang pertumbuha
jaringan terhadap hipersensitif terhadap n anak.
proses inflamasi dan deksametason. b. Penimbuna
menghambat b. Penderita infeksi jamur n garam, air
akumulasi sel yang sistemik. dan
mengalami inflamasi, c. Jangan diberikan kepada kehilangan
termasuk makrofag penderita herpes potassium
dan leukosit pada simpleks pada mata, jarang
tempat inflamasi tuberkulosis aktif, peptik terjadi bila
ulcer aktif atau psikosis dibandingk
kecuali dapat an dengan
menguntungkan glucocortic
penderita. oid lainnya.
d. Jangan diberikan kepada c. Penambaha
wanita hamil karena n nafsu
akan terjadi makan dan
hipoadrenalism berat badan
e. pada bayi yang lebih sering
dikandungnya, atau terjadi
diberikan dengan dosis
yang serendah-
rendahnya

3. normal saline Cairan infuse yang 1000 cc/24 Indikasi: Edema


0,9% osmolaritas (tingkat jam a. Resusitasi jaringan pada
kepekatan) cairannya b. Diare penggunaan
mendekati serum c. Luka bakar volume besar
(bagian cair dari d. Gagal ginjal akut (biasanya
komponen darah), paru-paru),
sehingga terus berada penggunaan
di dalam pembuluh Kontraindikasi: dalam jumlag
darah a. Hipertonik uterus besar
b. Hiponnatremia menyebabkan
c. Retensi cairan akumulasi
Digunakan dengan natrium
pengawasan ketat pada
CHF, insufisiensi renal,
hipertensi, edema perifer
dan edema paru

VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium (bisa dikembangkan)


Nilai normal (rujukan) Hasil
No Jenis pemeriksaan
nilai Satuan
1. HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap (HLT)
Hemoglobin 12,0 16,0 mg/dL 13,1
Lekosit 4,5 11,0 10o/L 12,8
Hematokrit 36 46 % 38,7
Trombosit 150 450 10o/L 286
PPT
PPT Penderita 9,2
PPT kontrol Beda dengan 9,8
kontrol < 2 detik
APPT
APPT Penderita 25,1
APPT kontrol Beda dengan 27,7
kontrol < 7 detik
2. FAAL HATI
SGOT 10 31 U/L(37oC) 83
SGPT 9 36 U/L(37oC) 85
Albumin 3,4 4,8 gr/dL 3,,4
3. GULA DARAH
Gula darah sewaktu < 200 mg/dL 139
4. ELEKTROLIT
Natrium 135 155 mmol/L 135,9
Kalium 3,5 5,0 mmol/L 3,50
Chlorida 90 110 mmol/L 107,7
5. FAAL GINJAL
Kreatinin Serum 0,5 1,1 mg/dL 0,8
BUN 6 20 mg/dL 7
Urea 12 43 mg/dL 16

6. Asam urat 2,0 5,7 mg/dL 1,,7


ANALISA DATA

NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Tumor pada meningen Risiko ketidakefektifan
Keluarga mengatakan perfusi jaringan otak
pasien hanya terbaring
lemah ditempat tidur, Peningkatan TIK
membuka mata jika
dipanggil tapi tidak bicara
Penekanan jaringan otak
DO:
KU: Lemah
GCS: 4 1 5 Gangguan suplai darah
Pasien nampak terbaring otak
ditempat tidur

Hipoksia serebral

2. DS: Keluarga pasien Tumor pada meningen Hambatan komunikasi


mengatakan bahwa pasien verbal
sulit berbicara
Terletak di lobus
DO: temporal
Pasien kesulitan berbicara
dan mengeluarkan kata-
kata yang tidak jelas Gangguan berbicara

3. DS: Tumor pada meningen Hambatan mobilitas fisik


Keluarga mengatakan
bahwa pasien sulit untuk
bergerak Terletak di lobus
DO: temporal
Tubuh sebelah kanan
pasien terlihat sulit
digerakkan Gangguan koordinasi
Kaki pasien dapat bergerak gerak tubuh
jika dibantu
Kekuatan otot
3 3

3 3
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Daftar Diagnosa Keperawatan (sesuai prioritas):


Tanggal Tanggal
No Diagnosa Keterangan
perumusan pencapaian
1. Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
berhubungan dengan
peningkatan TIK
2. Hambatan komunikasi
verbal berhubungan
dengan tumor pada lobus
temporal
3. Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan
tumor pada lobus
temporal

PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
. KRITERIA HASIL
1. Risiko Setelah dilakukan NIC:
Ketidakefektifan tindakan Monitoring TIK
perfusi jaringan keperawatan selama 1. Pantau tanda dan gejala 1. Trias klasik meningkatan
otak 4x24 jam terjadi peningkatan TIK yaitu TIK yaitu muntah, nyeri
berhubungan dengan kriteria hasil: mengkaji GCS klien, kepala, dan papil edema
dengan 1. Tidak ada tanda tanda-tanda vital,
peningkatan peningkatan TIK respon pupil, dancatat
TIK 2. Klien mampu adanya muntah, sakit
bicara dengan kepala, perubahan
jelas, tersebunyi (mis; letargi,
menunjukkan gelisah, perubahan
konsentrasi, mental
perhatian dan 2. Hindarkan situasi yang 2. Fleksi / rotasi leher
orientasi baik dapat meningkatkan berlebihan, stimulasi
3. Peningkatan TIK (fleksi / rotasi panas dingin, menahan
tingkat kesadaran leher berlebihan, nafas, mengejan,
(GCS 15, tidak stimulasi panas dingin, perubahan posisi yang
ada gerakan menahan nafas, cepat, mengejan, batuk
involunter) mengejan, perubahan dapat meningkatkan
4. TTV dalam batas posisi yang cepat) tekanan intrakranial
normal (TD: 3. Monitor lingkungan 3. Panas merupakan reflek
120/80, RR 16- yang dapat dari
20x/mnt, Nadi menstimulus hipotalamus.Peningkatan
80-100x/mnt, peningkatan TIK kebutuhan metabolisme
Suhu 36,5- dan O akan menunjang
37,5oC) peningkatan TIK
4. Berikan lingkungan 4. Memberikan suasana
yang tenang yang tenang dapat
mengurangi respon
psikologis dan
memberikan istirahat
untuk mempertahankan
TIK yang rendah
5. Kolaborasi pemberian 5. Steroid untuk
obat sesuai indikasi mengurangi inflamasi
seperti steroid dan mengurangi edema
dexametason

2. Hambatan Setelah dilakukan NIC


komunikasi tindakan Mendengar aktif
verbal keperawatan selama 1. Dengarkan isi pesan 1. menangkap keseluruhan
4x24 jam terjadi maupu perasaan yang pesan pasien baik dengan
dengan kriteria hasil: tidak terungkap selama berbicara maupun respon
1. Pasien mampu
percakapan lainnya.
berkomunikasi
2. Berespon segera 2. Menunjukkan pesan
dengan efektif terhadap pesan dari diterima (perawat
2. Pasien mampu pasien mengerti) dengan pesan
mengekspresikan yang disampaikan
komunikasi 3. Gunakan perilaku non 3. Perilaku non verbal dapat
dengan verbal untuk menunjukkan pesan yang
memfasilitasi tidak tersampaikan
menggunakan
komunikasi dengan berbicara
cara lain selain
berbicara (non Peningkatan komunikasi:
verbal, isyarat, kurang bicara
gambar, dll) 1. monitor proses kognitif, 1. Mengetahui penyebab
anantomi dan fisiologi gangguan komunikasi
terkait dengan
kemampuan berbicara
2. sediakan metode 2. Metode alternatif
alternatif untuk mendukung penyampaian
berkomunikasi (mis. pesan dengan efektif
Menggunakan bahasa
isyarat, non verbal,
gambar, tulisan, dll)
3. modifikasi lingkungan 3. Memperjelas peyampaian
untuk meminimalkan pesan
kebisingan
4. kolaborasikan dengan 4. Komunikasi dapat
fisioterapi agar dapat tercapai dengan efektif
mengembangkan dengan metode lainnya.
intervansi

2. Hambatan Setelah dilakukan NIC:


mobilitas fisik tindakan Peningkatan mekanika
keperawatan selama tubuh
4x24 jam terjadi 1. kaji kesadaran pasien 1. kesadaran pasien
dengan kriteria hasil: menentukan keberhasilan
1. Pasien mampu proses latihan
melakukan 2. bantu pasien untuk tidak 2. mencegah munculnya
pergerakan sendi, dalam posisi yang sama luka dekubitus
bahu, jari jemari, dalam jangka waktu
lutut, panggul, yang lama
pergelangan kaki 3. demonstrasikan pasien 3. mencegah kekakuan otot
dan tangan, serta untuh tidur dalam posisi dan sendi serta dislokasi
siku. yang tepat
2. Berinisiatif 4. kolaborasikan dengan 4. meningkatkan mobilisasi
sendiri dengan fisioterapi dalam pasien
pergerakan tubuh. mengembangkan
peningkatan mekanika
tubuh sesuai indikasi
5. meningkatkan
5. bantu pasien untuk
kemampuan mobilisasi
latihan menggerakkan pasien dengan mandiri
tubuh perlahan-lahan sehingga tidak harus
bergantung dengan
keluarga maupun alat

CATATAN PERKEMBANGAN

DIAGNOSA: Risiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan


peningkatan TIK
WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
13 juni 2017 1. mengkaji kesadaran, mengkaji GCS JAM: 12.00 WIB
09.00 WIB klien, tanda-tanda vital, respon pupil, S:
muntah dan sakit kepala Keluarga mengatakan pasien
2. menganjurkan untuk mengurangi masih tetap lemah dan jarang
kunjungan pada pasien dengan merespon panggilan
tujuan agar lingkungan tenang O:
3. memberikan posisi head up 15 GCS 4 1 5
300 , memberikan penjelasan supaya TD 110/70
pasien tidak menahan nafas, Reflek cahaya ++/++
mengejan, perubahan posisi yang Muntah ( ), sakit kepala (+)
cepat A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi dengan
mengkaji secara intens GCS,
TTV, respon pupil, sakit kepala,
dan muntah
13 juni 2017 1. melakukan peengukuran GCS klien, JAM: 10.00
08.00 WIB tanda-tanda vital, respon pupil, dan S:
mencatat adanya muntah, sakit kepala, Keluarga pasien mengatakan
2. menganjurkan keluarga untuk bahwa pasien sempat mengeluh
membatasi pengunjung atau keluarga kepalanya sakit dan tetap dalam
yang berkunjung secara bergantian kondisi lemah
3. melakukan kolaborasi pemberian O:
terapi dexamethasone GCS 4 1 5
TD 120/80 mmHg
Reflek cahaya ++/++
Muntah (-), sakit kepala (+)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
13 juni 2017 OPERASI TREPANASI & EKSISI TUMOR
14 Oktober 1. melakukan peengukuran GCS klien, JAM: 16.30
2016 tanda-tanda vital, respon pupil, dan S:
15.00 WIB mencatat adanya muntah, sakit kepala. Keluarga mengatakan bahwa
pasien belum sadar, belum
2. melakukan kolaborasi pemberian terapi
bisa diajak bicara, bergerak
injeksi antrain, kalnex, ceftriaxone, dan tidak teratur, dan keluar
ranitidin banyak darah dari bagian
3. memantau kondisi luka post.op kepala yang dioperasi.
O:
GCS 3 1 5
TD 110/70
Reflek cahaya +/+
Pupil 3/3
Muntah () sakit kepala (+)
Terdapat luka dan jahitan di
daerah kepala, pada luka
masih nampak kotor , balutan
sedikit terlepas, dan keluar
banyak darah
A:
Masalah belum teratasi
Diagnosa keperawatan:
Risiko infeksi berhubungan
dengan prosedur infasif
trepanasi dan eksisi tumor
(luka post.op)

P:
Lanjutkan intervensi dengan:
a. mengobservasi GCS
klien, tanda-tanda
vital, respon pupil,
dan mencatat adanya
muntah, sakit kepala,
keadaan luka post.op,
dan darah yang keluar
b. melakukan perawatan
luka pada daerah
kepala
c. mempertahankan
kebersihan balutan
dengan mengganti
balutan secara teratur
d. mencuci tangan
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
e. pertahankan
lingkungan aseptik

I:
JAM: 17.00
a. melakukan
perawatan luka
post.op
b. mengganti balutan
luka
c. mempertahkan
kebersihan area
disekitar luka
d. menganjurkan
keluarga untuk selalu
mencuci tangan 6
langkah sebelum dan
sesudah
membersihkan area
disekitar luka

E:
JAM: 18.00
a. darah yang keluar
dari luka post.op
berkurang setelah
balutan diganti
b. luka dan area sekitar
luka tampak bersih
c. pasien dalam kondisi
tenang.

R:
a. pantau kondisi
balutan
b. ganti balutan sesuai
dengan indikasi
c. pertahankan
lingkungan bersih
disekitar area luka
d. pantau jumlah darah
yang keluar
e. konsultasikan
dengan medis.

DIAGNOSA: Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan tumor pada


lobus temporal
WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
13 juni 2017 1. mengkaji penyebab gangguan berbicara S:
09.30 pasien Keluarga mengatakan bahwa
2. menganjurkan penggunaan metode pasien mampu
alternatif untuk berkomunikasi (bahasa berkomunikasi menggunakan
isyarat dan non verbal), pasien bahasa isyarat dan bahasa
menganggukkan kepala jika iya dan tubuh
menggelengkan kepala jika tidak O:
3. menganjurkan keluarga untuk Pasien terlihat menggunakan
mengurangi jumlah pengunjung non verbal dalam
berkomunikasi seperti
menggerak-gerakkan jari
ketika membutuhkan sesuatu,
menggelengkan kepala jika
tidak dan menganggukkan
kepala jika iya.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi dengan
memantau perkembangan
komunikasi pasien
13 juni 2017 1. Memantau perkembangan komunikasi S:
07.30 pasien Keluarga mengatakan bahwa
2. Menganjurkan keluarga untuk bergantian pasien mampu
berkomunikasi menggunakan
ketika mengunjungi
bahasa isyarat dan bahasa
3. Menganjurkan keluarga untuk terus tubuh
mengajarkan pasien cara komunikasi O:
menggunakan bahasa non verbal Pasien belum mampu
mengeluarkan kata-kata
dengan jelas, namun pasien
terlihat menggunakan non
verbal dalam berkomunikasi
seperti menggerak-gerakkan
jari ketika membutuhkan
sesuatu, menggelengkan
kepala jika tidak dan
menganggukkan kepala jika
iya.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi dengan
memantau perkembangan
komunikasi pasien
OPERASI TREPANASI & EKSISI TUMOR
13 juni 2017 1. Memantau perkembangan komunikasi JAM: 17.00
16.00 pasien S:
2. Menganjurkan keluarga untuk bergantian Keluarga mengatakan bahwa
pasien masih belum sadar
ketika mengunjungi
sehingga sulit
3. Memantau tingkat kesadaran pasien berkomunikasi.
4. Menganjurkan keluarga untuk terus O:
mengajarkan pasien untuk berkomunikasi Kesadaran somnolen
dengan memanggil nama atau GCS 3 1 5
menanyakan sesuatu. Pasien belum mampu
berkomunikasi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi dengan
memantau kesadaran pasien
dan perkembangan
komunikasi pasien.

DIAGNOSA: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan tumor pada lobus


temporal
WAKTU IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
13 juni 2017 1. mengkaji kesadaran pasien JAM: 11.00
09.00WIB S:
2. membantu pasien untuk tidak dalam Keluarga mengatakan bahwa
posisi yang sama dalam jangka waktu sudah membantu pasien
yang lama untuk mengubah posisi dan
tidak membiarkan pasien
3. Mendemonstrasikan pasien untuk tidur
dalam posisi yang sama
dalam posisi yang tepat dalam waktu yang lama
4. membantu pasien dan menganjurkan O:
kelaurga untuk latihan menggerakkan Kesadaran composmentis,
tubuh pasien perlahan-lahan Pasien terlihat tidur dalam
posisi yang tepat,
Pasien terlihat mampu
menggerakkan jari-jari
namun belum mampu
menggerakkan kaki.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi dengan
terus mengubah posisi tidur
pasien dan menganjurkan
klien menggerakkan anggota
tubuhnya

13 juni 2017 1. mengkaji kesadaran pasien JAM: 10.00


08.00 2. membantu pasien untuk tidak dalam S:
posisi yang sama dalam jangka waktu Keluarga mengatakan bahwa
pasien belum bisa
yang lama
menggerakkan kakinya
3. membantu pasien dan menganjurkan O:
keluarga untuk latihan menggerakkan Keasadaran composmentis
tubuh pasien perlahan-lahan Keluarga terlihat mengubah
posisi pasien
Kaki pasien belum bisa
digerakkan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
OPERASI TREPANASI DAN EKSISI TUMOR
13 juni 2017 1. mengkaji kesadaran pasien JAM: 19.00
18.30 2. membantu pasien untuk tidak dalam S:
posisi yang sama dalam jangka waktu Keluarga mengatakan bahwa
pasien belum bergerak secara
yang lama dengan membantu miring
normal. Pasien hanya
kanan dan kiri membuka mata namun tidak
3. membantu pasien untuk menggerakkan bergerak
tubuh secara perlahan-lahan O:
Kesadaran somnolen
Pasien terlihat belum mampu
bergerak
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi dengan
memantau kesadaran dan
melatih rom pasif secara
perlahan-lahan untuk
menghindari kekakuan otot.

Vous aimerez peut-être aussi