Vous êtes sur la page 1sur 10

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI II
MENGENAL SISTEM PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN

Disusun Oleh :
DEBORA CITA ARIANI SUMBAYAK
15/17829/THP-STIPP B

SARJANA TEKNOLOGI INDUSTRI PERKEBUNAN DAN


PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendinginan dan pembekuan adalah salah satu metode penyimpanan
bahan pangan dengan menggunakan suhu rendah untuk menghentikan
aktivitas mikroorganisme sehingga menambah masa simpan dan kesegaran
suatu bahan pangan. Pendinginan adalah penyimpanann bahna pangan pada
suhu rendah yaitu antara 2oC sampai 10oC. Sedangkan pembekuan adalah
penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku pada suhu -12 oC sampai -24
o
C.
Proses pendinginan berarti memindahkan panas dari satu lingkungan
ke lingkungan lainnya dengan cara-cara tertentu. Diperlukan analisa
termodinamika serta nalisa pindah panas dan massa untuk mengetahui proses
yang terjadi. Dalam analisa ini dibutuhkan satuan dan besaran tertentu yang
umum dikenal sebagai properti termodinamika. Analisa juga dilakukan
berdasarkan suatu pemikiran. Pada proses pendinginan, pemikiran yang
melandasi adalah siklus Carnot.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal sistem pendinginan
dan pembekuan.
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal sistem
pendinginan dan pembekuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pendinginan
Sistem pendinginan atau refrigeration adalah proses berpindahnya
panas dari suatu benda ke benda yang lain. Karena adanya sistem perpindahan
panas maka benda yang melepaskan panas akan menjadi dingin sementara
benda yang menyerap panas suhunya akan naik (Larousse, 1997).
Ada dua cara penyimpanan pada suhu rendah yaitu pendinginan dan
pembekuan. Pendinginan atau refrigerasi adalah proses pengambilan panas
dari suatu benda/bahan sehingga suhunya akan menjadi lebih rendah dari
sekelilingnya. Bila suatu medium pendingin kontak dengan benda lain
misalnya bahan pangan, maka akan terjadi pemindahan panas dari bahan
pangan tersebut ke medium pendingin sampai suhu keduanya sama atau
hampir sama. Penggunaan suhu rendah pada pendinginan berbeda dengan
pembekuan. Suhu yang digunakan pada pendinginan masih berada di atas ttik
beku bahan (-2 sampai -100 oC), sedangkan pada pembekuan ada di awah
titik beku bahan (-12 sampai -400 oC). Pendinginan telah lama digunakan
sebagai salah satu upaya pengawetan bahan pangan, karena dengan
pendinginan tidak hanya citarasa yang dapat dipertahankan, tetapi juga
kerusakan-kerusakan kimia dan mikrobiologis dapat dihambat (Harjosentono,
1979).
Pendinginan secara alami telah lama dikenal dan cara ini dinilai efektif
karena untuk pencairan 1 lb es dibutuhkan panas sebanyak 144 Btu. Hal ini
berarti, bahwa bila 1 ton es mencair dibutuhkan panas sebesar 2000 (lb) x 144
Btu/lb = 288.000 Btu. Besaran ini kemudian dipakai untuk menyatakan
kapasitas pendinginan, yaitu pendinginan dikatakan mempunyai kapasitas 1
ton bila dalam 24 jam dapat menyerap panas sebesar 288.000 Btu atau sebesar
12.000 Btu/jam. Pendinginan dengan es dapat dilakukan dengan mudah, tidak
memerlukan peralatan khusus dan biayanya cukup murah. Kontak antara
bahan yang akan didinginkan baik yang berupa padat atau cair dengan es
dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (Soedarmanto, 1977).
Pendinginan mekanis dapat dikerjakan dengan sistem kompresi
mekanis atau sistem absorpsi. Sistem kompresi mekanis merupakan sistem
yang banyak dipakai. Dasar pendinginan dengan cara ini adalah terjadinya
penyerapan panas oleh zat pendingin pada saat terjadi perubahan fase dari fase
cair ke fase uap. Komponen suatu sistem pendinginan mekanis terdiri dari
evaporator, kompresor, kondensor dan katup pengembangan. Zat pendingin
akan melalui jalur sistem di atas dan mengalami perubahan fase dari cair
menjadi uap dan sebaliknya. Mula-mula zat pendingin yang berupa cair akan
mengalir ke bagian evaporator dan zat pendingin ini akan menyerap panas dari
bahan yang disimpan pada bagian evaporator sehingga zat pendingin berubah
menjadi bentuk uap. Keluar dari evaporator, uap zat pendingin akan masuk ke
kompresor dan ditekan sehingga uap zat pendingin mengalami peningkatan
tekanan dan suhu. Selanjutnya uap zat pendingin tersebut masuk ke kondensor
dan terkondensasi. Sebagai media pendingin di bagian kondensor dapat
digunakan air atau udara disekitarnya. Di bagian kondensor ini, uap zat
pendingin akan memindahkan panasnya ke media penukar panas (air atau
udara) sehingga zat pendingin akan berubah wujud dari uap ke cair dan
langsung ditampung pada suatu tangki penampung zat pendingin. Siklus zat
pendingin akan berlangsung secara terus menerus (Tjahjadi, 2011).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Tempat dan Tanggal Praktikum
Pelaksanaan praktikum dilakuakan di Laboratorium Fakultas Teknologi
Pertanian, lantai 1. Pada hari Jumat, 27 Januari 2017 pukul 13.00 WIB.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah termometer, stopwatch
dan refrigator. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah
amoniak.
C. Cara Kerja
I. Prosedur Teoritis
1. Mengenal bagian-bagian sistem pendingin.
2. Menghidupkan kompresor
3. Mengukur suhu evaporator dan kondensor selama 0 menit, 15 menit
dan 30 menit.
4. Membandingkan suhu sistem pendingin dan suhu ruangan.
II. Diagram Alir

Pengenalan bagian-bagian sistem pendingin


.

Penghidupan kompresor
snya

Pengukuran suhu evaporator dan kondensor selama 0 menit,


15 menit dan 30 menit

Pembandingan suhu sistem pendingin dan suhu ruangan

Diagram Alir 1. Prosedur praktikum sistem pendinginan dan


pembekuan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan suhu sistem pendinginan dan pembekuan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Hasil pengamatan sistem pendinginan dan pembekuan.

No. Bagian-bagian Waktu

0 menit 15 menit 30 menit

1 Evaporator 28 oC 14 oC 14 oC
2 Kondensor 28oC 37 oC 40 oC
Hasil pengamatan bagian-bagian sistem pendinginan dan pembekuan
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Evaporator

Kondensor

Kompresor

Gambar 1. Alat sistem pendinginan

B. Pembahasan
Sistem pendinginan dapat dilakukan dengan dua cara, cara pertama
yaitu dengan pendinginan secara alami, yaitu dengan menggunakan es,
campuran es dan garam, es kering atau CO2. Kedua pendinginan secara
mekanis yaitu dengan menggunakan sistem kompresi dan aabsorpsi.
Kondensor dan evaporator merupakan dua komponen yang berfungsi untuk
mengembunkan dan menguapkan refrigeran di dalam suatu sistem
pendinginan pada dasarnya berbentuk alat penukar panas yang bekerja dengan
suhu refrigeran relatif tetap. Kompresor merupakan salah satu bagian di dalam
suatu sistem pendinginan, kompresor harus cukup kuat untuk melakukan
kompresi terhadap sejumlah tertentu refrigeran per satuan waktu dari daerah
bertekanan rendah ke daerah bertekanan tinggi, sehingga dapat memenuhi
kapasitas pendingin sistem (Tyoso,b.w.,1992).
Bila kompresor bekerja, uap refrigeran ditarik masuk ke dalam
kompresor. Di bagian penghisapan ini terdapat tekanan rendah, sehingga dapat
menguap pada suhu rendah di dalam evaporator. Evaporator berfungsi sebagai
pendingin di dalam sistem, yaitu di pakai untuk mengambil atau
memindahkan panas dari bahan atau tempat yang didinginkan oleh sistem.
Uap refrigeran selanjutnya ditekan di dalam kompresor, sehingga suhu dan
tekanannya naik pada waktu keluar dari kompresor. Uap dengan tekanan
tinggi selanjutnya dialirkan masuk ke dalam kondensor untuk didinginkan dan
diembunkan. Cairan refrigeran yang terjadi kemudian dialirkan masuk ke
dalam sebuah tangki penampung yang berfungsi pula untuk mengurangi
terjadinya fluktuasi pada aliran dalam sistem. Karena terdapat hubungan
antara ruang di atas cairan dalam tangki penampung dengan kompresor.
Cairan pendingin kemudian mengalir menuju ke daerah sistem yang
bertekanan rendah dengan melalui sebuah katup ekspansi (Tyoso,b.w.,1992).
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data suhu pada
tiap bagian dalam kurun waktu 0 menit, 15 menit dan 30 menit. Pada bagian
evaporator didapatkan suhu masing-masing adalah 28oC, 14oC dan 14oC.
Sedangkan pada bagian kondensor didapatkan suhu masing-masing adalah
28oC, 37oC dan 40oC.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sistem pendinginan dapat dilakukan dengan dua cara, cara pertama yaitu
dengan pendinginan secara alami, yaitu dengan menggunakan es, campuran es
dan garam, es kering atau CO2. Kedua pendinginan secara mekanis yaitu
dengan menggunakan sistem kompresi dan aabsorpsi. Kondensor dan
evaporator merupakan dua komponen yang berfungsi untuk mengembunkan
dan menguapkan refrigeran di dalam suatu sistem pendinginan pada dasarnya
berbentuk alat penukar panas yang bekerja dengan suhu refrigeran relatif
tetap. Kompresor merupakan salah satu bagian di dalam suatu sistem
pendinginan, kompresor harus cukup kuat untuk melakukan kompresi
terhadap sejumlah tertentu refrigeran per satuan waktu dari daerah bertekanan
rendah ke daerah bertekanan tinggi, sehingga dapat memenuhi kapasitas
pendingin sistem.
5.2 Saran
Praktikum kali ini cukup mudah dan membutuhkan waktu cukup singkat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Buku Petunjuk Praktikum Satuan operasi II. Institut Pertanian
STIPER Yogyakarta.
Harjosentono. 1979. Teknik Mesin Pendingin. BKPI, Tegal
Larousse, Jean., Brown, Bruce. E., 1997. Food Canning Technology. Wiley-VHC,
Inc.Canada.
Soedarmanto. 1977. Pendinginan. Artikel.USU digital library.
Tjahjadi. 2011. Dasar dasar Mesin Pendingin. Andi, Yogjakarta.
Tyoso, W, B, 1992. Satuan Operasi Pada Proses Pangan II. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

Yogyakarta, 03 Februari 2017


Mengetahui,
Co. Ass Praktikan

(Dwi Hastuti) (Debora Sumbayak)

Vous aimerez peut-être aussi