Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
D i a b e t e s m e l l i t u s d i t a n d a i o l e h k a d a r g l u k o s a ya n g m e n i n g k
Diabetes 11,1 mmol/L, TGT7,8 11,1 mmol/L, Normal < 7,8 mmol/L.
3
2. Epidemiologi
Pada usia beberapa bulan dan usia lebih dari 65 tahun, perempuan
Litiasis
Obstruksi saluran kemih
Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papilar
Diabetes melitus pasca transplantasi ginjal
Nefropati analgesik
Penyakit sickle-cell
Senggama
Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
Kateterisasi
4
3. Etiologi
Pada pasien-
p a s i e n d e n g a n D M t i p e 2 , p e n ya k i t n ya m e m p u n ya i p o l a f a m i l i a l
ya n g k u a t . I n d e k s u n t u k D M t i p e 2 p a d a k e m b a r m o n o z i g o t
mendekati 40%d a n 3 3 % n ya
diabetes dan non diabetes pada anak adalah1:1, dan sekitar 90% pasti
4. Klasifikasi
9
Berbagai macam antibody dapat ditemukan sampai 10 ta
huns eb el u m t i mb u l n ya g ej al a k l i n i s d an m en gh i l an g
b e b e r a p a t a h u n k e m u d i a n . K o n d i s i a u t o i m u n l a i n ya n g b e r h
u b u n g a n d a p a t d i t e m u k a n pada keluarga pasien.
2.
D i a b e t e s M e l l i t u s t i p e 2 ya n g d i s e b u t s e b a g a i d i a b e t e s m e l l i t u s
t i d a k tergantung insulin (NIDDM).
1.
5
Dekstruksi sel , menjurus ke defi
siensi insulin absolut,
-Autoimun
-Idiopatik
2.Diabetes Melitus Tipe IIBervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulinrelatif sampai yang dominan defek sekresi insulin
disertai resistensiinsulin.
3.Diabetes Mellitus yang Berhubungan dengan Keadaan/Sindrom Lainnya
Defek genetik fungsi sel , defek genetik kerja insulin, penyakin eksokrin
pankreas (contoh : pankreatitis), endokrinopati (contoh : akromegali),karena
obat/zat kimia (contoh : pentamidin ), infeksi (contoh L CMV),imunologi
(antibodi anti reseptor insulin), penyakit genetik lain (SindromDown, Turner).
4. Diabetes Mellitus Gestasional (kehamilan) (ADA, 2010).
5. Patofisiologi
Patogenesis
Sekresi insulin pada orang non diabetes meliputi 2 fase yaitu fase
dini(fase 1) atau early peak yang terjadi dalam 3-10 menit pertama
setelah makan.Insulin yang disimpan yang disekresi pada fase ini adalah insulin
yang disimpandalam sel beta: dan Fase lanjut (fase 2) adalah sekresi
insulin dimulai 20
menits t e l a h s t i m u l a s i g l u k o s a . P a d a a s e 1 , p e m b e r i a n g l u k o s a a
kan meningkatkansekresi insulin untuk mencegah kenaikan kad
a r g l u k o s a d a r a h , d a n k e n a i k a n glukosa darah selanjutnya akan
merangsang fase 2 untuk meningkatkan produksiinsulin. Makin tinggi kadar
glukosa darah sesudah makan makin banyak pulainsulin yang dibutuhkan,
akan tetapi kemampuan ini hanya terbatas pada glukosadarah dalam batas
normal.Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 tidak dapat menurunkan
glukosad a r a h s e h i n g g a m e r a n g s a n g f a s e 2 u n t u k m e n g h a s i l k a n i n
s u l i n l e b i h b a n ya k . Tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin
sebagaimana pada
orangn o r m a l . G a n g g u a n s e k r e s i s e l b e t a m e n ye b a b k a n s e k r e s i i n
s u l i n p a d a f a s e 1 tertekan, kadar insulin dalam darah turun
menyebabkan produksi glukosa hati
6
12
Faktor-faktor yang dapat menurunkan fungsi sel beta diduga
merupakanfactor yang didapat (
acquired
) antara lain menurunnya massa sel betea, malnutrisimasa kandungan dan
bayi, adanya deposit amilyn dalm sel beta dan efek toksik glukosa (
glucose toxicity
).D u a d e f e k m e t a b o l i c ya n g m e n a n d a i d i a b e t e s t i p e 2 a d a l a h g a
ngguansekresi insulin pada sel beta dan ketidakmampuan jarin
g a n p e r i f e r b e r e s p o n s terhadap insulin (resistensi insulin).
Gangguan Sekresi insulin
P a d a a w a l p e r j a l a n a n p e n ya k i t d i a b e t e s t i p e 2 , s e k r e s i i n s u l i n t
a m p a k normal dan kadar insulin plasma tidak berkurang. Namun
polasekresi insulin berdenyut dan osilatif lenyap, dan fase pertama sekresi
insulin 9 yang cepat yangdipicu oleh glukosa menurun. Secara kolektif,
hal ini adanya gangguan sekresiinsulin yang ditemukan pada awal
diabetes tipe 2 dan bukan defisiensi
insulin. Namun, pada perjalanan penyakit selanjutnya, terjadi defisiens
i insulinabsolute yang ringan sampai sedang, yang lebih ringan
dibandingkan dengan
7
oglikemi (euglikemi). Resistensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan pre reseptor, rseptor, dan post reseptor.Gangguan
prer e s e p t o r d a p a t d i s e b a b k a n o l e h a n t i b o d y i n s u l i n d a n g a n g g u a
n p a d a i n s u l i n . Gangguan reseptor dapat disebabkan oleh jumlah
reseptor yang berkurang ataukepekaan reseptor menurun. Sedangkan
gangguan pada post reseptor disebakanoleh gangguan pada froses fosforilasi
dan pada signal transduksi di dalam sel
otot.Sensitivitas insulin adalah kemampuan insulin menurunkan konsent
rasiglukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan otot
danlemak, dan menekan produksi glukosa oleh hati. Resistensi insulin dalah
keadaansensitivitas insulin berkurang. Resistensi insulin merupakan sindrom
heterogen, dengan factor
geneticdan lingkungan berperan pada perkembangannya.Resistensi insu
lin berkaitandengan kegemukan, sindrom ini juga dapat terjadi pada orang yang
tidak
gemuk.F a c t o r l a i n s e p e r t i k u r a n g n ya a k t i f i t a s f i s i k , m a k a n a n m e
n g a n d u n g l e m a k , dinyatakan berkaitan dengan perkembangan terjadinya
kegemukan dan
resisitensii n s u l i n . P e m b e s a r a n d e p o t l e m a k v i s c e r a l y a n g a k
t i f s e c a r a l i p o l i t i k a k a n meningkatkan keluaran asam lemak bebas
portal dan menurunkan pengikatan
dane k s t r a k s i i n s u l i n d i h a t i , s e h i n g g a m e n ye b a b k a n t e r j a d i n ya
hiperinsulinemiasistemik. Peningkatan asam lemak bebas porta
l a k a n m e n i n g k a t k a n p r o d u k s i glukosa di hati melalui peningkatan g
lukoneogenesis, menyebabkan terjadinyahiperglikemia.
8
Hiperglikemia
DM tipe 2
9
6. Manifestasi klinis
Trias DM: 1). Poliuria karena glukosa di urin menimbulkan efek osmotic
volume darah turun mencolok. 2). Polidipsia yang disebakan karena sel-sel
osmotic air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik. Sel-sel otak
10
sangat peka tehadap penciutan, sehingga timbul gangguan fungsi system
sarat dengan rasa haus yang berlebihan pada pasien. 3). Polifagia, karena
penyakit cerebrovascular, gagal ginjal, ulkus pada kaki dan gangguan pada
penglihatan.
Asthenia
Kesemutan
Mengantuk
Visus menurun
18
8. Diagnosis
11
Diagnosa DM dapat ditegakkan melalui tiga cara (PERKENI, 2011):1.
Jika ditemukan keluhan klasik, dan glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL.2.
Jika ditemukan keluhan klasik, dan glukosa plasma puasa 126 mg/dL.
3.
Jika tidak ditemukan keluhan klasik, tetapi TTGO GD 2 jam 200 mg/dL.
9. Penatalaksanaan
melakukan pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis,
2. Terapi farmakologis, yang meliputi pemberian obat obat anti diabetes oral
dan injeksi insulin. Tetapi terapi farmakologis ini diberikan jika penerapan
pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetes dan
12
19
3. Profil lipid
tepat.
energi sehari atau tidak boleh lebih dari 70 % jika dikombinasi dengan
13
Protein : Jumlah kebutuhan protein sekitar 10-15 % dari total kalori
per hari.
20
b. Latihan Jasmani
bersepeda.
TERAPI FARMAKOLOGIS
c. Biguanid : Metformin
14
d. Inhibitor -glukosidase : Akarbosa menghambat pencernaan
insulin.
21
tambahan
10. Komplikasi
b. Nefropati
Keadaan ini terjadi 15-25 tahun setelah diagnosis pada 35-45% pasien
15
Lesi awal adlah hiperfiltrasi glomerolus (peningkatan laju filtrasi
22
c. Neuropati
pad pembuluh darah kecil member nutirsi pada saraf perifer, dan
a. Penyakit kaki
yang dingin dan nyeri ), neuropati perifer ( kaki hangat, sering hanya
sendi ).
b. Hipoglikemia
yang menjalani terapi dan terkadang pada pada mereka yang menjalani
16
glukosa darah yang tinggi baru menunjukkan gejala pada kadar yang
10. Pencegahan
17
agar tidak timbul penyakit diabetes mellitus.
Faktor yang berpengaruh pada terjadinya
Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari Juni 2009
3
diabetes adalah faktor keturunan, faktor
kegiatan jasmani yang kurang, faktor
kegemukan, faktor nutrisi berlebih, faktor
hormon, dan faktor lain seperti obat-obatan.
Faktor keturunan jelas berpengaruh pada
terjadinya diabetes mellitus. Keturunan orang
yang mengidap diabetes (apalagi kalau
kedua orangtuanya mengidap diabetes, jelas
lebih besar kemungkinannya untuk mengidap
diabetes daripada orang normal). Demikian
pula saudara kembar identik pengidap
diabetes hampir 100% dapat dipastikan akan
juga mengidap diabetes pada nantinya
(Sidartawan, 2001).
Faktor keturunan merupakan faktor
yang tidak dapat diubah, tetapi faktor
lingkungan (kegemukan, kegiatan jasmani
kurang, nutrisi berlebih) merupakan faktor
yang dapat diubah dan diperbaiki. Usaha
pencegahan ini dilakukan menyeluruh pada
masyarakat tapi diutamakan dan ditekankan
untuk dilaksanakan dengan baik pada
mereka yang beresiko tinggi untuk kemudian
mengidap diabetes. Orang-orang yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengidap
diabetes adalah orang-orang yang pernah
terganggu toleransi glukosanya, yang
mengalami perubahan perilaku/gaya hidup ke
arah kegiatan jasmani yang kurang, yang
juga mengidap penyakit yang sering timbul
bersamaan dengan diabetes, seperti tekanan
darah tinggi dan kegemukan.
Tindakan yang dilakukan untuk
pencegahan primer meliputi penyuluhan
mengenai perlunya pengaturan gaya hidup
sehat sedini mungkin dengan cara
memberikan pedoman:
1. Mempertahankan perilaku makan seharihari
yang sehat dan seimbang dengan
meningkatkan konsumsi sayuran dan
buah, membatasi makanan tinggi lemak
dan karbohidrat sederhana.
2. Mempertahankan berat badan normal
sesuai dengan umur dan tinggi badan.
3. Melakukan kegiatan jasmani yang cukup
sesuai dengan umur dan kemampuan.
C. Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran utama pada mereka yang
baru terkena penyakit atau yang terancam
akan menderita penyakit tertentu melalui
diagnosa dini serta pemberian pengobatan
yang cepat dan tepat.Salah satu kegiatan
pencegahan tingkat kedua adanya penemuan
penderita secara aktif pada tahap dini.
18
Kegiatan ini meliputi pemeriksaan berkala,
penyaringan (screening) yakni pencarian
penderita dini untuk penyakit yang secara
klinis belum tampak pada penduduk secara
umum pada kelompok resiko tinggi dan
pemeriksaan kesehatan atau keterangan
sehat (Noor, 2002).
Upaya pencegahan tingkat kedua
pada penyakit diabetes adalah dimulai
dengan mendeteksi dini pengidap diabetes.
Karena itu dianjurkan untuk pada setiap
kesempatan, terutama untuk mereka yang
beresiko tinggi agar dilakukan pemeriksaan
penyaringan glukosa darah. Dengan
demikian, mereka yang memiliki resiko tinggi
diabetes dapat terjaring untuk diperiksa dan
kemudian yang dicurigai diabetes akan dapat
ditindaklanjuti, sampai diyakinkan benar
mereka mengidap diabetes. Bagi mereka
dapat ditegakkan diagnosis dini diabetes
kemudian dapat dikelola dengan baik, guna
mencegah penyulit lebih lanjut (Sidartawan,
2001).
D. Pencegahan Tingkat Ketiga
Pencegahan tingkat ketiga (tertiary
prevention) merupakan pencegahan dengan
sasaran utamanya adalah penderita penyakit
tertentu, dalam usaha mencegah bertambah
beratnya penyakit atau mencegah terjadinya
cacat serta program rehabilitasi. Tujuan
utama adalah mencegah proses penyakit
lebih lanjut, seperti perawatan dan
pengobatan khusus pada penderita diabetes
mellitus, tekanan darah tinggi, gangguan
saraf serta mencegah terjadinya cacat
maupun kematian karena penyebab tertentu,
serta usaha rehabilitas (Noor, 2002).
Upaya ini dilakukan untuk mencegah
lebih lanjut terjadinya kecacatan kalau
penyulit sudah terjadi. Kecacatan yang
mungkin timbul akibat penyulit diabetes ada
beberapa macam, yaitu:
1. Pembuluh darah otak, terjadi stroke dan
segala gejala sisanya.
2. Pembuluh darah mata, terjadi kebutaan.
3. Pembuluh darah ginjal, gagal ginjal kronik
yang memerlukan tindakan cuci darah.
4. Pembuluh darah tungkai bawah,
dilakukan amputasi tungkai bawah.
Untuk mencegah terjadinya kecacatan,
tentu saja harus dimulai dengan deteksi dini
penyulit diabetes, agar kemudian penyulit
dapat dikelola dengan baik di samping tentu saja pengelolaan untuk mengendalikan kadar
glukosa darah (Sidartawan, 2001).
Pemeriksaan pemantauan yang
diperlukan untuk penyulit ini meliputi
beberapa jenis pemeriksaan, yaitu:
1. Mata, pemeriksaan mata secara berkala
19
setiap 6-12 bulan.
2. Paru, pemeriksaan berkala foto dada
setiap 1-2 tahun atau kalau ada keluhan
batuk kronik.
3. Jantung, pemeriksaan berkala urin untuk
mendeteksi adanya protein dalam urin.
4. Kaki, pemeriksaan kaki secara berkala
dan penyuluhan mengenai cara
perawatan kaki yang sebaik-baiknya
untuk mencegah kemungkinan timbulnya
kaki diabetik dan kecacatan yang
mungkin ditimbulkannya.
11. Prognosis
20