Vous êtes sur la page 1sur 13

askep WIRE fraktur ulna

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin hari semakin maju dan menantang manusia untuk bersaing.
Keberanian ini seringkali memotivasi manusia untuk maju, akan tetapi tidak jarang hal tersebut membuat
manusia merasa stress. Stress karena kesibukan ini terkadang membuat manusia tidak memperhatikan keadaan
dan keselamatan dirinya. Oleh karena itu tidak jarang manusia mengalami kecelakaan terutama kecelakaan lalu
lintas.
Dimana sampai saat ini korban kecelakaan lalu lintas merupakan angka kejadian tertinggi di Indonesia,
khususnya di Jakarta. Kecerobohan dalam memperlengkapi alat pengaman dan tidak memperhatikan rambu-
rambu lalu lintas merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Dari kecelakaan ini menimbulkan
trauma, baik secara Fisik dan Psikologis. Fraktur atau patah tulang adalah salah satu bentuk trauma fisik yang
perlu ditangani dengan cepat agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Masalah ini dapat terjadi
pada semua kelompok usia (Brunner and Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
Disinilah peran perawat sebagai tenaga kesehatan ialah memberikan penyuluhan tentang bagaimana mencegah
terjadinya kecelakaan dengan senantiasa berhati-hati dalam melakukan aktifitas sehari-hari, serta memberikan
asuhan keperawatan secara tepat kepada penderita fraktur dan memberi penyuluhan tentang pentingnya asupan
karbohidrat, protein dan kalsium yang cukup untuk proses penyembuhan dan pembentukan tulang baru.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Perioperatif ORIF WIRE pada Klien Nn. T dengan Fraktur Ulna di IBS PKU
Muhammadiyah Gombong.

C. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, dan post operatif dengan tindakan ORIF WIRE pada Klien
Nn. T dengan Fraktur Ulna di ruang OK 2 IBS PKU Muhammadiyah Gombong dengan pendekatan proses
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,implementasi dan evaluasi.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan pada kasus Fraktur Ulna
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang definisi, etiologi, anatomi fisiologi, Patofisiologi dari Fraktur Ulna
b. Mengetahui tanda dan gejala diagnosa banding, komplikasi, penatalaksanaan dari Apendiksitis
c. Mengetahui pemeriksaan penunjang, asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan dari Fraktur Ulna

E. Manfaat
a. Bagi Penyusun
Menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan, tinjauan pustaka dari Fraktur Ulna
b. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang Tinjauan kepustakaan dan asuhan keperawatan.
c. Bagi Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan secara singkat tentang Fraktur Ulna
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth,
Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2357).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Sylvia A., Patofisiologi, 1995).
B. Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang tidak menonjol keluar melewati kulit.
2. Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke tulang. Oleh sebab itu fraktur
berhubungan dengan lingkungan luar, sehingga berpotensi terjadi infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut
dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya fraktur.
Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang dari 1 cm.
Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada otot.
Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada pembuluh darah.
3. Fraktur komplit
Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari posisi normal.

4. Fraktur inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang mengganggu kontinuitas seluruh tubuh.
Tipe fraktur ini disebut juga green stick atau fraktur hickoristik.
5. Fraktur comminuted
Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
6. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang pokok, seperti osteoporosis. Garis fraktur
membentuk sudut oblique (sekitar 45o) pada batang atau sendi pada tulang.
7. Fraktur longitudinal
Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
8. Fraktur transversal
Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
9. Fraktur spiral
Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.

C. Etiologi Fraktur
Penyebab paling umum fraktur adalah :
- Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain : kecelakaan lalu lintas/jatuh.
- Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan penyakti seperti osteoporosis, kanker tulang yang
bermetastase.

D. Patofisiologi Fraktur Ulna


Fraktur kaput ulna sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. Bila terkumpul
banyak darah dalam sendi siku (hemarthosis) harus diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan
gerakan awal.
Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan eksisi kaput radii bila perlu. Paska operasi
lengan dimobilisasi dengan bebat gips posterior dan sling. Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang
lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak. Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah.
Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.
Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian. Kerusakan
pada periosteum dan sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang
panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti
aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini sampai pada pembuluh darah
yang sempit dimana diameter emboli lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi
hambatan aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat karena adanya spasme otot di
sekitarnya. Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri mengakibatkan perubahan sumsum tulang
(fragmentasi tulang) dan dapat menekan persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan
gangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.

E. Tanda dan Gejala


Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba.
Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
Spasme otot.
Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan normal.
Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.
Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh fragmen tulang.
Krepitasi jika digerakkan.
Perdarahan.
Hematoma.
Syok
Keterbatasan mobilisasi

F. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.
b. Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan operasi antara lain :
- Darah lengkap
- Golongan darah
- Masa pembekuan dan perdarahan.
- EKG
- Kimia darah

BAB III
Tinjauan Kasus
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Nama : Nn. T
b. Umur : 19 tahun
c. Alamat : Tersobo, 1/5 Prembun
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. No Register : 212050
f. Dx Medis : Fraktur Ulna
g. Tindakan Operasi : ORIF WIRE
h. Kamar Op/Tanggal : Selasa, 27/ 12 /2011, Kamar 2.
2. Biodata Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 52 tahun
c. Alamat : Tersobo, 1/5 Prembun
d. Pekerjaan : IRT
e. Pendidikan : SMA
f. Hubungan dengan pasien : Ibu

3. Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri
4. Riwayat Kesehatan
a. Sekarang :
Pasien Nn. T, 19 th pada hari Senin, 26 Des 11 pukul 09.00 wib datang ke PKU Muhammadiyah Gombong
dengan keluhan nyeri tangan kiri akibat kecelakaan pada hari Sabtu 24 Des 2011. Pasien telah mendapat
perawatan spalk di puskesmas Sentolo Kulon Progo. Pada hari Sabtu 24 des 2011 hasil pemeriksaan Ro :
Fraktur Ulna sinistra. Saat di kaji pasien compos mentis, GCS 15, hasil pemeriksaan tanda vital TD 110/70
mmHg, N 80x/menit, RR 20 x/menit, S 36,70 C. Hasil pemeriksaan nyeri, P : pasien mengatakan nyeri saat
tangan digerakkan dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti ditusk-tusuk, R : ulna sinistra, S : skala 6,T :
hilang timbul. Oleh dokter pasien di sarankan utuk operasi ORIF WIRE pada hari Selasa, 27 Des 11 pukul
15.00 wib.
b. Dahulu :
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami kecelakaan dan belum pernah dioperasi.
c. Keluarga :
Keluarga pasien saat ini tidak ada yang mengalami penyakit seperti pasien, dan pasien tidak mempunyai
penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dll.
5. Status Kesehatan :
1) Kesadaran : Compos Metis
2) Vital Sign : TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36,7 0 C
3) Head to Toe
a) Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan
b) Rambut : warna hitam, tampak kusut, tidak ada kebotakan
c) Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera an ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor
d) Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret
e) Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan
f) Mulut dan gigi : mukosa kering, mulut dan gigi bersih
i. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran limfoid
g) Thorax :
Pemeriksaan Jantung Paru- paru
Inspeksi Tidak ada pembesaran , tidak ada bekas luka Frekuensi nafas teratur, tidak ada retraksi dinding
dada, tidak ada jejas
Palpasi Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan Tidak ada pembersaran, tidak ada benjolan
Perkusi Bunyi redup Bunyi sonor
Auskultasi Bunyi S1 S2 normal Bunyi vesikuler

h) Abdomen :
I : bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada bekas
luka
A : bising usus 6 x/menit,
P : suara timpani
P : tidak ada pembesaran hati,tidak ada nyeri tekan

i) Genitalia : Genitalia normal, tidak ada pembesara prostat, urin tidak ada darah, urine berwarna kuning
jernih, bau amonia
j) Eksteremitas : kekuatan otot 5 2
5 5
Refleks pasien : baik, ROM : sebagian, Akral hangat, ada edema di tangan kiri
P : pasien mengatakan nyeri saat tangan digerakkan dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti ditusk-tusuk, R :
ulna sinistra, S : skala 6,T : hilang timbul.
4) Pencukuran daerah operasi : Tidak
5) Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : sudah
6) Pengosongan lambung : sudah
7) Pengosongan kandung kemih : sudah
8) Baju operasi : Sudah

6. Pola fungsional ( Virginia Handerson)


a) Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien bernafas secara normal, tidak pernah sesak nafas
Saat dikaji : pasien bernafas secara normal, tidak sesak RR 20x/ menit
b) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari ( nasi, sayur, dan lauk ) minum 6-8 gelas/hari,
Saat dikaji : pasien sudah makan dirumah 3x sehari
c) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK belum, BAB belum
d) Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena pasien merasa kesakitan
e) Pola istirahat
Sebelum sakit : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari, pasien tidak
mengalami gangguan tidur
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-8 jam/hari, pasien
mengalami gangguan tidur karena menahan nyeri
f) Pola suhu
Sebelum sakit : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji : suhu pasien 36.70C
g) Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji : pasien tidak dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
h) Pola berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri dan memakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan baju operasi tanpa bantuan
i) Pola personal hygine
Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan sabun, mandi tanpa bantuan keluarganya
Saat dikaji : pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu keluarganya
j) Pola komunikasi
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
Saat dikaji : pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai bahasa
daerah
k) Pola spiritual
Sebelum sakit : pasien beribadah sesuai agamanya
Saat dikaji : pasien beribadah sesuai kemampuannya
l) Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama keluarga
Saat dikaji : pasien merasa gelisah karena akan dilakukan operasi
m) Pola rekreasi
Sebelum sakit : pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-tempat wisata
Saat dikaji : pasien tidak dapat berekreasi
n) Pola belajar
Sebelum sakit : pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji : pasien mengetahui penyakit yang dideritanya yaitu patah tulang

7. PERSIAPAN PENUNJANG
Lab : tanggal 26 - 12- 2011 jam 12.12 wib
Hematologi Hasil Satuan Normal
Leukosit 3.72 10^3/uL 4.8 10.8
Eritrosit 4.09 10^6/uL 4.7 6.10
Hemoglobin 12.6 9/dL 14.0 18.0
Hematokrit 39.0 % 42.0 52.0
MCV 95.4 fL 79.0 99.0
MCH 30.8 Pg 27.0 31.0
MCHC 32.3 g/dL 330 37.0
Trombosit 176 10^3/uL 150 450
CT 5 Menit 4
BT 3 Menit 3
Golongan darah : B
HbsAg : negatif
GDS : 83.0 mg/dl
8. INFORM CONSENT : Sudah
9. TERAPI : -

B. PRE OPERASI
a. Pengkajian
1) Pasien mengatakan nyeri
2) P : pasien mengatakan nyeri saat tangan digerakkan dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti ditusk-
tusuk, R : ulna sinistra, S : skala 6,T : hilang timbul.
3) Pasien tampak gelisah
4) Pasien tampak menahan nyeri
5) Td : 110/70 mmHg
6) N : 80x/menit
7) Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
b. Analisa Data Pre Operasi :
No Hari/tanggal Data focus Etiologi Masalah kep.
1. Selasa, 27 Des 2011
DS : Pasien mengatakan nyeri
P : pasien mengatakan nyeri saat tangan digerakkan dan berkurang saat tidur, Q: nyeri seperti ditusk-tusuk, R :
ulna sinistra, S : skala 6,T : hilang timbul.
DO :
Td : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
Pasien tampak menahan nyeri Agen cedera fisik Nyeri akut
2 Selasa, 27 Des 2011
DS : Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
DO :
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak bertanya-tanya ttg jalannya operasi
N : 80x/menit Kurang pengetahuan Ansietas

c. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2) Ansietas b.d kurang pengetahuan

d. Rencana Pre Operasi


No Masalah keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen cedera fisik
Setelah dilakukan tindakan selama di ruang Pre diharapkan masalah Nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria
:
Indikator Awal tujuan
Skala 6 4
Expresi wajah Menahan nyeri Relax

a. Observasi P,Q,R,S,T
b. Observasi TTV
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin di ruang persiapan op
d. Ajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam
e. Berikan antiemetik, analgetik (jika diperlukan)

2 Ansietas b.d Kurang informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di ruang Pre, masalah
keperawatan diharapkan teratasi Ansietas indicator :
Indikator Awal tujuan
Kesiapan Belum siap Siap operasi
Wajah Gelisah tenang

a. Gali penyebab kecemasan


b. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Berikan informasi tentang prosedur OP
d. Motivasi klien

a. Pelaksanaan dan Evaluasi Pre Operasi


No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Selasa, 27 Des 2011 a. Mengobservasi P,Q,R,S,T
b. Mengobservasi TTV
c. mengatur posisi pasien senyaman mungkin (supinasi) di ruang persiapan op
d. Mengajarkan teknik relaksasi-distraksi : nafas dalam

Subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang


P : nyeri berkurang saat nafas dalam
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Ulna Sinistra
S : skala 4
T : hilang timbul
Objektif :
Pasien tidak tampak menahan nyeri
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi
2 Selasa, 27 Des 2011 a. Menggali penyebab kecemasan
b. Memberikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Memberikan informasi tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan
d. Memotivasi klien Subjektif :
pasien mengatakan mengerti tentang jalannya OP setelah dijelaskan oleh perawat
Pasien mengatakan siap menghadapi operasi
Objektif :
Pasien tampak tenang
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi

C. ASKEP INTRA OPERASI


1. Pengkajian
Terdapat luka lecet di lengan kiri
TD : 110/60 mmHg
RR 22x/menit
N: 80x/menit
S : 360 C
2. Analisa Data Intra Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 Selasa, 27 Des 2011 DS : -
DO :Terdapat luka luka lecet di lengan kiri Luka lecet Resti gangguan integritas kulit

3. Rumusan diagnosa keperawatan :


a. Resti gangguan integritas kulit b.d luka lecet
4. Perencanaan Intra Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Resti gangguan integritas kulit b.d luka lecet
Setelah dilakukan perawatan operasi diruang Operasi masalah Resti gangguan integritas kulit dapat
teratasi. Dengan kriteria:
Luka lecet tidak semakin parah
a. Seterilkan kamar operasi
b. Seterilkan instrumen operasi
c. Cuci tangan steril
d. Disinfeksi area operasi sebelum dan sesudah operasi dengan betadin dan lakohol
e. Pasang arde electrosurgical
f. Tutup luka dengan kasa dan plester
g. Fiksasi tangan kiri dengan elastik

5. Pelaksanaan dan Evaluasi Operasi


No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Selasa, 27 Des 2011 a. menyeterilkan kamar operasi
b. menyeterilkan instrumen operasi
c. mencuci tangan steril
d. mendisinfeksi area operasi sebelum dan sesudah operasi dengan betadin dan lakohol
e. memasang electrosurgical
f. menutup luka dengan kasa dan plester
g. memfiksasi tangan kiri dengan elastik Subjektif : -
Objektif :
luka insisi post operasi tertutup kasa dan plester dan tangan kiri terfiksasi elastik
luka lecet tidak bertambah parah
Assessment : masalah teratasi
Panning : lanjutkan intervensi

D. LAPORAN INTRA OPERASI


1. Persiapan Pasien :
Posisi pasien : Supinasi
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 80X/menit
RR :22 x/menit
Suhu : 36 0 C
Anestesi : General anestesi
2. Persiapan Alat :
a. Persiapan instrument
Basic set Jmlh Alat tambahan Jmlh
o Gunting kassa
o Gunting jaringan
o Klem
o Pinset anatomis (besar/kecil)
o Pinset cirugis (besar/kecil)
o Kocher
o Dukklem
o Nail fuder
o Scuple (no 4)
o Kom
o Bengkok 1
1
10
2

2
4
5
2
2
2
2 o Jas operasi
o Handscoon
o Duk besar
o Duk sedang/sarung kaki
o Canul suction
o Selang suction
o Kassa
o Pisturi no. 22
o Cutter
o Benang: crumic 2/0, side 2/0, plain 2/0
o Jarum: taper no: 24, cutting no 30
o Set ORIF:
Bone klem
Reduction
Respatrium
Kuret
Mata bor
wire
4
4
3
1
1
1
5
1
1
1
1

2
2
1
1
1
1

b. Persiapan kamar operasi


Penerangan / lampu
Section
Kater dan koagulan
Pemasangan Perlak
Tiang Infus
Posisikan meja OP sesuai operator
c. Persiapan Posisi pasien
Pasien diposisikan supinasi
d. Proses Operasi
No Tindakan Peralatan
1 Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klempanjang, kassa
2 Drapping Duk besar, duk lubang, duk klem
3 Menandai daerah sayatan Pisau, klem, kassa
4 Melakukan sayatan pada kulit sampai otot Pisau, kassa, klem arteri,
Pinset cirugis, gunting
5 Mempertahankan hemostatis Kassa klem cutter, suction
6 Membersihkan area fraktur Kuret
7 Reposisi fraktur menahan area fraktur Respatrium
8 Fiksasi fraktur Bone klem, respatrium
9 Bor area fraktur Bor, mata bor
10 Memasang Wire wire
11 Mencuci daerah operasi NaCL
12 Hecting otot Plain 2/0, taper no 30
13 Hecting sub cutis Chromic 2/0, taper no 24
14 Hecting kulit Side 2/0, cuting no 30
15 Desinfeksi Kassa betadin
16 Balut luka Kassa steril, kassa betadin dan hipafix

E. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI


1. Jenis anestesi : General Anestesi
2. Pemeriksaan aldert score
Penilaian Kriteria Nilai Normal Hasil
Aktivitas Sanggup menggerakkan 4 anggota gerak sesuai instruksi
Sanggup menggerakkan 2 anggota gerak sesuai instruksi
Tidak sanggup menggerakkan anggota gerak 2

0
2
Respirasi Sanggup bernafas, serta disuruh batuk
Sesak/ nafas sedikit terbatas
Henti nafas 2

1
0

2
Sirkulasi TD 20 % TD pre anestesi
TD 20- 50 % TD pre anestesi
TD 50 % TD pre anestesi 2
1
0

2
Kesadaran Sadar
Bisa dibangunkan/ dipanggil
Tidak memberikan respon 2
1
0
1
Warna kulit Merah muda
Pucat
Sianosis 2
1
0
2

3. Pengkajian
Kesadaran Pasien masih somnolen
Pasien berbaring diatas bed dengan posisi yang supinasi belum terpasang penghalang
Ekstemitas kedua kaki pasien masih belum dapat digerakkan
4. Analisa Data Post Operasi
No Hari/ Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 Selasa, 27 Des 2011 DS : -
DO :
Kesadaran pasien somnolen
Pasien berbaring diatas bed dengan posisi yang supinasi belum terpasang penghalang
Ekstemitas kedua kaki pasien masih belum dapat digerakkan proses pemindahan pasien
Resiko tinggi cidera

5. Rumusan Diagnosa Keperawatan Post Operasi


a. Resiko tinggi cidera b.d proses pemindahan pasien
6. Rencana keperawatan Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Resiko tinggi cidera b.d proses pemindahan pasien
Setelah dilakukan perawatan post operasi diruang RR masalah resiko cedera (jatuh) dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Pasien tidak jatuh
Pasien merasa aman saat dilakukan pemindahan a. Perhatikan posisi pasien
b. Dekatkan bed ke samping tempat tidur pasien.
c. Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
d. angkat pasien secara bersamaan
e. tinggikan penyangga yang ada disamping tempat tidur pasien

7. Pelaksanaan dan Evaluasi Post Operasi


No Dx Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP )
1 Selasa, 6 Des 2011 a. Memperhatikan posisi pasien
b. Mendekatkan bed ke samping tempat tidur pasien.
c. Berkolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
d. Mengangkat pasien secara bersamaan
e. Meninggikan penyangga yang ada disamping tempat tidur pasien Subyektif :
Pasien mengatakan merasa aman ketika dilakukan pemindahan
Obyektif :
Pasien berbaring diatas bed dengan posisi yang aman dan terpsang penghalang.

Assessment : Masalah teratasi


Planning : pertahankan kondisi yang aman sampai ada serah terima dengan perawat ruangan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan
meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk mengumpulkan data
sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan
dilakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan
keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi
dokumentasi pada status pasien.
Selama melakukan pengkajian tim penulis banyak menemui kesulitan, hal ini dikarenakan penulis
dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan informasi berkaitan dengan penyakit yang di derita
pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : nyeri
pada ulna sinistra dan hasil Ro : gambaran fraktur
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus fraktur tim penulis mendapat hasil diagnosa
keperawatan yaitu :
1) Nyeri akut b.d agen cedera fisik
2) Ansietas b.d kurang pengetahuan
3) Resti gangguan integritas kulit b.d luka lecet
4) Resiko tinggi cidera b.d proses pemindahan pasien

C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kriterianya, maka tim
penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana
tindakan di buat selama proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien keluar
dari ruang RR. Dari 4 diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik
antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan
diagnosa yang ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.

D. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan dan sekaligus dilakukan evaluasi
tindakan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth,
Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2357).
Dari kasus Nn.T dapat disimpulkan bahwa kasus Fraktur Ulna terjadi terdapat manifestasi klinis yang jelas
yaitu adanya nyeri akut di region ulna sinistra dengan pemeriksaan penunjang lab, Ro dll untuk memastikan
diagnosa Fraktur
B. SARAN
1. Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
2. Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3, Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Black, Joyce M (1997). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for Continuity of Care. 5th
edition, 3rd volume. Philadelphia. W.B Saunders Company.

3. Carpenito, Lynda Jual (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi keenam,
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Doengoes, Marilynn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

5. Evelyn. C. Pearce (1999). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan ke-22, Jakarta. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Umum.

6. Price, Sylvia. A (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4 buku 2. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Vous aimerez peut-être aussi